Analisis Kualitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA) Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Pelayanan Pemasangan Sampai Dengan Pemutusan Di Plasa Telkom Bekasi

(1)

ii

tentunya akan menjadi sangat penting sama halnya seperti kebutuhan sehari-hari.

Jenis dan kapasitas informasi yang diperlukan pun tentu akan berbeda satu sama lain

Berhubungan dengan hal tersebut maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi yang baik

yang berguna untuk mempermudah perusahaan dalam pengelolaan data yang

dilakukan setiap karyawannya, apalagi jika perusahaan tersebut mempunyai

karyawan dan pelayanan pengaduan yang cukup banyak

.

Begitu juga pada Plasa

Telkom di Bekasi, masalah pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting

sehingga membutuhkan suatu Sistem Informasi yang dapat mempermudah serta

meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam penyampaian dan pengolahan

informasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan

kuantitatif, untuk mengetahui Software Aplikasi SISKA yang berjalan menggunakan

pendekatan terstruktur (Flowmap). Teknik pengumpulan data menggunakan

observasi, wawancara, kuesioner, dan studi pustaka. Analisis data dengan

menggunakan Analisis Korelasi Pearson Product Moment, Uji Regresi, Koefisien

Determinasi, dan Uji t, pengolahan data menggunakan program SPSS 15.0

For

Windows.

Berdasarkan identifikasi masalah yang ingin dikaji, tujuan penelitian yang

ingin dicapai, hipotesis yang ingin diteliti, serta hasil-hasil pengolahan data dan

analisisnya, maka peneliti memperoleh beberapa kesimpulan bahwa Sistem Informasi

Kastamer (SISKA) yang sedang berjalan pada perusahaan dapat dikatakan

berdampak dalam meningkatkan Kinerja para karyawan di bagian pemasangan

sampai dengan pemutusan di Plasa Telkom Bekasi. Hal tersebut terlihat pada

rekapitulasi dari jawaban responden akan kuesioner yang disebarkan pada umumnya

responden dominan memberikan jawaban setuju dan sangat setuju pada

kemudahan-kemudahan yang di berikan Sistem Informasi Kastamer (SISKA).


(2)

important as well as daily necessities. The type and capacity of any of the information

required will differ from each other in touch with them so needed a good information

system that is useful to simplify enterprise data management are done in every

employee, especially if the company has employees and service quite a lot of

complaints. Similarly at the Plasa Telkom in Bekasi, service problem is a very

important thing that needs an information system that can simplify and improve the

speed and accuracy in the delivery and processing of information.

The method used in this research are qualitative and quantitative, to identify

software applications that run SISKA using a structured approach (Flowmap). Data

collection technique used observation, interviews, questionnaires, and literature.

Data analysis using Pearson Product Moment Correlation Analysis, Regression

Testing, coefficient determination and t test, data processing using SPSS 15.0 For

Windows.

Based on the identification of issues that wish to study, research objectives to be

achieved, the hypothesis that want to study, and the results of data processing and

analysis, the researchers obtained several conclusions that Kastamer Information

System (SISKA), which is running on the company can be said to have an impact in

improving performance employees at the installation until the termination at Plasa

Telkom Bekasi. This is evident in the recapitulation of the respondents would answer

the questionnaire distributed at large dominant respondents give answers agree and

strongly agree on the easiness provided in Kastamer Information System (SISKA).


(3)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sistem

Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan. Jika dalam sebuah sistem terdapat elemen yang tidak memberikan manfaat dalam mencapai tujuan yang sama, maka elemen tersebut dapat dipastikan bukanlah bagian dari sistem. Sedangkan Menurut Jogianto (2005:1).

“Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu“.

2.2. Pengertian Informasi

Informasi dalam sebuah perusahaan atau instansi merupakan sesuatu yang sangat penting guna untuk mendukung kelangsungan perkembangannya. Akibat kurang mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu perusahaan atau instansi tersebut akan mengalami ketidak mampuan mengontrol sumberdaya yang pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan persaingannya.

Nilai dari informasi ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat dan biaya yang mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Akan tetapi perlu


(4)

diperhatikan bahwa informasi yang digunakan dalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Sehingga tidak memungkinkan dan sulit untuk menghubungkan suatu bagian informasi pada suatu masalah yang tertentu dengan biaya yang diperolehnya, karena sebagian besar informasi dinikmati tidak hanya oleh satu pihak di dalam perusahaan.

Menurut Jogianto, HM (2005:3), pengertian dari informasi adalah: “Data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima dan membutuhkannya”.

Informasi yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Akurat

Informasi yang diperoleh harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak boleh menyesatkan serta harus mencerminkan suatu maksud. Informasi diharuskan akurat karena dari informasi yang tidak akurat akan banyak timbul gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.

2. Tepat Waktu

Informasi yang sampai pada yang membutuhkan tidak boleh terlambat, informasi yang telah usang tidak akan mempunyai nilai, hal ini disebabkan karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan, maka akan berakibat fatal pada suatu organisasi, instansi maupun perusahaan.

3. Relevan

Informasi tersebut harus bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang adalah berbeda. Informasi yang baik hanya akan dihasilkan oleh data yang baik dengan pemrosesan data yang tepat.


(5)

2.3. Pengertian Sistem Informasi

Telah diketahui bahwa informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen di dalam pengambilan keputusan. Informasi dapat diperoleh dari sistem informasi (information system) atau disebut juga dengan processing sistem atau information processing system atau information- generating sistem.

Menurut (Jogiyanto 2005 : 8).

Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal sebagai suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan”.

2.4. Komponen sistem informasi

Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (Building Block), dimana masing-masing blok ini saling berintegrasi satu sama lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuannya. Adapun blok-blok tersebut sebagai berikut:

a. Blok Masukan (Input Block)

Meliputi metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, dapat berupa dokumen-dokumen dasar.


(6)

b. Blok Model (Model Block)

Terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematika yang berfungsi memanipulasi data untuk menghasilkan keluaran tertentu.

c. Blok Keluaran (Output Block)

Berupa keluaran dokumen dan informasi yang berkualitas. d. Blok Teknologi (Technology Block)

Untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran serta membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.

e. Blok Basis Data (Database Block)

Merupakan kumpulan data yang berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer.

f. Blok Kendali (Controls Block)

Meliputi masalah pengendalian yang berfungsi mencegah dan menangani kesalahan/kegagalan sistem.

2.5 Teori Kualitas

Membicarakan tentang pengertian atau definisi kualitas dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada konteksnya. Banyak pakar dibidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing.


(7)

2.5.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas

Gabriel Morgan (2007), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Informasi terbagi menjadi sebelas, yaitu :

1. Agility 2. Flexibility 3. Interoperability 4. Maintainability 5. Reliability 6. Reusability 7. Scalability 8 Security 9. Supprtability 10.Testability 11.Usability

Adapun hubungan antara faktor-faktor kualitas (“kerangka kerja”) dan aspek-aspek lain dari proses rekayasa perangkat lunak adalah:

Pertama, kerangka kerja memberikan suatu mekanisme untuk manajer proyek untuk mengenali kualitas-kualitas apa yang penting. Kualitas tersebut merupakan atribut perangkat lunak, sebagai tambahan untuk koreksi dan kinerja fungsionalnya, yang mempunyai implikasi daur hidup.

Kedua, kerangka kerja memberikan alat untuk menilai secara kuantitatif seberapa baik kemajuan pengembangan.


(8)

Ketiga, kerangka kerja memberikan interaksi yang lebih dalam pada software.

2.6 Konsep Kinerja

Konsep kinerja merujuk kepada tingkat pencapaian karyawan atau organisasi terhadap persyaratan pekerjaan. Menurut Amstrong dan Baron dalam Wibowo (2007:2) mengatakan bahwa kinerja adalah:

“Hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi ekonomi”

Adapun pengertian Kinerja menurut Wibowo (2007:2) adalah:

“ Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaandan hasil dari yang dicapai dari pekerjaan tersebut.”

2.6.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Dalam hal ini, kinerja Karyawan merupakan variabel (Y) yang dipengaruhi oleh variabel (X) yaitu Software SISKA. Adapun pengertian Kinerja Karyawan Menurut Faustino Cardoso Gomes, 2003 dalam Umi narimawati (2007:76) yaitu:

Outcome yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan dalam suatu periode waktu tertentu atau pada saat ini”

2.6.2 Pengukuran Kinerja Karyawan

Menurut Roger C.Mayer dan James H.davis Davis (2000:128) mengatakan bahwa ada delapan dimensi atau kriteria yang perlu mendapat perhatian dalam


(9)

melakukan penilaian atau pengukuran terhadap kinerja karyawan yang berdasarkan deskripsi prilaku yang spesifik, yaitu:

1) Kemampuan yaitu keterampilan dan keahlian dalam menyelesaikan pekerjaaan.

2) Kebajikan yaitu Kebaikan dalam membangun kepercayaan. 3) Integritas yaitu Kejujuran dan konsistensi dalam setiap pekerjaan. 4) Kepercayaanyaitu Kemampuan dalam hal menyelesaikan pekerjaan 5) Kecenderungan yaitu bersikap dan berperilaku memahami tanggung jawab

yang diterima.

6) Perantaraan yatui Perantara Sistem Informasi SISKA SISKA dapat membantu mengoptimalkan tugas yang dimiliki.

7) Ketepatan yaitu menyelesaikan pekerjaan yang diberikan sesuai dengan keinginan atasan dan waktu yang diberikan.

2.6.3 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan suatu proses menilai hasil karya personel dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja dengan membandingkanya dengan standar baku. Melalui penilaian itu kita dapat mengetahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uraian pekerjaan yang telah disusun sebelumnya.

Menurut Bambang Wahyudi ( 2002 : 101 ), penilaian kinerja adalah ” Suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja atau jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya”.


(10)

Menurut Henry Simamora (2004:338) penilaian kinerja adalah

” Proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan ”.

Dari pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan pengertian kinerja adalah suatu evaluasi pelaksanaan kerja yang dilakukan secara priodik dan sistematis.

1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja mencakup faktor-faktor :

a) Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang ditentukan oleh sistem pekerjaan.

b) Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seorang personel dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personel tersebut.

c) Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personel mengatasi kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.

2. Tujuan Penilaian Kinerja a. Menilai kemampuan personel

Penilaian ini merupakan tujuan yang mendasar dalam menilai personel secara individu, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk menilai efektivitas manajemen sumber daya manusia.


(11)

b. Pengembangan personel

Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan personel seperti: promosi, mutasi, rotasi, terminasi dan penyesuaian kompensasi.

Menurut Syafarudin Alwi ( 2001 : 187 ) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development. Yang bersifat evaluation harus menyelesaikan : Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi, Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision, Hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan : Prestasi riil yang dicapai individu, Kelemahan- kelemahan individu yang menghambat kinerja dan prestasi- pestasi yang dikembangkan.

2.6.4 Metode Penilaian Kinerja

Banyak metode penilaian kerja Secara praktis yang dilakuakn yang sudah barang tentu berbeda-beda antara satu intansi dengan intansi lain. Kesuluruhan metode tersebut secara garis besar dikelompokan dalam dua katagori yaitu :

1. Penilaian yang berorientasi pada masa lalu 2. Penilaian yang berorientasi pada masa depan

Metode penilaian berorientasi pada masa lalu diartikan sebagai penilaian prilaku kerja yang dilakukan pada masa lalu sebelum penilaian dilakukan. Melalui hasil penilaian tersebut dapat dilakukan usaha untuk mengubah prilaku kerja atau pengembangan pegawai beberapa metode penilain terdiri dari


(12)

1. Ranting scale 2. Checklist

3. Critical incident technique 4. Observasi dan tes unjuk kerja 5. Metode perbandingan kelompok

Metode penilaian masa yang akan datang diartikan denagan penilaian masa akan potensi seorang pegawai untuk melakukan pekerjaan ada masa yang akan datang. Metode –metode penilaian ini terdiri dari:

1. Penilaian diri sendiri 2. Manajemen by objectif 3. Penilaian secara psikologis 4. Assessment center

1. Ranting scale

Ranting scale adalaha penilaian yang didasarkan pada suatu skala, dari sangat memuaskan, memuaskan, cukup, samapai kurang memmuaskan , pada standar-standar unjuk kerja seperti inisiatif, tanggung jawab, hasil kerja secara umum dan lain-lain penilaian dilakukan oleh seorang peniliai .

2. Checklist

Checklist adalah penilaian yang didasarkan pada suatu standar unjuk kerja yang sudah dideskripsikan terlebih dahulu, kemudian penilaian memerikasa apakah pegawai sudah memenuhi atau melakukannya. Standar-standar unjuk kerja misalnya pegawai hadir dan pulang tepat waktu, dan lain-lain


(13)

3. Critical incident technique

Critical incident technique adalah penilaian kerja yang didasarkan pada prilaku khusus yang dilakukan ditempat kerja baik prilaku yang baik ataupun prilaku yang kurang baik.

4. Observasi dan tes unjuk kerja

Misalnya sorang pilot selama 6 bulan sekali menjalani tes meliputi pengujian dan pengetahuan prosedur pelaksanaan pekerjaan,

5. Meteode perbandingan kelompok

Metode ini dilakukan dengan membandingkan seorang pegawai dengan rekan sekerjanya , yang dilakukan oleh atasan dengan beberapa teknik seperti pemeringkatan.

6. Penilaian diri sendiri

Penilaian diri sendiri adalah penilaian pegawai untuk diri sendiri dengan harapan pegawai tersebut dapat mengidentifikasi aspek-aspek prilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang, pelaksanaanya organisasi atau atasan penilai mengemukakan harapan-harapan yang diinginkan dari pegawai pada pegawai, tujuan organisasi dan tantangan–tantangan yang dihadapi organisasi. kemudian berdasarkan informasi tersebut pegawai dapat menidentifikasi aspek-aspek prilaku yang pelu diperbaiki. Salah satu kebaikan dari metode ini adalah dapat mencegah terjadinya prilaku membenarkan diri (defensive behavior). Metode ini disebut pende`katan masa depan sebab pegawai akan memperbaiki diri dalam rangka melakukan tugas-tugas untuk masa depan yang akan datang dengan lebih baik.


(14)

7. Manajemen by objective

Manajemn by objective adalah sebuah program manajemen yang melibatkan pegawai dalam pengambilan keputusan untuk menentukan sasaran-sasaran yang ingin dicapainya yang dapat dilakukan melalui prosedur.

8. Penilaian secara pisikologis

Penilaian secara pisikologis adalah proses penilaian yang dilakukan oleh para ahli psikologi untuk mengetahui potensi sesorang yang berkaitan dengan pelaksaanaan seperti kemamapuan intelktual motivasi dan lain-lain yang bersifat psikologis

9. Assessment center

Assessment center atau Pusat penilaian adalah penilaian yang dilakukan melalui serangkaian teknik penilaian dan dilakuakan oleh sejumlah penilai untuk mengetahui potensi seseorang dalam melakukan tanggung jawab yang lebih besar.


(15)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian menyangkut semua objek yang ada dan terkait dengan masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Disini yang menjadi objek adalah Analisis Kualitas Sistem Informasi SISKA terhadap Kinerja Karyawan pada bagian Pemasangan Sampai Dengan Proses Pemutusan pada PlasaTelkom Bekasi.

3.1.1.Sejarah Singkat Perusahaan

Perkembangan diawali tahun 1882 terbentuknya sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap pada masa pemerintahan kolonial Belanda kemudian pada Tahun 1906 Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan telekomunikasi.yang diberi nama jawatan pos, telegraph, dan telepon.

Pada tahun 1945 Indonesia didaulat sebagai Negara merdeka dan berdaulat lepas dari pemerintah Jepang. Pada tahun 1961 status jawatan diubah menjadi perusahaan Negara pos dan telekomunikasi (PN postel), kemudian pada tahun 1965 PN Postel dipecah menjadi perusahaan Pos dan Giro, dan perusahaan Negara Telekomunikas (PN Telekomunikasi). Tahun 1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi perusahaan umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional.


(16)

Setelah itu Tahun 1980 PT Indonesian Satellite Corporation (indosat) didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel. Tahun 1989 Undang-undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, tentang peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi. Pada Tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no.25 tahun 1991.

1995 Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. sejak itu saham TELKOM tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham TELKOM juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public

Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange.

Pada Tahun 1996 Kerja sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten – dengan mitra PT Aria West International (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta – dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan – dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia dengan mitra PT Bukaka Singtel. Pada Tahun 1999 Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi. Dan Tahun 2001 TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di


(17)

Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM dengan Indosat.

Dengan transaksi ini, TELKOM menguasai 72,72% saham Telkomsel. TELKOM membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan TELKOM.

2002 TELKOM membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. TELKOM menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan dengan demikian TELKOM memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal.

3.1.2.Visi dan Misi

Dengan nama besarnya PT Telkom mempunyai visi dan misi yang kuat yaitu :

3.1.2.1 Visi Telkom

To become a leading InfoCom player in the region

Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan

InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke


(18)

3.1.2.2 Misi Telkom

Telkom mempunyai misi memberikan layanan " One Stop InfoCom " dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif.

Telkom akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik dengan mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul,

penggunaan teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis.

3.1.3.Struktur Organisasi

Setiap perusahaan pasti memiliki struktur organisasi masing-masing yang berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Struktur organisasi dibuat agar susunan kerja, wewenang, dan tanggung jawab suatu bagian tertentu dapat terlihat dengan jelas. Begitu juga dengan Plasa Telkom Bekasi yang telah memiliki struktur organisasi sebagai berikut :


(19)

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Plasa Telkom Bekasi

3.1.4.Deskripsi Tugas

3.1.4.1. Manager

Manager Unit Pelayanan Plasa Telkom mempunyai tugas pokok yaitu Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pelayanan, dan mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Pelaksanaan teknisi operasional di bidang pelayanan 2. Mengawasi kinerja karyawan

3. Memimpin mengatur dan mengendalikan seluruh pelaksanaan kegiatan Unit Pelayanan

4. Menetapkan rencana kerja operasional tahunan sesuai dengan kebijakan teknis operasional Perusahaan


(20)

5. Memberikan saran, pertimbangan dan atau informasi kepada kepala GM CS Regional

6. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan kegiatan Pelayanan 7. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait

3.1.4.2. Assisten Manager

Bagian Assisten Manager mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan penyusunan dan rencana kerja dan membantu Manager menjalankan tugasnya yaitu:

1. Pelaksanaan teknisi operasional di bidang pelayanan 2. Mengawasi kinerja karyawan

3. Memberikan saran, pertimbangan dan atau informasi kepada Manager

3.1.4.3 Supervisor

Mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan pelayanan dibidang pelayanan, dan bagian Supervisor mempunyai fungsi dan tugas sebagai berikut

1. Memastikan tersedianya data dan informasi yang berhubungan dengan pelayanan kepada pelanggan di Plasa

2 . Memastikan terciptanya kerjasama / hubungan yang kondusif dan sinergis dengan unit terkait

3 Memastikan terselenggaranya pelayanan di Plasa dan pemberian dukungan pelayanan plasa


(21)

4 Memastikan permintaan/keluhan pelanggan ditindaklanjuti (Responsif), pelanggan mendapatkan kepastian kemungkinan pemenuhan pelayanan maupun informasi produk/layanan

(Realibility) dan pelanggan mendapatkan jaminanya (Assurance) 5 Memastikan pencapaian perfomansi/ kinerja unit dan

pengimplementasian sistem pengelolaan kinerja sesuai kebijakan yang berlaku

6 Melakukan briefing, bit, sosialisasi kepada csr terhadan infoproduk dan kebijakan baru

7. Melakukan monitoring, konseling dan evaluasi terhadap csr 8. Mengatur jadwal harian

3.1.4.4 Officer

Mempunyai tugas pokok yaitu membantu tugas pelayanan sebagai berikut

1 menjawab e service yg di distpetch ke plasa 2 membantu operasional plasa

3 mengecek kondisi plasa

3.1.4.5 Staff

Mempunyai Tugas pokok yaitu : 1. Stok Opname Kartu

2. Monitoring Kartu , Voucher 3. Laporan Keuangan Voucher


(22)

4. Handle oprasional Harian (Trems, Klaim Pelanggan,Dll)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian berisi metode apa-apa saja yang akan peneliti ambil untuk memperoleh data-data yang diperlukan dan bagaimana cara mengolahnya agar didapatkan informasi atau hasil yang berkualitas serta valid dan reliable. Menurut Husein Umar (2005:21) yang dimaksud dengan metode adalah suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu secara benar. Sedangkan menurut Furchan (2004:39) metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.

Dari pengertian diatas, diperoleh bahwa metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik data primer meupun sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahaan sehingga akan didapat suatu kebenarandari data yang diperoleh.

Dalam melaksanakan penelitian ini tahapan-tahapan yang penulis lakukan adalah

1. Melakukan pengamatan secara tidak formal dalam rangka mengidentifikasi masalah yang ada

2. Melakukan studi kepustakaan untuk melihat apakah ada keterkaitan antara teori dengan masalah yanng ditemui.


(23)

4. Merancang penelitian yang meliputi penentuan metode yang akan digunakan, menentukan kerangka sampling serta membuat alat ukur

5. Mengumpulkan data lapangan

6. Melakukan analisis data dan penarikan kesimpulan

3.2.1 Design Penelitian

Menurut Jonathan Sarwono (2006:27) yang dimaksud dengan desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan proses penetuan instrument pengambilan data, penentlahuan sample, koleksi data dan analisisnya.

Dalam penelitian yang dilakukan pada kantor Samsat Tasikmlaya, metode yang dirancang adalah metode hypothetico-deductive. Metode ini adalah salah satu metode untuk mencari jawaban yang diperoleh dari proses deduksi. Deduksi adalah suatu proses dimana kita akan sampai kepada sebuah konklusi yang didasarkan pada generalisasi dan fakta yang diketahui (Bambang S. Soedibjo, 2005:14). Sedangkan jenis penelitian ini yang akan diambil adalah metode deskriptif dan asosiatif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk mengetahui nilai variabel mandiri, sedangkan metode asosiatif digunakan untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel (Bambang S. Soedibjo, 2005:7). Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk melihat gambaran mengenai masing-masing variabel mandiri seperti yang ditunjukan dalam judul penelitian ini. Sedangkan metode asosiatif atau metode korelasional untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut. Penelitian ini merupakan kajian cross-sectional yaitu penelitian dilakukan pada suatu periode waktu tertentu


(24)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2004:38), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti yang dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Agar konsep variabel yang diajukan dalam penelitian dapat diukur maka perlu dilakukan variabel tersebut perlu didefinisikan telebih dahulu agar terdapat kesamaan persepsi dalam mengkaji konsep yang sedang diteliti. Definisi ini merupakan definisi kongkrit atau karateristik konsep atau kostruk yang akan diukur (Bambang S.Soedibjo, 2005:47)

Konsep yang diajukan dalam skripsi ini terdiri dari dua variabel. Variabel bebas (indevendent) dan variabel terikat/tidak bebas (dependent). Konsep yang diukur dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut :

a. Variabel bebas (indevendent) adalah Sistem Informasi SISKA (X) yang terdiri dari subvariabel X1, X2,

b. Variabel tidak bebas (dependent) adalah kinerja karyawan (Y)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi

Variabel

Indikator Ukuran Skala Pengukuran

Sistem Informasi (SISKA)

( X ) McLean (2003)

1.1 Performance 1.1.1 Tingkat kecepatan pemrosesan SISKA dalam mengolah data


(25)

1.1.2 Tingkat waktu respon SISKA terhadap tools-tools yang digunakan

1.2.Fungsionality 1.2.1 Tingkat kemampuan SISKA dalam menunjang kegiatan pemasangan sampai dengan pemutusan 1.2.2 Tingkat

kesesuaian fungsi-fungsi yang disampaikan pada Sistem Informasi SISKA dapat mudah dimengerti 1.3 Usability 1.3.1 Tingkat

Kemudahan dalam pengoperasian

1.3.2 Tingkat kesesuian antara input dengan output yang dihasilkan

1.4 Reliability 1.4.1 Tingkat keakuratan output yang dihasilkan Sistem Informasi Kastamer (SISKA)


(26)

1.4.2 Tingkat konsistensi Sistem Informasi dalam menghasilkan hasil/output

1.5 Security 1.5.1 Tingkat kemudahan untuk menjaga data yang dimiliki perusahaan. 1.5.2 Tingkat kemampuan

system untuk membatasi transaksi yang tidak sah yang dilakukan. Kinerja Karyawan

( Y )

(Roger C. Mayer dan James H.Davis ), (Zhu Zhang, M.S.)

2.1 Kemampuan 2.1.1 Tingkat keterampilan dalam menyelesaikan pekerjaan

2.1.2 Tingkat keahlian dalam mengatasi fungsi dari setiap pekerjaan yg diberikan

Ordinal

2.2 Kebajikan 2.2.1 Tingkat kebajikan dalam setiap pekerjaan yg diberikan. 2.3 Integritas 2.3.1 Tingkat Kejujuran

dari setiap pekerjaan yang diperoleh

2.3.2 Tingkat

Konsistensi dalam mengumpulkan informasi dan memprediksi setiap pekerjaan.

2.4 Kepercayaan 2.4.1 Tingkat kepercayaan atasan terhadap pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan


(27)

2.5 Kecenderungan 2.5.1 Tingkat Pengetahuan tentang job desk yang diberikan

2.6 Perantaraan 2.6.1 Tingkat perantaraan Sistem Informasi Siska untuk menyelesaikan pekerjaan

2.7 Ketepatan 2.7.1 Tingkat ketepatan dalam menyelesaikan tugas sesuai waktu

3.2.3 Skala Pengukuran

Sedangkan dalam pengukuran suatu variabel skala pengukuran merupakan salah satu untuk menglasifikasikan variable yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan analisis data dan menuntukan langkah penelitian selanjutnya. Tipe skala pengukuran yang peneliti ambil adalah skala likert’s yaitu jenis skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala social yang sedang berlangsung. Skala Likert yang digunakan berisi 1 sampai 5 dengan bobot nilai sebagai berikut :


(28)

Tabel 3.2

Penilaian Pengukuran Skala Likert

Tingkatan Persetujuan

Pernyataan

Positif Negatif

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Cukup 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

3.2.4 Metode Penarikan Sampel

Dalam pelaksanaan penelitian ini, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai populasi yang akan diteliti sehingga dapat diperoleh keputusan apakah penelitian ini memerlukan sampel atau tidak dan bagaimana cara pengambilan sampel tersebut.

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2008:115), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya

Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah Karyawan Plasa Telkom yang berjumlah 30 orang. Dengan harapan hasil penelitian relevan dengan fakta yang ada dan tidak ada kesalahan dalam proses menganalisa hasil penelitian


(29)

sehingga menjadi informasi penting bagi lingkungan intansi itu sendiri dan masyarakat.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2008:116), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi

3. Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sensus dimana menurut Marzuki (2002:41) sensus adalah mencatat semua elemen yang diselidiki. Jadi menyelidiki semua objek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa, dan yang dihasilkan adalah nilai karakteristik sesungguhnya (true value). Cara sensus yaitu perhitungan yang lengkap (a complete enumeration method). Pertimbangan sensus karena ukuran populasi kecil dan dapat dijangkau oleh peneliti yaitu sebanyak 25 orang.

3.2.5 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Adapun jenis dan metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

3.2.5.1 Jenis Data Primer Dan Sekunder

1. Data Primer

Untuk mendapatkan data maupun informasi yang diperlukan, maka dalam penelitian diperlukan sebuah metode atau teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data primer. Metode Pengumpulan data yang dilakukan diantaranya :


(30)

a. Observasi

Yaitu teknik yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap kegiatan perusahaan sebagai objek penelitian dimana dalam hal ini diteliti dengan baik secara langsung dan menunjang pengumpulan data-data yang berhubungan dengan pembahasan dan kemudian pencatatan langsung dari sumber tertulis pada lokasi penelitian. Adapun Obeservasi yang penulis lakukan yaitu pada karyawan-karyawan bagian Pelayanan yang menggunakan Sistem Informasi Aplikasi SISKA ini.

b. Wawancara

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan terhadap bagian-bagian tertentu yang peneliti anggap ada kaitannya dengan materi penyusunan penelitian ini. Adapun wawancara yang penulis lakukan pada manager farm dan karyawan-karyawan yang menggunakan Sistem Informasi Aplikasi SISKA ini.

c. Penyebaran kuesioner

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan penyebaran pertanyaan berupa kuesioner untuk di isi dan di jawab oleh para responden dalam hal ini seluruh karyawan Plasa Telkom Bekasi yang menggunakan Sistem Informasi SISKA ini dengan memperhatikan karakteristik dari para responden itu sendiri. Tujuan dari penyebaran kuesioner ini sendiri adalah untuk mendapatkan data-data yang akurat dari objek penelitian tentang keadaan yang sesungguhnya terjadi di lapangan.


(31)

2. Data Sekunder

Dokumen - dokumen yang berhubungan dan terlibat dengan Sistem Informasi Aplikasi SISKA yang kinerja karyawan di Plasa Telkom Bekasi adalah sebagai berikut

a. Dokumen Data karyawan

b. Laporan Hasil kinerja karyawan, dll.

3.2.6 Teknik Pengujian Data

a. Uji Validitas

Uji validitas data dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas data dan derajat kebenaran (valid atau tidaknya suatu item pernyataan pada kuesioner yang diberikan pada responden) dari suatu proses pengumpulan data pada instrument penelitian. Menurut Abdurrahman (2004:193) Validitas merupakan ketepatan alat ukur yang digunakan ditinjau dari standar yang berlaku pada saat digunakan. Untuk menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 maka faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat (Sugiyono,2010:126).

Berikut adalah dasar dalam pengambilan keputusan :

1. Jika r positif, serta r hitung 0,3 (r kritis) maka item pertanyaan tersebut valid

2. Jika r tidak positif, serta r hitung 0,3 (r kritis) maka item pertanyaan tersebut tidak valid

3. Untuk pengujian validitas ini instrumen penelitian yang berupa skor yang memiliki tingkatan, menggunakan software SPSS 15.0 For Windows dan


(32)

Microsoft Excel 2007 dan rumus yang digunakan adalah korelasi Pearson

Product Moment dengan:

Keterangan :

r = koefisien validitas item yang dicari

X = skor yang diperoh subjek dalam setiap item Y = skor total yang diperoleh subjek dari seluruh item X = jumlah skor dalam distribusi X

Y = jumlah skor dalam distribusi Y

X² = jumlah kuadrat masing-masing skor X Y² = jumlah kuadrat masing-masing skor Y n = banyaknya responden.

Koefisien validitas dianggap valid jika rhitung > rkritis pada = 1%.

Hasil uji validitas menggunakan software SPSS 15.0 For Windows, adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Uji Validitas Kualitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA)

Item r-hitung r-kritis Kesimpulan

Item 1 0,605 0,3 Valid

Item 2 0,438 0,3 Valid

Item 3 0,367 0,3 Valid

Item 4 0,413 0,3 Valid

Item 5 0,333 0,3 Valid

Item 6 0,463 0,3 Valid

Item 7 0,362 0,3 Valid

Item 8 0,643 0,3 Valid

Item 9 0,633 0,3 Valid


(33)

Item 11 0.642 0,3 Valid

Item 12 0,703 0,3 Valid

Item 13 0,585 0,3 Valid

Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 15.0 For Windows (2010) Kesimpulan dari tabel di atas bahwa instrument pada variabel X (Kualitas Sistem Informasi Kastamer(SISKA) pada setiap Item Pernyataan yang penulis ajukan dalam kuesioner dapat mewakili objek yang diteliti, dimana dari 13 pernyataan variabel X Kualitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA )Valid Sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item yang digunakan untuk mengukur validitas Kualitas Sistem Informasi (SISKA) mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian

Tabel 3.4

Uji Validitas Kinerja(Y)

Item r-hitung r-kritis Kesimpulan

Item 1 0,810 0,3 Valid

Item 2 0, 782 0,3 Valid

Item 3 0, 697 0,3 Valid

Item 4 0, 638 0,3 Valid

Item 5 0, 619 0,3 Valid

Item 6 0, 583 0,3 Valid

Item 7 0, 556 0,3 Valid

Item 8 0, 288 0,3 Tidak Valid

Item 9 0,807 0,3 Valid

Item 10 0,511 0,3 Valid

Item 11 0,705 0,3 Valid

Item 12 0,675 0,3 Valid

Item 13 0,690 0,3 Valid

Item 14 0,006 0,3 Tidak Valid

Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 15.0 For Windows (2010) Kesimpulan dari tabel di atas bahwa instrument pada variabel Y (Kinerja) pada setiap Item Pernyataan yang penulis ajukan dalam kuesioner dapat mewakili objek yang diteliti, dimana dari 14 pernyataan variabel Y


(34)

(Kinerja karyawan). Hanya 12 yang Valid dan 2 tidak valid Sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item yang digunakan untuk mengukur validitas kinerja karyawam akan mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Uji Relibilitas

Reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian dan kekonsistenan. Uji reabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian menggunakan rumus Alpha-Cronbach.

Menurut sekaran dalam Bambang S.Soedibjo (2005:72),

”kriteria penilaian terhadap koefisien -Cronbach adalah jika koefisien kurang dari 0,6 maka instrumen dikatakan kurang reliabel, jika diatanra 0,6 dan 0,8 dikatakan cukup reliabel, sedangkan jika lebih besar 0,8 maka instrumen dikatakan sangat reliabel.”

Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.

Didalam uji reliabilitas, penulis menggunakan program SPSS 15.0

For Windows, sehingga dengan SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur

reliabilitas dengan uji statistic Cronbach’s Alpha. Berikut adalah hasil uji reliabilitas dengan menggunakan uji statistic Cronbach’s Alpha dengan menggunakan SPSS 15.0 For Windows :


(35)

Tabel 3.5

Uji Reliabilitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA) (X)

Reliability Statistics

.858

13

Cronbach's

Alpha

N of Items

Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 15.0 For Windows

Berdasarkan tabel 3.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa instrument variabel X (Sistem Informasi Kastamer) memiliki Cronbach’s Alpha 0,837 maka alat ukur atau kuesioner dikatakan reliabel atau diterima.

Tabel 3.6

Uji Reliabilitas Kinerja Karyawan(Y)

Reliability Statistics

.895

14

Cronbach's

Alpha

N of Items

Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 15.0 For Windows

Berdasarkan tabel 3.6 diatas, dapat disimpulkan bahwa instrument variabel Y (Kinerja Karyawan) memiliki Cronbach’s Alpha 0,895 maka alat ukur atau kuesioner dikatakan reliabel atau diterima.

3.2.7 Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan Asosiatif Metode deskriptif digunakan untuk manggambarkan tentang ciri-ciri responden, mengidentifikasi rata-rata dan kecendrungan jawaban responden terhadap


(36)

pernyataan mengenai Sistem Informasi SISKA terhadap kinerja Karyawan. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengukur kedua variable antara Sistem Informasi SISKA dengan kinerja karyawan. Dan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik yang relevan.

Pengujian asosiatif digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara dua variabel, yaitu hubungan antara variabel X dan variabel Y, dalam hal ini Peranan Sistem Informasi SISKA terhadap kinerja karyawan.

Sedangkan pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara Sistem Informasi SISKA terhadap kinerja karyawan atau tidak. Jika ada seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan apakah signifikan atau tidak.

Adapun hipotesis yang akan diteliti sesuai dengan judul yaitu :

H0 : Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Sistem Informasi Kastamer (SISKA)terhadap kinerja karyawan

H1 : Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Sistem Informasi Kastamer(SISKA) terhadap kinerja karyawan

3.2.7.1. Analisis Deskriptif atau Kualitatif

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriftif dengan pendekatan kualitatif, metode ini adalah metode yang memberikan manfaat untuk menjaring persoalan yang akan diteliti. Tujuan melakukan penelitian dengan menggunakan metode analisis deskriftif dengan pendekatan kualitatif adalah


(37)

untuk mendapatkan pemahaman atas masalah dan faktor-faktor yang mendasarinya.

Data kualitatif dalam statistik dapat berupa data berskala ordinal. Data berskala ordinal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi atau klasifikasi. Akan tetapi diantara kategorisasi data tersebut terdapat hubungan atau jenjang yang menunjukkan ketidaksetaraan. Untuk mendapatkan data berskala ordinal pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner hendaknya menggunakan opsi jawaban model skala Likert dan untuk kepentingan pengolahan data di SPSS, maka opsi-opsi yang berupa teks tersebut harus dikuatifikasi (diberi simbol angka). Pada umumnya opsi jawaban terdiri atas 5 (lima) opsi sebagai berikut :

SS : Sangat Setuju = diberi bobot 5

S : Setuju = diberi bobot 4

TT : Tidak Tahu/Netral = diberi bobot 3

TS : Tidak Setuju = diberi bobot 2

STS : Sangat Tidak Setuju = diberi bobot 1

Angka 1 sampai dengan 5 tersebut hanya merupakan simbol atau bukan angka sebenarnya dan bersifat relatif.

Dari setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kedua variabel (variabel bebas dan variabel terikat) tersebut, diukur dengan menggunakan skala likert. Pengertian skala Likert menurut Sugiyono (2009:93)

adalah sebagai berikut:

“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”


(38)

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap seseorang dengan menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap subyek, objek atau kejadian tertentu. Untuk menilai variable X dan varibel Y, maka analisis yang digunakan berdasarkan rata-rata dari masing-masing varibel. Nilai rata-rata ini diperoleh dengan menjumlahkan data keseluruhan dalam setiap variabel, kemudian dibagi dengan jumlah responden.

Setelah diperoleh rata-rata dari masing-masing variabel kemudian dibandingkan dengan kriteria yang penulis tentukan berdasarkan nilai terendah dan nilai tertinggi dari hasil kuesioner. Untuk variabel X terdapat 13 pertanyaan, nilai tertinggi variable X adalah 5 sehingga (5 x 13= 65), sedangkan nilai terendah adalah 1. maka (1 x 13 = 913. Atas dasar nilai tertinggi dan terendah tersebut, maka dapat ditentukan rentang yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah kriteria. Dengan demikian dapat ditentukan panjang kelas masing-masing variabel. Untuk variabel Y terdapat 8 pertanyaan, nilai tertinggi variable Y adalah 5 sehingga (5 x 14= 70), sedangkan nilai terendah adalah 1, maka (1 x 14= 14). Atas dasar nilai tertinggi dan terendah tersebut, maka dapat ditentukan rentang yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah kriteria.

Untuk dampak Sistem Informasi Karyawan (SISKA)terhadap kinerja karyawan pada bagian pemasangan sampai dengan pemitusan di Plasa Telkom Bekasi, maka ditetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian dapat dilihat dari perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden sesuai dengan nilai yang


(39)

diberikan, sedangkan skor ideal diperoleh melalui prediksi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah kuesioner dikali jumlah responden, sehingga rumusnya adalah:

x 100%

Keterangan :

1. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan

2. Skor ideal adalah skor atau nilai tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi

Selanjutnya hasil tersebut dikonfirmasikan dengan kriteria yang telah ditetapkan, dapat dilihat pada tabel berkut.

Tabel 3.7

Kriteria Persentase Skor Tanggapan Terhadap Skor Ideal

N % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00 – 36.00 Tidak Baik

2 36.01 – 52.00 Kurang Baik

3 52.01 – 68.00 Cukup

4 68.01 – 84.00 Baik

5 84.02 – 100 Sangat Baik


(40)

Tabel 3.8

Kriteria keeratan koefisien korelasi Champpion

Koefisien korelasi Derajat Hubungan

+ 0,00 – 0,25 Tidak ada hubungan atau hubungan yang sangat lemah + 0,26 – 0,50 Hubungan cukup lemah

+ 0,51 – 0,75 Hubungan yang cukup kuat + 0,76 – 1.00 Hubungan sangat kuat

3.2.7.2Analisis Verifikatif atau Kuantitatif

Pengertian analisis kuantitatif secara umum adalah hasil suatu masalah yang akan diteliti lebih lanjut. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan statistik inferensi. Dan data penelitian dari penyebaran kuesioner memiliki tingkat pengukuran ordinal. Untuk melakukan analisis verifikatif dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan korelasi pearson product moment memerlukan data dengan skala pengukuran sekurang-kurangnya interval. Maka untuk keperluan analisis terlebih dahulu dilakukan transformasi dari data skala ordinal ke interval dengan menggunakan metode succesive interval (Successive Intervals Method).

Statistik inferensi digunakan juga digunakan sebagai pengambilan keputusan dan pada umumnya menyertakan pengambilan keputusan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian yaitu menggunakan

software SPSS 15 for windows, adapun langkah-langkahnya dengan

menggunakan analisis korelasi, analisis regresi dan koefisien determinasi serta uji t.


(41)

Penelitian verifikatif adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel bebas (X) yaitu kualitas system informasi kastamer (SISKA) dan variabel terikat (Y kinerja. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak. Metode kuantitatif adalah metode pengolahan data berbentuk angka. Metode kuantitatif dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Korelasi

Analisis korelasi adalah suatu teknik antara variabel-variabel bebas dengan veriabel-variabel terikat. Korelasi digunakan untuk melihat kuat lemahnya hubungan antara variabel bebas yaitu Sistem Informasi Kastamer (SISKA) dan variabel terikat (kinerja karyawan). Korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan software SPSS 15.0 For Windows. Analisis korelasi Pearson Product Moment ditujukan untuk mengukur derajat keeratan hubungan diantara variabel-variabel tersebut, apakah derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut sangat erat, cukup erat, atau tidak ada hubungan sama sekali. Rumus untuk koefisien korelasi Pearson Product Moment adalah sebagi berikut:


(42)

Keterangan:

r = Korelasi Pearson Product Moment

x =Sistem Informasi Kastamer (SISKA) y = kinerja

n = Jumlah Sampel

Batas koefisien korelasi ditentukan dengan -1 ≤ r ≤1, dimana:

r = 0 atau mendekati 0 artinya: tidak terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y.

r = 1 atau mendekati 1 artinya: adanya hubungan sempurna langsung antara variabel X dan variabel Y.

r = -1 atau mendekati -1 artinya: adanya hubungan sempurna tak langsung antara variabel X dan variabel Y.

Sebagai dasar pengukuran, maka interprestasi koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.9

Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat


(43)

2. Analisis Regresi

Analisis regresi adalah teknik analisis yang meliputi metode-metode yang digunakan untuk memprediksi nilai-nilai dari satu atau lebih variabel terikat yang dihasilkan adanya pengaruh satu atau lebih variabel bebas. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier sederhana. Regresi linier mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier yang melibatkan satu variabel bebas untuk digunakan sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel terikat. Adapun persamaan umum regresi linier sederhana :

Dimana :

Besar a dapat diketahui dengan rumus :

(

)(

)

(

)

2

2 X X n Y X XY n b − − =

Sedangkan besar b dapat diketahui dengan rumus :

(

)(

)

(

)

2 2 X X n Y X XY n b − − = Keterangan : Y = kinerja

a = Sistem Informasi Kastamer (SISKA) b = konstanta

X = Koefisien variabel X n= Banyaknya sampel


(44)

3. Koefisien Determinasi

Dengan terdapatnya angka perhitungan koefisien korelasi, maka akan didapat besarnya angka koefisien determinasi, dimana akan dinyatakan besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Koefisien Determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas (variabel X) terhadap variabel terikat (variabel Y). Koefisien determinasi di hitung dengan cara mengkuadratkan hasil korelasi kemudian dikalikan dengan 100%.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

(Sumber: Jonathan, 2005:72)

Keterangan :

Kd = Koefisien determinasi = Koefisien korelasi

3.2.7.3Pengujian Hipotesis

Berdasarkan pada alat statistik yang digunakan dan hipotesis penelitian di atas maka penulis menetapkan dua hipotesis yang digunakan untuk uji statistiknya yaitu hipotesis nol (Ho) yang diformulasikan untuk ditolak dan hipotesis alternatif (H1) yaitu hipotesis penulis yang diformulasikan untuk diterima, dengan perumusan sebagai berikut :


(45)

Ho : = 0, Sistem Informasi Kastamer (SISKA)tidak berdampak terhadap kinerja karyawan pada bagian pemasangan samapi dengan pemutusan diPlasa Telkom Bekasi.

H1 : 0, Sistem Informasi Kastamer (SISKA) berdampak terhadap kinerja karyawan pada bagian pemasangan samapi dengan pemutusan diPlasa Telkom Bekasi.

Untuk menguji hipotesis yang di atas, menurut Sugiyono (2009:312) mengatakan bahwa :

“Bila sampel lebih besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati distribusi normal digunakan uji Z “

Dikarenakan jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 orang, maka untuk melakukan pengujian hipotesis di atas, dilakukan dengan cara Pengujian menggunakan Uji t yaitu :

T hitung > t tabel, maka Ho ditolak H1 diterima T hitung t tabel, maka Ho diterima H1 ditolak dengan taraf signifikan =1%

Kriteria uji T adalah thitung > t table maka H0 ditolak dan H1 diterima yang didapat dari tabel distribusi t dengan α = 0,01(1%), apabila thitung ttable maka H0 diterima dan H1 ditolak yang didapat dari table distribusi dengan α = 0,01 (1%) . Keterangan :

T = Statistik uji korelasi


(46)

n = jumlah atau objek (responden)

Hasil uji ini lalu dibandingkan dengan harga kritis “t” dari tabel dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan antara Sistem Informasi SISKA terhadap kinerja karyawan 2. Jika -thitung –ttabel atau thitung ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak,

artinya ada hubungan antara Sistem Informasi SISKA terhadap kinerja karyawan

Gambar 3.2


(47)

4.1Hasil Penelitian

Adapun hasil dari penelitian yang berjudul “Analisis Kualitas Sistem

Informasi Kastamer (SISKA) Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Di Pelayanan Pemasangan Sampai Dengan Pemutusan Di Plasa Telkom Bekasi”

Adalah sebagai berikut :

4.1.1 Karakteristik Responden

Didalam penelitian ini untuk mengumpulkan data primer dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner untuk mengetahui tanggapan karyawan dan manager terhadap penggunaan Sistem Informasi Kastamer (SISKA) dampaknya terhadap kinerja karyawan pada Plasa Telkom Bagian Pemasangan sampai Dengan Pemutusan. Penyebaran kuesioner dilakukan terhadap 25 orang responden yang menjadi sampel penelitian.

Untuk mendapat gambaran tentang responden, berikut adalah karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, status, tingkat pendidikan, dan masa kerja.

4.1.1.1Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai karakteristik karyawan berdasarkan jenis kelamin yang diuraikan pada tabel di bawah ini:


(48)

Tabel 4.1

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase %

Laki-laki 10 40%

Perempuan 15 60%

Jumlah 25 100%

Sumber : Data Hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat dari 25 orang responden, diperoleh frekuensi responden perempuan sebesar 10 orang dengan presentase 40% sedangkan frekuensi responden laki-laki sebesar 15 orang dengan presentase 60%. Hal ini didasarkan karena perusahaan ini bergerak dibidang Telekomunikasi yang mengharuskan karyawan dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dibutuhkan

lebih banyak karyawan perempuan dibandingkan karyawan laki-laki. .

4.1.1.2 .Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai karakteristik karyawan berdasarkan Usia yang diuraikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Karakteristik responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah %

20-30 tahun 13 52%

31-40 tahun 7 28%

41-50 tahun 5 20 %

Total 25 100%

Sumber : Data primer yang telah diolah 2011

Berdasarkan tabel 4.2. dapat dilihat dari 25 orang responden diperoleh frekuensi responden berdasarkan usia adalah responden yang berusia 41 – 50 tahun sebesar 5 orang dengan presentase 20 %, frekuensi responden yang berusia 31 – 40 tahun sebesar 7 orang dengan presentase 28 % dan frekuensi responden yang berusia 20 – 30 tahun sebesar 13 orang dengan presentase 52 %. Maka dapat


(49)

disimpulkan bahwa mayoritas usia karyawan adalah antara 20-30 tahun. Dimana karyawan yang berusia 20-30 tahun, merupakan karyawan bagian pelayanan

perusahaan Hal ini dikarenakan pada usia 20-30 tahun itu lebih banyak

dibandingkan dengan yang lebih tua di atasnya, karena pada usia 20-30 tahun dianggap usia yang sangat cocok atau sangat produktif dalam melakukan pelayanan terhadap pelanggan lebih akurat. Maupun kinerja yang dihasilkannya dapat berdampak positif bagi perusahaan, sesuai dengan hasil tanggapan responden, kinerja yang dihasilkan terbilang sangat baik

4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status

Berdasarkan penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai karakteristik karyawan berdasarkan Status yang diuraikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Status

Status Jumlah Persentase (%)

Menikah 12 48 %

Belum Menikah 13 52%

Total 25 100

Sumber : Data Kuesioner yang telah diolah (2011)

Dari tabel 4.3 dapat dilihat dari 25 orang responden, dapat diperoleh frekuensi responden berdasarkan status yaitu bahwa responden yang sudah menikah sebanyak 12 orang ata 48 % dan yang belum menikah sebanyak 13 orang atau 52 %. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden atau karyawan Plasa Telkom Bekasi belum menikah dikarenakan perusahaan menginginkan kinerja yang optimal dari para karyawan.


(50)

4.1.1.4Karakteristik Responden terhadap Tingkat Pendidikan

Berdasarkan penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai karakteristik karyawan berdasarkan Tingkat Pendidikan yang diuraikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SMP 0 0

SMA/SMK/STM 0 0

Diploma/D3 5 20 %

Sarjana/S1 18 72 %

Magister/S2 2 8 %

Total 25 100%

Sumber : Data Kuesioner yang telah diolah (2011)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat dari 25 orang responden diperoleh frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikannya, yaitu S1/S2 sebesar 20 orang dengan presentase 80 %, frekuensi responden yang tingkat pendidikannya Diploma/D3 sebesar 5 orang dengan presentase 20 % .Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan karyawan pada PT.Plasa Telkom Bekasi Bagian Pemasangan Samapai Dengan Pemutusan Telepon mayoritas tingkat S1 Artinya mayoritas karyawan PT. Plasa Telkom Bandung memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan Pelayanan diPlasa Telkom Bekasi memakai Sistem Informasi yang cukup rumit sehingga membutuhkan pendidikan yang tinggi pengetahuan yang tinggi untuk memahaminya,disamping itu Plasa Telkom Bekasi juga menuntut para karyawannya untuk dapat berkomunikasi yang baik dengan pelanggan dengan


(51)

bahasa yang dapat dimengerti dengan baik pelanggannya,hal ini mudah diterapkan dengan pendidikan terakhir S1, dan untuk kinerja yang dihasilkan sangat baik seperti yang sesuai dengan hasil tanggapan responden

4.1.1.5 Karakteristik Responden terhadap Masa Kerja

Berdasarkan penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai karakteristik karyawan berdasarkan Masa kerja yang diuraikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5

Karakteristik responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1-5 10 40 %

6-10 3 12 %

11-15 9 36 %

> 16 3 12 %

Total 25 100%

Sumber : Data Kuesioner yang telah diolah (2011)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat dilihat dari 25 orang responden, diperoleh frekuensi responden berdasarkan masa kerjanya yaitu, 1-5 tahun responden yang bekerja sebanyak 10 orang atau 40 %, 6-10 tahun sebanyak 3 orang 12 %, 11-15 tahun sebanyak 9 orang 36 % dan responden yang bekerja lebih dari 16 tahun sebanyak 3 orang atau 12 %. Dari kondisi tersebut dapat dapat disimpulkan, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas karyawan telah mempunyai masa kerja antara 1-5 tahun dan itu menandakan bahwa perusahaan mempunyai standar kualitas dalam memilih karyawan.Hal ini dikarenakan Plasa Telkom selalu menginginkan karyawan yang produktif.


(52)

4.1.2. Prosedur Sistem yang Sedang Berjalan (SISKA) 4.1.2.1 Tampilan Permintaan Mutasi SISKA

Gambar 4.1 Tampilan setelah login

Tampilan ini merupakan salah satu proses awal SISKA dalam menjalankan proses pemasangan sampai dengan pemutusan’

Gambar 4.2 Tampilan Permintaan Mutasi

Data pelanggan yang terdapat pada bagian pemasangan sampai dengan pemutusan telepon yang sudah terdaftar dalam database secara otomatis.Sehingga


(53)

proses mutasi yang diinginkan pelanggan dapat lansung berjalan dengan baik.

Gambar 4.3 Tampilan Alamat Instalasi

Alamat Instalasi sudah lansung terbuka otomatis sewaktu kata-katanya diblok

Gambar 4.4

Tampilan Informasi proses Disconnection

Kemudian informasi paket yang diinginkan sudah tersedia,adalah proses


(54)

4.1.2.2 Diagram Sistem Prosedur (Flowmap)

Untuk menjalankan prosedur sistem digunakan diagram prosedur yang terbentuk dari hasil analisis dokumen dan analisis prosedur. Diagram prosedur sistem dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

A1

Gambar 4.5


(55)

Prosedur pada prosesmutasi Sistem Informasi Kastamer (SISKA) :

1. Pelanggan yang telah memakai produk telepon rumah Telkom yang karena

suatu hal tertentu ingin melakukan mutasi, maka harus mengisi data permohonan mutasi terlebih dahulu.

2. Customer service yang melayani permohonan tersebut akan terlebih

dahulu melakukan pengecekan terhadap database pelanggan yang berisi data pelanggan, tanggal penggunaan layanan Telkom dan data pemakaian produk Telkom

3. Setelah data-data tersebut sesuai dengan database pelanggan dan kondisi

memungkinkan untuk permintaan mutasi tersebut dieksekusi, maka

customer service segera melakukan inputing data permohonan mutasi dan

menyimpannya di database mutasi.

4. Dengan system online, maka data mutasi inilah yang akan menjadi trigger

kasir untuk mengenakan biaya mutasi atas permohonan mutasi customer tersebut.

5. Setelah terjadi transaksi pembayaran, maka data pembayaran divalidasi

dan artinya permohonan mutasi akan segera dieksekusi . Transaksi inilah yang disebut data validasi pembayaran yang kemudian disimpan di database pembayaran oleh kasir dan customer pun mendapatkan data validasi ini berupa struk pembayaran.

6. Data pembayaran permohonan mutasi ini akan diolah dengan data yang

lainnya menjadai laporan keuangan yang akan diserahkan pada manajer bagian.


(56)

4.1.2.3. Diagram Konteks

Berikut ini adalah diagaram konteks dari Sistem Informasi Kastamer (SISKA) yang meliputi

Gambar 4.6

Diagram konteks Sistem Yang Sedang Berjalan

4.1.2.4. Data Flow Diagram (DFD)

DFD ini adalah digunakan untuk membuat sebuah model sistem informasi dalam bentuk jaringan proses yang saling berhubungan satu sama lainnya oleh aliran data. Fungsi dari DFD adalah untuk memperjelas gambaran mengenai sistem tersebut terutama aliran data data dalam proses pemasangan sampai dengan pemutusan.

Berikut adalah DFD dari sistem yang sedang berjalan yang meliputi absensi, shift security, lembur dan cuti serta penggajian karyawan. Adapun DFD


(57)

yang sedang berjalan dari Sistem Informasi Kastamer (SISKA)adalah sebagai berikut :

Gambar 4.7

Data Flow Diagram Yang Sedang Berjalan

4.1.3 Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Sistem Informasi Siska Pada bagian Pemasangan Sampai Dengan Pemutusan di Plasa Telkom Bekasi.

Tanggapan Responden terhadap Kualitas Sistem Informasi Kastamer

(SISKA)Pada Bagian Pemasangan Sampai Dengan Pemutusan di Plasa Telkom Bekasi berdasarkan Jawaban responden terhadap indikator kualitas Sistem Informasi berdasarkan teori Gabriel Morgan 2007, dapat di ukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(58)

% skor aktual = x 100%

Keterangan :

1. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah

diajukan.

2. Skor ideal adalah nilai tertinggi atau semua responden diasumsikan

memilih jawaban dengan skor tertinggi (5 X 25= 125).

Selanjutnya hasil tersebut diolah dan dihitung dengan kriteria yang telah ditetapkan, kemudian hasil dari tanggapan responden terhadap Kualitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Sistem Informasi Kastamer(SISKA)

Instrument Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Skor aktual

86 123 118 119 119 118 115 108 123 118 122 120 112 1501

Skor ideal

122 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 1750

Sumber : Data Primer yang telah diolah (2010)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden terhadap kualitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA) Plasa Telkom Bekasi berdasarkan Jawaban responden terhadap indikator kualitas Sistem Informasi menurut Gabriel Morgan adalah sebesar 85,77%, hal itu berarti


(59)

tanggapan menurut responden adalah sangat baik, karena % itu dalam tabel 4.6 tentang kriteria persentase skor terhadap skor ideal ada diantara 84,02 -100

maka hasilnya dinyatakan Sangat Baik.

Adapun tabel kriteria persentase skor tanggapan terhadap skor ideal yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.7

Kriteria Persentase Skor Tanggapan Terhadap Skor Ideal

No % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00 – 36.00 Tidak Baik

2 36.01 – 52.00 Kurangaik

3 52.01 – 68.00 Cukup

4 68.01 – 84.00 Baik

5 84.02 – 100 Sangat Baik

(Sumber : Umi Narimawati, 2007 : 84-85)

Untuk melihat lebih spesifik dan lebih detail hasil dari tanggapan responden terhadap kualitas Sistem Informasi Kastamer (SISKA) dapat dilihat pada tabel- tabel berikut:

Tabel 4.8

Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Performance

Item Pernyataan 1 Sistem Informasi Kastamer (SISKA) Memiliki kecepatan dalama proses pengolahan data pelanggan pada saat proses mutasi

Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah

Sangat Mampu 5 21 70

Mampu 4 4 16

Tidak Tahu/ Netral 3 0 0

Tidak Mampu 2 0 0

Sangat Tidak Mampu 1 0 0

Jumlah Responden 25

Skor Aktual 86

Skor Ideal 125

Sumber : Data hasil Kuesioner 2010


(60)

Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Kastamer (SISKA) telah sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan perusahaan adalah sebesar 68,8 %. Ini

menunjukan bahwa pernyataan kuesioner 1 dari indikator Performance menurut

tabel 4.8 mengenai kriteria persentase skor tanggapan terhadap skor ideal, termasuk dalam kategori Baik. Hal ini mengindentifikasikan bahwa tingkat spesifikasi Sistem Informasi Kastamer (SISKA) sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Tabel 4.9

Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Performance Item Pernyataan 2 Tingkat spesifikasi Sistem Informasi Kastamer (SISKA)

memiliki pengetahuan tentang fungsi yang dibutuhkan oleh pelanggan

Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah

Sangat Mampu 5 23 115

Mampu 4 2 8

Tidak Tahu/ Netral 3 0 0

Tidak Mampu 2 0 0

Sangat Tidak Mampu 1 0 0

Jumlah Responden 25

Skor Aktual 123

Skor Ideal 125

Sumber : Data hasil Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap Tingkat spesifikasi Sistem Informasi Kastamer (SISKA) sudah mampu menjembatani pencapaian tujuan perusahaan adalah

sebesar 98,4 %. Ini menunjukan bahwa pernyataan 2 dari indikator Performance


(61)

persentase skor tanggapan terhadap skor ideal, termasuk dalam kategori Sangat Baik. Hal ini mengindentifikasikan bahwa tingkat spesifikasi sudah sangat mampu memenuhi tujuan perusahaan.

Tabel 4.10

Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Functionality Sistem Informasi Kastamer (SISKA)mampu manjalankan fungsi dalam

proses mutasi

Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah

Sangat Mampu 5 18 90

Mampu 4 7 28

Tidak Tahu/ Netral 3 0 0

Tidak Mampu 2 0 0

Sangat Tidak Mampu 1 0 0

Jumlah Responden 25

Skor Aktual 118

Skor Ideal 125

Sumber : Data hasil Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Kastamer (SISKA) adalah sebesar 94,4%. Ini menunjukan bahwa Sistem Informasi Kastamer (SISKA) telah sangat baik dan mampu menjembatani kebutuhan yang diinginkan perusahaan


(62)

Tabel 4.11

Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Functionality Item pertanyaan 4 Sitem Informasi Kastamer mampu menyesuaikan fungsi yang

disampaikan agar mudah dimengerti perusahaan

Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah

Sangat mampu 5 19 95

Mampu 4 6 24

Tidak Tahu/ Netral 3 0 0

Tidak mampu 2 0 0

Sangat Tidak mampu 1 0 0

Jumlah Responden 25

Skor Aktual 119

Skor Ideal 125

Sumber : Data hasil Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa

tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Kastamer (SISKA) Memiliki

tingkat kemampuan untuk menyampaikan informasi agar mudah dimengerti

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan adalah sebesar %. Ini

menunjukan bahwa pernyataan 4 dari indikator Functionality menurut tabel 4.7

mengenai kriteria persentase skor tanggapan terhadap skor ideal, termasuk dalam kategori Sangat Baik. Hal ini mengindentifikasikan bahwa Sistem Informasi Kastamer (SISKA)Memiliki tingkat kemudahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan.


(63)

Tabel 4.12

Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Functionality I Item Pernyataan 5 Sistem Informasi Kastamer (SISKA)mampu

menjalankan fungsinya dalam proses ganti alamat

Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah

Sangat Mampu 5 19 95

Mampu 4 6 24

Tidak Tahu/ Netral 3 0 0

Tidak Mampu 2 0 0

Sangat Tidak Mampu 1 0 0

Jumlah Responden 25

Skor Aktual 119

Skor Ideal 125

Sumber : Data hasil Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Kastamer (SISKA)mampu

mengefisiensi waktu dalam menyelesaikan pekerjaan adalah sebesar %. Ini

menunjukan Sangat Baik. Hal ini mengindentifikasikan bahwaSistem Informasi

Kastamer (SISKA)mampu menjalankan fungsinya dengan sangat baik dalam proses ganti alamat.


(64)

Tabel 4.13

Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Item Functionality I Pernyataan 6 Dengan menggunakan Sistem Informasi Kastamer (SISKA)

dapat menjalankan fungsinya dalam proses disconnection dengan akurat

Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah

Sangat mampu 5 18 90

Mampu 4 7 28

Tidak Tahu/ Netral 3 0 0

Tidak Setuju 2 0 0

Sangat Tidak Setuju 1 0 0

Jumlah Responden 25

Skor Aktual 118

Skor Ideal 125

Sumber : Data hasil Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa tanggapan responden bahwa Dengan menggunakan Sistem Informasi Kastamer (SISKA) adalah sebesar Ini menunjukan bahwa pernyataan menurut tabel 4.7 mengenai kriteria persentase skor tanggapan terhadap skor ideal, termasuk dalam kategori Sangat Baik. Hal ini mengindentifikasikan bahwa dengan menggunakan Sistem Informasi Kastamer (SISKA)proses disconnection menjadi sangat mudah dilakukan.


(65)

Tabel 4.14

Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Functionality Item Pernyataan 7 Dengan menggunakan Sistem Informasi Kastamer (SISKA) dapat menjalankan fungsinya dalam proses reconnection dengan

akurat

Kriteria Jawaban Bobot Responden Jumlah

Sangat Mampu 5 15 75

Mampu 4 10 40

Tidak Tahu/ Netral 3 0 0

Tidak Mampu 2 0 0

Sangat Tidak Mampu 1 0 0

Jumlah Responden 25

Skor Aktual 115

Skor Ideal 125

Sumber : Data hasil Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap proses dalam Sistem Informasi Kastamer (SISKA)mampu dilakukan adalah sebesar Ini menunjukan bahwa pernyataan 7 dari indikator Functionality menurut tabel 4.7 mengenai kriteria persentase skor tanggapan terhadap skor ideal, termasuk dalam kategori Sangat Baik. Hal ini mengindentifikasikan bahwa penggunaan proses reconnection yang terdapat dalam Sistem Informasi Kastamer (SISKA)sangat mampu dilakukan.


(1)

1.6.1. Kerangka Pemikiran

Menurut Uma sekaran yang dikutip oleh prof. Dr Sugiyono dalam Bukunya Metode Penelitian Bisnis (2008 : 88)

“Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.”

Kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka pemikiran.

Menurut Uma sekaran yang dikutip oleh prof. Dr Sugiyono dalam Bukunya Metode Penelitian Bisnis (2008 : 92) mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik, memuat hal – hal sebagai berikut :

1. Variabel – variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.

2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/ hubungan antar variabel yang diteliti dan ada teori yang mendasari.

3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif ( timbal balik ).


(2)

4. Kerangka pemikiran tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram ( paradigma penelitian ), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian.

Menurut Roger Pressman dalam bukunya Rekayasa Perangkat Lunak (2002 : 10) :

“Perangkat lunak adalah (1) perintah ( program komputer ) yang bila di eksekusi memberikan fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan (2) struktur data yang memungkinkan program memanipulasi informasi secara proporsional, dan (3) dokumen yang menggambarkan operasi dan kegunaan program.”

Asumsi bahwa Sistem Informasi Aplikasi SISKA berdampak terhadap kinerja karyawan pada Plasa Telkom Bekasi dapat dilihat dan didasarkan dari data Perbandingan antara sebelum dan sesudah menggunakan Sistem Informasi Aplikasi SISKA yang merupakan hasil dari wawancara penulis dengan manager Plasa Telkom Bekasi.

Peran Plasa Telkom Divisi Regional Bekasi secara optimal memenuhi kebutuhan masyarakat dengan kuantitas dan kualitas serta pelayanan yang memadai. Maka berbagai cara, kegiatan dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut. Penilaian terhadap kinerja pegawai dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

Sistem Informasi / perangkat lunak merupakan perintah (program komputer) yang bila dieksekusi memberikan fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan. Sistem Informasi juga menjelaskan dokumen dengan menggambarkan operasi dan kegunaan program. Selain itu, Sistem Informasi memegang peran penting dalam struktur data yang memungkinkan program memanipulasi informasi secara proporsional.


(3)

Suatu Sistem Informasi digunakan untuk menyediakan informasi seluruh kejadian atau kegiatan yang diperlukan untuk mengendalikan operasi organisasi. Kegiatan dari Sistem Informasi yaitu mengambil, mengolah, menyimpan, dan menyampaikan informasi yang diperlukan guna mengoperasikan seluruh kegiatan dalam organisasi dan juga digunakan sebagai tempat penyimpanan dan pengolahan data menjadi informasi. Dalam penyimpanan dan pengolahan data yang didapat diperlukan cara penyajiannya. Cara penyajian Sistem Informasi yang dilakukan oleh Plasa Telkom Divisi Regional Bekasi dengan meningkatkan kinerja kepada pegawai dan diharapkan dapat memenuhi segala kebutuhan pegawai, sehingga pegawai menjadi pegawai yang baik. Kualitas Sistem Informasi Sistem Informasi Kastamer (SISKA) menjadi sangat penting dalam pengadaan data pelanggan pada bagian pasang sampai dengan cabut pada Plasa Telkom Bekasi.

Sistem Informasi Kastamer sendiri dimulai dari menemukan apa yang mempengaruhi kinerja karyawan melalui penjabaran sebagai berikut :

1.Functionality 2.Usability 3.Performance 4.Reliability

Suatu kinerja pada perusahaan dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur yang ditetapkan. Tentunya sebelum memulai penilaian kinerja, harus ada target pemasaran, atau menentukan strategi pemasaran, agar penjualan terhadap produk yang ada dapat meningkat dan bisa sampai kepada konsumen ataupun saluran


(4)

distribusi lainnya. Karena penjualan sendiri adalah bagian dari proses pemasaran, dimana tujuan akhir dari pemasaran adalah menjual produk yang disediakan. Penjualan yang biasa dilakukan pada setiap perusahaan tentu memiliki target atau tujuan, kemana produk harus dipasarkan/dijual.

Sedangkan untuk kinerja pegawai yang dilakukan pada Sistem Informasi Siska pada bagian pemasangan sampai dengan pemutusam antara lain :

1.Kemampuan 2.Kebajikan 3.Integritas 4.Kepercayaan 5.Kecenderungan 6.Perantaraan 7.Ketepatan

Dalam penelitian ini teori penghubung didapat dari Internet dalam thesis yang ditulis oleh Roger C.Mayer dan James H.Davis yang berjudul

The Effect of The Performance Appraisal System On Trust For Management, Dari penjelasan di atas maka Sistem Informasi Aplikasi Siska memiliki peranan terhadap kinerja.


(5)

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian

Peranan Kualitas Sistem Informasi Kastamer(SISKA) Terhadap Kinerja Pegawai Pada Bagian Pasang Sampai Dengan Cabut di Plasa Telkom Bekasi

Menurut Jon Arvid Borretzen, mengenai dampak dari partisipasi pemakai kualitas Sistem Informasi terhadap kinerja. Partisipasi dalam pengembangan sebuah Sistem Informasi dapat mempengaruhi kinerja karena partisipasi merupakan perilaku dan aktivitas dalam pengembangan sebuah Sistem Informasi agar memiliki tujuan yang jelas dari Sistem Informasi tersebut.

1.6.2 Hipotesis

Hipotesis awal yang penulis buat dalam penelitian ini menurut kerangka pemikiran yang ada yaitu:

Kualitas Sistem Informasi (Variabel X) 1. Agility 2. Flexibility 3. Interoperability 4. Maintainability 5. Reliability 6. Reusability 7. Scalability 8 Security 9. Supportability 10.Testability 11.Usability

Morgan Gabriel (2007)

Kinerja Pegawai (Variabel Y) 1.Kemampuan 2.Kebajikan 3. Integritas 4. Kepercayaan 5. Kecenderungan 6. Perantaraan 7. Ketepatan Roger C.Mayer,James H.Davis (2000:67)


(6)

“Analisis Kualitas Sistem Informasi (SISKA) terhadap kinerja karyawan pada Bagian Pelayanan Pemasangan Sampai Dengan Pemutusam di Plasa Telkom Bekasi”

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Plasa Telkom Kota Bekasi Jl. Ahmad Yani Bekasi.

Adapun jadwal penelitian akan dilaksanakan mulai bulan Agustus 2010 – Desember 2010. Jadwal dan jenis kegiatan akan dilakukan seperti pada tabel berikut

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

No Aktifitas

Tahun 2010-2011

September Oktober November Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Usulam Proposal

2 Pengumpulan data

3 Draft laporan awal

4 Pengolahan Data

5 Seminar Riset

6

Penyebaran

Kuesioner

7 Analisis data


Dokumen yang terkait

Implementasi Sistem Informasi Manajemen Berbasis Web Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Pada IT Telkom Bandung

1 21 163

Analisis Kualitas Software Sistem Informasi Pendistribusian Barang Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. LEN Industri (PERSERO)

1 12 139

Monitoring gangguan telekomunikasi dengan sistem aplikasi SISKA (Sistem Informasi Kastamer) Di Kandatel PT.Telkom Bandung

0 3 1

Analisa Kualitas Software Sistem Informasi Monitoring Pengadaan (Simonda) Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Telkom DCS Barat Regional III Bagian Logistik

0 2 1

Pembangunan Sistem Informasi Agensi Plasa Telkom Sukabumi

0 2 1

PENDAHULUAN ANALISIS PENGARUH PELAYANAN PLASA TELKOM PT. TELKOM KANDATEL SOLO TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DILIHAT DARI DIMENSI-SIMENSI KUALITAS PELAYANAN.

0 0 5

ANALISIS PENGARUH PELAYANAN PLASA TELKOM PT. TELKOM KANDATEL SOLO TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DILIHAT ANALISIS PENGARUH PELAYANAN PLASA TELKOM PT. TELKOM KANDATEL SOLO TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DILIHAT DARI DIMENSI-SIMENSI KUALITAS PELAYANAN.

0 1 13

Analisis Sistem Antrian di Plasa Telkom Solo dengan Metode Simulasi.

1 2 8

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KARYAWAN TETAP DENGAN KARYAWAN OUTSOURCING (KONTRAK) (Studi Kasus Pada Plasa Telkom Regional 7 Cabang Makassar )

0 1 125

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI PELAYANAN TERPADU DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAMSOSTEK (PERSERO) MAJALAYA BANDUNG Dadang Munandar ABSTRAK - IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI PELAYANAN TERPADU DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. JAMSOSTEK (PERSE

0 0 17