BAB II KAJIAN TEORI DAN EMPIRIK
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian  oleh  Zetra  2009 dengan  judul  ”  Strategi
Pengembangan  Kapasitas  SDM  Pemerintah  Daerah  dalam Mewujudkan
Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan  Daerah”.  Penelitian  ini  merupakan  studi  kasus  di delapan Kabupaten Kota di Sumatera Barat.  Yang menjadi pokok
persoalan  dalam  riset  ini  adalah  mengapa  transparansi  dan akuntabilitas  keuangan    ini    menjadi    penting?    Perubahan    apa
yang    telah    dilakukan  pemerintah    Indonesia    dalam    rangka mewujudkan    transparansi    dan  akuntabilitas    keuangan?
Bagaimana  penerapannya  di  daerah?  Apa  strategi yang  tepat untuk mengembangan  kapasitas  SDM  Pemerintah  Daerah dalam
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah. Berdasarkan    hasil    riset    yang    dilakukan  peneliti    di    10
SKPD    di    delapan    KabupatenKota    di    Sumatera    Barat    pada tahun  2008  dan  awal  2009  ini, ditemukan bahwa masih sulit bagi
aparatur  di  daerah  menyampaikan  laporan  keuangan    pemerintah daerah    secara    transparan    dan    akuntabel,    tepat    waktu  dan
disusun  mengikuti  standar  akuntansi  pemerintahan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Penelitian  lain  oleh  Dharmawan  2006  dengan  judul ”Pembaruan  Tata  Pemerintahan  Desa:  Transformasi  Struktur  dan
Agensi  Kelembagaan  Pemerintahan  Desa  Berbasiskan  Kemitraan. partnership-
based  rural  governance  reform”.  Penelitian  ini dilakukan  dalam  kegiatan  studi-aksi  sepanjang  tahun  2006  di  lima
provinsi  di  Indonesia  Naggroe  Aceh  DarussalamNAD,  Sumatera Barat, Jawa Barat, Bali dan Papua.
Adapun  rumusan  masalah  dalam  penelitian  ini  adalah tentang  seperti  apa  dan  bagaimanakah  format  sistem  tata
pengaturan  pemerintahan  desa  lokalitas  yang  sistematis  itu boleh  diwujudkan,  sehingga  sebagai  “infrastruktur  kelembagaan”
lokal,  organisasi  pemerintahan  desa  menampilkan  karakter  yang kokoh, kuat, dan mandiri mampu menyelesaikan semua persoalan-
persoalan di tingkat lokalitas tanpa banyak mengandalkan bantuan dari  luar  sistem,  bermartabat  keberadaannya  diakui  dan
dibutuhkan  oleh  masyarakat,  kredibel  dan  berwibawa,  kompeten struktur  organisasinya  efektif  dan  efisien  dalam  menyelesaikan
berbagai  pemasalahan,  dan  terpercaya  bersih  dari  sindroma Kolusi-Korupsi-dan-NepotismeKKN, transparan, serta akuntabel.
Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa organisasi pemerintahan desa menghadapi persoalan pada dua sisi sekaligus
yaitu institusi-organisasi
pemerintahan dan
human-actors. Sehingga
dibutuhkan yang
pertama Rekonstruksi
dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
pengembangan kapasitas struktur atau kelembagaan-kelembagaan pemerintahan  desa.  yang  kedua  perbaikan  atau  perbesaran
kapasitas kapabilitas entrepreneurial dan manjerial manusia Perbedaan  Penelitian  ini  dengan  penelitian  sebelumnya
adalah yang pertama, dalam mewujudkan  Good Governance tidak hanya  dalam  rangka  untuk  peningkatan  transparansi  dan
akuntabilitas  saja,  tetapi  dilakukan  pengembangan  dengan menambahkan  peningkatan  responsibilitas.  Dimana  peningkatan
responsibilitas  tersebut  tidak  termasuk  hal  yang  dibahas  oleh penelitian  sebelumnya.  Kedua,  difokuskan  pada  pengelolaan
keuangan  desa,  karena  penelitian-penelitian  sebelumnya  jarang sekali yang fokus pada pengelolaan keuangan desa.
Untuk  lebih  jelasnya  perbedaan  penelitian  sebelumnya dengan penelitian ini dapat dilihat dalam mapping sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
No. Nama tahun
Judul Rumusan Masalah
Kesimpulan
1 Zetra 2009
Strategi Pengembangan
Kapasitas SDM Pemerintah Daerah
dalam Mewujudkan Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Daerah mengapa transparansi dan
akuntabilitas keuangan  ini menjadi  penting?  Perubahan
apa  yang  telah  dilakukan pemerintah  Indonesia  dalam
rangka  mewujudkan transparansi  dan akuntabilitas
keuangan?  Bagaimana penerapannya  di  daerah?  Apa
strategi yang  tepat  untuk mengembangan  kapasitas
SDM  Pemerintah  Daerah dalam mewujudkan
Berdasarkan  hasil  riset  yang dilakukan peneliti  di  10  SKPD  di
delapan  KabupatenKota  di Sumatera  Barat  pada  tahun  2008
dan  awal  2009  ini, ditemukan bahwa masih sulit bagi aparatur di
daerah menyampaikan laporan keuangan  pemerintah  daerah
secara  transparan  dan  akuntabel, tepat  waktu dan  disusun  mengikuti
standar  akuntansi  pemerintahan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah.
2 Dharmawan 2006
”Pembaruan Tata Pemerintahan Desa:
Transformasi Struktur dan Agensi
Kelembagaan Pemerintahan Desa
Berbasiskan Kemitraan.
partnership-based rural governance
reform seperti apa dan bagaimanakah
format sistem tata pengaturan pemerintahan desa lokalitas
yang sistematis itu boleh diwujudkan
bahwa organisasi pemerintahan desa menghadapi persoalan pada dua sisi
sekaligus yaitu institusi-organisasi pemerintahan dan human-actors.
Sehingga dibutuhkan yang pertama Rekonstruksi dan pengembangan
kapasitas struktur atau kelembagaan- kelembagaan pemerintahan desa.
yang kedua perbaikan atau perbesaran kapasitas kapabilitas
entrepreneurial dan manjerial manusia
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3 Astri Furqani 2010  Pengelolaan
Keuangan Desa dalam mewujudkan
Good Governance
Studi Pemerintahan
Desa Kalimo’ok
Kec. Kalianget
Kab. Sumenep
Bagaimanakah penerapan
transparansi,  akuntabilitas,  dan responsibilitas
dalam pengelolaan  keuangan  Desa
Kalimo’ok Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep ?
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.2. Pengertian Good Governance
Governance  dan  good  governance  banyak  didefinisikan berbeda  menurut  para  ahli,  namun  dari  perbedaan  definisi  dan
pengertian  tersebut  dapat  ditarik  benang  merah  yang  dapat mengakomodasi  semua  pendapat  para  ahli  tersebut.  Governance
dapat  diartikan  sebagai  cara  mengelola  urusan –  urusan  publik
Mardiasmo,  2004:17.    Sedangkan  menurut  World  Bank, governance
adalah  “the  way  state  power  is  used  in  managing economic and social resources for development of society
“, dimana world  bank  lebih  menekankan  pada  cara  yang  digunakan  dalam
mengelola  sumber  daya    ekonomi  dan  sosial  untuk  kepentingan pembangunan  masyarakat  Mardiasmo,2004:17.  Menurut  United
Nation  Development  Program  UNDP  mendefinisikan  governance adalah
“the  exercise  of  political,  economic  and  administrative authority  to  manage  a  nation’s  affair  at  all  levels“.  Dari  definisi
UNDP tersebut governance memiliki tiga kaki three legs, yaitu : 1.
Economic  governance  meliputi  proses  pembuatan  keputusan decision  making  processes  yang  memfasilitasi  terhadap
equity, poverty dan quality of live. 2.
Political governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan.
3. Administrative governance adalah sistem implementasi proses
kebijakan Sedarmayanti, 2003:4.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Oleh  karena  itu  institusi  dari  governance  meliputi  tiga domain, yaitu state negara atau pemerintah, private sector sektor
swasta  atau  dunia  usaha  dan  society  masyarakat,  yang  saling berinteraksi  dan  menjalankan  fungsinya  masing
–  masing.  State berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif,
private sector menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi dan politik,
termasuk mengajak
kelompok dalam
masyarakat untuk
berpartisipasi  dalam  aktivitas  ekonomi,  sosial  dan  politik Sedarmayanti,  2003:5.  UNDP  mendefinisikan  good  governance
sebagai “the exercise of political, economic and social resources for development  of  society
“  penekanan  utama  dari  definisi    diatas adalah  pada  aspek  ekonomi,  politik  dan  administratif  dalam
pengelolaan  negara  http:www.scribd.comdoc4606676Good- Governance.
Pendapat  ahli  yang  lain  mengatakan  good  dalam  good governance  mengandung    dua  pengertian  sebagai  berikut.
Pertama,  nilai  yang  menjunjung  tinggi  keinginan  atau    kehendak rakyat,  dan  nilai  yang  dapat  meningkatkan  kemampuan  rakyat
dalam  pencapaian  tujuan  nasional,  kemandirian,  pembangunan berkelanjutan  dan  keadilan    sosial.  Kedua,  aspek  fungsional  dari
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk  mencapai  tujuan  tersebut.  Berdasarkan  pengertian  ini,  good
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
governance berorientasi pada : 1.  Orientasi ideal, Negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan
nasional.  Orientasi  ini  bertitik  tolak  pada  demokratisasi  dalam kehidupan  bernegara  dengan  elemen  konstituennya  seperti  :
legitimacy  apakah  pemerintah  dipilih    dan  mendapat kepercayaan dari rakyat, accountability akuntabilitas,  securing
of    human  rights  autonomy  and  devolution  of  power  dan assurance of civilian control.
2.  Pemerintahan  yang  berfungsi  secara  ideal,  yaitu  secara  efektif dan  efisien  dalam  melakukan  upaya  mencapai  tujuan  nasional.
Orientasi  kedua  ini  tergantung  pada  sejauh  mana  pemerintah mempunyai  kompetensi  dan  sejauh  mana  struktur  serta
mekanisme  politik  serta  administratif  berfungsi  secara  efektif dan efisien. Sedarmayanti, 2003:6
Sedangkan menurut UNDP karakteristik pelaksanaan  good governance meliputi Mardiasmo,2004:18 :
1. Participation.  Keterlibatan  masyarakat  dalam  pembuatan
keputusan  baik  secara  langsung  maupun  tidak  langsung melalui  lembaga  perwakilan  yang  dapat  menyalurkan
aspirasinya.  Partisipasi  tersebut  dibangun  atas  dasar kebebasan  berasosiasi  dan  berbicara  serta partisipasi  secara
konstruktif.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2. Rule  of  law.  Kerangka  hukum  yang  adil  dan  dilaksanakan
tanpa pandang bulu. 3.
Transparency.  Transparansi  dibangun  atas  dasar  kebebasan memperoleh  informasi.  Informasi  yang  berkaitan  dengan
kepentingan  public  secara  langsung  dapat  diperoleh  oleh mereka yang membutuhkan.
4. Responsiveness. Lembaga
– lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholders.
5. Consensus  of  orientation.  Berorientasi  pada  kepentingan
masyarakat yang lebih luas. 6.
Equity.  Setiap  masyarakat  memiliki  kesempatan  yang  sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan.
7. Efficiency and effectiveness. Pengelolaan sumber daya publik
dilakukan  secara  berdaya  guna  efisien  dan  berhasil  guna efektif.
8. Accountability. Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap
aktivitas yang dilakukan 9.
Strategic vision.
Penyelenggara pemerintahan
dan masyarakat harus memiliki visi jauh kedepan
Dari  kesembilan  karakteristik  tersebut,  paling  tidak  terdapat tiga  hal  yang  dapat  diperankan  oleh  akuntansi  sektor  publik  yaitu
penciptaan  transparansi,  akuntabilitas  publik  dan  value  for  money economy, efficiency dan effectiveness.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.3. Pengertian Responsibilitas, Transparansi dan Akuntabilitas
2.3.1.  Pengertian Responsibilitas Responsibilitas  adalah  menyangkut  pelaksanaan
kegiatan  organisasi  publik  sesuai  dengan  prinsip-prinsip administrasi  yang  benar  atau  sesuai  dengan  kebijakan
organisasi  baik  secara  eksplisit  maupun  secara  implisit Dwiyanto,  1995.  Manajemen  suatu  organisasi  yang
responsibel  adalah  digunakan  untuk  memeriksa  checking apakah  standar  pelayanan  sudah  tepat,  dan  bagaimana
standar  tersebut  segera  diimplementasikan  dengan  baik. Dengan
demikian responsibilitas
berkaitan dengan
pelaksanaan evaluasi
penilaian mengenai
standar pelaksanaan  kegiatan  apakah  standar  yang  dibuat  sudah
tepat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dan apabila di  rasa  sudah  tepat,  manajemen  memiliki  responsibilitas
untuk mengimplementasikan standar-standar tersebut. Sementara  itu,  Lenvine  1990  mengatakan  bahwa
Responsibilitas  menjelaskan  apakah  pelaksanaan  kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
administrasi  yang  benar  atau  sesuai  dengan  kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.3.2.  Pengertian Transparansi
Transparansi adalah
memberikan informasi
keuangan  yang  terbuka  dan  jujur  kepada  masyarakat berdasarkan  pertimbangan  bahwa  masyarakat  memiliki  hak
untuk  mengetahui  secara  terbuka  dan  menyeluruh  atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber
daya  yang  dipercayakan  kepadanya  dan  ketaatannya  pada peraturan perundang - undangan KK, SAP,2005
Transparansi  berarti  terbukanya  akses  bagi  seluruh masyarakat  terhadap  semua  informasi  yang  terkait  dengan
segala  kegiatan  yang  mencakup  keseluruhan  prosesnya melalui  suatu  manajemen  sistem  informasi  publik.  Dengan
adanya  informasi  yang  terbuka  maka  akan  memudahkan kontrol sosial dari warga.
2.3.3.  Pengertian Akuntabilitas Akuntabilitas  dimaknai  sebagai  pertanggungjawaban
suatu  lembaga  kepada  publik  atas  keberhasilan  maupun kegagalan
melaksanakan misi
tugas yang
telah diembannya. http:id.wikipedia.org.
Seperti  yang  dikemukakan  The  Liang  Gie  dkk., akuntabilitas  accountability adalah kesadaran dari seorang
pengelola kepentingan publik untuk melaksanakan tugasnya dengan  sebaik-baiknya  tanpa  menuntut  untuk  disaksikan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
oleh pihak-pihak
lain yang
menjadi sasaran
pertanggungjawabannya. Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar
kebijakan  dan  kegiatan  organisasi  publik  tunduk  pada  para pejabat  politik  yang  dipilih  oleh  rakyat.  Asumsinya  adalah
para  pejabat  politik  tersebut  selalu  merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas
publik  dapat  digunakan  untuk  melihat  seberapa  besar kebijakan  dan  kegiatan  organisasi  publik  itu  konsisten
dengan  kehendak  masyarakat  banyak.  Suatu  kegiatan organisasi  publik  memiliki  akuntabilitas  yang  tinggi  kalau
kegiatan  itu  dianggap  benar  dan  sesuai  dengan  nilai  dan norma
yang berkembang
dalam masyarakat.
http:halilintarblog.blogspot.com200908pelayanan.html. Akuntabilitas
berkenaan dengan
pertanggungjawaban keberhasilan
dan kegagalan
pencapaian  misi  organisasi.  Inilah  yang  membedakan akuntabilitas
dengan responsibilitas.
Sementara responsibilitas  adalah  ditentukan  oleh  faktor  internal
organisasi yang
berhubungan dengan
kewajiban melaksanakan  wewenang  atau  amanah  yang  diterima,
sedangkan akuntabilitas
mempertanggungjawakan pelaksanaan  wewenang  atau  amanah  tersebut  terhadap
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
faktor  eks-ternal  organisasi  yaitu  stakeholders  atau  elected officials
.
2.4. Pengertian Desa
Menurut  Peraturan  Pemerintah  Nomor  72  Tahun  2005 tentang  Desa,  disebut  bahwa  Desa  adalah  kesatuan  masyarakat
hukum  yang  memiliki  batas-batas  wilayah  yang  berwenang  untuk mengatur  dan  mengurus  kepentingan  masyarakat  setempat,
berdasarkan  asal-usul  dan  adat  istiadat  setempat  yang  diakui  dan dihormati  dalam  sistem  Pemerintahan  Negara  Kesatuan  Republik
Indonesia. Desa  bukanlah  bawahan  kecamatan,  karena  kecamatan
merupakan  bagian  dari  perangkat  daerah  kabupatenkota,  dan desa  bukan  merupakan  bagian  dari  perangkat  daerah.  Berbeda
dengan  Kelurahan,  Desa  memiliki  hak  mengatur  wilayahnya  lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah
statusnya menjadi kelurahan. 2.4.1.  Pembentukan Desa  Pembagian Administratif Desa
Desa  dibentuk  atas  prakarsa  masyarakat  dengan memperhatikan  asal-usul  desa  dan  kondisi  sosial  budaya
masyarakat  setempat.  Pembentukan  desa  dapat  berupa penggabungan  beberapa  desa,  atau  bagian  desa  yang
bersandingan,  atau  pemekaran  dari  satu  desa  menjadi  dua
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
desa  atau  lebih,  atau  pembentukan  desa  di  luar  desa  yang telah ada.
Desa  dapat  diubah  atau  disesuaikan  statusnya menjadi  kelurahan  berdasarkan  prakarsa  Pemerintah  Desa
bersama  BPD  dengan  memperhatikan  saran  dan  pendapat masyarakat  setempat.  Desa  yang  berubah  menjadi
Kelurahan,  Lurah  dan  Perangkatnya  diisi  dari  pegawai negeri sipil.
Desa  yang  berubah  statusnya  menjadi  Kelurahan, kekayaannya  menjadi  kekayaan  daerah  dan  dikelola  oleh
kelurahan yang
bersangkutan untuk
kepentingan masyarakat  setempat.  Desa  mempunyai  ciri  budaya  khas
atau adat istiadat lokal yang sangat urgen. 2.4.2. Kewenangan desa.
Adapun  kewenangan  desa  menurut  Peraturan Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  72  tahun  2005
tentang Desa adalah sebagai berikut :
Menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  yang  sudah ada berdasarkan hak asal usul desa
Menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  yang  menjadi kewenangan
kabupatenkota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
yang  secara  langsung  dapat  meningkatkan  pelayanan masyarakat.
Tugas pembantuan
dari Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah KabupatenKota
Urusan  pemerintahan  lainnya  yang  diserahkan  kepada desa.
2.4.3. Pemerintahan Desa Desa  memiliki  pemerintahan  sendiri.  Pemerintahan
Desa  terdiri  atas  Pemerintah  Desa  yang  meliputi  Kepala Desa  dan  Perangkat  Desa  dan  Badan  Permusyawaratan
Desa BPD 2.4.4. Kepala Desa
Kepala Desa
merupakan pimpinan
penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang  ditetapkan  bersama  Badan  Permusyawaratan  Desa
BPD.  Masa  jabatan  Kepala  Desa  adalah  6  tahun,  dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala
Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.
Kepala  Desa  dipilih  langsung  melalui  Pemilihan Kepala  Desa  Pilkades  oleh  penduduk  desa  setempat.
Syarat-syarat  menjadi  calon  Kepala  Desa  sesuai  Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
1.  Bertakwa kepada Tuhan YME 2.  Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945
dan kepada NKRI, serta Pemerintah 3.  Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat
4.  Berusia paling rendah 25 tahun 5.  Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
6.  Penduduk desa setempat 7.  Tidak  pernah  dihukum  karena  melakukan  tindak  pidana
kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 tahun 8.  Tidak dicabut hak pilihnya
9.  Belum  pernah  menjabat  Kepala  Desa  paling  lama  10 tahun atau 2 kali masa jabatan
10. Memenuhi syarat lain yang diatur Perda KabKota 2.4.5. Perangkat Desa
Perangkat  Desa  bertugas  membantu  Kepala  Desa dalam  melaksanakan  tugas  dan  wewenangnya.  Salah  satu
perangkat  desa  adalah  Sekretaris  Desa,  yang  diisi  dari Pegawai  Negeri  Sipil.  Sekretaris  Desa  diangkat  oleh
Sekretaris Daerah
KabupatenKota atas
nama BupatiWalikota.
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari  penduduk  desa,  yang  ditetapkan  dengan  Keputusan
Kepala Desa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.4.6. Badan Permusyawaratan Desa Badan  Permusyawaratan  Desa  BPD  merupakan
lembaga  perwujudan  demokrasi  dalam  penyelenggaraan pemerintahan  desa.  Anggota  BPD  adalah  wakil  dari
penduduk  desa  bersangkutan  berdasarkan  keterwakilan wilayah.  Anggota  BPD  terdiri  dari  Ketua  Rukun  Warga,
pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau  pemuka  masyarakat  lainnya.  Masa  jabatan  anggota
BPD  adalah  6  tahun  dan  dapat  diangkatdiusulkan  kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota
BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa  dan  Perangkat  Desa.  BPD  berfungsi  menetapkan
Peraturan  Desa  bersama  Kepala  Desa,  menampung  dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
2.4.7. Lembaga kemasyarakatan Di  desa  dapat  dibentuk  lembaga  kemasyarakatan,
yakni  lembaga  yang  dibentuk  oleh  masyarakat  sesuai dengan  kebutuhan  dan  merupakan  mitra  pemerintah  desa
dalam memberdayakan
masyarakat. Lembaga
kemasyarakatan  ditetapkan  dengan  Peraturan  Desa.  Salah satu  fungsi  lembaga  kemasyarakatan  adalah  sebagai
penampungan  dan  penyaluran  aspirasi  masyarakat  dalam pembangunan.
Hubungan kerja
antara lembaga
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
kemasyarakatan  dengan  Pemerintahan  Desa  bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.
2.5. Keuangan desa
Menurut  Peraturan  menteri  dalam  negeri  Nomor  37  tahun 2007  Tentang  Pedoman  pengelolaan  keuangan  desa  Menteri
dalam  negeri,  Keuangan  Desa  adalah  semua  hak  dan  kewajiban dalam  rangka  penyelenggaraan  pemerintahan  desa  yang  dapat
dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang  berhubungan  dengan  hak  dan  kewajiban  desa  tersebut.
Pengelolaan  Keuangan  Desa  adalah  keseluruhan  kegiatan  yang meliputi  perencanaan,  penganggaran,  penatausahaan,  pelaporan,
pertanggung-jawaban dan pengawasan keuangan desa. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah
Kepala  Desa  yang  karena  jabatannya  mempunyai  kewenangan menyelenggarakan  keseluruhan  pengelolaan  keuangan  desa.
Pelaksana  Teknis  Pengelolaan  Keuangan  Desa  yang  selanjutnya disebut  PTPKD  adalah  perangkat  desa  yang  ditunjuk  oleh  Kepala
Desa untuk
melaksanakan pengelolaan
keuangan desa.
Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk  menerima,  menyimpan,  menyetorkan,  menatausahakan,
membayarkan  dan  mempertanggungjawabkan  keuangan  desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa
2.5.1.  Azas Pengelolaan Keuangan Desa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Menurut  Peraturan  menteri  dalam  negeri  Nomor  37 tahun  2007  Pasal  2  Keuangan  desa  dikelola  berdasarkan
azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan  tertib  dan  disiplin  anggaran.  Pengelolaan  keuangan
desa sebagaimana dimaksud diatas, dikelola dalam masa 1 satu tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember. 2.5.2.  Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa
Menurut  Peraturan  menteri  dalam  negeri  Nomor  37 tahun  2007  Pasal  3  Kepala  Desa  sebagai  Kepala
Pemerintah Desa
adalah Pemegang
Kekuasaan Pengelolaan  Keuangan  Desa  dan  mewakili  Pemerintah
Desa  dalam  kepemilikan  kekayaan  desa  yang  dipisahkan. Kepala Desa mempunyai kewenangan :
a.  menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa b.  menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa
c.  menetapkan bendahara desa d.  menetapkan  petugas  yang  melakukan  pemungutan
penerimaan desa e.  menetapkan  petugas  yang  melakukan  pengelolaan
barang milik desa. Kepala  Desa  dalam  melaksanakan  pengelolaan
keuangan desa, dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Keuangan  Desa  PTPKD.  Pelaksana  Teknis  Pengelolaan Keuangan  Desa  PTPKD  adalah  Perangkat  Desa,  terdiri
dari: a.  Sekretaris Desa; dan
b.  Perangkat Desa lainnya. Sekretaris  Desa  bertindak  selaku  koordinator
pelaksanaan  pengelolaan  keuangan  desa  dan  bertanggung jawab  kepada  Kepala  Desa.  Sekretaris  Desa  mempunyai
tugas: a.  Menyusun  dan  melaksanakan  Kebijakan  Pengelolaan
APBDesa. b.  Menyusun  dan  melaksanaan  Kebijakan  Pengelolaan
Barang Desa. c.  Menyusun  Raperdes  APBDesa,  perubahan  APBDesa
dan pertanggung jawaban pelaksanaan APBDesa. d.  Menyusun  Rancangan  Keputusan  Kepala  Desa  tentang
Pelaksanaan  Peraturan  Desa  tentang  APBDesa  dan Perubahan APBDesa.
Kepala  Desa  menetapkan  Bendahara  Desa  dengan Keputusan Kepala Desa.
2.5.3.  Struktur APBDesa Penyelenggaraan  urusan  pemerintahan  desa  yang
menjadi kewenangan
desa didanai
dari Anggaran
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Pendapatan  dan  Belanja  Desa  APB  Desa,  bantuan pemerintah
dan bantuan
pemerintah daerah.
Penyelenggaraan urusan
pemerintah daerah
yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD.
Menurut  Peraturan  menteri  dalam  negeri  Nomor  37 tahun  2007  Pasal  4  Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja
Desa APBDesa terdiri dari: a.  Pendapatan Desa;
b.  Belanja Desa; dan c.  Pembiayaan Desa.
Rancangan  APB  Desa  dibahas  dalam  musyawarah perencanaan  pembangunan  desa.  Kepala  Desa  bersama
BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.Pendapatan  Desa  sebagaimana  dimaksud  di  atas,
meliputi  semua  penerimaan  uang  melalui  rekening  desa yang merupakan hak desa dalam 1 satu tahunn anggaran
yang  tidak  perlu  dibayar  kembali  oleh  desa.  Pendapatan Desa terdiri dari:
a.  Pendapatan Asli Desa PADesa; b.  Bagi Hasil Pajak KabupatenKota;
c.  Bagian dari Retribusi KabupatenKota; d.  Alokasi Dana Desa ADD;
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
e.  Bantuan Keuangan
dari Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah KabupatenKota dan Desa lainnya;
f.  Hibah; g.  Sumbangan Pihak Ketiga.
Belanja  desa  sebagaimana  dimaksud  di  atas, meliputi  semua  pengeluaran  dari  rekening  desa  yang
merupakan  kewajiban  desa  dalam  1  satu  tahun  anggaran yang  tidak  akan  diperoleh  pembayarannya  kembali  oleh
desa. Belanja Desa terdiri dari: a.  Belanja langsung, dan
b.  Belanja tidak langsung Belanja  Langsung  sebagaimana  dimaksud  diatas
terdiri dari: a.  Belanja Pegawai;
b.  Belanja Barang dan Jasa c.  Belanja Modal;
Belanja  Tidak  Langsung  sebagaimana  dimaksud diatas terdiri dari:
a.  Belanja PegawaiPenghasilan Tetap; b.  Belanja Subsidi;
c.  Belanja Hibah Pembatasan Hibah; d.  Belanja Bantuan Sosial;
e.  Belanja Bantuan Keuangan;
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
f.  Belanja Tak Terduga; Pembiayaan  desa  sebagaimana  dimaksud  di  atas,
meliputi  semua  penerimaan  yang  perlu  dibayar  kembali danatau  pengeluaran  yang  akan  diterima  kembali,  baik
pada  tahun  anggaran  yang  bersangkutan  maupun  pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan  Desa  sebagaimana  dimaksud  di  atas, terdiri dari:
a.  Penerimaan Pembiayaan; dan b.  Pengeluaran Pembiayaan.
Penerimaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud di atas, mencakup:
a.  Sisa lebih
perhitungan anggaran
SilPA tahun
sebelumnya. b.  Pencairan Dana Cadangan.
c.  Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan. d.  Penerimaan Pinjaman
Pengeluaran  Pembiayaan  sebagaimana  dimaksud di atas, mencakup:
a.  Pembentukan Dana Cadangan. b.  Penyertaan Modal Desa.
c.  Pembayaran Utang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Rancangan  APB  Desa  dibahas  dalam  musyawarah perencanaan  pembangunan  desa.  Kepala  Desa  bersama
BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
BAB III METODE PENELITIAN