BAB II KAJIAN TEORI DAN EMPIRIK
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Zetra 2009 dengan judul ” Strategi
Pengembangan Kapasitas SDM Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan
Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Daerah”. Penelitian ini merupakan studi kasus di delapan Kabupaten Kota di Sumatera Barat. Yang menjadi pokok
persoalan dalam riset ini adalah mengapa transparansi dan akuntabilitas keuangan ini menjadi penting? Perubahan apa
yang telah dilakukan pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan?
Bagaimana penerapannya di daerah? Apa strategi yang tepat untuk mengembangan kapasitas SDM Pemerintah Daerah dalam
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan peneliti di 10
SKPD di delapan KabupatenKota di Sumatera Barat pada tahun 2008 dan awal 2009 ini, ditemukan bahwa masih sulit bagi
aparatur di daerah menyampaikan laporan keuangan pemerintah daerah secara transparan dan akuntabel, tepat waktu dan
disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Penelitian lain oleh Dharmawan 2006 dengan judul ”Pembaruan Tata Pemerintahan Desa: Transformasi Struktur dan
Agensi Kelembagaan Pemerintahan Desa Berbasiskan Kemitraan. partnership-
based rural governance reform”. Penelitian ini dilakukan dalam kegiatan studi-aksi sepanjang tahun 2006 di lima
provinsi di Indonesia Naggroe Aceh DarussalamNAD, Sumatera Barat, Jawa Barat, Bali dan Papua.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tentang seperti apa dan bagaimanakah format sistem tata
pengaturan pemerintahan desa lokalitas yang sistematis itu boleh diwujudkan, sehingga sebagai “infrastruktur kelembagaan”
lokal, organisasi pemerintahan desa menampilkan karakter yang kokoh, kuat, dan mandiri mampu menyelesaikan semua persoalan-
persoalan di tingkat lokalitas tanpa banyak mengandalkan bantuan dari luar sistem, bermartabat keberadaannya diakui dan
dibutuhkan oleh masyarakat, kredibel dan berwibawa, kompeten struktur organisasinya efektif dan efisien dalam menyelesaikan
berbagai pemasalahan, dan terpercaya bersih dari sindroma Kolusi-Korupsi-dan-NepotismeKKN, transparan, serta akuntabel.
Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa organisasi pemerintahan desa menghadapi persoalan pada dua sisi sekaligus
yaitu institusi-organisasi
pemerintahan dan
human-actors. Sehingga
dibutuhkan yang
pertama Rekonstruksi
dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
pengembangan kapasitas struktur atau kelembagaan-kelembagaan pemerintahan desa. yang kedua perbaikan atau perbesaran
kapasitas kapabilitas entrepreneurial dan manjerial manusia Perbedaan Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah yang pertama, dalam mewujudkan Good Governance tidak hanya dalam rangka untuk peningkatan transparansi dan
akuntabilitas saja, tetapi dilakukan pengembangan dengan menambahkan peningkatan responsibilitas. Dimana peningkatan
responsibilitas tersebut tidak termasuk hal yang dibahas oleh penelitian sebelumnya. Kedua, difokuskan pada pengelolaan
keuangan desa, karena penelitian-penelitian sebelumnya jarang sekali yang fokus pada pengelolaan keuangan desa.
Untuk lebih jelasnya perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini dapat dilihat dalam mapping sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
No. Nama tahun
Judul Rumusan Masalah
Kesimpulan
1 Zetra 2009
Strategi Pengembangan
Kapasitas SDM Pemerintah Daerah
dalam Mewujudkan Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Daerah mengapa transparansi dan
akuntabilitas keuangan ini menjadi penting? Perubahan
apa yang telah dilakukan pemerintah Indonesia dalam
rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
keuangan? Bagaimana penerapannya di daerah? Apa
strategi yang tepat untuk mengembangan kapasitas
SDM Pemerintah Daerah dalam mewujudkan
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan peneliti di 10 SKPD di
delapan KabupatenKota di Sumatera Barat pada tahun 2008
dan awal 2009 ini, ditemukan bahwa masih sulit bagi aparatur di
daerah menyampaikan laporan keuangan pemerintah daerah
secara transparan dan akuntabel, tepat waktu dan disusun mengikuti
standar akuntansi pemerintahan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah.
2 Dharmawan 2006
”Pembaruan Tata Pemerintahan Desa:
Transformasi Struktur dan Agensi
Kelembagaan Pemerintahan Desa
Berbasiskan Kemitraan.
partnership-based rural governance
reform seperti apa dan bagaimanakah
format sistem tata pengaturan pemerintahan desa lokalitas
yang sistematis itu boleh diwujudkan
bahwa organisasi pemerintahan desa menghadapi persoalan pada dua sisi
sekaligus yaitu institusi-organisasi pemerintahan dan human-actors.
Sehingga dibutuhkan yang pertama Rekonstruksi dan pengembangan
kapasitas struktur atau kelembagaan- kelembagaan pemerintahan desa.
yang kedua perbaikan atau perbesaran kapasitas kapabilitas
entrepreneurial dan manjerial manusia
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3 Astri Furqani 2010 Pengelolaan
Keuangan Desa dalam mewujudkan
Good Governance
Studi Pemerintahan
Desa Kalimo’ok
Kec. Kalianget
Kab. Sumenep
Bagaimanakah penerapan
transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas
dalam pengelolaan keuangan Desa
Kalimo’ok Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep ?
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.2. Pengertian Good Governance
Governance dan good governance banyak didefinisikan berbeda menurut para ahli, namun dari perbedaan definisi dan
pengertian tersebut dapat ditarik benang merah yang dapat mengakomodasi semua pendapat para ahli tersebut. Governance
dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan – urusan publik
Mardiasmo, 2004:17. Sedangkan menurut World Bank, governance
adalah “the way state power is used in managing economic and social resources for development of society
“, dimana world bank lebih menekankan pada cara yang digunakan dalam
mengelola sumber daya ekonomi dan sosial untuk kepentingan pembangunan masyarakat Mardiasmo,2004:17. Menurut United
Nation Development Program UNDP mendefinisikan governance adalah
“the exercise of political, economic and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels“. Dari definisi
UNDP tersebut governance memiliki tiga kaki three legs, yaitu : 1.
Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan decision making processes yang memfasilitasi terhadap
equity, poverty dan quality of live. 2.
Political governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan.
3. Administrative governance adalah sistem implementasi proses
kebijakan Sedarmayanti, 2003:4.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Oleh karena itu institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state negara atau pemerintah, private sector sektor
swasta atau dunia usaha dan society masyarakat, yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing
– masing. State berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif,
private sector menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi dan politik,
termasuk mengajak
kelompok dalam
masyarakat untuk
berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik Sedarmayanti, 2003:5. UNDP mendefinisikan good governance
sebagai “the exercise of political, economic and social resources for development of society
“ penekanan utama dari definisi diatas adalah pada aspek ekonomi, politik dan administratif dalam
pengelolaan negara http:www.scribd.comdoc4606676Good- Governance.
Pendapat ahli yang lain mengatakan good dalam good governance mengandung dua pengertian sebagai berikut.
Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat
dalam pencapaian tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian ini, good
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
governance berorientasi pada : 1. Orientasi ideal, Negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan
nasional. Orientasi ini bertitik tolak pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen konstituennya seperti :
legitimacy apakah pemerintah dipilih dan mendapat kepercayaan dari rakyat, accountability akuntabilitas, securing
of human rights autonomy and devolution of power dan assurance of civilian control.
2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional.
Orientasi kedua ini tergantung pada sejauh mana pemerintah mempunyai kompetensi dan sejauh mana struktur serta
mekanisme politik serta administratif berfungsi secara efektif dan efisien. Sedarmayanti, 2003:6
Sedangkan menurut UNDP karakteristik pelaksanaan good governance meliputi Mardiasmo,2004:18 :
1. Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan
keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan
aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta partisipasi secara
konstruktif.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2. Rule of law. Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan
tanpa pandang bulu. 3.
Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan
kepentingan public secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.
4. Responsiveness. Lembaga
– lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholders.
5. Consensus of orientation. Berorientasi pada kepentingan
masyarakat yang lebih luas. 6.
Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan.
7. Efficiency and effectiveness. Pengelolaan sumber daya publik
dilakukan secara berdaya guna efisien dan berhasil guna efektif.
8. Accountability. Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap
aktivitas yang dilakukan 9.
Strategic vision.
Penyelenggara pemerintahan
dan masyarakat harus memiliki visi jauh kedepan
Dari kesembilan karakteristik tersebut, paling tidak terdapat tiga hal yang dapat diperankan oleh akuntansi sektor publik yaitu
penciptaan transparansi, akuntabilitas publik dan value for money economy, efficiency dan effectiveness.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.3. Pengertian Responsibilitas, Transparansi dan Akuntabilitas
2.3.1. Pengertian Responsibilitas Responsibilitas adalah menyangkut pelaksanaan
kegiatan organisasi publik sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan
organisasi baik secara eksplisit maupun secara implisit Dwiyanto, 1995. Manajemen suatu organisasi yang
responsibel adalah digunakan untuk memeriksa checking apakah standar pelayanan sudah tepat, dan bagaimana
standar tersebut segera diimplementasikan dengan baik. Dengan
demikian responsibilitas
berkaitan dengan
pelaksanaan evaluasi
penilaian mengenai
standar pelaksanaan kegiatan apakah standar yang dibuat sudah
tepat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dan apabila di rasa sudah tepat, manajemen memiliki responsibilitas
untuk mengimplementasikan standar-standar tersebut. Sementara itu, Lenvine 1990 mengatakan bahwa
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.3.2. Pengertian Transparansi
Transparansi adalah
memberikan informasi
keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak
untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber
daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang - undangan KK, SAP,2005
Transparansi berarti terbukanya akses bagi seluruh masyarakat terhadap semua informasi yang terkait dengan
segala kegiatan yang mencakup keseluruhan prosesnya melalui suatu manajemen sistem informasi publik. Dengan
adanya informasi yang terbuka maka akan memudahkan kontrol sosial dari warga.
2.3.3. Pengertian Akuntabilitas Akuntabilitas dimaknai sebagai pertanggungjawaban
suatu lembaga kepada publik atas keberhasilan maupun kegagalan
melaksanakan misi
tugas yang
telah diembannya. http:id.wikipedia.org.
Seperti yang dikemukakan The Liang Gie dkk., akuntabilitas accountability adalah kesadaran dari seorang
pengelola kepentingan publik untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya tanpa menuntut untuk disaksikan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
oleh pihak-pihak
lain yang
menjadi sasaran
pertanggungjawabannya. Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah
para pejabat politik tersebut selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas
publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten
dengan kehendak masyarakat banyak. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau
kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma
yang berkembang
dalam masyarakat.
http:halilintarblog.blogspot.com200908pelayanan.html. Akuntabilitas
berkenaan dengan
pertanggungjawaban keberhasilan
dan kegagalan
pencapaian misi organisasi. Inilah yang membedakan akuntabilitas
dengan responsibilitas.
Sementara responsibilitas adalah ditentukan oleh faktor internal
organisasi yang
berhubungan dengan
kewajiban melaksanakan wewenang atau amanah yang diterima,
sedangkan akuntabilitas
mempertanggungjawakan pelaksanaan wewenang atau amanah tersebut terhadap
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
faktor eks-ternal organisasi yaitu stakeholders atau elected officials
.
2.4. Pengertian Desa
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan
merupakan bagian dari perangkat daerah kabupatenkota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda
dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah
statusnya menjadi kelurahan. 2.4.1. Pembentukan Desa Pembagian Administratif Desa
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang
bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.
Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa
bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat. Desa yang berubah menjadi
Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.
Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh
kelurahan yang
bersangkutan untuk
kepentingan masyarakat setempat. Desa mempunyai ciri budaya khas
atau adat istiadat lokal yang sangat urgen. 2.4.2. Kewenangan desa.
Adapun kewenangan desa menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2005
tentang Desa adalah sebagai berikut :
Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa
Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupatenkota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
Tugas pembantuan
dari Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah KabupatenKota
Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.
2.4.3. Pemerintahan Desa Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan
Desa terdiri atas Pemerintah Desa yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa BPD 2.4.4. Kepala Desa
Kepala Desa
merupakan pimpinan
penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa
BPD. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala
Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.
Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa Pilkades oleh penduduk desa setempat.
Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
1. Bertakwa kepada Tuhan YME 2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945
dan kepada NKRI, serta Pemerintah 3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat
4. Berusia paling rendah 25 tahun 5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
6. Penduduk desa setempat 7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 tahun 8. Tidak dicabut hak pilihnya
9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan
10. Memenuhi syarat lain yang diatur Perda KabKota 2.4.5. Perangkat Desa
Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Salah satu
perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh
Sekretaris Daerah
KabupatenKota atas
nama BupatiWalikota.
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.4.6. Badan Permusyawaratan Desa Badan Permusyawaratan Desa BPD merupakan
lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari
penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga,
pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota
BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkatdiusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota
BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan
Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
2.4.7. Lembaga kemasyarakatan Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan,
yakni lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat. Lembaga
kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Salah satu fungsi lembaga kemasyarakatan adalah sebagai
penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan.
Hubungan kerja
antara lembaga
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.
2.5. Keuangan desa
Menurut Peraturan menteri dalam negeri Nomor 37 tahun 2007 Tentang Pedoman pengelolaan keuangan desa Menteri
dalam negeri, Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat
dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut.
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan,
pertanggung-jawaban dan pengawasan keuangan desa. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah
Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa.
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disebut PTPKD adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala
Desa untuk
melaksanakan pengelolaan
keuangan desa.
Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,
membayarkan dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa
2.5.1. Azas Pengelolaan Keuangan Desa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Menurut Peraturan menteri dalam negeri Nomor 37 tahun 2007 Pasal 2 Keuangan desa dikelola berdasarkan
azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Pengelolaan keuangan
desa sebagaimana dimaksud diatas, dikelola dalam masa 1 satu tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember. 2.5.2. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa
Menurut Peraturan menteri dalam negeri Nomor 37 tahun 2007 Pasal 3 Kepala Desa sebagai Kepala
Pemerintah Desa
adalah Pemegang
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan mewakili Pemerintah
Desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan. Kepala Desa mempunyai kewenangan :
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa
c. menetapkan bendahara desa d. menetapkan petugas yang melakukan pemungutan
penerimaan desa e. menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan
barang milik desa. Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan
keuangan desa, dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Keuangan Desa PTPKD. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa PTPKD adalah Perangkat Desa, terdiri
dari: a. Sekretaris Desa; dan
b. Perangkat Desa lainnya. Sekretaris Desa bertindak selaku koordinator
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Sekretaris Desa mempunyai
tugas: a. Menyusun dan melaksanakan Kebijakan Pengelolaan
APBDesa. b. Menyusun dan melaksanaan Kebijakan Pengelolaan
Barang Desa. c. Menyusun Raperdes APBDesa, perubahan APBDesa
dan pertanggung jawaban pelaksanaan APBDesa. d. Menyusun Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang
Pelaksanaan Peraturan Desa tentang APBDesa dan Perubahan APBDesa.
Kepala Desa menetapkan Bendahara Desa dengan Keputusan Kepala Desa.
2.5.3. Struktur APBDesa Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang
menjadi kewenangan
desa didanai
dari Anggaran
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Pendapatan dan Belanja Desa APB Desa, bantuan pemerintah
dan bantuan
pemerintah daerah.
Penyelenggaraan urusan
pemerintah daerah
yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD.
Menurut Peraturan menteri dalam negeri Nomor 37 tahun 2007 Pasal 4 Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa APBDesa terdiri dari: a. Pendapatan Desa;
b. Belanja Desa; dan c. Pembiayaan Desa.
Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama
BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud di atas,
meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 satu tahunn anggaran
yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan Desa terdiri dari:
a. Pendapatan Asli Desa PADesa; b. Bagi Hasil Pajak KabupatenKota;
c. Bagian dari Retribusi KabupatenKota; d. Alokasi Dana Desa ADD;
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
e. Bantuan Keuangan
dari Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah KabupatenKota dan Desa lainnya;
f. Hibah; g. Sumbangan Pihak Ketiga.
Belanja desa sebagaimana dimaksud di atas, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang
merupakan kewajiban desa dalam 1 satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
desa. Belanja Desa terdiri dari: a. Belanja langsung, dan
b. Belanja tidak langsung Belanja Langsung sebagaimana dimaksud diatas
terdiri dari: a. Belanja Pegawai;
b. Belanja Barang dan Jasa c. Belanja Modal;
Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari:
a. Belanja PegawaiPenghasilan Tetap; b. Belanja Subsidi;
c. Belanja Hibah Pembatasan Hibah; d. Belanja Bantuan Sosial;
e. Belanja Bantuan Keuangan;
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
f. Belanja Tak Terduga; Pembiayaan desa sebagaimana dimaksud di atas,
meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali danatau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan Desa sebagaimana dimaksud di atas, terdiri dari:
a. Penerimaan Pembiayaan; dan b. Pengeluaran Pembiayaan.
Penerimaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud di atas, mencakup:
a. Sisa lebih
perhitungan anggaran
SilPA tahun
sebelumnya. b. Pencairan Dana Cadangan.
c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan. d. Penerimaan Pinjaman
Pengeluaran Pembiayaan sebagaimana dimaksud di atas, mencakup:
a. Pembentukan Dana Cadangan. b. Penyertaan Modal Desa.
c. Pembayaran Utang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama
BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
BAB III METODE PENELITIAN