antara nilai normal dan abnormal, atau pada penelitian ini untuk menentukan batasan nilai yang termasuk kooperatif dan tidak kooperatif. Ariawan, 2011.
2.3 Hospitalisasi pada Anak Usia Pra Sekolah
2.3.1 Pengertian Hospitalisasi pada Anak
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan seperti ini terjadi karena anak mengalami perubahan dari
keadaan sehat dan rutinitas lingkungan serta mekanisme koping yang terbatas dalam menghadapi stresor. Stresor utama dalam hospitaliasi adalah pemisahan
dan kehilangan kendali dari nyeri Marylin, 2007.
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan.
Meskipun demikian, dirawat di rumah sakit merupakan masalah yang besar sehingga menimbulkan rasa takut dan cemas bagi anak Supartini, 2004. Reaksi
anak terhadap penyakit adalah ketakutan akibat kurangnya pengetahuan dari anak, cemas karena pemisahan, takut akan rasa sakit, kurang kontrol, marah, dan regresi
James Ashwill, 2007. Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis yang paling utama tampak pada
anak. Anak yang dirawat di rumah sakit sering mengalami krisis sebab anak mengalami perubahan baik pada status kesehatan maupun lingkungannya, dari
kebiasaan sehari-hari, dan anak juga mempunyai sejumlah kterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah atau kejadian yang bersifat menekan.
Peran perawat dalam memahami konsep stres rawat inap hospitalisasi dan
prinsip-prinsip asuhan keperawatan yaitu dengan cara melakukan pendekatan proses keperawatan Ridha, 2014.
2.3.2 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
Reaksi anak terhadap hospitalisasi tergantung pada usia, perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap penyakit, sistem pendukung yang tersedia dan
mekanisme koping yang dimiliki Salmela et al., 2010. Adapun beberapa penyebab stresor pada anak yang mengalami hospitalisasi:
a. Cemas yang Disebabkan Perpisahan
Sebagian besar stres yang terjadi pada bayi usia pertengahan sampai anak periode pra sekolah adalah cemas karena perpisahan Narusalam,
Susilaningrum, Utami, 2005. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan
terhadap orang yang terdekat bagi diri anak. Selain itu, lingkungan yang belum dikenal akan mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.
b. Kehilangan Kontrol
Anak-anak berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya. Hal ini terlihat jelas dalam perilaku mereka dalam hal perilaku motorik,
bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas hidup sehari-hari activity daily livingADL, dan berkomunikasi. Anak-anak
telah mampu menunjukkan kestabilan dalam mengontrol dirinya dengan mempertahankan kegiatan-kegiatan rutin tersebut.
c. Luka pada Tubuh dan Rasa Sakit Rasa Nyeri
Konsep tentang citra tubuh, khususnya pengertian body boundaries perlindungan tubuh, pada anak-anak sedikit sekali berkembang.
Berdasarkan hasil pengamatan bila dilakukan pemeriksaan telinga, mulut, atau suhu pada rektal akan membuat anak sangat cemas. Reaksi anak
terhadap tindakan yang tidak menyakitkan sama dengan reaksi anak pada tindakan
yang menyakitkan.
Anak biasanya
sudah mampu
mengomunikasikan rasa nyeri yang mereka alami dan menunjukkan lokasi nyeri. Namun demikian, kemampuan mereka dalam menggambarkan
bentuk dan intensitas nyeri belum berkembang.
2.3.3 Dampak Hospitalisasi pada Anak