Stressor Keluarga Selama Anak Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

(1)

STRESSOR KELUAGA SELAMA ANAK DIRAWAT INAP

DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA PADANGSIDIMPUAN

SKRIPSI

Oleh Masnidar 111121053

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Stressor Keluarga Selama Anak Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

Nama : Masnidar

Program Studi : Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Stresor adalah hal-hal yang dapa menyebabkan stres pada keluarga yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti diagnosa penyakit, tindakan pengobatan/perawatan, ketidaktahuan merawat penyakit anak, kurangnya support sistem, ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping, dan kurangnya komunikasi antar keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stressor keluarga selama anak dirawat inap di rumah sakit umum daerah kota padangsidimpuan, dengan menggunakan desain deskriftif. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode total sampling yaitu dengan mengetahui jumlah pasien pada bulan April 2012 yaitu sebanyak 49 orang. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20 juli sampai agustus 2012 dengan membagikan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama kuesioner data demografi, dan bagian kedua kuesioner stressor keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit. Dari analisa data diperoleh hasil bahwa yang menjadi stressor keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit dilihat dari masing-masing aspek yaitu keluarga melihat anak mendapat pengobatan seperti pengambilan darah dan pemasangan infuse (93,9%), keluarga tidak mampu merawat anak tanpa bantuan perawat (85,7%), keluarga belum dapat menerima penyakit yang dialami anak walaupun anak sudah mendapat perawatan (75,5%), keluarga tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan anak selama dirumah sakit (73,5%), keluarga tidak mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh penyakit anak (71,4%), dan keluarga tidak ada teman bertukar fikiran (69,4%). Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi perawat, khususnya dalam melakukan praktek keperawatan secara profesional sehingga dapat meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dan dapat meminimalkan stresor pada keluarga selama anak dirawat inap.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan judul ”Stressor Keluarga Selama Anak dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah kota Padangsidimpuan”.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Farida Linda Sari Siregar S.Kp, Mkep selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah menyediakan waktu serta dengan penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan di fakultas keperawatan dan selama penyusunan skripsi ini.

3. Reni Asmara Ariga S.Kep, MARS dan Nur Asnah Sitohang S.Kp, Ns, M.Kep selaku dosen penguji yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

5. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan yang telah memberikan izin penelitian.

6. Para responden yang telah bersedia berpartisipasi selama proses penelitian berlangsung.

7. Teristimewa kepada ayahanda tercinta Bapak Muhammad Nasir Sibarani dan Ibunda tercinta Seriwati Hasibuan, yang telah memberikan cinta, do’a, dorongan, bimbingan, menghibur, memotivasi dan memberikan dana bagi penulis. Buat kakak ku tersayang Sumiyanti S.pd, Nurimah S.pd, dan abang ku tersayang Ali hasan dan adik ku tersayang Ramadhan hamid serta buat


(5)

keluarga besar yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih buat doa dan dukungan selama ini.

9. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2011 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini (Wina, Reni, Yentiar, Manatap, Pray Hoper, Cipto, Vera thyo, kk Erna dll), sahabat special ku (Azhari Yusuf) yang slalu mensupport aku, dan orang-orang yang kusayangi dan kucintai yang senantiasa menemani, memberikan semangat, motivasi, dukungan, penghiburan bagi penulis.

10. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Februari 2013


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata pengantar ... ii

Daftar isi ... iv

Daftar tabel ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 3

1.3. Tujuan penelitian ... 4

1.4. Manfaat penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Konsep stres ... 5

2.1.1. Defenisi stres ... 5

2.1.2. Model-model stres ... 6

2.1.3. Macam-macam stres ... 7

2.1.4. Sumber-sumber stres ... 8

2.1.5. Tahapan stres ... 9

2.2. Konsep keluarga ... 10

2.2.1. Struktur dan fungsi keluarga ... 10

2.2.2. Fungsi keluarga menurut Friedman ... 11

2.2.3. Struktur peran ... 12

2.3. Konsep rawat inap ... 14

2.3.1. Defenisi rawat inap ... 14

2.3.2. Reaksi keluarga selama perawatan anak di rumah sakit ... 14


(7)

BABIII KERANGKA PENELITIAN ... 20

3.1. Kerangka konseptual ... 20

3.2. Defenisi konseptual ... 21

3.3. Defenisi operasional ... 24

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ... 23

4.1. Desain penelitian ... 23

4.2. Populasi dan sampel penelitian ... 23

4.3. Lokasi penelitian ... 24

4.4. Perkembangan etik ... 24

4.5. Instrumen penelitian ... 25

4.6. Uji validitas dan reliabilitas ... 25

4.7. Pengumpulan data ... 27

4.8. Analisa data ... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

5.1. Karakteristik responden ... 29

5.2. Stresor keluarga selama anak dirawat inap di rumah sakit ... 31

5.2.1. Diagnosis penyakit ... 31

5.2.2. Tindakan pengobatan atau perawatan ... 31

5.2.3. Ketidaktahuan merawat penyakit anak ... 32

5.2.4. Kurangnya support sistem ... 32

5.2.5. Ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping ... 33

5.2.6. Kurangnya komunikasi antar keluarga ... 34

5.3. Pembahasan ... 34

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 38

6.1. Kesimpulan ... 38

6.2. Rekomendasi ... 38

6.2.1. Praktek keperawatan ... 39

6.2.2. Pendidikan keperawatan ... 39


(8)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 : Inform consent Lampiran 2 : Instrumen penelitian Lampiran 3 : Uji reliabilitas Lampiran 4 : Hasil SPSS

Lampiran 5 : Bukti lembar konsul Lampiran 6 : Jadwal penelitian Lampiran 7 : Taksasi dana Lampiran 8 : Surat penelitian Lampiran 9 : Riwayat hidup


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik keluarga selama anak dirawat inap di RSU daerah kota padang sidempuan……… 30 Table 5.2.1 Distribusi frekuensi dan persentase stressor keluarga tentang

diagnosis penyakit mempengaruhi stres keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit………...….. 31 Table 5.2.2. Distribusi frekuensi dan persentase stressor tentang tindakan

pengobatan atau perawatan mempengaruhi stres keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit……… 31 Table 5.2.3 Distribusi frekuensi dan persentase stressor tentang ketidaktahuan

merawat penyakit anak mempengaruhi stres keluarga selama

anak dirawat inap dirumah sakit………..…… 32 Table 5.2.4 Distribusi frekuensi dan persentase stressor tentang kurangnya

support system mempengaruhi stres keluarga selama anak

dirawat inap dirumah sakit………..…….… 33 Table 5.2.5 Distribusi frekuensi dan persentase stressor tentang ketidakmampuan

menggunakan mekanisme koping mempengaruhi stres keluarga selama anak dirawat inap dirumah sak………... 33 Table 5.2.6 Distribusi frekuensi dan persentase stressor tentang kurangnya

komunikasi antara keluarga mempengaruhi stres keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit….………. 34


(10)

SKEMA

Skema 3.1. kerangka konseptual……….. 20


(11)

Judul : Stressor Keluarga Selama Anak Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

Nama : Masnidar

Program Studi : Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Stresor adalah hal-hal yang dapa menyebabkan stres pada keluarga yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti diagnosa penyakit, tindakan pengobatan/perawatan, ketidaktahuan merawat penyakit anak, kurangnya support sistem, ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping, dan kurangnya komunikasi antar keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stressor keluarga selama anak dirawat inap di rumah sakit umum daerah kota padangsidimpuan, dengan menggunakan desain deskriftif. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode total sampling yaitu dengan mengetahui jumlah pasien pada bulan April 2012 yaitu sebanyak 49 orang. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20 juli sampai agustus 2012 dengan membagikan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama kuesioner data demografi, dan bagian kedua kuesioner stressor keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit. Dari analisa data diperoleh hasil bahwa yang menjadi stressor keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit dilihat dari masing-masing aspek yaitu keluarga melihat anak mendapat pengobatan seperti pengambilan darah dan pemasangan infuse (93,9%), keluarga tidak mampu merawat anak tanpa bantuan perawat (85,7%), keluarga belum dapat menerima penyakit yang dialami anak walaupun anak sudah mendapat perawatan (75,5%), keluarga tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan anak selama dirumah sakit (73,5%), keluarga tidak mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh penyakit anak (71,4%), dan keluarga tidak ada teman bertukar fikiran (69,4%). Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi perawat, khususnya dalam melakukan praktek keperawatan secara profesional sehingga dapat meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dan dapat meminimalkan stresor pada keluarga selama anak dirawat inap.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Stres merupakan realita kehidupan sehari-hari yang selalu ada dalam setiap tahap tumbuh kembang manusia, sejak usia bayi, anak, remaja, dewasa bahkan usia lanjut. Berdasarkan usianya masing-masing individu mengalami tingkat stress yang berbeda, berat ringannya stres yang dihadapi tidaklah selalu sama (Hidayat, 2004). Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : lingkungan, tubuh dan pikiran individu sendiri. Stres yang hebat, berulang dan terus menerus akan memiliki efek menaikkan dan menurunkan emosi yang mungkin dapat menyebabkan makin sulitnya mengetahui faktor penyebab stres itu sendiri (Wilkinson, 2001).

Banyak penelitian membuktikan bahwa perawatan anak di Rumah Sakit menimbulkan stres pada orang tua walaupun beberapa orang tua juga dilaporkan tidak mengalaminya karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi permasalahannya (Hallstrom dkk, 1997). Berbagai macam perasaan muncul pada keluarga yaitu takut, rasa berasalah, stress dan lemas. Stressor lain yang sangat menyebabkan keluarga stres adalah mendapat informasi yang buruk tentang diagnosis penyakit anaknya, perawatan yang tidak direncanakan dan pengalaman perawatan di rumah sakit sebelumnya yang dirasakan dapat menimbulkan trauma (Supartini, 2004).

Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serika menyimpulkan bahwa stress yang terjadi pada keluarga disebabkan oleh faktor yang tidak tahan melihat


(13)

perilaku terhadap anak (tindakan pengobatan), usaha untuk mengerti informasi yang diberikan mengenai penyakit anak ketidaktahuan cara merawat penyakit anak, dan melihat ketengangan tim medis dalam memberikan pengobatan /perawatan terhadap anaknya (Sfatton, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh Esni (2005) di rumah sakit umum Dr. Pirngadi medan, dengan jumlah sampel 62 orang dan dengan criteria sampel pada anak yang menderita penyakit kronik, bahwa mayoritas (76,45%) responden menyatakan bahwa faktor ketidaktahuan merawat penyakit anak adalah faktor terbesar yang mempengaruhi stress orangtua selama anaknya dirawat di rumah sakit. Sedangkan faktor yang kedua adalah yang mempengaruhi stress orangtua yaitu tindakan pengobatan/perawatan (62,5%), selanjutnya faktor ketiga adalah memiliki ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping (50,46%), faktor keempat adalah diagnose penyakit (50,01%), faktor kelima adalah kurangnya komunikasi antar orangtua (45,16%), faktor keenam adalah kurangnya support sistim (43,55%).

Seorang anak mencerminkan perilaku dan harapan keluarga. Apabila keluarga tidak siap, mereka tidak dapat merawat anaknya dengan adekuat. Hal yang penting dilakukan seorang perawat adalah memberikan informasi yang akurat tentang penyakit anak (Wong, 1997), mempercayakan perawatan anak berada ditangan yang benar/ahli dibidangnya dan memberikan pengetahuan (Khafi, 2003) dan mendukung keluarga dalam perawatan anak dengan tidak membatasi waktu kunjungan keluarga untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan anak (Sacharin, 1996).


(14)

Intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak hrawat inap adalah membantu keluarga dalam memperoleh informasi kondisi kesehatan anak dan rencana pengobatan (tulisan dan verbal), mengorientasikan keluarga terhadap rumah sakit, mendengar keluhan keluarga dan menjelaskan informasi, ikutkan keluarga dalam perawatan anak, menyediakan rooming-in (rawat gabung /memberi waktu selama 24 jam antara salah satu dari keluarga), dan reinforce positif parenting / memberi respon yang positif kepada keluarga selama keluarga merawat anak di rumah sakit (Thompson. 2001).

Penelitian ini penting karena ketika anak sakit dan selama rawat inap seluruh keluarga akan dipengaruhi (Thomson, 1995) dan menyebabkan stress terutama orang tua karena orang tua memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik, jiwa, maupun emosial seorang anak (Joni, 2003). Stress yang timbul pada orang tua juga disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak dapat diprediksi seperti pengalaman rawat inap sebelumnya dan faktor-faktor lainnya, (Wong, 1996). Disamping itu untuk meningkatkan status kesehatan anak dibutuhkan kolaborasi yang baik antara keluarga dan petugas kesehatan dalam merawat anak dan apabila keluarga mengalami sters hal ini akan membuat ia tidak dapat merawat anaknya dengan baik, untuk itu perasaan keluarga tidak dapat diabaikan karena stress keluarga akan berpengaruh pada anak-anaknya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian adalah Apa sajakah yang menjadi Stressor Keluarga Selama Anak Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidempuan?


(15)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan mum

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi stressor keluarga selama anakn dirawat inap di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengidentifikasi stressor keluarga dilihat dari masing-masing aspek selama anak dirawat inap di rumah sakit.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Praktek Keperawatan

Diharapkan dari hasil penelitan ini dapat memberikan informasi tentang stressor keluarga selama anaknya dirawat di RS sehingga intervensi keperawatan terhadap salah satu stress keluarga selama anak dirawat berhubungan dengan penyakit yang dialami anak ditandai dengan keluarga tampak cemas, takut dan selalu bertanya tentang penyakit anaknya dapat dilakukan seoptimal mungkin.

1.4.2. Bagi Peneliti Keperawatan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi sumber data dasar bagi penelitian selanjutnya penelitian tentang pengaruh stressor terhadap keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan tentang konsep stres, konsep orang tua dan konsep hospitalisasi (perawatan di rumah sakit).

2.1. KONSEP STRES

2.1.1. Defenisi Stres

Stres didefenisikan sebagai suatu pengalaman emosional yang negative disertai oleh adanya perubahan biokimia, psikologi, kognitif, dan tingkah laku yang secara langsung dapat mengubah stres atau menyesuaikan dengan efek yang terjadi (Baum, 1990; Taylor, 1995). Menurut Lazarus (1995) stres adalah sebuah hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungannya yang dianggap melampaui kemampuannya dan membahayakan kesejahteraannya. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan stres adalah apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut. Stres biasanya dipersepsikan sebagai suatu yang negatif padahal tidak (Anwar, 2003). Stres juga dapat bersifat positif yaitu mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang baru dan pemikiran yang perspective (Georgia, 2003). Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu hal yang dinamakan stressor. Bentuk stressor ini dapat dari lingkungan, kondisi dirinya serta pikiran (Keliat, 1999). Stressor juga dikatakan sebagai respon artinya dapat merespon apa yang terjadi juga disebuit sebagai transaksi yakni hibungan antara stressor dianggap positif karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.


(17)

2.1.2. Model-Model Stres

Model-model yang mempunyai konsep stres berdasarkan respon dan model yang mempunyai konsep bahwa stres merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut disebut dengan stres transaksional (Neil, 2002).

a. Model konsep berdasarkan stimulus

Model ini menyatakan bahwa stres sebagai suatu stimulus yang menuntut, dimana semakin tinggi besar tekanan yang dialami seseorang, maka semakin besar pula stres yang dialami. Hal ini didasari hukum elastisitas Hooke yang menjelaskan semakin besar tekanan yang dialami semakin besar pula stres yang dialaminya (Hidayat, 2004).

b. Model konsep berdasarkan respon

Model ini difokuskan padsa reaksi seseorang terhadap stressor. Hal ini dapat dilihat bila seseorang disuruh untuk memberikan pidato di depan suatu pertemuan maka orang tersebut akan merasa stres. Respon yang dialami ini mengandung 2 komponen psiologis yang meliputi perilaku, pola piker, emosi, dan perasaan stres dan komponen fisiologis berupa rangsangan-rangsangan fisik yang meningkat seperti jantung berdebar, mulut menjadi kering, perut menjadi mulas, dan badan berkeringat. Respo-respon psikologis dan fisiologis terhadap stressor ini disebut strain atau ketegangan (Smet, 1994).

Menurul Sutherland dan Cooper (1990) bahwa stres sebagai suatu respon tidak selalu bisa dilihat. Hanya akibalnya saja bisa dilihat. Stres sebagai suatu respon ini juga dikenal dalam ilmu medis dan sering dipandang sebagai perspektif fisiologis. Konsep "General Fight Reaction'' dari Cannon mcrupakan dua contoh dari pendekatan ini Jadi jelas fokusnya merupakan perspektif medis.


(18)

c. Model konsep berdasarkan transaksional

Model ini menggambarkan stres sebagai suatu proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan. Interaksi antara manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut hubungan transaksional (Broeck, 1978). Disini stres bukan hanya suatu stimulus atau sebuah respon saja, tetapi juga suatu proses dimana seseorang adalah pengantara (agent) yang aktif dapat mempengaruhi stressor melalui strategi-strategi perilaku kogmtif dan emosional.

2.1.3. Macam-Macam Stres

Menurut Kusmiati dan Desminiarti (1990) stress dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Stres fisik

Stres yang disebabkan oleh suatu temperature yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang telalu terang, atau tersengat arus listrik.

b. Stres kimiawi

Stres yang disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun, asam basa, faktor hormon dan gas.

c. Stres mikrobiologik

Stres yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang menimbulkan penyakit.

d. Stres fisiologik

Stres yang disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.


(19)

e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan

Stres yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.

f. Stres psikis/emosional

Stres yang disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, social, budaya, atau keagamaan.

2.1.4. Sumber-Sumber Stres

Saratino (1990) membedakan sumber-sumber stres yaitu dalam diri individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat.

a. Sumber stres di dalam diri sendiri

Kadang-kadang sumber stress ini ada di dalam diri seseorang, salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu. Menurut teori Lewin kekuatan motivasional yang melawan menyebabkan dua kecenderungan yang melawan yaitu pendekatan dan penghindaraan. Kecenderungan tersebut menggolongkan tiga jenis pokok dari konflik yaitu: konflik pendekatan, konflik penghindaran, dan konflik pendekatan/penghindaran.

b. Sumber stres dalam keluarga

Stres disini dapat bersumber dari interaksi para anggota keluarga seperti: perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan acuh tak acuh, tujuan-tujuan saling berbeda, anggota keluarga yang sakit dan lain-lain. Pada orang tua yang menyebabkan stres adalah adanya salah satu anggota keluarga yang sakit.


(20)

c. Sumber stres dalam komunitas/masyarakat

Interaksi subjek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres. Beberapa pengalaman orang tua bersumber dari kematian suami/ister, perceraian, kematian anggota keluarga dekat sendiri selain suami/isteri, anggota keluarga tiba-tiba sakit, dan ada masalah dengan anak atau saudara.

2.1.5. Tahapan Stres

Menurut Amberg (1979) membagi stres dalam tahapan sebagai berikut : a. Tahap pertama

Merupakan tahap dari stres yang ditandai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.

b. Tahap kedua

Pada tahap ini stres yang disertai keluhan seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah setelah makan, tidak dapat rileks, perut tidak nyaman, jantung berdebar dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.

c. Tahap ketiga

Tahapan dengan keluhan seperti defekasi tidak lancar, otot semakin tegang, emosional, insomnia, koordinasi tubuh teganggu dan mau jatuh pingsan.

d. Tahap keempat

Tahapan stres dengan keluhan seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktifilas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan


(21)

rutin terganggu, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

e. Tahap kelima

Tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan ilsik dan menial, ketidakmampuan mengerjakan pekerjaan sedang dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.

f. Tahap keenam

Stres tahap ini ditandai dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras, sesaknapas, badan bergetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.

2.2. KONSEP KELUARGA

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Wikipedia).

2.2.1. Struktur dan Fungsi Keluarga

Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit


(22)

tergantung dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak fungsi keluarga.

Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal.

Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang.

Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.

2.2.2. Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:

a. Fungsi afektif dan koping

Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.


(23)

b. Fungsi sosialisasi

Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat

e. Fungsi fisik

Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

2.2.3. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.


(24)

Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Pada dasarnya tujuan utama pengasuhan anak adalah mempetahankan perkembangan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuannya sejalan dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak serta mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya (Supartini, 2004). Kemampuan orang tua menjalankan peran pengasuhan ini tidak dipelajari melalui pendidikan formal, melainkan berdasarkan pengalaman dalam menjalankan peran tersebut secara trial dan error dan mempelajari pengalaman orang tua lain dan terdahulu.

Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada pengalaman yang mengganggu kehidupannya maka orang tuapun merasa sangat strcs (Brewis, 1995). Apabila anak stres selama perawatan, orang tua menjadi stres pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stres anak semakin


(25)

meningkat (Supartini, 2000). Dengan demikian, asuhan keperawatan tidak bisa hanya berfokus pada anak, tetapi juga pada orang tuanya.

2.3. KONSEP RAWAT INAP

2.3.1. Defenisi Rawat Inap (Perawatan di Rumah Sakit)

Rawat inap merupakan suatu proses yang terjadi karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani therapy dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan keluarga dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stres (Supartini, 2004).

2.3.2. Reaksi Keluarga Selama Perawatan Anak di Rumah Sakit

Menurut Thompson (1995) dan Supartini (2004) reaksi orang tua selama anaknya dirawat di rumah sakit adalah:

a. Perasaan bersalah, ketidakberdayaan, cemas.

Keluarga merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan karena anaknya menjadi sakit. Perasaan tersebut muncul pada saat keluarga melihat anaknya mendapat prosedur lindakan yang menyakitkan seperti pengambilan darah, injeksi, infus dan prosedur invasive lainnya. Pada kondisi seperti ini perawat harus objektif dan emphatic. Perawat harus mendengar dengan benar-benar tentang kekhawatiran keluarga dengan menjawab dengan legitimacy terhadap perasaan mereka seperti “saya dapat mengerti apa yang bapak/ibu rasakan saat ini tapi segala sesuatunya terjadi begitu cepat”. Keluarga juga sering kali


(26)

mengekspresikan perasaan ketidakberdayaan pada kehilangan role keluarga sebagai protektor. Perawat harus memberikan harapan dan support keluarga dan anggota keluarga yang lain dan menitikberatkan kepentingan mereka kepada kesembuhan anak.

b. Takut pada hal yang tidak dikenal

Keluarga tidak mengerti fungsi dari sebuah rumah sakit. Mereka berpikir penyakit anak relative jarang di rumah sakit. Hal ini diakibatkan kurangnya komunikasi yang menyebabkan keluarga takut akan perawatan anak di rumah sakit. Di sini perawat harus dapat menjelaskan dengan sederhana beberapa sarana, prasarana yang ada di rumah sakit serta dalam hal tindakan yang akan dilakukan harus hati-hati dalam menjelaskan.

c. Takut anak mendapat perawatan yang tidak pantas

Masyarakat merealisasikan bahwa banyak rumah sakit “ramai” dan kekurangan staf. Keluarga mungkin tidak biasa dengan keadaan seperti itu sehingga mempengaruhi fisik mereka. Perawat harus menyakinkan bahwa perawatan anak berada di tangan yang benar.

d. Takut terbeban biaya

Perawatan di rumah sakit dan dokter dibayar mahal berdasarkan lamanya pengobatan yang menyebabkan keluarga dituntut bekerja keras agar dapat memenuhi dana yang diperlukan dalam perawatan anak.

e. Takut bahwa anak akan semakin menderita

Keluarga merasa bahwa anak mereka kan menerima pengobatan yang membuat bertambah penyakit dan sakit anak (nyeri).


(27)

f. Takut penyakit anak terkontasminasi dengan keluarga

Keluarga takut penyakit anak dapat menular ke anggota keluarga/keluarga yang lain.

g. Takut anaknya akan berpindah kasih sayangnya kepada pemberi perawatan Hal ini nyata ketika keluarga tidak mampu memberikan bantuan keperawatan kepada anak, namun perawat dapat mengikutkan keluarga dalam prosedur tindakan kepada anak mereka bila memungkinkan dan berikan informasi yang jelas pada beberapa tindakan.

h. Perasan sedih

Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan keluarga mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. i. Perasaan frustasi

Perasaan ini muncul terutama pada saat anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuarnya dukungan psikologis yang diterima keluarga dari kerabat lainnya maka keluarga akan merasa putus asa bahkan frustasi.

2.3.3. Stressor Keluarga selama anak di rawat di Rumah Sakit

a. Diagnosis penyakit

Ketika keluarga mendapat informasi mengenai diagnosis penyakit anak, keluarga akan semakin cemas dan takut yang dapat memicu terjadinya stres (Canam, 1993). Penelitian lain menunjukkan hahwa pada saat mendegarkan kcputusan dokter tentang diagnosis penyakit anaknya merupakan kejadian yang sangat membuat stres keluarga (Tiedemaru 1997). Terutama apabila diagnosis


(28)

dari penyakit anak adalah kondisi yang serius/kritis seperti cancer, hal ini dapat mempengaruhi stres keluarga pada saat melihat petugas kesehatan berusaha untuk meningkatkan pemberian pengobatan/perawatan yang cepat untuk mengurangi nyeri/menyelamatkan anak (Parrel et all, 1993; 1994, Hoekstra Weebers et all, 1998).

b. Tindakan pengobatan/perawatan

Sering keluarga tidak siap melihat anaknya pada saat akan diberikan tindakan medis. Hal ini disebabkan karena keluarga membayangkan anak akan kesakitan, menjerit dan menangis pada saat dilakukan pengobatan/perawata. Tentu saja hal tersebut membuat keluarga tidak tahan dan dapat mempengaruhi stres orang tua karena ketidakberdayaannya. Misalnya pada saat pemberian infus, seorang perawat gagal menginfus di tangan anak lalu mencoba di kaki yang dilakukan perawat lain lagi lalu kembali ke tangan. Hal ini membuat keluarga stres dan bertanya dalam hatinya “apa yang telah perawat itu lakukan pada anak saya, mengapa mereka tidak mampu melakukannya?” (Spring, 2004).

c. Kelidaktahuan merawat penyakil anak

Hasil penelitian Karen (2004) menunjukkan bahwa keluarga yang tidak tahu cara merawat penyakit anak lebih mudah stres karena bila terjadi sesuatu perubahan pada anak misalnya anak gelisah dan demam, keluarga yang tidak tahu merawat cenderung panik dan langsung memanggil petugas kesehatan untuk melihat kondisi anak tanpa melakukan apapun kepada anak dan kondisi anak setelah dilakukan tindakan pengobatan/perawatan.


(29)

d. Kurangnya support sistim

Kurangnya support sistim/dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan dapat menambah stres keluarga. Apabila salah satu anggota keluarga sakit maka anggota keluarga/kerabat harus memberikan harapan dan support dengan cara keluarga berkunjung, ada yang mengganti jaga dan tidak ada keluarga yang teridentifikasi sebagai “masalah”; masalah terletak pada jenis interaksi yang dijalankan dalam keluarga serta perubahan dapat terjadi pada titik mana saja dalam sistim keluarga (Wong, 2004). Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan spiritual kepada orang tua untuk mengurangi stres (Wong dan Whalley, 1997). Support yang dapat dilakukan seorang perawat adalah dengan memberi informasi yang akurat tentang penyakit anak dan dengan tidak membatasi waktu kunjungan keluarga untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan anak (Sacharin, 1996).

e. Ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping

Beresford (1994) mengatakan bahwa kesehatan fisik keluarga penting untuk diperhatikan selama merawat anak di rumah sakit karena hal ini akan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam menggunakan mekanisme koping yang positif atau negatif. Hal yang dapat dilihat pada keluarga yang menggunakan mekanisme koping yang negative adalah kesehatan fisik keluarga yang semakin menurun, memiliki keyakinan atau pandangan yang negative seperti penyaklit anaknya tidak akan sembuh karena kekurangan biaya, merasa asing dengan lingkungan rumah sakit, merasa pengalaman perawatan sebelumnya menimbulkan trauma, belum dapat menerima penyakit yang dialami anak walaupun anak sudah mendapat pengobatan/perawatan, dan adanya perasaan bahwa tidak ada yang peduli pada penyakit anaknya.


(30)

f. Kurangnya komunikasi antar keluarga

Salah satu faktor utama yang melahirkan pola-pola komunikasi yang tidak berfungsi adanya harga diri yang rendah dari keluarga maupun anggota, khususnya orang tua. Tiga nilai terkait yang terus menerus menghidupkan harga diri rendah adalah pemusatan pada diri sendiri, perlu persetujuan total, dan kurangnya empati (Friedman, 1998).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kurangnya komunikasi antar keluarga disebabkan karena dalam keluarga tidak menggunakan komunikasi yang terbuka sehingga apabila ada masalah dalam keluarga misalnya anak sakit, keluarga tidak mampu dalam penyelesaian masalah dimana keluarga akan saling menyalahkan, emosi dan panik dalam mengambil keputusan disebabkan keluarga hanya fokus pada kesibukan akan pekerjaan dan peran serta fungsinya masing-masing di dalam keluarga membuat keluarga selalu berbeda pendapat dan tidak mau mendengarkan keputusan dari anggota keluarga dimana pengambil keputusan hanya satu orang yaitu kepala keluarga, dan kecenderungan keluarga yang berbicara “ke bawah” pada anak (Wong, 2004)


(31)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan stressor yang mempengaruhi stres keluarga selama anaknya dirawat di Rumah Sakit yaitu diagnosis penyakit, tindakan pengobatan/perawatan, ketidaktahuan merawat penyakit anak, kurangnya support sistim dari keluarga, ketidakmarnpuan menggunakan mekanisme koping, kurangnya komunikasi antar keluarga.

Adapun kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut. Skema 3.1. Kerangka Koseptual

Keterangan :

Yang dikaji Tidak dikaji

Anak yang dirawat di

Rumah Sakit Stres keluarga

Stressor yang mempengaruhi : - Diagnosis penyakit

- Tindakan pengobatan / perawatan - Ketidaktahuan merawat penyakit anak - Kurangnya support sistim

- Ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping - Kurangnya komunikasi antar keluarga


(32)

3.2. Defenisi Konseptual 3.2.1. Stressor

Stressor adalah hal-hal yang dapat menyebabkan stress, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu.

3.2.2. Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Wikipedia).

3.2.3. Rawat Inap

Rawat inap adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit, menjalani therapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah (Supartini, 2004).

3.3. Definisi Operasional No Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil

Ukur

Skala

1 Stressor keluarga

Hal-hal yang dapat

menimbulkan

stress pada keluarga yang di pengaruhi oleh

Kuesioner dengan 29 pertanyaan,

dengan 3

pertanyaan

mengenai diagnosis

penyakit, 4 Ya = 1 Tidak = 0


(33)

beberapa faktor tertentu. Misalnya diagnosa penyakit, tindakan pengobatan/peraw atan, ketidaktahuan merawat penyakit anak, kurangnya support sistem, ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping, dan kurangnya komunikasi antar keluarga pertanyaan

mengenai tindakan pengobatan/perawa tan, 6 pertanyaan mengenai ketidak tahuan cara merawat penyakit, 6 pertanyaan mengenai kurangnya support system, 5 pertanyaan mengenai ketidak mampuan menggunakan mekanisme koping, dan 5 pertanyaan mengenai

kurangnya

komunikasi antar keluarga, dengan pilihan jawaban ya atau tidak.


(34)

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah dekskriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran tentang stressor keluarga selama anaknya dirawat di Rumah Sakit.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang merawat anaknya selama anak dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan, dengan jumlah pasien anak yang dirawat di Rumah Sakit selama 1 bulan terahir (April 2012) sebanyak 49 orang (Rekam Medik).

4.2.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik total sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu atau pengambilan sampel dengan sengaja sesuai dengan persyaratan (kriteria, sifat, karakteristik, ciri) sampel yang diperlukan, jika populasi dibawah 100 maka pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling (Sugiyono, 2007). Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 49 orang, maka dapat disimpulkan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 49 orang.


(35)

4.2.3. Kriteria Sampel

Kriteria yang diambil untuk subjek penelitian ini adalah keluarga yang mengalami stres dan keluarga yang merawat anak yang sudah dirawat dirumah sakit minimal 3 hari.

4.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang anak Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan, yang terletak di Jl. Kenanga dengan jumlah total bed yang ada di ruang anak adalah 28 bed. Jumlah pasien anak yang dirawat inap selama 1 bulan terahir (April 2012) adalah 49. Penelitian dilakukan pada tanggal 20 juli sampai 20 agustus 2012.

4.4. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin melakukan penelitian kepada direktur RSU Padangsidimpuan. Kemudian peneliti menedekati responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti juga akan menjelaskan bahwa partisipasi responden yang diteliti tersebut sifatnya sukarela dan mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian dan ini tidak akan mempengaruhi intervensi keperawatan yang dilakukan perawat.

Untuk menjaga kerahasiaan, maka kuesioner yang diberikan akan diberi kode tertentu, tanpa nama dan hanya peneliti yang mempunyai akses terhadap informasi tersebut.


(36)

4.5. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan stressor keluarga. Bagian pertama adalah berisi data demografi yang terdiri dari umur, lama anak dirawat, agama, pendidikan, suku, status perkawinan, pekerjaan, penghasilan dan riwayat perawatan inap anak.

Bagian kedua adalah stressor keluarga yang berisi hal-hal yang dapat mempengaruhi stress keluarga selama anaknya dirawat di Rumah Sakit. Pertanyaan mengenai diagnosis penyakit terdiri dari 3 pernyataan. Pernyataan mengenai tindakan pengobatan/perawatan terdiri dari 4 pernyataan. Pernyataan mengenai ketidaktahuan cara merawat penyakit anak terdiri dari 6 pernyataan. Pernyataan mengenai kurangnya support system terdiri dari 6 pernyataan. Pernyataan mengenai ketidak mampuan menggunakan mekanisme koping 5 pernyataan. Pernyataan mengenai kurangnya komunikasi antara orangtua terdiri dari 5 pernyataan.

Kuesioner ini berisi pertanyaan tertutup dengan jawaban ya dan tidak. Jika responden menjawab “ya” diberi skor 1 dan jika menjawab “tidak” diberi skor 0.

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidtan atau kesahan suatu instrument (Arikunto, 2002). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya


(37)

validitas instrument menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Uji validitas internal yaitu instrument yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrument dengan instrument secara keseluruhan dimana setiap bagian instrument mendukung “missi” instrument secara keseluruhan, yaitu mengungkap variabel yang dimaksud (Arikunto, 2002).

Kuesioner penelitian ini telah divalidkan oleh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Nur asnah Sitohang, S.Kp, M.Kep.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrument menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini akan menggunakan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan (Arikunto,2002).

Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang dengan karakteristik sampel yang sama di tempat yang sama pada bulan yang berbeda. Uji reliabilitas ini diuji dengan uji KR-20. Setelah dilakukan uji KR-20 didapat hasil 0,874. Menurut Purwanto (2008) suatu instrumen dikatakan reliabel bila koefisiennya 0.70 atau lebih. Dengan demikikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner stressor keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

4.7. Pengumpulan Data

Setelah mendapat izin dari ketua jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan, peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk mendapatkan


(38)

persetujuan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden yang diteliti dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup dan berstruktur sebagai data dasar. Sebelum memulai interview, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari penelitian. Responden menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner sesuai dengan petunjuk pada masing-masing bagian selama 10-15 menit. Setelah diisi, kuesiner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan saat itu juga. Selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisa.

4.8. Analisa Data

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan penghitungan statistik dekskriftif. Data dianalisa dengan cara diperiksa terlebih dahulu atau di editing untuk memeriksa apakah pertanyaan dalam kuesioner telah diisi sesuai petunjuk, setelah itu diberi tanda kode (Coding) terhadap pertanyaan yang telah diajukan untuk mempermudah tabulasi. Data yang telah ditabulasi, untuk data demografi hasilnya disajikan berdasarkan table distribusi frekuensi dan untuk data kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi stress diberi nilai sesuai dengan jawaban yang diberikan responden. Jawaban “ya” diberi nilai 1 dan “tidak” diberi nilai 0.

Kemudian nilai-nilai responden akan dikelompokkan sesuai dengan data demografi dan stresor yang mempengaruhi stress keluarga selama merawat anak di Rumah Sakit, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan system computer.


(39)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang stressor keluarga selama anak dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidempuan. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 27 juli – 20 agustus 2012 dengan 49 responden.

5.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil tentang karakteristik responden keluarga pasien mayoritas berusia antara 27-36 thn (67,3%), berstatus menikah (100%), beragama islam (77,6%) dengan tingkat pendidikan SMA (71,4%) dan memiliki suku batak (69,4%). Berdasarkan jenis pekerjaan diketahui bahwa mayoritas responden adalah wiraswasta (51,0%) dan berpenghasilan Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000 (41,8%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan data bahwa keseluruhan responden adalah keluarga inti (100%), dan keseluruhan responden mengalami stres selama anak dirawat inap dirumah sakit (100%), mayoritas anak belum pernah dirawat inap sebelumnya (69,4%), usia anak 1-2 thn (94,9%) lama anak dirawat selama 4-6 hari (65,3%), untuk lebih jelasnya karakteristik responden dapat dilihat pada table 5.1.


(40)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi Karakteristik Keluarga Selama Anak Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

Karakteristik Responden Frekuensi %

Kelompok Umur Orangtua (Tahun)

17-26 8 16

27-36 34 69

37-46 7 14

Jenjang Pendidikan

SD 2 4

SMP 6 12

SMA 35 71

Perguruan Tinggi 6 12

Suku

Batak 34 69

Jawa 10 20

Padang 5 10

Status pernikahan

Menikah 49 100

Tipe Keluarga

Keluarga Inti 49 100

Pekerjaan

PNS 4 8

Pegawai Swasta 6 12

Wiraswasta 25 51

Angkatan 1 2

Petani 13 27

Penghasilan

Rp. 500.000- Rp. 750000 5 10

Rp. 755.000- Rp. 1.000.000 20 41

Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000 20 41

>Rp. 1.500.000 4 8

Riwayat rawat inap sebelumnya

Pernah 15 31

Tidak Pernah 34 69

Analisa stres keluarga

Stres 49 100

Umur anak

1-2 tahun 46 94

>2 tahun 3 6

Lama Dirawat

1-3 hari 16 33

4-6 hari 32 65


(41)

5.2. Stressor Keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit 5.2.1. Diagnosis penyakit

Dilihat dari aspek diagnosis penyakit mayoritas responden 71,4% menyatakan stres disebabkan oleh tidak mengetahui akibat yang ditimbulkan dari penyakit anak.

Table 5.2.1 Distribusi frekuensi dan persentase stressor keluarga dilihat dari aspek diagnosis penyakit selama anak dirawat inap dirumah sakit ( n= 49 )

No Diagnosis penyakit Ya Tidak

f(%) f(%)

1 Mengetahui bahwa anak saya menderita penyakit yang berat

12(24,5) 37(75,5) 2 Tidak mengetahui akibat yang ditimbulkan dari

penyakit anak

35(71,4) 14(28,6) 3 Mengetahui bahwa anak saya menderita penyakit

yang berbahaya

16(32,7) 33(67,3)

5.2.2. Tindakan pengobatan atau perawatan

Dilihat dari aspek tindakan pengobatan atau perawatan mayoritas responden 93,9% menyatakan stres melihat anak mendapat pengobatan seperti pengambilan darah, dan pemasangan infuse.

Table 5.2.2. Distribusi frekuensi dan persentase stressor keluarga dilihat dari aspek tindakan pengobatan atau perawatan selama anak dirawat inap dirumah sakit ( n= 49 )

No Tindakan pengobatan atau perawatan Ya Tidak

f(%) f(%)

1 Mengetahui bahwa penyakit anak saya membutuhkan pengobatan yang lama

42(85,7) 7(14,3) 2 Mengetahui bahwa anak saya tidak mendapat

pengobatan yang tepat

34(69,4) 15(30,6) 3 Melihat anak saya mendapat pengobatan seperti

pengambilan darah, dan pemasangan infuse

46(93,9) 3(6,1) 4 Melihat perawat tidak mampu menangani masalah

perawatan anak saya dengan tepat


(42)

5.2.3. Ketidaktahuan merawat penyakit anak

Dilihat dari aspek ketidaktahuan merawat penyakit anak mayoritas responden 85,7% disebabkan oleh keluarga tidak mampu merawat anak tanpa bantuan perawat.

Table 5.2.3 Distribusi frekuensi dan persentase stressor keluarga dilihat dari aspek ketidaktahuan merawat penyakit anak selama anak dirawat inap dirumah sakit ( n= 49 )

No Ketidaktahuan merawat penyakit anak Ya Tidak

f(%) f(%)

1 Tidak mampu merawat anak tanpa bantuan perawat 42(85,7) 7(14,3) 2 Perawat tidak memberitahu dengan jelas tentang hal

yang tidak boleh dilakukan demi perawatan anak saya

32(65,3) 17(34,7)

3 Perawat tidak memberitahu dengan jelas tentang hal yang harus dilakukan demi perawatan anak saya

25(51,0) 24(49,0) 4 Tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya tentang

penyakit anak

20(40,8) 29(59,2) 5 Tidak mengetahui mengapa dilakukan tindakan

tertentu pada anak saya misalnya pengambilan darah

34(69,4) 15(30,6) 6 Tidak mengetahui kondisi anak saya setelah

dilakukan tindakan pengobatan

16(32,7) 33(67,3)

5.2.4. Kurangnya support sistem

Dilihat dari aspek kurangnya support sistem mayoritas responden 73,5% menyatakan stres disebabkan oleh keluarga tidak tau apa yang menjadi kebutuhan anak selama dirumah sakit.


(43)

Table 5.2.4 Distribusi frekuensi dan persentase stressor keluarga dilihat dari aspek kurangnya support system selama anak dirawat inap dirumah sakit ( n= 49)

No Kurangnya support sistem Ya Tidak

f(%) f(%)

1 Mengetahui bahwa keluarga saya tidak datang berkunjung

27(55,1) 22(44,9) 2 Tidak ada anggota keluarga yang mau

menggantikan jaga

24(49,0) 25(51,0) 3 Keluarga saya tidak tahu apa yang menjadi

kebutuhan anak selama dirumah sakit

36(73,5) 13(26,5) 4 Tidak mendapat jawaban tang tepat dari petugas

kesehatan ( dokter / perawat )

28(57,1) 21(42,9) 5 Dokter atau perawat diruangan tidak ada yang

memperhatikan anak saya

26(53,1) 23(46,9) 6 Tidak ada tempat bertanya mengenai penyakit anak

saya

29(59,2) 20(40,8)

5.2.5. Ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping

Dari aspek ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping mayoritas responden (75,5%) menyatakan stres disebabkan keluarga belum dapat menerima penyakit yang dialami anak walaupun anak sudah mendapat perawatan.

Table 5.2.5 Distribusi frekuensi dan persentase stressor keluarga dilihat dari aspek ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping selama anak dirawat inap dirumah sakit ( n= 49)

No Ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping

Ya Tidak

f(%) f(%)

1 Belum dapat menerima penyakit yang dialami anak walaupun anak sudah mendapat perawatan

37(75,5) 12(24,5) 2 Saling menyalahkan mengapa anak menjadi sakit 28(57,1) 21(42,9) 3 Tidak mampu membayar biaya perawatan anak saya 20(40,8) 29(59,2) 4 Tidak bisa menjaga anak selama dirawat 25(51,0) 24(49,0) 5 Kondisi fisik saya semakin menurun untuk merawat

anak selama dirumah sakit


(44)

5.2.6. Kurangnya komunikasi antar keluarga

Dari aspek kurangnya komunikasi antar keluarga mayoritas responden 69,4% menyatakan stres disebabkan tidak ada teman bertukar fikiran.

Table 5.2.6 Distribusi frekuensi dan persentase stressor keluarga dilihat dari spek kurangnya komunikasi antara keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit ( n= 49 )

No Kurangnya komunikasi antar keluarga Ya Tidak

f(%) f(%)

1 Tidak ada teman bertukar fikiran 34(69,4) 15(30,6) 2 Kesibukan atau pekerjaan membuat saya jarang

berkomunikasi secara terbuka kepada keluarga dengan baik

21(42,9) 28(57,1)

3 Selalu berbeda pendapat selama anak dirawat 23(46,9) 26(53,1) 4 Keluarga sibuk dengan urusannya masing-masing

sehingga tidak ada waktu untuk berdiskusi mengenai masalah penyakit anak

21(42,9) 28(57,1)

5 Keluarga tidak mau mendengarkan apa yang menjadi keputusan saya

27(55,1) 22(44,9)

5.3. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian disajikan dengan mengacu pada tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi stressor keluarga selama anak dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidempuan.

5.3.1. Stressor keluarga selama anak dirawat inap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diagnosis penyakit merupakan salah satu stressor keluarga. Dari aspek diagnosis penyakit yang menjadi stressor pada keluarga disebabkan oleh keluarga tidak mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh penyakit anak (71,4%). Hal ini disebabkan oleh kurangnya penjelasan dari perawat atau dokter tentang penyakit anak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Canam (1993) yang mengatakan ketika orang tua mendapat informasi


(45)

mengenai diagnosis penyakit anak, orang tua akan semakin cemas dan takut yang dapat memicu terjadinya stres. Begitu juga dengan penelitian Tiedemaru (1997) menunjukkan hahwa pada saat mendengarkan keputusan dokter tentang diagnosis penyakit anaknya merupakan kejadian yang sangat membuat stres keluarga.

Tindakan pengobatan atau perawatan juga dapat menyebabkan stres pada keluarga. Dari aspek tindakan pengobatan atau perawatan yang menjadi stressor keluarga yaitu melihat anak mendapat pengobatan seperti pengambilan darah, dan pemasangan infuse (93,9%). Pada saat pengambilan darah dan pemasangan infuse, perawat kurang berkomunikasi dengan keluarga pasien sehingga menyebabkan keluarga menjadi stres melihat tindakan pengobatan yang dilakukan pada anaknya. Hasil penelitian ini sesuai denga apa yang dikemukakan oleh (Spring, 2004), misalnya pada saat pemberian infus, seorang perawat gagal menginfus di tangan anak lalu mencoba di kaki yang dilakukan perawat lain lagi lalu kembali ke tangan. Hal ini membuat keluarga stres karena tidak mengetahui apa yang sebanrnya yang sedang dilakukan pada anak.

Ketidaktahuan merawat penyakit anak juga merupakan stressor keluarga selama anak dirawat inap. Dari aspek ketidaktahuan merawat penyakit anak yang menjadi stressor keluarga yaitu keluarga tidak mampu merawat anak tanpa bantuan perawat (85,7%). Keluarga tampak stres dalam merawat anaknya jika tidak di damping perawat. Hasil penelitian ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Karen (2004) menyatakan bahwa orang tua yang tidak tahu cara merawat penyakit anak lebih mudah stres karena bila terjadi sesuatu perubahan pada anak misalnya anak gelisah dan demam, keluarga yang tidak tahu merawat cenderung panik dan langsung memanggil petugas kesehatan untuk


(46)

melihat kondisi anak tanpa melakukan apapun kepada anak dan kondisi anak setelah dilakukan tindakan pengobatan atau perawatan.

Kurangnya support sistem juga merupakan stressor keluarga selama anak dirawat inap. Dari aspek kurangnya support system yang menjadi stressor keluarga yaitu keluarga tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan anak selama dirumah sakit (73,5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan (Wong, 2004), apabila salah satu anggota keluarga sakit maka anggota keluarga/kerabat harus memberikan harapan dan support dengan cara keluarga berkunjung, dan menggantikan jaga. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan spiritual kepada keluarga untuk mengurangi stres (Wong dan Whalley, 1997). Maka dari itu prawat perlu memberitahu informasi kepada keluarga tentang penyakit dan kondisi anak. Hal yang sama juga dikemukakan oleh (Sacharin, 1996) yang mengatakan bahwa support yang dapat dilakukan seorang perawat adalah dengan memberi informasi yang akurat tentang penyakit anak dan dengan tidak membatasi waktu kunjungan keluarga untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan anak.

Ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping juga merupakan stressor keluarga selama anak dirawat inap. Dari aspek ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping yang menjadi stressor keluarga yaitu keluarga belum dapat menerima penyakit yang dialami anak walaupun anak sudah mendapat perawatan (75,5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Beresford (1994), yang mengatakan bahwa kesehatan fisik orang tua penting diperhatikan selama merawat anak di rumah sakit karena hal ini akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menggunakan mekanisme koping


(47)

yang positif atau negatif. Hal yang dapat dilihat pada orangtua yang menggunakan mekanisme koping yang negative adalah kesehatan fisik orang tua yang semakin menurun, memiliki keyakinan atau pandangan yang negative seperti penyakit anaknya tidak akan sembuh karena kekurangan biaya, merasa asing dengan lingkungan rumah sakit, merasa pengalaman perawatan sebelumnya menimbulkan trauma, belum dapat menerima penyakit yang dialami anak walaupun anak sudah mendapat pengobatan/perawatan, dan adanya perasaan bahwa tidak ada yang peduli pada penyakit anaknya.

Kurangnya komunikasi antar keluarga juga merupakan stressor keluarga selama anak dirawat inap. Dari aspek kurangnya komunikasi antar keluarga yang menjadi stressor keluarga yaitu keluarga tidak memiliki teman untuk bertukar fikiran (69,4%). Pada saat merawat anak keluarga tidak memiliki teman untuk bertukar fikiran tentang bagaimana seharusnya merawat anak, dan ini dapat mengakibatkan stres pada keluarga. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Friedman (1998) yang mengatakan salah satu faktor utama yang melahirkan pola-pola komunikasi yang tidak berfungsi adanya harga diri yang rendah dari keluarga maupun anggota keluarga.


(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 20 Juli 2012 sampai dengan 20 Agustus 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan diperoleh hasil bahwa mayoritas responden (71,4%) mengatakan stres disebabkan oleh keluarga tidak mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh penyakit anak. Stressor yang disebabkan oleh keluarga melihat anak mendapat pengobatan seperti pengambilan darah dan pemasangan infuse (93,9%). Stressor yang disebabkan oleh keluarga tidak mampu merawat anak tanpa bantuan perawat (85,7%). Stressor yang disebabkan oleh keluarga tidak tau apa yang menjadi kebutuhan anak selama dirumah sakit (73,5%). Stressor yang disebabkan oleh keluarga belum dapat menerima penyakit yang dialami anak walaupun anak sudah mendapat perawatan (75,5%). Dan stressor yang disebabkan oleh keluarga tidak ada teman bertukar fikiran (69,4%).

6.2. REKOMENDASI

6.2.1. Praktek keperawatan

Perawat sebagai bagian dari tim kesehatan yang menangani masalah pasien hendaknya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi perawat, khususnya dalam melakukan praktek keperawatan secara profesional sehingga dapat meningkatkan


(49)

pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dan dapat meminimalkan stresor pada keluarga selama anak dirawat inap.

6.2.2. Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dalam meningkatkan pendidikan keperawatan dan mengevaluasi mutu pendidikan khususnya bagi mata kuliah keperawatan keluarga dan keperawatan anak.

6.2.3. Penelitian keperawatan (Peneliti Selanjutnya)

Pada peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti seberapa besar pengaruh stressor terhadap keluarga selama anak dirawat inap dirumah sakit.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Achidat, A., dkk. (2003). Teori dan Manajemen Stres. Jakarta: EGC.

Anwar Q. (2003). Manajemen Stres Menurut Pandangan Agama Islam. Edisi kedua. Jakarta: P.T AL. Mawardi Prima.

Arikonto S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Craven, Ruth. F, Constance J. Hirnle. (1996). Fundamental of Nursing, edisi 2. Lippincott: Philadelphia.

Daley C. Dennis. (2001). Mental Ilnes. Singapore: MI Graw-Hill Companics.

Dempsey A. P, Dempsey D. A. (2002). Nursing Research : Buku ajar dan latihan. Jakarta : Rineka Cipta.

Dourghety. (2004). Measuring The Quality Of Children’s Health. Dibuka pada Web Sit

Friedman. (1997). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Hawari D. (2004). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Edisi 1. Jakarta.

Ingals andSalerno’s. (1999). Maternal and Child Health Nursing, 9th edition. America: Mosby.

Joni M. (2003). Anak dan Orang Tua. Dibuka pada Web Site


(51)

Knafi A. Katheen. (2003). ArtikelFamily Outcomes, Family-Prectitioner

Interface. Dibuka pada Web Site

Nursing. HtmI.

Kozier, dkk. (1995). Fundamental of Nursing. 2nd edition. Lippincott: Philadelphia.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Saccharin M. R. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatric. Edisi kedua. Jakarta:EGC.

Sunaryo. (2004). Psikologi untukKeperawatan. Jakarta:EGC.

Supartini Y. (2004). Parents Experience Of Their Child’s Care during Hospitalization.

Dibuka pada Web Site

Thompson. D. E. (1995). Maternity and Pediatric Nursing. 2nd edition. Amerika: W. B Saunders Company.

Thompson’s. (2001). Pediatric Nursing: An Introductory Text. Amerika: W. B Saunders Company.

Wilkinson G. (2003). Panduan Menangani Stres Sendiri. Jakarta: Intimedia dan Ladang Pustaka.

Wong D. Dan Whalley. (1996). Clinical Manual Of Pediatric Nursing. 4th edition. Lippincott: Philadelphia.


(52)

Wong I. D. (1997). Pediatric Nursing. 5th. Amerika: Mosby.

Georgia. 2003. Stres Management.

Dibuka pada Web Site

Stres Orang Tua Pemicu Stres Anak.


(53)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN STRESSOR KELUARGA TERHADAP ANAK YANG DI HOSPITALISASI DI

RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

Oleh : Masnidar

Saya mahasiswa Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara melakukan penelitian terhadap stressor keluarga terhadap anak yang di hospitalisasi di ruang anak Rumah Sakit Umum Daerah kota Padangsidimpuan sebagai penugasan akhir dalam study.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal apa sajakah yang menjadi stressor keluarga selama anak menjalani perawatan (rawat inap) di Rumah Sakit. Saya akan menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas ibu/bapak. Informasi yang ibu/bapak berikan hanya akan digunakan untuk mengembangkan Ilmu Keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud – maksud lain.

Partisipasi ibu/bapak dalam penelitian ini bukan hanya akan digunakan untuk mengembangkan Ilmu Keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud – maksud lain.

Partisipasi ibu/bapak dalam penelitian ini bersifat bebas, ibu/bapak bebas untuk ikut menjadi responden penelitian atau menolak tanpa sanksi apapun.

Jika ibu/bapak bersedia menjadi responden penelitian ini silahkan ibu/bapak menandatangani kolom dibawah ini.

Terima Kasih

Tanda tangan : Tanggal penelitian : No. Responden :


(54)

KUESIONER STRESSOR KELUARGA SELAMA ANAK DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

I. Data Demografi No. lembar Kuisioner :

Lingkarilah salah satu pilihan (option) dan isilah jawaban yang sesuai dengan identitas Anda !

1. Umur (* Ibu / Bapak) : …………tahun (*coret yang tidak perlu)

2. Umur anak yang dirawat : …………*bulan/tahun (*coret yang tidak perlu) 3. Lama anak dirawat di Rumah Sakit : …………*hari/bulan (*coret yang tidak perlu)

4. Agama : a. Islam b. Kristen

c. Hindu d. Budha 5. Pendidikan : a. Tamat SD b. Tamat SMP

c. Tamat SMA d. Tamat Perguruan Tinggi e. Lain-lain (sebutkan)………..

6. Suku : a. Batak b. Melayu

c. Jawa d. Padang

e. Lain-lain (sebutkan)……….. 7. Status Perkawinan : a. Menikah b. Janda

c. Duda

8. Pekerjaan : a. PNS b. Pegawai Swasta c. Wiraswasta d. TNI/Polri

e. Lain-lain (sebutkan)……….. 9. Penghasilan : a. Rp.500.000,- s/d Rp.750.000,-/bulan

b. Rp.755.000,- s/d Rp.1.000.000,-/bulan c. Rp.1.005.000,- s/d Rp.1.500.000,-/bulan a. lebih dari Rp.1.500.000,-/bulan

10. Riwayat rawat inap anak selama di Rumah Sakit sebelumnya : a. Pernah, berapa kali …………


(55)

II. Stressor Keluarga

Berilah tanda checklist (√) pada pernyataan yang sesuai dengan hal-hal yang menyebabkan Anda stress selama anak dirawat di Rumah Sakit.

No Pernyataan Ya Tidak

A. Diagnosis Penyakit

1. Mengetahui bahwa anak saya menderita penyakit yang berat

2. Tidak mengetahui akibat yang ditimbulkan dari penyakit anak

3. Mengetahui bahwa anak saya menderita penyakit yang berbahaya

No Pernyataan Ya Tidak

B. Tindakan pengobatan/perawatan

1. Mengetahui bahwa penyakit anak saya membutuhkan perawatan yang lama

2. Mengetahui bahwa anak saya tidak mendapat perawatan yang tepat

3. Melihat anak saya mendapat pengobatan seperti pengambilan darah, dan pemasangan infus

4. Melihat perawat tidak mampu menangani masalah perawatan anak saya dengan tepat

C. Ketidaktahuan merawat penyakit anak

1. Tidak mampu merawat anak tanpa bantuan perawat

2. Perawat tidak memberitahu dengan jelas tentang hal yang tidak boleh dilakukan demi perawatan anak saya

3. Perawat tidak memberitahu dengan jelas tentang hal yang harus dilakukan demi perawatan anak


(56)

saya

4. Tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya tentang penyakit anak

5. Tidak mengetahui mengapa dilakukan tindakan tertentu pada anak saya misalnya pengambilan darah

6. Tidak mengetahui kondisi anak saya setelah dilakukan tindakan pengobatan

No Pernyataan Ya Tidak

D. Kurangnya Support system

1. Mengetahui bahwa keluarga saya tidak datang berkunjung

2. Tidak ada anggota keluarga yang mau menggantikan jaga

3. Keluarga saya tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan anak selama di rumah sakit

4. Tidak mendapat jawaban yang tepat dari petugas kesehatan (dokter atau perawat)

5 Dokter atau perawat diruangan tidak ada yang memperhatikan anak saya

6. Tidak ada tempat bertanya mengenai penyakit anak saya

E. Ketidakmampuan menggunakan

mekanisme koping

1. Belum dapat menerima penyakit yang dialami anak walaupun anak sudah mendapat perawatan 2. Saling menyalahkan mengapa anak menjadi sakit


(57)

3. Tidak mampu membayar biaya perawatan anak saya

4. Tidak bisa menjaga anak selama dirawat

5. Kondisi fisik saya semakin menurun untuk merawat anak selama di Rumah Sakit

F. Kurangnya komunikasi antara keluarga

1. Tidak ada teman bertukar fikiran

2. Kesibukan atau pekerjaan membuat saya jarang berkomunikasi secara terbuka kepada keluarga dengan baik

3. Selalu berbeda pendapat selama anak dirawat 4. Keluarga sibuk dengan urusannya masing-masing

sehingga tidak ada waktu untuk berdiskusi mengenai masalah penyakit anak

5. Keluarga tidak mau mendengarkan apa yang menjadi keputusan saya


(58)

(59)

(60)

(61)

TASAKSI DANA

1. PROPOSAL

a. Print proposal Rp. 150.000

b. Biaya internet Rp. 30.000

c. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000

d. Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

2. PENGUMPULAN DATA

a. Izin penelitian Rp. 350.000

b. Transportasi Rp. 150.000

c. Fotocopy kuisioner dan persetujuan penelitian Rp. 70.000

3. ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

a. Biaya rental dan print Rp. 150.000

b. Seminar Rp. 350.000

4. BIAYA TAK TERDUGA Rp. 300.000

___________


(62)

(63)

(64)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Masnidar

Tempat Tanggal Lahir : Padangsidempuan, 13 April 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 4 dari 5 bersaudara

Agama : Islam

Alamat : Jl.Stn Batangari Hrp LK.III Kel. Padangmatinggi Kec. Padangsidimpuan Selatan Riwayat Pendidikan :

No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun Lulus 1. 2. 3. 4. 5.

SD Negeri No.142445 SMP Negeri 5

SMA Negeri 3

D III Keperawatan STIKES Flora S1 Keperawatan Ekstensi Universitas Sumatera Utara

Padangsidimpuan Padangsidimpuan Padangsidimpuan Medan Medan 2001 2004 2007 2010 2011 - sekarang


(1)

58


(2)

(3)

60

TASAKSI DANA

1. PROPOSAL

a. Print proposal Rp. 150.000

b. Biaya internet Rp. 30.000

c. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000 d. Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

2. PENGUMPULAN DATA

a. Izin penelitian Rp. 350.000

b. Transportasi Rp. 150.000

c. Fotocopy kuisioner dan persetujuan penelitian Rp. 70.000 3. ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

a. Biaya rental dan print Rp. 150.000

b. Seminar Rp. 350.000

4. BIAYA TAK TERDUGA Rp. 300.000

___________

Total Rp.1.700.000


(4)

(5)

62


(6)

Nama : Masnidar

Tempat Tanggal Lahir : Padangsidempuan, 13 April 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 4 dari 5 bersaudara

Agama : Islam

Alamat : Jl.Stn Batangari Hrp LK.III Kel. Padangmatinggi Kec. Padangsidimpuan Selatan Riwayat Pendidikan :

No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun

Lulus 1. 2. 3. 4. 5.

SD Negeri No.142445 SMP Negeri 5

SMA Negeri 3

D III Keperawatan STIKES Flora S1 Keperawatan Ekstensi Universitas Sumatera Utara

Padangsidimpuan Padangsidimpuan Padangsidimpuan Medan Medan 2001 2004 2007 2010 2011 - sekarang