Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial (Survey Pada Dinas - Dinas Di Kabupaten Bandung)

(1)

(2)

(3)

baik, diperlukan informasi akuntansi yang memenuhi kebutuhan semua pengguna. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan informasi akuntansi terhadap kinerja manajerial baik secara simultan dan parsial di dinas-dinas Kabupaten Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Unit observasi dalam penelitian ini adalah 14 dinas di Kabupaten Bandung dengan unit analisis Kepala Dinas yang berjumlah 14 orang dan Sekretariat 14 orang dengan total responden berjumlah 28 orang. Pengujian statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan Dinas-dinas di Kabupaten Bandung memiliki partisipasi yang baik, dan Informasi akuntansi memberikan kontribusi yang baik. Kemudian Partisipasi penyusunan anggaran dan informasi akuntansi secara bersama-sama memberikan kontribusi atau pengaruh yang besar terhadap perubahan kinerja manajerial Dinas di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.

Kata Kunci : Partisipasi Penyusunan Anggaran, Informasi Akuntansi, dan Kinerja Manajerial


(4)

necessary to meet the needs of all users. The purpose of this study is to investigate the effect of budgetary participation and managerial accounting information on the performance of both simultaneously and partially in Bandung district offices. The method used in this research is descriptive method and verifikatif. The unit of observation in this study were 14 district offices in London with the Head of the unit of analysis, amounting to 14 people and 14 people with the Secretariat of the total respondents numbered 28 people. Statistical test used is multiple linear regression analysis.

Results showed that overall agencies in Bandung Regency has a good participation, and accounting information contributes to the good. Then Participation budgeting and accounting information together to contribute or influence on the changes in managerial performance in the District Government Office of London.

Keywords: Participation Budgeting, Accounting Information and Managerial Performance


(5)

ABSTRACT………... iii

ABSTRAK……… iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 12

1.2.1Identifikasi Masalah ... 12

1.2.2Rumusan Masalah ... 13

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 13

1.3.1Maksud Penelitian ... 14

1.3.2 Tujuan Penelitian... 14

1.4Kegunaan Penelitian... 15

1.4.1Kegunaan Praktis... 15

1.4.2Kegunaan Akademis ... 15

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 16

1.5.2 Waktu Penelitian ... 16

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 18


(6)

2.1.2.3 Fungsi dan Tujuan Informasi Akuntansi ... 30

2.1.3 Kinerja Manajerial... 33

2.1.3.1 Pengertian Kinerja Manajerial ... 33

2.1.3.2 Indikator Kinerja Manajerial ... 35

2.1.3.3 Tujuan dan Manfaat Kinerja Manajerial ... 37

2.1.4 Keterkaitan antar Variabel Penelitian ... 39

2.1.4.1 Pengaruh Partispasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial ... 39

2.1.4.2 Hubungan Informasi Akuntansi Dengan Kinerja Manajerial ... 40

2.1.5.3Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial 40 2.2 Kerangka Pemikiran... 43

2.2.1Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial... 43

2.2.2 Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial... 46

2.3 Hipotesis ... 53

BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 54

3.2 Metode Penelitian ... 54

3.2.1 Desain Penelitian ... 56

3.2.2 Operasional Variabel ... 61

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 63

3.2.3.1 Sumber Data ... 63

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 64


(7)

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Dinas-dinas di Kabupaten Bandung ... 82

4.1.1 Sejarah Dinas di Kabupaten Bandung ... 85

4.1.2 Struktur Organisasi ... 61

4.1.3 Job Description ... 86

4.1.4 Visi Misi Kabupaten Bandung ... 88

4.1.5 Tujuan Pemerintah Kabupaten Bandung ... 89

4.2 Karakteristik Responden ... 89

4.2.1 Jenis Kelamin Responden ... 90

4.2.2 Pendidikan Responden ... 90

4.2.3 Jabatan Responden ... 91

4.2.4 Golongan Responden ... 91

4.2.5 Masa Kerja Responden ... 92

4.2.6 Pengalaman Responden Menyusun RKA ... 93

4.3 Analisis Deskriptif ... 95

4.3.1 Analisis Deskriptif Partisipasi Penyusunan Anggaran 95

4.3.2 Analisis Deskriptif Informasi Akuntansi ... 103

4.3.3 Analisis Deskriptif Kinerja Manajerial ... 114

4.4 Analisis Verifikatif ... 128

4.4.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial ... 128

4.4.1.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 129

4.4.1.2 Hasil Pengujian Normalitas ... 129


(8)

4.4.3 Koeefisien Determinasi …….………. 137

4.4.3.Pengujian Hipotesis... 139

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..………..…………. 144

5.2 Saran………..………..………... 146

DAFTAR PUSTAKA………..………..……….………… 148

LAMPIRAN………..………..……….……….. 152


(9)

1.1Latar Belakang Penelitian

Suatu organisasi besar, seperti pemerintah daerah, dapat dianggap sebagai suatu pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban besar tersebut dapat dipecah-pecah lagi menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban yang lebih kecil hingga pada level pelayanan atau program, misalnya dinas-dinas dan subdinas-subdinas. Pusat pertanggungjawaban tersebut kemudian menjadi dasar perencanaan dan pengendalian anggaran serta penilaian kinerja pada unit yang bersangkutan. Manajerial sebagai pusat pertanggungjawaban, sebagai budget holder, memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan anggaran (Mardiasmo, 2009:48).

Perencanaan dan pengendalian merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Pengendalian anggaran meliputi pengukuran terhadap output dan belanja yang rill. Struktur pusat pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian anggaran sejalan aktivitas organisasi dalam hal ini yaitu dinas-dinas di Kabupaten Bandung. Setiap SKPD harus mendukung program pemerintah pada level yang lebih tinggi, agar tujuan umum pemerintah dapat tercapai. Sebelum anggaran disiapkan, SKPD dalam penelitian ini yaitu dinas seharusnya mengembangkan suatu rencana strategis (Mardiasmo, 2009:48).


(10)

Rencana strategis mengidentifikasi strategi-strategi untuk aktivitas dan operasi di masa depan, umumnya mencakup setidaknya untuk lima tahun ke depan untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra-SKPD) dan satu tahun untuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). SKPD dapat membuat strategi umum bagi pemerintah daerah ke dalam tujuan proses penyusunan anggaran. Tujuan ini membentuk dasar anggaran berdasarkan UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Selama ini efektifitas pemerintah dalam perencanaan dan pengendalian keuangan masih dirasakan terlalu lemah. Pemborosan adalah fenomena umum yang terjadi diberbagai departemen pemerintahan. Kondisi seperti ini muncul karena pendekatan umum yang digunakan dalam penentuan besar alokasi dana untuk tiap kegiatan penyusunan anggaran adalah pendekatan incrementalism yang didasarkan pada perubahan satu atau lebih variabel yang bersifat umum, seperti tingkat inflasi atau jumlah penduduk. Sementara itu, analisis untuk mengetahui struktur komponen, dan tingkat biaya untuk setiap kegiatan masih sedikit sekali dilakukan (Mardiasmo, 2009:70).

Perencanaan merupakan formulasi terinci dari kegiatan untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas manajemen (Hansen Mowen, 2006:7). Dalam hal ini organisasi sektor publik yaitu pemerintah daerah, penganggaran merupakan suatu proses politik, anggaran harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksana program-program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2009:61).


(11)

Di dalam laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) tahun 2005-2010, terdapat temuan kelemahan atau penyimpangan administrasi mengungkap adanya penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset, tetapi penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian daerah atau potensi kerugian daerah, tidak mengurangi hak daerah (kekurangan penerimaan), tidak menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi tindak pidana. (Sumber: LHP BPK RI Semester 1 hal 46, 2011).

Pada umumnya kasus-kasus penyimpangan yang bersifat administratif yaitu adanya pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti tidak lengkap/ tidak valid), penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang pengelolaan perlengkapan atau barang milik daerah, penyetoran penerimaan negara/daerah melebihi batas waktu yang ditentukan, kepemilikan aset tidak/belum didukung bukti yang sah, dan penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang tertentu lainnya. (Sumber: LHP BPK RI Semester 1 hal 46, 2011).

Kasus lain penyimpangan yang bersifat administratif yaitu adanya proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan (tidak menimbulkan kerugian daerah), pertanggungjawaban/penyetoran uang persediaan melebihi batas waktu yang ditentukan, sisa kas di bendahara pengeluaran akhir tahun anggaran belum disetor ke kas daerah dan pengeluaran investasi pemerintah didukung bukti yang sah (Sumber: LHP BPK RI Semester 1 hal 46, 2011).


(12)

Fenomena yang terjadi atas LKPD menunjukan adanya penyimpangan yang bersifat administratif sebanyak 1.774 kasus yang mengalami potensi kerugian daerah, yang merupakan suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan resiko terjadinya kerugian dimasa yang akan datang, yang diantaranya adalah Kabupaten Bandung. Permasalahannya adalah realisasi anggaran belanja bagi hasil pajak dan retribusi daerah kepada pemerintah desa berupa pencairan dana motivasi kepada masyarakat yang diberikan secara langsung kepada kelompok masyarakat tanpa melalui pemerintah desa atau masuk dalam anggaran pendapatan dan belanja desa (Sumber: LHP BPK RI Semester 1 hal 48, 2011).

Fenomena yang terjadi di Kabupaten Bandung dalam ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan 16 jumlah kasus-kasus dengan nilai mencapai 4.0005,66 juta. Yang didalamnya mengakibatkan kerugian daerah dengan nilai mencapai 2.146,39 juta, kekurangan penerimaan dengan nilai 1.601,59 juta, administrasi dengan ketidakhematan mencapai nilai 60,97 juta, ketidakefektifan dengan nilai 196,70 juta. Dengan nilai penyerahan aset atau penyetoran ke kas negara atau daerah atas temuan yang telah menindaklanjuti dalam proses pemeriksaan dengan kerugian daerah mencapai nilai 60,30 juta, dengan kekurangan penerimaan 1.590,09 juta. Sehingga menyebabkan pemberian opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dengan 6 kali berturut-turut dari tahun 2005-2010 terhadap Kabupaten Bandung (Sumber: LHP BPK RI Semester 1 hal 29, 2011).


(13)

Adanya pos pembiayaan merupakan upaya agar APBD makin informatif, yaitu memisahkan pinjaman dari pendapatan daerah. Pos pembiayaan ini merupakan alokasi surplus atau sumber penutupan defisit anggaran (Halim, 2004:18). Fenomena yang terjadi mengenai anggaran pada Kejaksaan Negeri Bale Bandung kembali mengungkap indikasi penyimpangan anggaran Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung tahun 2007. Modusnya berupa pemotongan dana kegiatan yang dicairkan untuk tingkat subdinas (Ranu Mihardja, 2009). Modus yang dilakukan tersangka adalah memotong anggaran Disdik yang seharusnya diterima subdinas untuk pelaksanaan kegiatan secara bertahap. Alasannya, untuk biaya akomodasi kegiatan lain yang belum termasuk dalam dokumen pelaksanaan anggaran (Susanto, 2009).

Fenemana yang terjadi di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung masih dalam perkembangan, dalam kasus penyalahgunaan dana insentif guru honorer di Kabupaten Bandung yang dilakukan Forum Komunikasi Guru Honorer Sekolah (FKGHS). Kini tengah dibidik seorang pejabat Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung. Pejabat DPPK berinisial E itu menjadi calon tersangka karena diduga terlibat dalam pencairan dana Rp 10,8 miliar bagi FKGHS tahun 2007 dan 2008.Ada indikasi yang bersangkutan mencairkan dana bagi para guru honorer sebelum ada perintah dari pimpinan (Susanto, 2009).


(14)

Terdapat sejumlah pengakuan bahwa bahwa tingkat korupsi pada suatu negara berhubungan secara negatif dengan cara dan kualitas perkembangan ekonomi dan sosial suatu negara tersebut. Ketika korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) berlindung di bawah rule of the game maka hal ini akan membahayakan bagi praktik lingkungan bisnis, keyakinan dunia luar yang akan menanamkan investasi pada suatu negara. Nowroozi dalam Mardiasmo (2002).

Anggaran Pendapatan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) yang dipersentasikan setiap tahun oleh eksekutif atau manajerial, memberi informasi rinci kepada DPR/DPRD dan masyarakat tentang program apa yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, di dalam proses penyusunan anggaran tahunan. Partisipasi anggaran sebagai pengendalian manajerial, digunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Selain itu, anggaran digunakan untuk memberi informasi dan meyakinkan legislatif bahwa pemerintah bekerja secara efisien, tanpa ada korupsi dan pemborosan (Ihyaul Ulum, 2004:115).

Penelitian Agyris, Becker dan Green, Brownell and Mc. Innes dalam Abriyani (2002) menunjukan bahwa partisipasi dalam menyusun anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Penelitian Luka dalam Nur Faizzah (2007) Perilaku manajerial itu dapat terjadi karena partisipasi memberikan kesempatan pada karyawan untuk menjalankan anggaran yang dapat dicapai. Hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial oleh Nor dalam Nur Faizzah (2007) yang melakukan penelitian pada organisasi sektor publik di Provinsi D.I Yogyakarta.


(15)

Kebutuhan Informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi semua pengguna, termasuk pemerintah wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintah daerah serta mempermudah pengendalian yang efektif atas seluruh aset, hutang, ekuitas dana, untuk membantu kinerja manajerial untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pemerintah dalam periode pelaporan untuk kepentingan masyarakat (Ihyaul Ulum, 2004:103).

Informasi yang dicatat dan laporan yang disusun harus direncanakan sedemikan rupa sehingga kepala dinas dapat memimpin dengan baik guna mencapai kinerja manajerial yang baik (Indra Bastian, 2006:43). Untuk mencegah terjadinya kesalahan dan kecurangan serta menempatkan tanggungjawab atas pekerjaan yang harus dilakukan, maka perlu diciptakan pengendalian manajerial (Indra Bastian, 2006:54).

Fenomena yang terjadi pada Pemerintah Kabupaten Bandung mengenai informasi akuntansi yaitu Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK Perwakilan Bandung menemukan 112 kasus yang terkait dengan penggunaan dana APBD di Jawa Barat tahun 2007. Temuan itu diperoleh setelah BPK memeriksa laporan keuangan yang disampaikan Pemerintah Provinsi Jabar dan 24 pemerintah kabupaten/ kota. Indikasi kerugian negara mencapai sekitar Rp 44,92 miliar (Gunawan, 2008).


(16)

Berdasarkan penelitian bahwa informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hal ini sesuai dengan penelitian Hirst dalam Donna dan Isbandriyati (2011), yang menjelaskan bahwa informasi akuntansi dapat digunakan oleh manajemen untuk proses perencanaan, koordinasi dan penilaian evaluasi yang nantinya dijadikan pedoman di masa mendatang. Penggunaan informasi akuntansi dapat berdampak positif terhadap bawahan dan informasi akuntansi baik sebagai penilaian prestasi seseorang. Begitu juga dengan David (2001) dalam Donna dan Isbandriyati (2011), yang menjelaskan bahwa penggunaan informasi akuntansi berpengaruh postif terhadap kinerja manajerial.

Fenomena yang terjadi pada kinerja manajerial di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Grace Mediana, dimintai keterangan yang difokuskan pada seputar efek samping pengobatan massal. Disinggung apakah yang bersangkutan bisa terjerat pasal kelalaian dan sekarang ini masih dalam tahap dimintai keterangan. Sebagaimana diketahui, delapan warga Kabupaten Bandung tewas setelah sebelumnya mengonsumsi obat kaki gajah (Imran, 2009).

Fenomena yang terjadi pada kinerja manajerial di Pemerintah Kabupaten Bandung, pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bolos bekerja. Karyawan Kantor Pemkab Bandung yang banyak bolos di antarannya berasal dari Dinas Pendidikan serta Dinas Pendapatan dan Keuangan Pemkab Bandung. Hari pertama masuk kerja di Tahun Baru 2012 ini sedikitnya ada 700 PNS di Kabupaten Bandung yang bolos. Bahkan pimpinan DPRD Kabupaten Bandung juga ikut tak masuk. Padahal saat ini banyak agenda yang harus dikerjakan (Sofian, 2012).


(17)

Penelitian ini merupakan studi kasus pada SKPD di dinas-dinas pada Pemerintah Kabupaten Bandung. Pemerintah merupakan komponen terbesar dalam pembagian organisasi sektor publik. Penelitian ini diajukan pada pemerintah daerah, seperti yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.

Musrenbang Kabupaten Bandung Tahun 2012 mengacu pada PP dalam Negeri No 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan daerah, dan Surat Edaran Bupati Bandung Nomor 050/113-Bappeda Tanggal 30 Januari 2012, tentang Penyusunan Rancangan Awal Renja SKPD 2013 dan pelaksanaan Musrenbang tahun 2012.

BAPPEDA Kabupaten Bandung berperan dalam menjalankan fungsi perencanaan daerah. BAPPEDA dituntut untuk melaksanakan penyelarsaan dan klarifikasi dan usulan-usulan program/kegiatan yang telah disampaikan masyarakat, mulai dari tingkat desa, kecamatan sampai dengan tingkat kabupaten, dengan Rencana Kerja (Renja) SKPD, sesuai dengan sasaran dan arah kebijakan pembangunan daerah serta mempertajam indikator kinerja program/kegiatan prioritas daerah.


(18)

Dimana adanya proses Musrenbang menjadi usulan-usulan dari wilayah yang mencakup dari Desa, Kecamatan, dan Kabupaten. Usulan wilayah kurang lebih 30% dari perencanaan dan penganggaran belanja secara keseluruhan program untuk publik yang diusulkan oleh masyarakat, 70% ada yang diperuntukan untuk masyarakat tetapi dalam pelaksanaanya melalui proses top down dari SKPD ke masyarakat, Bottom Up dari usulan masyarakat ke BAPPEDA. Setelah dari proses Musrenbang, selanjutnya menjadi bahan dalam penyusunan rancangan RKPD untuk satu tahun yang akan datang karena jenjangnya satu tahun (Asep, 2012).

Setelah ditetapkan melalui peraturan Bupati (Bulan Mei) di dalam Pemerintah Kabupaten Bandung, maka dilanjutkan melalui proses Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Program Prioritas Anggaran Sementara (PPAS). PPAS dan KUA dibahas dengan DPRD, sebagai bahan untuk perancangan APBD, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Fenomena yang terjadi pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung, dalam partisipasi penyusunan anggaran yaitu belum optimalnya kualitas SDM yang sesuai standar kebutuhan unit kerja dan belum optimalnya penempatan SDM pada masing-masing unit kerja DPPK sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan kompetensi, belum optimalnya dukungan sarana dan prasarana, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, belum optimalnya koordinasi antar unit kerja di lingkungan DPPK, sehingga mengakibatkan terlambatnya penyusunan KUA/PPAS, terlambatnya penyusunan


(19)

dan penetapan Perda APBD, terlambatnya penyusunan dan penetapan Perda perubahan APBD, terlambatnya penyampaian dan penyusunan laporan keuangan SKPD, telat memberikan laporan keuangan tugas pembantuan, kurangnya koordinasi dengan SKPD pelaksana tugas pembantuan, aplikasi SIPKD (Sistem Informasi Keuangan Daerah) yang tidak mudah dioperasikan (Rencana Strategis DPPK Kabupaten Bandung 2010-2015).

Fenomena yag terjadi dalam Informasi Akuntansi pada Pemerintah Kabupaten Bandung khususnya di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK), yang didalamnya terdiri dari permasalahan yang merupakan isu-isu strategis, yaitu belum optimalnya kualitas SDM dalam pemahaman Akuntansi, yang sesuai standar kebutuhan unit kerja dan penempatan SDM pada masing-masing unit kerja DPPK, yang berhubungan dengan fenomena pada kinerja manajerial yang ada di DPPK karena SDM nya kurang memadai sehingga berpengaruh terhadap Kinerja Kepala Dinas DPPK (Tedy, 2012).

Sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan kompetensi, belum optimalnya dukungan sarana prasarana baik dari segi kuantitas maupun kualitas, koordinasi antar unit kerja di lingkungan DPPK. Perencanaan, penegndalian, sistem pengendalian intern dalam peneglolaan keuangan belum memadai, belum adanya jabatan fungsional pengelolaan keuangan (akuntan), intensifikasi dan ektensifikasi sumber pendapatan daerah belum optimal memperlakukan peraturan perundang-undangan (Tedy, 2012).


(20)

Permasalahan yang terjadi apabila tidak diantisipasi dengan faktor akan menimbulkan kerugian besar, apabila tidak ada tindakan maka akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam jangka panjang. (Tedi, 2012). Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3% (tiga persen) dari PDB (Produk Domestik Bruto) tahun bersangkutan. Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dibatasi tidak melebihi 60% (enam puluh persen) dari PDB tahun bersangkutan. Berdasarkan UU No 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Daerah.

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, penulis mengidentifikasi masalah antara lain sebagai berikut:

1. Kurangnya partisipasi anggota antar dinas-dinas dalam proses penyusunan anggaran dengan sering terlambatnya penyusunan KUA/PPAS, Penetapan Perda APBD, terlambatnya penyusunan laporan keuangan SKPD, dll.

2. Pemerintah, dalam hal perencanaan dan pengendalian keuangan masih dirasakan terlalu lemah ditambah dengan adanya pemborosan dana APBD. 3. Pemahaman anggota dinas-dinas dalam standar akuntansi pemerintah masih


(21)

4. Banyaknya aturan yang dibuat pemerintah tidak bisa dipenuhi oleh anggota dinas-dinas karena tidak sesuai dengan di lapangan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya dan untuk lebih mengarah pada hasil penelitian, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan partisipasi penyusunan anggaran dinas-dinas di Pemerintah Kabupaten Bandung.

2. Bagaimana pelaksana informasi akuntansi dinas-dinas di Pemerintah Kabupaten Bandung.

3. Bagaimana pelaksana kinerja manajerial dinas-dinas di Pemerintah Kabupaten Bandung.

4. Seberapa besar pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, informasi akuntansi terhadap kinerja manajerial baik secara simultan dan parsial di dinas-dinas Kabupaten Bandung.


(22)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Mengumpulkan data dan berbagai informasi terkait dengan pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan informasi akuntansi terhadap kinerja manajerial.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fenomena yang telah disebutkan sebelumnya, dihubungkan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Parisipasi Penyusunan Anggaran pada dinas-dinas di Kabupaten Bandung.

2. Untuk mengetahui Informasi Akuntansi pada dinas-dinas di Kabupaten Bandung.

3. Untuk mengetahui Kinerja Manajerial pada dinas-dinas di Kabupaten Bandung.

4. Untuk mengetahui Pengaruh Parisipasi Penyusunan Anggaran dan Informasi Akuntansi pada dinas-dinas di Kabupaten Bandung.


(23)

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial pada Dinas-dinas di Kabupaten Bandung.

1.4.2Kegunaan Akademis

1. Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung mengenai Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial pada Dinas-dinas di Kabupaten Bandung.

2. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dari sisi akademisi mengenai Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial pada Dinas-dinas di Kabupaten Bandung.

3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial pada Dinas-dinas di Kabupaten Bandung.


(24)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Dinas-dinas di Kabupaten Bandung yang beralamat di Jalan Raya Soreang KM 17 Komplek Pemerintah daerah Soreang.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada Maret 2012 sampai dengan Juli 2012.


(25)

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Maret

2012

April 2012

Mei 2012

Juni 2012

Juli 2012 I Tahap Persiapan :

1. Membuat outline dan proposal UP

2. Bimbingan dengan dosen pembimbing

3. Mengambil formulir penyusunan UP

4. Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan :

1. Mengajukan outline dan proposal Up

2. Meminta surat pengantar ke Kasbang Polinmas

3. Penelitian di dinas-dinas Kabupaten Bandung 4. Penyusunan skripsi

III Tahap Pelaporan :

1. Menyiapkan draft skripsi 2. Sidang akhir skripsi

3. Penyempurnaan laporan skripsi 4. Penggandaan skripsi


(26)

2.1 Kajian Pustaka

Pada kajian pustaka umumnya berisi landasan teori yang akan digunakan untuk membahas masalah yang sedang dikaji dari sisi teori yang ada. Teori sangat penting peranannya dalam menjembatani kegiatan penelitian. Landasan teori ini berfungsi untuk memahami masalah secara baik, membantu mendeskripsikan masalah secara lebih mendalam, mengetahui keterkaitan antar masalah yang dikaji dengan masalah lain yang mempunyai hubungan (Umi Narimawati, 2010:24).

2.1.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran 2.1.1.1 Pengertian Partisipasi Anggaran

Partisipasi Menurut Ida Bagus Agung D (2010:80) menjelaskan sebagai berikut :

Adanya keterlibatan upaya dan input oleh manajer dalam penyusunan

anggaran.”

Partisipasi menurut Brownell dalam Nurfaizah (2007) menjelaskan sebagai berikut :

“Suatu proses mengevaluasi kinerja para individu dan menetapkan penghargaan atas dasar sasaran anggaran yang telah dicapai serta


(27)

Definisi Partisipasi menurut Brownell dalam Abriyani (2002) yaitu :

“Suatu proses yang individu-individu didalamnya terlibat dan mempunyai pengaruh atas penyusunan target anggaran, yang kinerjanya akan dievaluasi, dan mungkin dihargai atas dasar pencapaian target anggaran

mereka”.

Anggaran menurut Mardiasmo (2009:61) menjelaskan sebagai berikut :

“Anggaran merupakan penyertaan estimasi kinerja yang hendak dicapai

selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial.” Anggaran menurut Freeman dan Shouldeer (2003) dalam Deddi dan Ayuningtyas (2010:69) sebagai beikut :

“Budgeting is the process of allocating scare resources to unlimited demans, and a budget is a dollar-dollar cents plan of operation for a spesific periode of time.”

Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa penganggaran merupakan suatu proses pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya tidak terbatas (unlimited demands). Sementara itu, anggaran merupakan rencana kerja dalam suatu periode yang telah ditetapkan dalam satuan mata uang.

Anggaran Menurut Ihyaul Ulum MD (2004:109) menjelaskan sebagai berikut:

“Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter”

Anggaran Menurut Indra Bastian (2001:79) menjelaskan sebagai berikut :

“Anggaran bagaimana juga mengungkapkan apa yang akan dilakukan di masa yang akan mendatang. Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.”


(28)

Definisi partisipasi penyusunan anggaran menurut Ray H Garrison dan Eric W.Noreen (2000:408) adalah:

“Anggaran yang dibuat dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer pada semua kegiatan.”

Anggaran Partisipatif menurut Hansen Mowen (2009:448) adalah:

“Anggaran Partisipatif memungkinkan para manajer tingkat bawah untuk

turut serta dalam pembuatan anggaran daripada membebankan anggaran

kepada manajer tingkat bawah.”

Partisipasi Penyusunan Anggaran menurut Ida Bagus (2010:19) adalah sebagai berikut:

“Proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya, dengan kata lain pekerja dan manajer tingkat bawah memiliki suara dalam prosesnya.”

Menurut Brownell dalam Ikhsan (2007:174) menyatakan bahwa partisipasi anggaran dalam penyusunan anggaran adalah :

“Tingkat seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran.”

Menurut Halim dalam Nurfaizah (2007) partisipasi penyusunan anggaran adalah :

“Partisipasi aparat pemerintah daerah dalam proses penganggaran

pemerintah daerah mengarah seberapa besar tingkat keterlibatan aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran.”


(29)

Menurut Milani dalam Nurfaizah (2007) partisipasi penyusunan anggaran adalah :

“Keikutsertaan dan tanggung jawab didalam pengambilan keputusan baik

manajer tingkat menegah dan manajer tingkat bawah, untuk menyusun suatu anggaran guna mencapai tujuan operasional dan sasaran kinerja

dimasa yang akan datang.”

Berdasarkan teori-teori yang diuraikan diatas maka dalam penelitian ini penulis menggunakan pengertian tentang Partisipasi penyusunan anggaran menurut Ida Bagus (2010:19).

2.1.1.2 Indikator Partisipasi Penyusunan Anggaran

Sesuai dengan teori yang didapat mengenai partisipasi penyusunan anggaran menurut Ida Bagus (2010:20), proses penyusunan anggaran bisa dari atas ke bawah (Top Down), bisa juga sebaliknya yaitu dari bawah ke atas (Bottom Up) dan adapula yang menggunakan gabungan keduanya. Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan keterlibatan yang meliputi pemberian pendapat, pertimbangan dan usulan dari bawahan kepada pimpinan dalam mempersiapkan dan merevisi anggaran.

Penerapan partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan banyak manfaat antara lain, partisipasi (orang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran) menjadi ego-involved tidak hanya task- involved berkontribusi dalam pekerjaan Ida Bagus Agung D (20 10:22) yang didalamnya terdapat :


(30)

b. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran. c. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumber

daya diantara bagian-bagian organisasi.

Prasyarat Partisipasi Menurut Ida Bagus Agung D (2010:22) dalam berkomunikasi adalah sebagai berikut :

1. Waktu yang cukup untuk berpartisipasi. 2. Relevan dengan kepentingan pegawai.

3. Kemampuan pegawai memadai untuk menangani bidang garapan partisipasi

4. Kemampuan berkomunikasi timbal balik.

5. Tidak timbul perasaan terancam bagi kedua belah pihak. 6. Masih dalam bidang keleluasaan pekerjaan.

Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa partisipasi lebih berhasil dalam situasi tertentu ketimbang situasi yang lain dan dalam situasi tertentu lainnya partisipasi sama sekali tidak berhasil tanpa adanya motivasi. Syarat utama partisipasi Keith davis dan John W. (1994:183) adalah sebagai berikut :

1. Harus ada waktu untuk berpartisipasi sebelum diperlukan tindakan, partisipasi hampir-hampir tidak tepat dalam situasi darurat.

2. Kemungkinan lebih besar kerugiannya. Contohnya pegawai tidak boleh memboroskan begitu banyak waktu untuk berpartisipasi sehingga mengabaikan pekerjaan mereka.

3. Bidang garapan partisipasi haruslah relevan dan menarik bagi pegawai, jika tidak pegawai akan memandangnya sekedar kerja sibuk.


(31)

4. Para peserta atau pegawai yang berpartisipasi hendaknya memiliki kemampuan, seperti kecerdasan dan pengetahuan teknis, untuk berpartisipasi.

5. Para peserta yang berpartisipasi mampu berkomunikasi timbal balik untuk berbicara dengan bahas oraang lain untuk bertukar pemikiran. 6. Masing-masing pihak seharusnya tidak merasa bahwa posisinya

terancam oleh partisipasi. Apabila para karyawan memandang status mereka, maka akan berpengaruh secara negatif dan mereka tidak akan berpartisipasi. Apabila para manajer merasa bahwa wewenang mereka terancam, mereka akan menolak partisipasi atau akan bersikap bertahan.

7. Partisipasi untuk memutuskan arah tindakan dalam organisasi hanya boleh berlangsung dalam bidang keleluasaan kerja kelompok. Diperlukan tingkat batasan tertentu dari organisasi untuk menjaga kesatuan bagi keseluruhan. Masing-masing subunit tidak boleh mengambil keputusan yang melanggar kebijaksanaan, perjanjian dan lain sebagainya.

Sebagaimana telah diatur dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 yang tercermin dalam penyusunan APBD, dengan tahapan penyusunan rencana kerja anggaran dan persetujuan raperda APBD, proses penyusunan APBD ini melibatkan partisipasi setiap pegawai mulai dari level kasubag hingga kepala dinas. Namun partisipasi anggaran juga secara tidak langsung berdampak pada


(32)

etika dalam bekerja yaitu tangungjawab dalam anggaran (Siti Musyarofah; 2006:49).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator partisipasi penyusunan anggaran, yaitu kontribusi pada keuangan pemerintahan dalam penyusunan APBD, komunikasi dapat mencapai target dalam penyusunan anggaran dan motivasi untuk mengarahkan peningkatan kinerja seseorang terhadap budget. Penulis menggunakan indikator mengenai partisipasi penyusunan anggaran menurut Ida Bagus (2010).

2.1.1.3 Fungsi dan Tujuan Partisipasi Penyusunan Anggaran

Menurut Mardiasmo (2009:63) anggaran sektor publik mempunyai fungsi sebagai :

a. Sebagai alat perencanaan (planning tool)

b. Anggaran sebagai alat pengendalian (Control Tool) c. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal

d. Anggaran sebagai alat politik

e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi f. Anggaran sebagai penilaian kinerja

g. Anggaran sebagai alat motivasi

h. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik

Proses partisipasi penyusunan anggaran sektor publik mempunyai empat tujuan Menurut Mardiasmo (2009:68)adalah sebagai berikut :

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi bagian dalam lingkungan pemerintah.

2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.

3. Menigkatkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

4. Meningkatkan transparansi dan pertanggunggjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas.


(33)

Faktor dominan Menurut Mardiasmo (2009:69) yang terdapat dalam proses penyusunan anggaran :

1. Tujuan dan target yang hendak dicapai

2. Ketersedian sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah) 3. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan target anggaran

4. Faktor-faktor lain yang yang mempengaruhi anggaran, seperti munculnya peraturan pemerintah yang baru, flekuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana alam, dan sebagainya.

2.1.2 Informasi Akuntansi

2.1.2.1 Pengertian Informasi Akuntansi

Menurut Mardi (2011:13) memberikan penjelasan informasi sebagai berikut:

“Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya”

Menurut Azhar Susanto (2009 : 40) menjelaskan informasi adalah sebagai berikut :

“Informasi merupakan hasil dari pengolahan data, akan tetapi tidak semua

hasil dari pengolahan data tersebut bias menjadi informasi. Hasil pengolahan data yang tidak memberikan makna atau arti serta tidak

bermanfaat bagi seseorang bukanlah informasi bagi orang tersebut.”

Pengertian akuntansi menurut Kieso et.al (2007:2) adalah sebagai berikut :

“Akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menggunakan tiga

karakteristik penting dari akuntansi yaitu pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang entitas


(34)

Menurut Belkoui (2006:50) akuntansi didefinisikan berkaitan dengan konsep dari informasi kuantitatif, jadi informasi akuntansi adalah :

“Informasi Akuntansi merupakan suatu aktivitas jasa. Fungsinya untuk

memberikan informasi kuantitatif dari entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan dan dimaskudkan untuk bermanfaat sebagai dalam pengambilan keputusan ekonomi, dan dalam menentukan pilihan diantara serangkaian tindakan-tindakan alternatif yang ada.”

Menurut Mardiasmo (2009:31) informasi akuntansi adalah:

“Informasi Akuntansi diberikan sebagai alat atau sarana untuk

membantu manajer menjalankan fungsi-fungsi manajemen sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dalam organisasi sektor publik, Informasi Akuntansi diperlukan untuk membuat prediksi-prediksi dan estimasi mengenai kejadian ekonomi yang akan datang dikaitkan dengan kejadian ekonomi yang akan datang dikaitkan dengan keadaan ekonomi dan politik

saat ini.”

Menurut Arfan ikhsan dan Herkulanus Bambang Suprasto (2008:25) menjelaskan:

Informasi akutansi merupakan alat yang digunakan oleh pengguna informasi untuk pengambilan keputusan, terutama oleh pelaku bisnis. Dimana informasi akuntansi diharapkan dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang bisa mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan ekonomi.”

Thacker dalam Arfan dan Herkulanus (2008:25) menyimpulkan secara umum bahwa terdapat dua point penting terkandung dalam definisi tersebut, antara lain :

1. Sebagai pusat kepentingan dari berbagai organisasi akuntansi (perusahaan bisnis), informasi akuntansi disini adalah informasi yang berhubungan dengan perusahaan.

2. Informasi akuntansi adalah hal yang vital dalam kegiatan bisnis perusahaan. Digunakan sebagai pengambilan keputusan dalam organisasi ( para manajer, orang-orang yang konsen terlibat dalam perusahaan). Disisi lain digunakan sebagai pengambilan keputusan diluar perusahaan (investor yaitu orang yang menanamkan modalnya pada sebuah perusahaan untuk mengharapakan keuntungan, kreditor yaitu orang-orang yang mempunyai hutang (owes) pada sebuah perusahaan, atau pada pihak lain).


(35)

Menurut Kieso (44:2009) definisi informasi akuntansi adalah :

“Pemilihan metode akuntansi yang tepat, jumlah dan jenis informasi yang harus diungkapkan, serta format penyajian melibatkan penentuan alternatif mana yang menyediakan informasi yang paling bermanfaat untuk tujuan pengambilan keputusan (decision usefulness).”

Menurut Arnold dan Hope dalam Donna (2011) definisi informasi akuntansi adalah :

“Informasi utama berupa financial yang digunakan untuk mengambil

keputusan, pengendalian, dan implementasi keputusan.”

2.1.2.2 Indikator Informasi Akuntansi

Menurut Mc. Leod Mc. Leod & Schell (2007:46) mengatakan bahwa suatu informasi yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Akurat

Artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pengujian terhadap hal ini biasanya dilakukan melalui pengujian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda dan apabila hasil pengujian tersebut menghasilkan hasil yang sama maka dianggap data tersebut akurat.

2. Tepat Waktu

Artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau beberapa jam lagi.


(36)

tersebut harus sesuai dengan kebutuhan informasi diberbagai tingkatan dan bagian yang ada dalam organisasi tersebut.

4. Lengkap

Artinya informasi harus diberikan secara lengkap. Misalnya informasi tentang penjualan tidak ada bulannya atau tidak ada data fakturnya.

Adapun karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi menurut Kieso et all (2002:44-47) adalah sebagai berikut :

1. Relevansi

Informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam suatu keputusan. Jika tidak mempengaruhi keputusan, maka informasi tersebut dikatakan tidak relevan terhadap keputusan yang diambil. Informasi yang relevan akan membantu pemakai membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan, yaitu memiliki nilai prediktif. Informasi yang relevan juga membantu pemakai menjustifikasi atau mengoreksi ekspetasi atau harapan masa lalu, yaitu memiliki nilai umpan balik. Agar relevan ketepatan waktu, informasi harus tersedia kepada pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempegaruhi keputusan yang diambil.

2. Reliabilitas

Informasi dianggap handal jida dapat diverifikasi, disajikan secara tepat, serta bebas dari dari kesalahan dan bias. Daya uji, ditunjukan ketika pengukur independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa. Ketepatan penyajian, berarti bahwa


(37)

angka-angka penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi. Netralitas, bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Informasi harus disajikan faktual, benar, dan tidak bias.

3. Komparabilitas

Informasi yang dari berbagai perusahaan dipandang memiliki komprabilitas jika telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas akan memungkinkan pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan rill dalam fenomena ekonomi karena perbedaan rill dan persamaan tersebut tidak dikaburkan oleh pemakaian metode akuntansi yang tidak dapat dibandingkan.

4. Konsistensi

Apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode-periode, maka entitas tersebut dianggap konsisten dalam menggunakan standar akuntansi.

Berdasarkan teori informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan, maka dapat disimpulkan bahwa indikator dari informasi akuntansi, yaitu relevansi, reliabilitas, komprabilitas, dan konsistensi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan indikator mengenai Informasi akuntansi menurut Kieso et all (2002).


(38)

2.1.2.3 Fungsi dan Tujuan Informasi Akuntansi

Menurut Mardiasmo (2009:33) peran akuntansi sebagai penyedia informasi yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi sektor publik terdiri dari perencanaan dan pengendalian sebagai berikut :

1. Informasi Akuntansi sebagai Alat Perencanaan

Informasi akuntansi sebagai alat perencanaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Informasi sifatnya rutin atau ad hoc 2. Informasi kuantitatif atau kualitatif

3. Informasi disampaikan melalui saluran formal atau informal

Informasi yang sifatnya rutin diperlukan untuk perencanaan reguler, misalnya laporan keuangan bulanan, triwulan, semesteran, atau tahunan. Sementara itu, organisasi sektor publik seringkali menghadapi masalah yang sifatnya temporer dan membutuhkan informasi yang segera. Untuk perencanaan yang temporer, diperlukan informasi yang sifatnya ad hoc. Informasi akuntansi untuk perencanaan dapat juga dibedakan berdasarkan cara penyampaiannya. Apakah informasi akuntansi tersebut disampaikan melalui mekanisme formal ataukah informal. Mekanisme formal biasanya adalah melalui rapat-rapat dinas, rapat komisi dan sebagainya.

2. Informasi Akuntansi sebagai Alat Pengendalian Organisasi


(39)

Dalam memahami akuntansi sebagai alat pengendalian perlu dibedakan menjadi penggunaan informasi akuntansi sebagai alat pengendalian keuangan dengan akuntansi sebagai alat pengendalian organisasi. Pengendalian keuangan terkait dengan peraturan atau sistem aliran uang dalam organisasi, khususnya memastikan bahwa organisasi memeliki likuiditas dan solvabilitas yang cukup baik Mardiasmo (2009:33).

Menurut Arfan ikhsan dan Herkulanus Bambang Suprasto (2008:25) tujuan informasi akuntansi sebagai berikut :

Perlu dicatat bahwa tujuan akuntansi adalah berhubungan dengan fungsi akuntansi historis. Tujuan akuntansi pada umumnya dibagi ke dalam tiga bagian, bagian-bagian tersebut meliputi :

1. informasi untuk pengambilan keputusan 2. pengguna informasi, dan

3. informasi yang bermanfaat.

Menurut Indra Bastian (2006:43) Informasi akuntansi yang dicatat dan laporan-laporan yang disusun harus direncanakan sedemikian rupa sehingga manajerial dalam hal ini pimpinan atau kepala SKPD di Dinas-dinas, dapat memimpin dengan baik guna mencapai kinerja manajerial yang baik. Untuk memberikan informasi mengenai :

1. Perbandingan yang terus-menerus antara pendapatan dan biaya yang baik, berdasarkan anggaran maupun berdasarkan jumlah aktualnya. 2. Jumlah penerimaan dan pengeluaran uang kas untuk periode operasi

saat ini.


(40)

Kebanyakan informasi tersebut dapat diperoleh dari catatan akuntansi. Informasi dan laporan-laporan yang dibutuhkan harus diberi kepada kepala bagian keuangan dan akuntan kepala. Kerja sama antara manajerial dan staf bagian akuntansi menghasilkan pengendalian manajerial yang efisien.

Menurut Belkaoui (2006:54) peranan dari akuntansi adalah sebagai berikut :

“Untuk memberikan informasi mengenai perilaku ekonomi yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas pemerintah dalam lingkungannya.” Prakash dan Rappaport dalam Belkoui (2006:55) memberikan suatu kerangka referensi yang menarik, yang didasarkan pada arus informasi, yang menunjukan peranan akuntansi yaitu :

“Dalam memberikan jenis informasi yang menyatukan proses-proses kinerja manajerial dan menghubungkan pemerintah dengan lingkungannya. Dengan menunjukan struktur internal dari pemerintah yang terdiri dari atas lima proses informasional perencanaan, pengambilan keputusan, implementasi berikut observasinya, penstrukturan data dan evaluasi kinerja. Mereka semua saling berhubungan dalam suatu aturan tertentu sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan bagi manjemen.”

Informasional dari pemerintah (Dinas) dengan lingkungannya menunjukan saling berhubungan, yang memungkinkan :

a. Perangkaian pasar faktor dan pasar produk b. Kepatuhan terhadap evaluasi eksternal

c. Umpan balik ekonomi dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.


(41)

Kekuatan dari referensi Belkoui (2006:55) terletak pada kemampuan yang dimilikinya dengan menunjukan :

“Bahwa Pemerintah, dalam fungsinya sebagai suatu sistem dalam

parameter-parameter yang ditentukan oleh lingkungannya, berfungsi sebagai satu unsur dari tingkat sistem yang lebih tinggi, dalam hal ini ekonomi, dimana ia berinteraksi dan berhubungan dengan elemen-elemen lain dan mengambil bagian dalam proses penetuan parameter-parameter yang ada di dalamnya ia harus berfungsi secara internal”.

2.1.3 Kinerja Manajerial

2.1.3.1 Pengertian Kinerja Manajerial

Menurut Mulyadi (2007:68) kinerja adalah sebagai berikut :

“Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.”

Menurut Henry Faizal Noor (2007:20) manajerial adalah sebagai berikut :

“Pengelolaan sesuatu dengan baik, manajerial berarti bagaimana membuat keputusan (proses) dan menjalankan (implementasi) suatu kegiatan utuk

mencapai tujuan tertentu.”

Kinerja Manajerial Menurut Mulyadi (2007:68) menjelaskan sebagai berikut :

“Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu

menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan yang pada umumnya bersifat konkret, kinerja manajerial bersifat abstrak dan kompleks. Manajer menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat dan kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada di dalam daerah wewenangnya. Oleh karena itu, manajer memerlukan rerangka konseptual sebagai working model yang dapat digunakan sebagai alat


(42)

Menurut Weichrich dan Koontz (2005:27) mendefinisikan sebagai berikut:

“Kinerja Manajerial dalam mengerti dan memahami fungsi manajer dalam mencapai sasaran kinerjanya.”

Menurut Ray H Garirison dan Eric W. Nooren (2000:5) kinerja manajerial adalah sebagai berikut:

“Kinerja manajerial berisi siklus perencanaan dan pengendalian yang

mengilustrasikan aktivitas manajerial yang mengalir mulai dari perencanaan, pengarahan dan memeberi motivasi, pengendalian dan kembali lagi ke proses perencanaan dan seluruh aktivitas tersebut

membutuhkan pengambilan keputusan.”

Kinerja Manajerial menurut Mardiasmo dalam Nurfaizzah (2007) adalah :

“Gambaran seorang manajer mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan atau program, kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam stategic planingg suatu organisasi.”

Menurut I Gusti Agung Rai (2008:17) ada suatu ungkapan yang menggambarkan pentingnya pengukuran kinerja, dihubungkan dengan perbaikan mutu manajerial, yaitu:

“Jika sesuatu tidak dapat dikuantifikasi, maka sulit diukur

Jika sesuatu tidak dapat diukur, maka tidak dapat dievaluasi Jika sesuatu tidak dapat dievaluasi, maka tidak dapat diperbaiki Jika sesuatu tidak dapat diperbaiki, maka tidak akan ada kemajuan

Jika tidak ada kemajuan, maka untuk apa ada manajemen?”

Ungkapan diatas menunjukan bahwa untuk mencapai kemajuan organisasi perlu dilakukan perbaikan kinerja dan evaluasi. Cara mengevaluasi dengan pengukuran kinerja. Agar dapat diukur maka kinerja harus dapat dikuantifikasi. Pengukuran kinerja berfungsi untuk menilai


(43)

suskes atau tidaknya suatu organisasi, program, kegiatan untuk menilai tingkat besarnya terjadinya penyimpangan antara kinerja aktual dan kinerja yang diharapkan, oleh karena itu dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan kinerja manajerial. I Gusti Agung Rai (2008:17).

2.1.3.2 Indikator Kinerja Manajerial

Menurut Weichrich dan Koontz (2005:27) karakteristik kinerja manajerial didalamnya terdiri dari :

“Kinerja manajerial didalamnya terdiri dari Perencanaan, dalam Tingkat persiapan dalam penyusunan anggaran. Investigasi, yang diidentifikasi melalui tingkat kesiapan dalam informasi. Pengkoordinasiaan, untuk penyampaian informasi.”

Menurut Mardiasmo (2004:98) menjelaskan tugas-tugas manajerial sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan dalam hal ini adalah menentukan tujuan-tujuan, kebijakan, arah dari tindakan/ pelaksanaan yang diambil.Termasuk juga skedul pekerjaan, membuat anggaran, menyusun prosedur-prosedur, menentukan tujuan, menyiapkan agenda dan membuat program.

2. Invest i gasi

Mengumpulkan dan menyiapkan informasi, biasanya dalam bentuk catatancatatan, laporan-laporan dan rekening-rekening, melakukan inventarisasi, melakukan pengukuran hasil, menyiapkan laporan


(44)

3. Koordinasi

Melakukan tukar menukar informasi dengan orang-orang di bagian yang lain dengan tujuan untuk menghubungkan dan menyesuaikan program-program, memberikan sasaran ke departemen lain, melancarkan hubungan dengan manajer-manajer lain, mengatur pertemuan-pertemuan, memberikan informasi terhadap atasan, berusaha mencari, kerjasama dengan departemen lain.

4. Evaluasi

Melakukan penilaian dan pengharapan terhadap usulan, laporan atau observasi tentang prestasi kerja.Menilai karyawan, menilai catatan hasil pekerjaan, menilai laporan keuangan, melakukan p emeriksaan terhadap produk, menyetujui permintaan-permintaan, menilai usulan-usulan dan saran-saran.

5. Pengawasan

Mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan, memberikan nasihat kepada bawahan, melatih bawahan, menjelaskan tentang aturan-aturan pekerjaan, penugasan, tindakan pendisiplinan, menangani keluhankeluhan dari bawahan.

6. Penilaian staff

Memelihara kondisi kerja dari satu atau beberapa unit yang dipimpin, melalui rekruitmen tenaga kerja, melakukan wawancara pekerjaan, pemilihan karyawan dan pemindahan.


(45)

7. Negosiasi

Melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang-barang atau jasa, negosiasi pajak, menghubungkan para pemasok, melakukan perundingan dengan wakil-wakil penjualan kepada agen-agen atau konsumen.

8. Perwakilan

Melakukan kepentingan umum atas organisasi, melakukan pidato -pidato, konsultasi untuk kontrak dengan individu atau kelompok-kelompok di luar individu, pidato-pidato untuk umum, kampanye-kampanye masyarakat, meluncurkan hal-hal baru, menghadiri konferensi-konferensi dan pertemuan dengan klub bisnis.

Berdasarkan teori tentang kinerja manajerial dalam pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, maka dapat disimpulkan bahwa indikator dari kinerja manajerial, yaitu terdiri dari perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, penilaian staff, negoisasi, dan perwakilan. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan indikator mengenai Kinerja manajerial menurut Mardiasmo (2004).

2.1.3.3 Tujuan Manfaat dan manfaat kinerja manajerial

Menurut Mardiasmo (2004:87) Penilaian kinerja manajerial memiliki beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi yaitu:


(46)

2. Compensation adjustment, membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima reward ataupun sebaliknya.

3. Placement decision, menentukan promosi atau transfer.

4. Training and development need, mengevaluasi kebutuhan pelatihan danpengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal.

5. Career planning and development, memandu untuk menentukan jeniskarir yang dapat dicapai.

6. Staffing process deficiencies, mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai.

7. Informational inaccuracies and job-design error, membantu menjelaskan kesalahan apa saja yang telah terjadi dalam manajemen.

8. Equal employment opportunity, menunjukkan bahwa placement decisiontidak diskriminatif.

9. External challenges, kinerja pegawai terkadang dipengaruhi oleh factor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan dan lain-lain.

10. Feedback, memberikan umpan balik bagi masalah kepegawaian atau bagi pegawai itu sendiri.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pengukuran kinerja juga dapat membandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan kinerja yang sebenarnya terjadi Mardiasmo (2004:87).


(47)

2.1.4 Keterkaitan antar Variabel

2.1.4.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial

Peranan penyusunan anggaran terhadap kinerja, baik kinerja manajer, karyawan publik dan pemerintah Menurut Hansen dan Mowen (2004:325) mendefinisikan bahwa :

“Anggaran sering digunakan untuk menilai kinerja manajer, bonus,

kenaikan kerja dan promosi adalah semua hal yang dipengaruhi oleh kemampuan seorang manajer. Untuk mencapai atau melampaui tujuan yang direncanakan, oleh karena status keuangan seorang manajer dan karir dapat berpengaruh, penyusunan anggaran dapat memiliki pengaruh signifikan apakah pengaruh tersebut positif atau negatif tergantung

sebagian besar pada bagaimana anggaran tersebut digunakan.”

Menurut Ida Bagus Agung (2010:19) partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial menjelaskan sebagai berikut :

“Partisipasi akan menguntungkan suatu organisasi perusahaan. Partisipasi

telah menunjukkan dampak positif terhadap sikap karyawan, meningkatkan kerja sama diantara manajer.”

Menurut Hansen dan Mowen (2009) Partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial menjelaskan sebagai berikut :

“Partisipasi penyusunan anggaran memungkinkan para manajer tingkat bawah untuk turut serta dalam pembuatan anggaran. Peningkatan tanggung jawab dan tantangan yang inheren dalam proses tersebut memberikan insentif non uang yang mengarah pada tingkat kinerja yang lebih tinggi.”


(48)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran memiliki keterkaitan. Keterkaitan tersebut dapat berdampak positif atau negatif tergantung pada pihak yang melaksanakannya dalam suatu Pemerintah dalam hal ini SKPD di Dinas pada Kabupaten Bandung.

Penelitian ini didukung oleh pernyataan M.Nafarin (2007:9) yang menyatakan bahwa:

“Partisipasi penyusunan anggaran secara khusus memberi

manfaat terhadap kinerja manajerial bagi pertanggungjawaban ketika organisasi dihadapkan pada ketidakpastian. Diikutsertakannya manajer dalam proses penyusunan anggaran merupakan bagian terpenting, karena mereka yang paling mengetahui informasi tentang tentang proses penyusunan anggaran”.

Dari uarain diatas dapat di simpulkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

2.1.4.2 Hubungan Informasi akuntansi dengan Kinerja Manajerial

Menurut penelitian Mardiasmo (2009:31) informasi akuntansi terhadap kinerja manajerial adalah sebagai berikut:

“Informasi akuntansi diberikan sebagai alat atau sarana untuk membantu kinerja manajerial menjalankan fungsi-fungsi manajemen sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.”

Menurut Hansen dan Mowen (2006:5) informasi akuntansi terhadap kinerja manajerial:

“Informasi akuntansi diperlukan untuk mengevaluasi dan memonitor

dampak keputusan yang dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja Manajerial dan unitnya. Pemberian informasi kepada pekerja mengenai kinerja operasional dan keuangan memungkinkan pekerja untuk menilai efektifitas usaha yang dilakukan untuk mencapai


(49)

Menyediakan informasi akuntansi mengenai harga pokok produk, pelanggan, proses dan masalah lain yang menjadi perhatian manajerial, dapat menajadi dasar untuk mengidentifikasi berbagai masalah dan alternatif solusinya Hansen dan Mowen (2006:5).

Menurut Abdul Halim (2004:29) informasi akuntansi terhadap kinerja manajerial:

“Tujuan manajerial pada akuntansi keuangan pemerintah harus

menyediakan informasi akuntansi yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan, serta penilaian kinerja pemerintah.”

Menurut Ray H Garisson dan Eric W. Noreen (2000:6) informasi akuntansi terhadap kinerja manajerial:

“Untuk kepentingan internal, manajer mengharapkan informasi

akuntansi yang relevan meskipun informasi tersebut tidak lengkap sepenuhnya, kurang obyektif, dan kurang dapat diverifikasi. Yang dimaksud dengan relevan sesuai dengan permasalahan yang

dihadapi.”

Menurut Ihyaul Ulum (2004:103) informasi akuntansi terhadap kinerja manajerial:

“Menyediakan informasi akuntansi terhadap manajerial berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintah serta memudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh aset, hutang, dan ekuitas dana. Membantu para pengguna utnuk mengevaluasi pelaksnaan kegiatan suatu entitas pemerintah dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas

pemerintah untuk kepentingan masyarakat.”

Jadi, dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja manajerial.


(50)

2.1.4.3 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Informasi akuntansi terhadap Kinerja Manajerial

Orang yang berwenang dan bertanggung jawab maupun menyusun anggaran serta pelaksanaannya ada di tangan Kepala SKPD (Dinas). Alasan yang mendasari kesimpulan tersebut karena pimpinan tertinggi dan paling bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan Dinas secara keseluruhan. Dengan demikian, tugas menyiapkan dan menyusun anggaran serta kegiatan-kegiatan penganggaran lainnya tidak harus ditangani sendiri oleh pimpinan tertinggi yaitu Kepala Dinas. Karena dalam Pemerintahan sudah ada bagian program-program yang akan menangani semua kebutuhan tiap-tiap Dinas.

Menurut John F.Due (1975) dalam Ihyaul Ulum MD (2004:109) mendefinisikan bahwa:

“Setiap anggaran memberikan informasi mengenai apa yang hendak

dilakukan dalam periode yang akan datang. Suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa depan, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa lalu.”

Menurut Mardiasmo (2009:31) menjelaskan bahwa :

“Proses penyusunan Anggaran dan Informasi Akuntansi yang dilakukan

oleh Staff dan Manajer Publik dalam melakukan proses perencanaan dan pengendalian organisasi dalam penganggaran, diberikan sebagai alat atau saran untuk membantu manajer menjalankan fungsi-fungsi manajemen


(51)

2.1 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial

Dalam sebuah partisipasi penyusunan anggaran, perencanaan merupakan alat untuk manajerial untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah, agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan pengeluaran. (Mardiasmo, 2009:70) Maka dari itu anggaran sebagai instrumen pengendalian yang digunakan untuk menghindari adanya overspending, underspending, dan salah sasaran dalam pengalokasian anggaran yang bukan prioritas.

Di indonesia proses perenacanaan APBD dengan paradigma baru menekan pada pendekatan bottom-up planing dengan tetap mengacu pada arah kebijakan pembangunan pusat. Arahan kebijakan pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam dokumen perencanaan berupa GBHN, Program Pembangunan Nasional (PROPERNAS), Rencana Strategis (RENSTRA), dan Rencana Pembangunan Tahunan (RAPETA) (Mardiasmo, 2009:71). Proses perencanaan arah kebijakan pembangunan daerah tahunan (RAPETADA) dan APBD pada hakekatnya merupakan perencanaan instrumen kebijakan publik sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada maasyarakat. APBD


(52)

demikian REPETADA merupakan kerangka kebijakan bagi penyediaan dana dalam APBD.

Tahap berikutnya adalah budget ratification, yang melibatkan proses politik yang yang cukup rumit dan cukup berat. Kepala Dinas dituntut untuk

tidak hanya memiliki “Managerial Skill” namun juga harus mempunyai “political skill”, “salesmanship”, dan “coalition building” yang memadai. Hal tersebut karena Kepala Dinas harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan dari pihak legislatif. (Mardiasmo, 2009:72)

Menurut Fench et al, partisipasi merupakan proses kerja sama dalam pengambilan keputusan antara dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada pengambilan keputusan itu sendiri dimasa akan datang (Siegel, 1989:137) dalam Abriyani (2002). Dengan kata lain karyawan dan manajer tingkat bawah mempunyai andil didalam pengambilan keputusan.

Menurut Brownell dalam Abriyani (2002), partisipasi anggaran adalah suatu proses dimana individu-individu didalamnya terlibat dan mempunyai pengaruh atas penyusunan target anggaran, yang kinerjanya akan dievaluasi dan mungkin dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka.

Menurut halim dalam Nurfaizzah (2007), partisipasi aparat pemerintah dalam proses penganggaran pemerintah daerah mengarah pada seberapa besar tingkat keterlibatan aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran serta pelaksnaannya untuk mencapai target anggaran. Aparat pemerintah daerah terlibat


(53)

dalam proses penanggaran pemerintah daerah, diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam pengambilan keputusan melalui negoisasi terhadap target anggaran.

Telah didukung oleh penelitian Argyris (1952), Becker & Green (1962), Brownell (1982), dan Brownell and Mc. Innes (1986) dalam Abriyani (2002) menunjukan bahwa partisipasi dalam menyusun anggaran berpengaruh secara positif terhadap kinerja manajerial, begitu pula studi yang dilakukan oleh abriyani (2002) bahwa partisipasi penyusunan anggran terhadap kinerja manajerial memberikan pengaruh terhadap kinerja manajerial.

Penelitian Brownell dalam Nurfaizah (2007) menunjukan bahwa umumnya partisipasi penyusunan anggaran dinilai sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi. Penelitian Nor dalam Nurfaizah (2007) menunjukan adanya hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Begitu pula studi yang dilakukan oleh Nurfaizah (2007) bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.

Penelitian yang dilakukan Greenberg dan Folger dalam Jaqueline (2009) menunjukan bahwa partisipasi dapat meningkatkan kinerja manajerial karena partisipasi memungkinkan bawahan mengkomuikasikan apa yang mereka butuhkan kepada atasannya dan partisipasi memungkin bawahan untuk memilih tindakan yang akan membangun komitmen yang dianggap sebagai tanggungjawab yang mereka pilih. Begitu pula studi yang dilakukan oleh Jaqueline (2009) bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh tinggi


(54)

Penelitian yang dilakukan oleh Maria (2007), temuan utama dari studi ini adalah bahwa sementara ada asosiasi yang kuat antara partispasi anggaran dan kinerja antara semua manajer korea selatan, mekanisme kausal menghubungkan partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial.

Penelitian yang dilakukan Frucot dan Shearon dalam Maria dan William (2008) menemukan paling tidak sedikit koefisien signifikan menghubungkan partisipasi penyusunan anggaran untuk kinerja manajerial selama sembilan dari sepuluh regresi. Begitu pula studi yang dilakukan oleh Maria dan William (2008) menunjukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.

Penelitian yang dilakukan oleh A.B Bonache (2010) berdasarkan survei secara signifikan positif homogeneous, dari sintesis sub kelompok bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial.

2.2.2 Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial

Informasi Akuntansi digunakan untuk memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan pemerintah kepada pihak eksekuif, legislatif, yudikatif, dan masyarakat. Adanya kriteria bahwa informasi akuntansi adalah informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi adalah keputusan yang menyangkut ekonomi, tidak terbatas pada keputusan yang berkaitan dengan dana yang dimiliki oleh Manajerial. (Abdul Halim, 2004:26).


(55)

Informasi akuntansi yang dicatat dan laporan-laporan yang disusun harus direncanakan sedemikian rupa sehingga manajemen, dalam hal ini pimpinan atau kepala organisasi, dapat memimpin dengan baik guna mencapai kinerja organisasi yang baik (Indra Bastian, 2006:43). Apabila anggaran disetujui oleh legislatif, proses pelaksanaan anggaran harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya informasi akuntansi dan pengendalian manajemen. Informasi Akuntansi diperlukan untuk membuat prediksi-prediksi dan estimasi mengenai kejadian ekonomi yang akan datang dikaitkan dengan keadaan ekonomi dan politik saat ini. (Mardiasmo, 2009:33)

Kepala Dinas dalam hal ini bertanggungjawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, bahkan dapat diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutya. Informasi Akuntansi yang baik meliputi pula dibuatnya pengendalian intern yang memadai. Tahap berikutnya dalam proses penyusunan anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran. Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas (Mardiasmo, 2009:73).


(56)

Menurut Mulyadi (2001:12) manajemen membutuhkan informasi kuantitatif atau nonkuantitatif dalam pengambilan keputusan. Informasi akuntansi berperan sebagai pengurang ketidakpastian, sehingga manajemen mampu menjatuhkan pilihan. Manajer yang tidak menguasai akuntansi sebagai bahasa bisnis tidak akan dapat berfikir karena tidak memiliki alat berfikir untuk itu.

Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap kinerja manajerial, hal ini didukung oleh penelitian Hirst (1981) dalam Dona (2011) yang menjelaskan bahwa informasi akuntansi dapat digunakan oleh manajemen untuk proses perencanaan, koordinasi dan penilaian evaluasi yang nantinya dijadikan pedoman dimasa mendatang. Penggunaan informasi akuntansi dapat berdampak positif terhadap bawahan dan informasi akuntansi baik sebagai penilaian prestasi seseorang. Begitu juga dengan David (2001) dalam Dona (2011) yang menjelaskan bahwa penggunaan informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap kinerja manajer.

Begitu pula Studi yang dilakukan oleh Dona dan Isbandriyati (2011) mempertegas terdapat pengaruh simultan yang sigifikan antara informasi akuntansi terhadap kinerja manajerial.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Apabila Partispasi Penyusunan Anggaran dapat dilaksanakan dengan waktu yang tepat dan Informasi Akuntansi dilakukan dengan baik maka Kinerja Manajerial dapat dinilai sangat tinggi.

Sehingga muncul lah hipotesis yaitu “Partisipasi Penyusunan Anggaran

dan Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial secara simultan dan parsial.”


(57)

Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan

1 Abriyani Puspanings ih JAAI Vol. 2 desember 2003 ISSN 1410- 2420 Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer Partisipasi penyusunan anggaran memberikan pengaruh terhadap kinerja manajerial. Partisipasi Penyusunan Anggaran sebagai X1, dan Kinerja Manajerial sebagai Y. Penulis tidak menggunaka n variabel Kepuasan Kerja sebagai Y.

2 Jaquiline Tangkau, Juni 2009, Universitas Negeri Manado (ISSN 1978-8452) Analisis Pengaruh Komitmen Organisasion al dan Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dan Senjangan Anggaran Partispasi penyusunan anggaran berpengaruh tinggi terhadap kinerja manajerial. Penulis memakai Partisipasi Anggaran sebagai x1 dan Kinerja Manajerial sebagai Y. Penulis tidak memakai Komitmen Organisasi pada X1 dan Senjangan Anggaran pada Y

3 Donna Primasari dan Isbandriyat i Mutmaina h Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan ISSN: 2088-0685 Vol.1 No.2, Oktober 2011 Pp 115-116 Pengaruh Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial dengan Tiga Variabel Moderating (Study Empiris pada BPR di Kabupaten Bogor).

Informasi Akuntansi sangat berpengaruh besar dan signifikan terhadap kinerja manajerial.

Penulis memakai Informasi akuntansi sebagai X2 dan Kinerja Manajerial sebagai Y. Penulis tidak menggunaka n Tiga Variabel Moderating sebagai Y.

4 Nur Faizzah dan Titik Mildawati, jurnal Pengaruh Partsisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Partisipasi Penyusunan Anggaran berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Manajerial

Partisipasi Penyusunan Anggaran sebagai X1 dan Kinerja

Penulis tidak menggunaka n Variabel Pemoderasi Gaya


(58)

publik (ISSN 1829 – 9857) pemoderasi Gaya kepemimpin an dan Komitmen Organisasi pada Pemkot Surabaya sebagai Y.

5 Maria A. Leach-Lopez ISBN 978-0- 9742114-9-4 Budget Participation and Job Performance of South Korean Managers Mediated by Job Satisfaction and Job Relevant Information Atau dapat diartikan sebagai Partisipasi Anggaran dan Kinerja Kerja Korea Selatan Manajer Mediated oleh Kepuasan Kerja dan Informasi Kerja Relevan

The primary findings of this study are that while there are strong associations between budget participation and performance among all of our South Korean managers, the causal mechanisms connecting budget participation with performance are slightly different for our two samples.

Atau dapat diartikan Temuan utama dari studi ini adalah bahwa sementara ada asosiasi yang kuat antara partisipasi anggaran dan kinerja antara semua manajer Korea Selatan, mekanisme kausal

menghubungkan partisipasi anggaran dengan kinerja yang sedikit berbeda untuk kedua sampel. Partisipasi anggaran sebagai X1 Kinerja Manajerial sebagai Y

Penulis tidak menggunakan Kepuasan Kerja dan Informasi Kerja Relevan sebagai Y

6 Maria A. Leach-Lopez, William W. Stammerjo han, John T. Rigsby The Journal of Applied Business Research- Third Quarter 2008 An Update On Budgetary Participation , Locus Of Control, And The Effects On Mexican Managerial Performance And Job Satisfaction Atau dapat diartikan sebagai Sebuah Update Pada Partisipasi

While Frucot and Shearon found at least marginally significant coefficients linking budget participation to performance for nine of the ten performance regressions.

Atau dapat diartikan Sementara Frucot dan Shearon menemukan paling tidak sedikit koefisien signifikan menghubungkan partisipasi anggaran untuk kinerja manajerial selama sembilan dari sepuluh regresi. Partisipasi Anggaran sebagai variabel independen dan Kinerja Manajerial sebagai variabel dependen.

Penulis tidak memakai variabel lokus kontrol sebagai X1 dan Kepuasan Kerja sebagai Y


(1)

M

ENAKSIR

P

ERSAMAAN

R

EGRESI

Coefficientsa

1.366 10.820 .126 .902 .494 .201 .433 2.454 .032 .513 .159 .568 3.221 .008 (Constant)

Partisipasi Informasi Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Kinerja a.

Berdasarkan persamaan prediksi

pada tabel, maka dapat

diinterpretasikan koefisien regressi

dari masing-masing variabel

independen sebagai berikut:

Koefisien partisipasi penyusunan

anggaran sebesar 0,494 menunjukkan

bahwa setiap peningkatan partisipasi

penyusunan anggaran sebesar satu

satuan diprediksi akan meningkatkan

kinerja manajerial sebesar 0,494 satuan

dengan asumsi informasi akuntansi

tidak berubah.

Koefisien informasi akuntansi sebesar

0,513 menunjukkan bahwa setiap

peningkatan informasi akuntansi

sebesar satu satuan diprediksi akan

meningkatkan kinerja manajerial

sebesar 0,513 satuan dengan asumsi

partisipasi penyusunan anggaran tidak

berubah.

Nilai konstanta sebesar 1,366

menunjukan nilai prediksi rata-rata

kinerja manajerial apabila partisipasi

penyusunan anggaran dan informasi

akuntansi sama dengan nol.


(2)

A

NALISIS

K

ORELASI

P

ARSIAL

Correlati ons

1.000 .595

. .032

0 11

.595 1.000

.032 .

11 0

Correlat ion

Significance (2-tailed) df

Correlat ion

Significance (2-tailed) df

Kinerja

Part isipasi Control Variables

Informasi

Kinerja Part isipasi

Koefisien Korelasi Parsial Partisipasi penyusunan anggaran Dengan Kinerja manajerial :

 Partisipasi penyusunan anggaran memiliki hubungan yang cukup kuat dengan kinerja manajerial. Arah positif menunjukkan bahwa ketika partisipasi penyusunan anggaran semakin tinggi, sementara informasi akuntansi tidak berubah maka kinerja

manajerial pada Dinas di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung akan semakin tinggi. Yang memberikan pengaruh sebesar 35,4%.

Koefisien Korelasi Parsial Informasi akuntansi Dengan Kinerja manajerial :  Informasi akuntansi memiliki hubungan yang

kuat dengan kinerja manajerial. Arah positif menunjukkan bahwa ketika informasi

akuntansi semakin baik, sementara partisipasi penyusunan anggaran tidak

berubah maka kinerja manajerial pada Dinas di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung akan semakin tinggi. Yang memberikan pengaruh sebesar 48,6%.

Correlati ons

1.000 .697 . .008 0 11 .697 1.000 .008 .

11 0

Correlation

Significance (2-tailed) df

Correlation

Significance (2-tailed) df

Kinerja

Informasi Control Variables

Part isipasi


(3)

K

OEFISIEN

D

ETERMINASI

Model Summaryb

.848a .719 .668 3.93298 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Informasi, Partisipasi a.

Dependent Variable: Kinerja b.

Secara bersama-sama variabel

bebas (partisipasi penyusunan

anggaran dan informasi akuntansi)

memberikan kontribusi/pengaruh

sebesar 71,9% terhadap perubahan

kinerja manajerial Dinas di

Pemerintah Daerah Kabupaten

Bandung. Sisanya pengaruh

faktor-faktor lain yang tidak

diamati adalah sebesar 28,1%,

yaitu merupakan pengaruh faktor

lain diluar kedua variabel bebas

yang diteliti seperti Ketidak

Pastian Lingkungan & Kohevisitas

Kelompok, Asimetri Informasi,

Komitmen Organisasi,

Kompleksitas Tugas, Keterlibatan

Kerja, Senjangan Anggaran dan

Penekanan Anggaran.


(4)

B

ESAR

P

ENGARUH

P

ARTISIPASI

P

ENYUSUNAN

A

NGGARAN

DAN

I

NFORMASI

A

KUNTANSI

TERHADAP

K

INERJA

M

ANAJERIAL

:

Pengaruh Partisipasi penyusunan anggaran Terhadap Kinerja

manajerial :

Secara parsial partisipasi penyusunan anggaran memberikan

kontribusi/pengaruh sebesar 35,4% terhadap kinerja manajerial pada Dinas di

Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung ketika informasi akuntansi tidak

berubah.

Pengaruh Informasi akuntansi Terhadap Kinerja manajerial :

Secara parsial informasi akuntansi memberikan kontribusi/pengaruh sebesar

48,6% terhadap kinerja manajerial pada Dinas di Pemerintah Daerah Kabupaten

Bandung ketika partisipasi penyusunan anggaran tidak berubah.

Pengaruh Partisipasi penyusunan anggaran dan Informasi akuntansi

Secara Bersama-sama Terhadap Kinerja manajerial :

Secara bersama-sama partisipasi penyusunan anggaran dan informasi akuntansi

memberikan kontribusi/pengaruh sebesar 71,9% terhadap perubahan kinerja

manajerial Dinas di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Artinya, 71,9%

kinerja manajerial pada Dinas-dinas di Kabupaten Bandung, disebabkan atau

dapat dijelaskan oleh partisipasi penyusunan anggaran dan informasi akuntansi.

Sementara 28.1% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar kedua

variabel tersebut, seperti: Ketidak Pastian Lingkungan & Kohevisitas Kelompok,

Asimetri Informasi, Komitmen Organisasi, Kompleksitas Tugas, Keterlibatan

Kerja, Penekanan Anggaran dan Senjangan Anggaran.


(5)

RUMUSAN MASALAH KESIMPULAN SARAN Bagaimana pelaksanaan

partisipasi penyusunan anggaran dinas-dinas di Pemerintah Kabupaten Bandung.

Partisipasi penyusunan anggaran pada Dinas di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung secara umum sudah berada dalam kategori tinggi. Bila dilihat berdasarkan indikator tampak bahwa kontribusi dan motivasi pegawai dalam penyusunan anggaran sudah tinggi, namun komunikasi dalam penyusunan anggaran masih kurang.

Kepala dinas sebagai manajerial perlu menentukan komitmen yang lebih baik lagi terhadap proses penyusunan anggaran. Serta menentukan batas-batas dalam pemberian pendapat, saran dan lain-lain untuk pihak yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran.

Bagaimana pelaksana informasi akuntansi dinas-dinas di Pemerintah

Kabupaten Bandung.

Informasi akuntansi pada Dinas di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung secara umum berada dalam kategori baik. Bila dilihat berdasarkan indikator juga tampak bahwa relevansi, reliabilitas, komparabilitas dan konsistensi informasi akuntansi pada Dinas di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung sudah baik.

Dalam proses penyusunan anggaran dalam pelaksanaan pemberian informasi akuntansi lebih ditingkatkan agar dalam realisasinya tidak terjadi penyimpangan dari rencana anggaran sejak awal.

Bagaimana pelaksana kinerja manajerial dinas-dinas di Pemerintah Kabupaten Bandung.

Kinerja manajerial pada Dinas di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung secara umum berada dalam kategori baik. Bila dilihat berdasarkan indikator tampak bahwa perencanaan yang dilakukan manajer pada Dinas di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung sangat baik. Kemudian investigasi, koordinasi, pengawasan, negosiasi dan

perwakilan yang dilakukan manajer sudah baik. Namun evaluasi dan penilaian staf yang

dilakukan oleh manajer masih kurang baik.

Kepala dinas perlu lebih memonitor dan mengawasi kinerja karyawan atau staff di dinas karena dari kinerja tersebut akan mempengaruhi kinerja manajerial dalam lingkungan pemerintahan.

Seberapa besar pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, informasi

akuntansi terhadap kinerja manajerial baik secara simultan dan parsial di dinas-dinas Kabupaten

Partisipasi penyusunan anggaran dan informasi akuntansi secara bersama-sama memberikan kontribusi/pengaruh yang baik terhadap perubahan kinerja manajerial Dinas di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Kemudian secara parsial partisipasi

penyusunan anggaran memberikan pengaruh

Partisipasi penyusunan anggaran dan informasi akuntansi harus lebih diperhatikan lagi, karena diharapkan dengan partisipasi penyusunan anggaran dan informasi akuntansi yang baik dapat meningkatkan kinerja manajerial Pada Dinas-dinas di Kabupaten Bandung. Jika


(6)

S

EKIAN


Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT Cakra Compact Alumunium Industries

1 40 88

Pengaruh Pengendalian Intern dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Survei pada Dinas Kota Bandung)

5 53 65

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Sebagai Variabel Moderating (Survey di Perusahaan

0 1 15

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Sebagai Variabel Moderating (Survey di Perusahaan

0 1 18

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderasi (Survey pada Industri Mebel di Kabup

0 0 14

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS ANGGARAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey Pada

0 1 14

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Survey Pada Perusahaan Tekstil di Dati II Karanganyar).

0 2 12

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL.

2 5 43

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN.

10 32 106

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN

1 8 24