PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN.

(1)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

WIGATI SULISTYORINI 0613010147/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh :

WIGATI SULISTYORINI 0613010147/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

SKRIPSI

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN

Disusun Oleh : WIGATI SULISTYORINI

0613010147/FE/EA

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 30 April 2010

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Prof.Dr.H.Soeparlan Pranoto,MM,AK Prof.Dr.H.Soeparlan Pranoto,MM,AK Sekretaris

Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi Anggota

Dra. Ec. Tituk DW, MAks Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fsakultas Ekonomi

Dr. H. R. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP. 030 202 389


(4)

SKRIPSI

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN

yang diajukan

WIGATI SULISTYORINI 0613010147/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

PROF.DR. H. SOEPARLAN PRANOTO, MM, AK Tanggal: ... NPT. 97 710 0164

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030 194 437


(5)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN

yang diajukan

WIGATI SULISTYORINI 0613010147/FE/EA

telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

PROF.DR. H. SOEPARLAN PRANOTO, MM, AK Tanggal: ... NPT. 97 710 0164

Mengetahui Ketua Progdi Akuntansi

DR. SRI TRISNANINGSIH, SE, MSi NIP. 030 217 167


(6)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN

yang diajukan

WIGATI SULISTYORINI 0613010147/FE/EA

telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

PROF.DR. H. SOEPARLAN PRANOTO, MM, AK Tanggal: ... NPT. 97 710 0164

Mengetahui Ketua Progdi Akuntansi

DR. SRI TRISNANINGSIH, SE, Msi NIP. 030 217 167


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas penyusunan usulan penelitian yang berjudul : “Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial Pada Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban”, dapat terselesaikan dengan lancar.

Adapun maksud penyusunan usulan penelitian ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Tentunya dalam proses penulisan usulan penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam hal ini secara khusus peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(8)

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Prof. Dr. H. Soeparlan Pranoto, MM, AK selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah sabar memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis demi sempurnanya penyusunan usulan penelitian ini.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, khususnya segenap Dosen Jurusan Akuntansi yang telah membekali peneliti pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna dan berharga.

7. Kepala Dinas, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan seluruh staf serta karyawan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian serta memberikan keterangan dan data yang berkenaan dengan usulan penelitian ini.

8. Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ayah dan Ibu beserta seluruh anggota keluarga besarku yang telah memberikan banyak dorongan, semangat serta doa restu, baik secara moril maupun materiil.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan usulan penelitian ini.


(9)

Semoga ALLAH SWT selalu melindungi, memberikan balasan dan segala kebaikan atas semua bantuan kepada peneliti.

Akhir kata semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya. Amin. Wassalamualaikum Wr.Wb

Surabaya, April 2010


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN METODE 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Kajian Teori ... 19

2.2.1. Anggaran ... 19

2.2.1.1 Penyusunan Anggaran... 19

2.2.1.2. Proses Penyusunan Anggaran ... 21

2.2.1.3. Macam-macam Anggaran ... 21

2.2.1.4 Manfaat Anggaran... 22

2.2.1.5 Kelemahan-kelemahan Anggaran ... 23

2.2.1.6 Partisipasi Anggaran ... 24

2.2.1.7 Masalah Dalam Penganggaran Partisipatif .. 25

2.2.2. Akuntansi Pertanggungjawaban ... 26

2.2.2.1. Unsur-unsur Akuntansi Pertanggungjawaban 28 2.2.2.2. Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban ... 29

2.2.2.3. Pusat Pertanggungjawaban... 30

2.2.2.4. Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban... 31

2.2.3. Kinerja Manajerial... 35

2.2.3.1. Penilaian Kinerja... 36

2.2.3.2. Tahap Penilaian Kinerja... 37

2.2.3.3. Manfaat Penilaian Kinerja... 38

2.3. Pengaruh Antara Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja manajerial ... 38

2.4. Pengaruh Antara Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial ... 40

2.5. Kerangka Pikir ... 41

2.6. Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 43

3.1.1. Definisi Operasional... 43

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 44


(11)

3.2.1. Populasi ... 48

3.2.2. Sampel ... 49

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.3.1. Jenis Data ... 50

3.3.2. Teknik Pelaksanaan... 50

3.4. Uji Kualitas Data ... 51

3.4.1. Uji Validitas ... 51

3.4.2. Uji Reliabilitas... 52

3.4.3. Uji Normalitas ... 53

3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 54

3.5.1. Uji Asumsi Klasik ... 54

3.5.2 Regresi Linier Berganda... 56

3.5.3. Uji Hipotesis... 56

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 58

4.1.1. Sejarah Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban ... 58

4.1.2. Aspek Stratejik Organisasi ... 58

4.1.3. Struktur Organisasi ... 59

4.1.4. Rencana Strategi... 61

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 63

4.2.1. Deskripsi Variabel Kinerja Manajerial (Y) ... 63

4.2.2. Deskripsi Variabel Partisipasi Anggaran (X1) ... 64

4.2.3. Deskripsi Variabel Akuntansi Pertanggungjawaban (X2) ... 65

4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas... 66

4.3.1. Uji Validitas ... 66

4.3.2. Uji Reliabilitas... 68

4.3.3. Uji Normalitas ... 69

4.4. Analisis dan Uji Hipotesis ... 70

4.4.1. Asumsi Klasik ... 70

4.4.2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

4.4.2.1. Uji F ... 73

4.4.2.2. Nilai r2parsial... 74

4.4.3. Uji Hipotesis... 75

4.5. Pembahasan ... 76

4.5.1. Implikasi Hasil Penelitian ... 76

4.5.2. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 77

4.5.3. Keterbatasan Penelitian ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 80

5.2. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA

KUESIONER


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Laporan Rencana Anggaran dan Realisasi Dinas Kesehatan

Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban... 4

Tabel 4.1 : Deskripsi Variabel Kinerja Manajerial (Y) ... 63

Tabel 4.2 : Deskripsi Variabel Partisipasi Anggaran (X1)... 64

Tabel 4.3 : Deskripsi Variabel Akuntansi Pertanggungjawaban (X2) ... 65

Tabel 4.4 : Uji Validitas Pada Variabel Kinerja Manajerial (Y) Putaran Pertama... 66

Tabel 4.5 : Uji Validitas Pada Variabel Kinerja Manajerial (Y) Putaran Kedua ... 67

Tabel 4.6 : Uji Validitas Pada Variabel Partisipasi Anggaran (X1)... 67

Tabel 4.7 : Uji Validitas Pada Variabel Akuntansi Pertanggungjawaban (X2)... 68

Tabel 4.8 : Hasil Uji Reliabilitas ... 69

Tabel 4.9 : Hasil Uji Normalitas... 69

Tabel 4.10 : Hasil Nilai VIF ... 70

Tabel 4.11 : Hasil Uji Rank Spearman ... 71

Tabel 4.12 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

Tabel 4.13 : Hasil Uji F ... 73

Tabel 4.14 : Nilai r2parsial... 74

Tabel 4.15 : Rangkuman Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu... 78


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Diagram Pusat Pertanggungjawaban... 30 Gambar 2 : Kerangka Pikir ... 34


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran B : Uji Validitas Dan Reliabilitas Pada Variabel Kinerja Manajerial (Y)

Lampiran C : Uji Validitas Dan Reliabilitas Pada Variabel Partisipasi Anggaran (X1)

Lampiran D : Uji Validitas Dan Reliabilitas Pada Variabel Akuntansi Pertanggungjawaban (X2)

Lampiran E : Input Regresi Lampiran F : Uji Normalitas


(15)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN AKUNTANSI

PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN

Oleh

Wigati Sulistyorini

ABSTRAK

Partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban merupakan dua unsur penting dalam proses penyusunan anggaran karena dengan adanya dua unsur tersebut yang efektif, maka akan timbul usaha untuk mencapai target yang telah disusun sehingga dapat tercapai kinerja yang baik dengan tujuan untuk mengetahui dan menguji secara empiris tentang pengaruh partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban dan untuk mengetahui dan menguji variabel yang dominan mempengaruhi kinerja manajerial di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban.

Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban merupakan obyek dari penelitian ini dengan sampel sebanyak 30 karyawan yaitu kepala dinas, kepala bagian, kepala sub bagian, dan kepala seksi pada Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban dengan menggunakan teknik sensus. Untuk menjawab perumusan, tujuan dan hipotesis penelitian maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa hipotesis ke-1 yang berbunyi “bahwa partisipasi anggaran dan akuntasi pertanggungjawaban berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial” teruji kebenarannya dan hipotesis ke-2 yang berbunyi “bahwa partisipasi anggaran lebih dominan berpengaruh terhadap kinerja manajerial” teruji kebenarannya.

Kata kunci : Partisipasi Anggaran, Akuntansi Pertanggungjawaban dan Kinerja Manajerial


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1. Latar Belakang Masalah

Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia, tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintahan termasuk di bidang pengelolaan keuangan negara.

Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah mendorong adanya desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah, desentralisasi ini manunjukkan adanya pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dirinya sendiri secara otonom.

Adanya desentralisasi pengelolaan pemerintahan daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas, memaksa pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang lebih transparan dan akuntabel, sistem ini diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan keuangan secara tertib, ekonomis, efektif, dan efisien serta bermanfaat untuk masyarakat.


(17)

Salah satu masalah penting dalam pengelolaan keuangan pemerintah tersebut adalah anggaran, anggaran bisa merupakan suatu rencana kerja jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan anggaran.

Menurut Hansen dan Mowen (2004: 552), partisipasi anggaran (budgeting partisipation) adalah pendekatan penganggaran yang memungkinkan para manajer yang akan bertanggungjawab atas kinerja anggaran, untuk berpartisipasi dalam pengembangan anggaran, partisipasi anggaran mengkomunikasikan rasa tanggung jawab pada para manajer tingkat bawah dan mendorong kreatifitas.

Proses penyusunan anggaran memerlukan kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, anggaran yang telah disusun secara partisipatif kemudian disahkan dengan para manajer dari setiap divisi dan pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi, manajemen puncak menciptakan berbagai divisi tanggung jawab atau dikenal dengan pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban memainkan peran dalam mengukur kegiatan dan hasilnya termasuk dalam pelaksanaan anggaran yang telah disusun dengan pusat pertanggungjawaban lainnya.

Menurut Mulyadi (1981: 379), Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai


(18)

dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan penghasilan yang dianggarkan.

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001: 419). Menurut Mahoney et.al (1963) dalam Abriyani Puspaningsih (2002, 72), melihat kinerja manajer berdasar pada kemampuan manajer dalam melaksanakan tugas manajerialnya, meliputi : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negoisasi, perwakilan dan kinerja secara menyeluruh.

Pembahasan yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini dibatasi yaitu bagaimana pengaruh partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial atau kinerja organisasi dapat menunjang terlaksananya peningkatan efektifitas dan efisiensi organisasi dan dapat meningkatkan kinerja bagi publik.

Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban karena dinas tersebut merupakan dinas pemerintah yang bergerak dalam bidang jasa dan pelayanan kesehatan, walaupun menjadi satu-satunya dinas yang bergerak dalam pelayanan kesehatan di Kabupaten Tuban, namun peningkatan kinerja dinas tersebut, baik kinerja manajemen maupun


(19)

kualitas pelayanan tetap menjadi hal penting yang harus ditingkatkan terutama dalam bidang keuangan, akuntansi dan kinerja manajerial untuk menjaga eksistensi dinas tersebut.

Salah satu alat ukur kinerja yang baik di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban sebagai dinas daerah yang berorientasi nirlaba dapat dilihat dari sejauh mana dinas tersebut meminimalkan biaya seefektif dan seefisien mungkin tanpa mengurangi kualitas pelayanan pada masyarakat.

Kurun waktu tiga bulan yaitu pada bulan Oktober sampai Desember pada tiap tahun anggaran, tiap bagian dan unit pelayanan diharuskan untuk membuat laporan usulan biaya yang dianggarkan untuk periode tahun anggaran selanjutnya, tetapi dalam kurun waktu tertentu, anggaran yang ditetapkan tidak sesuai dengan realisasi. Realisasi anggaran jauh lebih besar dari pada anggaran biaya yang ditetapkan, hal ini dapat dilihat dari data anggaran biaya dan realisasi tahun 2005 di Dinas Kesehatan Pemerintah daerah Kabupaten Tuban sebagai berikut.

Tabel 1.1 : Laporan Rencana Anggaran dan Realisasi Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban

Tahun Rencana Anggaran Realisasi Selisih % Keterangan

2005 Rp 19.624.566.570 Rp 19.731.166.160 Rp 106.599.590 0,54 Tdk Terealisasi 2006 Rp 29.224.067.875 Rp 27.093.833.438 Rp 2.130.234.437 7,86 Terealisasi 2007 Rp 31.135.820.700 Rp 28.720.984.260 Rp 2.414.836.440 8,41 Terealisasi 2008 Rp 40.695.267.297 Rp 37.700.475.832 Rp 2.994.791.465 7,94 Terealisasi Sumber : Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban


(20)

Data di atas, dapatlah dijadikan gambaran bahwa tahun 2005 target tidak terealisasi dengan baik. Artinya, target untuk meminimalkan biaya atau target realisasi anggaran biaya yang sudah ditetapkan tidak terealisasi dengan baik.

Data di atas juga terlihat bahwa tahun 2006 sampai 2008 telah terjadi perbaikan yaitu dengan terealisasinya anggaran biaya. Artinya target untuk meminimalkan biaya atau target realisasi anggaran biaya yang sudah ditetapkan terealisasi dengan baik.

Pengalaman tahun 2005 yaitu tidak terealisasinya anggaran menjadi faktor pemicu yang mendorong Dinas Kesehatan untuk menekan biaya seefektif dan seefisien mungkin tanpa mengurangi kualitas agar tidak terealisasinya anggaran dalam tahun tersebut tidak terulang.

Adanya efektifitas dan pola manajemen yang baik dalam perbaikan atas tidak terealisasinya anggaran dapat diindikasikan bahwa kejadian tahun 2005 sewaktu-waktu berpotensi besar dapat terulang. Efektifitas penerapan partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban yang belum terlaksana dengan baik, pengukuran kinerja tiap bagian yang selama ini lebih terkonsentrasi pada sejauh mana setiap bagian dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya tanpa melihat faktor keuangan dan biaya, merupakan pemikiran lama yang harus diubah.


(21)

Kinerja tiap bagian dan sub bagian yang lebih baik, maka selain melihat kemampuan dari tiap bagian dan sub bagian untuk melaksanakan tugas dengan baik juga memasukkan faktor keuangan dan biaya, artinya sejauh mana tiap bagian dan sub bagian melakukan efektifitas dan efisiensi biaya sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan berdasarkan tanggung jawabnya.

Partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban merupakan dua unsur penting dalam proses penyusunan anggaran karena dengan adanya dua unsur tersebut yang efektif, maka akan timbul usaha untuk mencapai target yang telah disusun sehingga dapat tercapai kinerja yang baik.

Hasil penelitian terdahulu dilakukan oleh Lidia M.Mawikere dan Bambang Suhardito (2007), Osmad Muthaher (2007), Maya Tri wahyuni (2006), didapat kesimpulan bahwa penerapan partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban yang baik dan efektif berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada perusahaan, hal ini sejalan dengan teori motivasi Aldelfer yang dikemukakan oleh Clayton P Aldelfer (1972) dalam Miftah Thoha (2004: 233) yang menghubungkan dengan tiga kebutuhan manusia yaitu kebutuhan keberadaan, kebutuhan berhubungan dan kebutuhan berkembang yang dihubungkan dengan lingkungan kerja organisasi yang diasumsikan adanya keberadaan atasan dan bawahan yang berhubungan dan


(22)

bekerjasama dalam partisipasi anggaran untuk perkembangan kinerja yang lebih baik.

Sejalan dengan teori Jalan Kecil-Tujuan (Path Goal Teory) oleh House dan Mitchel (1974) dalam Miftah Thoha (2004: 296) yang memasukkan 4 tipe gaya kepemimpinan untuk kinerja yang baik, tetapi yang sangat mendukung penerapan anggaran partisipasi, akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial adalah kepemimpinan yang mendukung, partisipatif dan berorientasi pada prestasi. Filley, House dan Kerr dengan teori kelompok (1976) dalam Miftah Thoha (2004: 288) mengemukakan bahwa agar kelompok dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Pemimpin yang bertanggungjawab dan membantu pengikut-pengikutnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap, kepuasan, dan pelaksanaan kerja, dari penelitian dan teori-teori tersebut semakin memberi keyakinan bahwa dengan penerapan partisipasi anggaran yang baik, penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang baik pula akan mempengaruhi peningkatan kinerja.

Tujuan dari penelitian ini untuk meneliti rancangan pada lingkup anggaran (partisipasi anggaran), akuntansi pertanggungjawaban dan kinerja manajerial adalah sebab ketiga hal tersebut merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang dinas tersebut menjadi lebih baik. Lingkup anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban


(23)

sangat relefan untuk diteliti lebih jauh, berikut dampaknya pada kinerja dinas tersebut yang juga menjadi kinerja pemerintah daerah dalam menjalankan tugas dan kewajibannya kepada publik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul :

“Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial Pada Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial?

2. Manakah yang lebih dominan, antara pengaruh partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat diperoleh tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris tentang pengaruh partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban.


(24)

2. Untuk mengetahui dan menguji variabel yang dominan mempengaruhi kinerja manajerial di Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat ganda, disamping bermanfaat secara teoritis juga mempunyai manfaat praktis. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Bagi Peneliti

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban sebagai faktor yang mendorong pencapaian tujuan kinerja manajerial instansi.

b. Bagi Instansi

Sebagai bahan masukan atau media untuk lebih mengetahui pengaruh antara partisipasi anggaran dan akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial dan memberi masukan untuk desain sistem anggaran yang akan digunakan untuk menentukan kebijakan di instansi tersebut.

c. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah ini.


(25)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN METODE

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh :

1. Suhardito (2007)

a. Judul : Kejelasan sasaran anggaran dan pengaruhnya terhadap

kinerja manajerial melalui Job-Relevant Information pada

Pemda Sulawesi Utara.

b. Rumusan Masalah :

1. Apakah kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh

terhadap kinerja manajerial Pemprov Sulut?

2. Apakah kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh

terhadap job-relevant information?

3. Apakah job-relevant information memiliki pengaruh

terhadap kinerja manajerial Pemprov Sulut?

4. Apakah kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh

terhadap kinerja manajerial Pemprov Sulut melalui job-relevant information?


(26)

c. Hipotesis Penelitian :

1. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja

manajerial Pemprov Sulut.

2. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap

job-relevant information.

3. Job-relevant information berpengaruh terhadap kinerja

manajerial Pemprov Sulut.

4. Kejelasan sasaran anggaran berpengatuh terhadap kinerja

manajerial Pemprov Sulut melalui job-relevant information.

d. Data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer yang

pengumpulannya dilakukan melalui kuisioner. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling. Uji kualitas data dilakukan dengan uji validitas menggunakan Product moment Pearson dan uji realibilitas menggunakan Koefisien Reliabilitas (Alpha Cronbach). Semua pengujian dilakukan dengan program SPSS for Window dengan taraf signifikansi  = 5%

e. Kesimpulan :

1. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja

manajerial pemprov Sulut, dapat dibuktikan dalam penelitian ini.

2. Kejelasan sasaran anggaran terbukti berpengaruh terhadap


(27)

3. Job-relevant information berpengaruh terhadap kinerja manajerial pemprov Sulut, terbukti dalam penelitian ini.

4. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja

manajerial pemprov Sulut, melalui job-relevant information.

2. Muthaher (2007)

a. Judul : Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap

kinerja aparat pemerintah daerah : budaya organisasi dan komitmen organisasi sebagai variabel moderating.

b. Perumusan masalah :

1. Seberapa besarkah pengaruh partisipasi penyusunan

anggaran terhadap kinerja manajerial yang diterapkan pada organisasi sektor publik?

2. Seberapa besarkah pengaruh moderating budaya organisasi

dan komitmen organisasi terhadap hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparatur Pemerintah Daerah Kota Semarang sebagai penyusun anggaran?

c. Hipotesis :

1. Semakin tinggi tingkat partisipasi penyusunan anggaran

semakin tinggi tingkat kinerja aparatur pemerintah daerah.

2. Semakin tinggi tingkat kesesuaian antar partisipasi

anggaran dan budaya organisasi orientasi pada orang, semakin tinggi kinerja aparat pemerintah daerah.


(28)

Sebaliknya semakin rendah tingkat kesesuaian antara partisipasi anggaran dan budaya organisasi orientasi pada pekerjaan, semakin rendah kinerja aparat pemerintah daerah.

3. Komitmen organisasi dalam memoderasi pengaruh

partisipasi penyusunan anggaran akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah.

d. Data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer melalui

metode survei. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis 1 menggunakan regresi linier berganda (Multiple Regression), dengan bentuk interaksi secara keseluruhan. Hipotesis 2 dan 3 diuji dengan regresi linier berganda dengan pendekatan uji interaksi.

e. Hasil dari penelitian yang telah dianalisis dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi

penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Semakin tinggi partisipasi penyusunan anggaran maka akan semakin meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel budaya organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan


(29)

anggaran dengan kinerja manajerial. Semakin tinggi tingkat kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dan budaya organisasi yang berorientasi pada orang akan semakin tinggi kinerja aparat pemerintah daerah.

3. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel komitmen

organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah. Semakin tinggi tingkat komitmen organisasi akan menyebabkan peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah dalam berpartisipasi penyusunan anggaran.

3. Puspaningsih (2002)

a. Judul : Pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran

terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer.

b. Perumusan Masalah :

Apakah partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan pengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer?

c. Hipotesis :

Diduga bahwa ada pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer.

d. Hubungan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran

dengan kepuasan kerja dan kinerja manajer.

Kepuasan kerja merupakan sikap seseorang terhadap kerja. Seseorang yang bersikap positif terhadap kerja, berarti dia


(30)

mengalami kepuasan kerja. Sedangkan, seseorang yang bersifat negatif terhadap kerja berarti dia mengalami ketidakpuasan kerja. Kinerja manajer merupakan faktor yang mendukung keefektifan organisasi. Kinerja manajer meliputi kemampuan manajer dalam : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negoisasi, perwakilan dan kinerja secara menyeluruh.

e. Kesimpulan :

Partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan pengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer. Dalam hubungan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan kepuasan kerja dan kinerja manajer, ada yang punya hubungan langsung, namun kadang juga ada variabel intervening misalnya role ambiguity. Kadang terdapat juga variabel moderator, misal job difficulty. Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan masih memberikan hasil yang berbeda-beda, sehingga dapat disimpulakan bahwa masih diperlukan penelitian lanjutan berkaitan dengan pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer.


(31)

4. Wahyuningdyah (2006)

a. Judul : Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman dan motivasi terhadap kinerja manajerial ; Pada PT. Miwon Indonesia.

b. Perumusan masalah :

1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman dan

motivasi secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial pada PT. Miwon Indonesia.

2. Apakah partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman dan

motivasi secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial pada PT. Miwon Indonesia. c. Hipotesis :

1. Diduga partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman dan

motivasi secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial pada PT.Miwon Indonesia.

2. Diduga partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman dan

motivasi secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial pada PT.Miwon Indonesia.

d. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,

yaitu data yang diambil langsung dari angket atau kuisioner yang diisi oleh responden.


(32)

e. Kesimpulan :

1. Partisipasi penyusunan anggaran, pengalaman dan motivasi secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial pada PT. Miwon Indonesia.

2. Secara parsial, pengalaman berpengaruh signifikan dan

negatif terhadap kinerja manajerial, sehingga Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga pengalaman secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial pada PT.Miwon Indonesia.

3. Secara parsial, motivasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial, sehingga Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga motivasi secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial pada PT.Miwon Indonesia.

4. Wahyuni (2006)

a. Judul : Pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap

prestasi manajer; Pada Jasvasindo tiga Perkasa, Tbk di Sidoarjo.

b. Perumusan masalah :

Apakah struktur organisasi, sistem anggaran biaya, penggolongan biaya, laporan pertanggungjawaban dan sistem pelaporan biaya yang merupakan indikator dari akuntansi


(33)

pertanggungjawaban mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi manajer.

c. Hipotesis :

Diduga bahwa struktur organisasi, sistem anggaran biaya, penggolongan biaya, laporan pertanggungjawaban dan sistem pelaporan biaya yang merupakan indikator dari akuntansi pertanggungjawaban mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi manajer.

d. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

yang diperoleh secara langsung dari pihak berwenang dan penarikan sampel menggunakan sampel jenuh atau sensus.

e. Kesimpulan :

Bahwa akuntansi pertanggungjawaban tidak berpengaruh terhadap prestasi manajer, dapat dilihat dari variabel struktur organisasi, penggolongan biaya, sistem akuntansi biaya terhadap prestasi manajer, sedangkan sistem anggaran biaya berpengaruh terhadap prestasi kerja, sehingga hipotesis yang diajukan tidak teruji kebenaranny.


(34)

2.2. Kajian Teori 2.2.1. Anggaran

Menurut Hansen dan Mowen (2004: 355), “Anggaran adalah rencana keuangan untuk masa depan yang yang mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya”.

Menurut Supriyono (2000: 40), “Anggaran adalah suatu rencana terinci yang di susun secara sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif biasanya dalam satuan uang”.

Menurut M. Nafarin (2000: 9), “Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang

telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis

mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu”.

Menurut M. Munandar (2000: 3), dimaksudkan dengan business

budget atau budget (Anggaran) ialah “Suatu rencana yang disusun secara matematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.

 

2.2.1.1 Penyusunan Anggaran

Sebelum menyusun anggaran, organisasi harus terlebih dahulu mengembangkan rencana strategis, rencana strategi


(35)

mengidentifikasikan strategi aktifitas dan operasi masa depan dengan jangka waktu tertentu, organisasi dapat menerjemahkan keseluruhan strategi kedalam tujuan jangka pendek, tujuan-tujuan tersebut menjadi dasar penyusunan anggaran.

Pengoptimalan kegunaan anggaran, penyusunan anggaran memperhatikan tujuan penyusunan anggaran itu sendiri. Adapun tujuan penyusunan anggaran (Nafarin, 2004: 12) adalah :

1. Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih

sumber dan penggunaan dana.

2. Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan

digunakan.

3. Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis

penggunaan dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan.

4. Untuk merasionalkan sumber penggunaan dana agar dapat

mencapai hasil yang maksimal.

5. Untuk menyempurnakan rencana yang telah di susun agar terlihat

lebih jelas dan nyata.

6. Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap


(36)

2.2.1.2. Proses Penyusunan Anggaran

Dalam penusunan anggaran, perusahaan harus memperhatikan proses penyusunan. Adapun proses penyusunan anggaran (Robert N Anthony dan Vijay Govindarajan, 2003: 9), sebagai berikut :

1. Departemen anggaran mengerluarkan bentuk dan prosedur untuk

persiapan anggaran dan mengkoordinasikan dan mengeluarkan perkiraan dasar ke seluruh perusahaan yang akan menjadi dasar bagi anggaran.

2. Petugas anggaran mengembangkan garis pedoman dan manajemen

senior menyetujuinya.

3. Menggunakan garis pedoman. Tanggungjawab manajer, dibantu

dengan staf mereka mengembangkan permintaan anggaran.

4. Negoisasi atau pembahasan anggaran yang diajukan dengan atasan.

5. Pemeriksaan dan persetujuan.

2.2.1.3. Macam-macam Anggaran

Menurut M. Nafarin (2000: 17), anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa sudut pandangan berikut ini :

1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan

interval kapasitas tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas yang berbeda.


(37)

b. Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu.

2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari:

a. Anggaran periodik, yaitu anggaran yang disusun untuk satu

periode tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran.

b. Anggaran kontinue, yaitu anggaran yang dibuat untuk

mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat. 3. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran jangka pendek, yaitu anggaran yang dibuat dengan

jangka waktu paling lama sampai satu tahun.

b. Anggaran jangka panjang, yaitu anggaran yang dibuat dengan

jangka waktu lebih dari satu tahun. 4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran operasional, yaitu anggaran untuk menyusun

anggaran laporan laba rugi.

b. Anggaran keuangan, yaitu anggaran untuk menyusun anggaran

neraca.

2.2.1.4 Manfaat Anggaran

Menurut M. Nafarin (2004: 12), Anggaran mempunyai manfaat sebagai berikut:


(38)

2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai.

3. Dapat memotivasi pegawai.

4. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai.

5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.

6. Sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan dan dana dapat

dimanfaatkan seefisien mungkin. 7. Alat pendidikan bagi para manajer

2.2.1.5 Kelemahan-kelemahan Anggaran

Menurut M. Nafarin (2000: 13), anggaran mempunyai beberapa kelemahan antara lain:

1. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan, sehingga

mengandung unsur ketidakpastian.

2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan

tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap dan akurat.

3. Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran

dapat mengakibatkan mereka menggerutu dan menentang, sehingga anggaran tidak akan efektif.


(39)

2.2.1.6 Partisipasi Anggaran

Menurut Hansen dan Mowen (2004: 552), partisipasi anggaran (budgeting partisipation) adalah pendekatan penganggaran yang memungkinkan para manajer yang akan bertanggungjawab atas kinerja anggaran, untuk berpartipasi dalam pengembangan anggaran, anggaran partisipatif mengkomunikasikan rasa tanggung jawab pada para manajer tingkat bawah dan mendorong kreatifitas.

Menurut R.A. Supriyono (2000: 54), partisipasi anggaran tidak berarti bahwa setiap manajer dapat memilih dengan pasti apa yang akan dia tuju di dalam anggaran. Partisipasi anggaran berarti bahwa manajer setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai kesempatan untuk menjelaskan dan memberikan alasan mengenai anggaran yang dia usulkan”.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2003: 14), penelitian telah menunjukkan bahwa partisipasi anggaran (proses di mana pembuat anggaran ikut terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penentuan besar anggaran) mempunyai efek yang positif dari motivasi manajemen untuk 2 alasan :

1. Ada penerimaan yang lebih besar dari tujuan anggaran jika mereka merasa berada dalam kontrol manajemen, dibandingkan dengan ada paksaan dari luar. Hal ini menuju kepada tanggung jawab individu untuk mencapai tujuan.


(40)

2. Hasil partisipasi pembuatan anggaran adalah pertukaran informasi yang efektif. Besar anggaran yang telah disetujui merupakan hasil dari keahlian dan pengetahuan pembuat anggaran, yang dekat dengan lingkungan produk/pasar. Lebih lanjut, pembuat anggaran mempunyai pengertian yang lebih untuk pekerjaan mereka melalui interaksi dengan alasan selama tahap pemeriksaan dan persetujuan.

2.2.1.7 Masalah Dalam Penganggaran Partisipatif

Penganggaran partisipatif memiliki tiga masalah potensial (Hansen dan Mowen, 2004: 377), sebagai berikut :

1. Penetapan standar yang dapat terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.

2. Memasukkan kegolongan dalam anggaran (sering kali disebut

menutupi anggaran). 3. Partisipasi semu.

Beberapa manajer cenderung membuat anggaran yang terlalu longgar ataupun terlalu ketat. Partisipasi dalam pembuatan anggaran cenderung menjadi tujuan pribadi manajer, sehingga kesalahan-kesalahan tersebut di atas akhirnya menyebabkan kegagalan, manajer menjadi frustasi dan kinerjanya turun. Kuncinya adalah mengajak manajer untuk berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang dapat dicapai.


(41)

2.2.2. Akuntansi Pertanggungjawaban

Peran suatu organisasi, manajemen puncak biasanya menciptakan berbagai devisi tanggung jawab, yang dikenal dengan

pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban (responsibility

centre) merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggungjawab terhadap pengaturan kegiatan-kegiatan tertentu, akuntansi pertanggungjawaban memainkan peran dalam mengukur kegiatan dan hasilnya, dan juga menentukan imbalan yang dapat diterima seseorang.

Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting)

adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka (Hansen dan Mowen, 2005: 116).

Menurut Supriyono (2000 : 53), Akuntansi pertanggungjawaban adalah akuntansi yang didesain secara khusus dan diimplementasikan untuk menilai kinerja manajer pusat-pusat pertanggungjawaban.

Menurut Mulyadi (1981: 379), Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan penghasilan yang dianggarkan..


(42)

Beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi

yang disusun berdasarkan struktur organisasi yang secar tegas memisahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing lapisan atau tingkat manajemen.

2. Akuntansi pertanggungjawaban mendorong setiap individu untuk

turut serta dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.

3. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan pendapatan dan biaya

yang terjadi dalam tiap-tiap pusat pertanggungjawaban. Dari laporan tersebut dapat diketahui perbandingan antara anggaran dan realisasinya sehingga penyimpangan yang terjadi dapat dianalisa dan dicari penyelesaiannya dengan manajer pusat pertanggungjawaban.

4. Akuntansi pertanggungjawaban menghasilkan penilaian kinerja

yang berguna bagi pemimpin di dalam menyusun rencana kerja untuk periode mendatang, baik untuk masing-masing pusat pertanggungjawaban maupun untuk kepentingan perusahaan secara keseluruhan.


(43)

2.2.2.1. Unsur-unsur Akuntansi Pertanggungjawaban

Berdasarkan pengertian-pengertian tentang akuntansi pertanggungjawaban yang telah dijabarkan di atas, maka dapat diketahui unsur-unsur yang terkandung dalam akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (1986: 381), sebagai berikut:

a. Struktur Organisasi

Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban, terdapat desentralisasi tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing tingkat manajemen.

b. Pemisahan Biaya

Adanya pemisahan biaya atas dasar dapat tidaknya biaya tersebut dikendalikan oleh manajer masing-masing tingkat manajemen agar laporan pertanggunjawaban benar-benar mencerminkan tingkat pertanggungjawaban dari masing-masing tindakan manajemen. Biaya dipisahkan menjadi biaya terkendali dan biaya tak terkendali.

c. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban

Sistem akuntansi pertanggungjawaban mempunyai karakteristik khusus, yaitu disesuaikan dengan struktur organisasinya. Hasil tata perkiraan disusun sedemikian rupa sehingga pendapatan dan biaya dikumpulkan, diklasifikasikan dan dilaporkan berdasarkan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada pada laporan pertanggungjawaban.


(44)

d. Anggaran (budget) Yang Disusun Untuk Tiap Pusat Pertanggungjawaban

Berdasarkan pusat pertanggungjawaban dapat disusun suatu anggaran biaya, proses penyusunan anggaran menghendaki adanya partisipasi aktif dari masing-masing pusat pertanggungjawaban, sehingga mereka akan termotivasi dan berusaha untuk mencapai anggaran yang disusunnya sendiri.

e. Laporan Pertanggungjawaban

Laporan pertanggungjawaban merupakan laporan yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan wewenang yang didesentralisasikan pada manajer pusat pertanggungjawaban, yang

mencakup realisasi dan budget. Laporan ini merupakan sarana

prestasi kerja karyawan dan motivator bagi karyawan yang menilai prestasinya. Laporan pertanggungjawaban disampaikan dari manajemen tingkat bawah ke manajemen tingkat atas.

2.2.2.2. Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut Mas’ud Machfoedz (1985: 207), agar sistem akuntansi pertanggungjawaban bisa dijalankan dengan baik, maka beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain:

1. Perusahaan sudah menyusun struktur organisasi yang formal untuk


(45)

center) dan menentukan penganggungjawab dari pusat pertanggungjawaban.

2. Perusahaan sudah menggunakan budget sebagai alat pengukur

pelaksana.

3. Biaya bisa dipisahkan antara yang bisa dikendalikan (controllable) oleh pusat pertanggungjawaban dan yang tidak bisa dikendalikan (uncontrollable).

2.2.2.3. Pusat Pertanggungjawaban

Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab, suatu pusat pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan menjadi keluaran. Masukan suatu pusat pertanggungjawaban yang diukur dalam satuan uang disebut dengan biaya, sedangkan keluaran suatu pusat pertanggungjawaban yang dinyatakan dalam satuan uang disebut dengan pendapatan. Pusat pertanggungjawaban dapat digambarkan seperti dibawah ini :

Masukan Pusat pertanggungjawaban Keluaran

Masukan x harga = biaya Keluaran x harga = pendapatan

Gambar 1 : Diagram Pusat Pertanggungjawaban

Sumber : Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen, Konsep Manfaat dan rekayasa, Edisi ketiga.


(46)

2.2.2.4. Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban

Pusat-pusat pertanggungjawaban (responsibility center) individu berfungsi sebagai kerangka kerja untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer segmen. Kinerja manajer dalam kerangka kerja akuntansi pertanggungjawaban disamakan dengan kemampuan mereka untuk mengelola faktor-faktor operasional tertentu yang dapat dikendalikan.

Sistem tersebut tidak mampu mengukur dan mengevaluasi kinerja secara total, yang selain itu akan memasukkan faktor-faktor seperti pengendalian mutu, tingkat moral bawahan, dan kualitas kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut harus diukur dan dievaluasi dengan cara lain (Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak, 2005: 142).

Menurut Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak (2005: 142), pusat pertanggungjawaban dikelompokkan ke dalam empat kategori yang masing-masing mencerminkan rentang dan diskresi atas pendapatan atau biaya serta lingkup pengendalian dari manajer yang bertanggungjawab. Pusat pertanggungjawaban tersebut dapat berupa pusat biaya (cost center), pusat pendapatan (revenue center), pusat laba (profit center), dan pusat investasi (invesment center). Jumlah dan jenisnya akan bergantung pada ukuran perusahaannya, struktur organisasinya, preferensi manajemen puncak, serta kepemimpinannya.


(47)

1. Pusat Biaya (cost center)

Menurut Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak (2005:143), pusat biaya merupakan bidang tanggung jawab yang menghasilkan suatu produk atau memberikan suatu jasa. Manajer yang bertanggungjawab atas pusat biaya memiliki diskresi dan kendali hanya atas penggunaan sumber daya fisik dan manusia yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Mereka tidak memakai kendali atas pendapatan, karena fungsi pemasaran bukanlah tanggungjawabnya.

Selama proses perencanaan, para manajer pusat biaya diberikan kuota produksi dan dapat berpartisipasi dalam menetapkan tujuan biaya yang realistis dan adil untuk tingkat output yang diantisipasi. Hasil kinerja dilaporkan secara periodik kepada manajer dalam bentuk laporan yang membandingkan biaya aktual yang terjadi dengan biaya yang dianggarkan. Laporan-laporan ini mengarahkan perhatian kepada bidang-bidang masalah yang sebaiknya diinvestasikan. Frekuensi dari umpan balik bergantung pada sensivitas dan materialitas dari faktor-faktor operasional yang berada di bawah kendalinya.

Pusat-pusat biaya merupakan bentuk pusat pertanggungjawaban yang digunakan secara luas. Di perusahaan manufaktur, baik departemen produksi maupun departemen jasa merupakan contoh-contoh yang umum adalah departemen


(48)

pengiriman, departemen penerimaan, departemen kredit, dan departemen pelayanan pelanggan (Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak, 2005: 143).

2. Pusat Pendapatan (revenue center)

Jika tanggung jawab utama dari seorang manajer adalah penghasilan pendapatan, maka segmennya sebaiknya diperlukan sebagai pusat pendapatan. Contoh dari pusat pendapatan meliputi departemen pemasaran dan pusat distribusi (Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak, 2005: 143).

Manajer dipusat pendapatan tidak mempunyai diskresi maupun pengendalian terhadap investasi pada aktiva atau biaya dari barang atau jasa yang akan dijual. Mereka hanya memiliki kendali terhadap biaya pemasaran langsung dan kinerja mereka akan diukur dalam hal kemampuan mereka untuk mencapai target penjualan yang telah ditentukan sebelumnya dalam batasa beban tertentu. Untuk memperoleh manfaat motivasional dan pengendalian yang efektif, manajer pusat pendapatan sebaiknya berpartisipasi dalam proses penentuan tujuan dan menerima umpan balik yang tepat waktu atas hasil kinerja mereka (Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak, 2005: 143).

3. Pusat Laba (profit center)

Pusat laba adalah segmen dimana manajer memiliki kendali baik atas pendapatan maupun atas biaya, manajer dievaluasi


(49)

berdasarkan efisiensi mereka dalam menghasilkan pendapatan dan mengendalikan biaya, diskresi yang mereka miliki terhadap biaya meliputi beban produksi dari produk atau jasa.

Tanggung jawab mereka adalah lebih luas dibandingkan dengan tanggung jawab dari pusat biaya atau pusat pendapatan karena mereka bertanggungjawab baik atas fungsi distribusi maupun manufaktur. Contoh umum dari pusat laba adalah divisi korporat yang memproduksi dan menjual produknya (Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak, 2005: 144).

Kinerja dari manajer pusat lebih dievaluasi berdasarkan target laba yang direncanakan seperti tingkat pengembalian minimum yang diharapkan dan tingkat halangan untuk laba residual, untuk meminimalkan tindakan disfungsional yang disebabkan oleh orientasi pada jangka pendek yang kaku, manajer pusat laba sebaiknya juga diharapkan memelihara dan atau memperbaiki modal dari bawahan mereka, memelihara bangunan dan fasilitas produksi, dan memberikan kontribusi terhadap kepemimpinan produk dan keanggotaan korporat. Untuk meningkatkan keprihatinan produk manajer terhadap aspek-aspek ini, maka sistem penghargaan dari evaluasi kinerja sebaiknya juga memasukkan ukuran-ukuran untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam hal aspek jangka panjang dan tingkat keberhasilan alokasi penghargaan produk (Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak, 2005: 144).


(50)

4. Pusat Investasi (invesment center)

Manajer pusat investasi bertanggungjawab terhadap investasi dalam aktiva serta pengendalian atas pendapatan dan biaya, mereka bertanggungjawab untuk mencapai margin kontribusi dan target laba tertentu serta efisiensi dalam penggunaan aktiva (Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak, 2005: 144).

Mereka diharapkan untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara laba yang dicapai dan investasi dalam sumber daya yang digunakan, kinerja yang digunakan dalam mengukur kinerja mereka dan menentukan penghargaan mereka meliputi tingkat

pengembalian atas aktiva (return on assets – ROA), rasio

perputaran, dan laba residual. Karena mereka bertanggungjawab terhadap setiap aspek dari operasi manajer pusat investasi ini dievaluasi dengan cara yang sama seperti eksekutif puncak (Arfan Ikhsan dan Muhammad Iskak, 2005: 144).

2.2.3. Kinerja Manajerial

Menurut Mahoney (1963) dalam Abriyani Puspaningsih (2002: 72), yang dimaksud kinerja manajerial merupakan faktor yang mendukung keefektifan organisasi. Kinerja manajerial meliputi kemampuan manajer dalam : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negoisasi, perwakilan dan kinerja secara menyeluruh


(51)

Kinerja manajerial yang diperoleh manajer merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektifitas organisasi, karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.

2.2.3.1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan personilnya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001: 415).

Organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.

Menurut Mulyadi (2001: 416), tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi.

Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penilaian kinerja


(52)

digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya yang diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

2.2.3.2. Tahap Penilaian Kinerja

Menurut Mulyadi (2001: 420), penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama. Tahap persiapan dan tahap penilaian. Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci :

1. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab.

2. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja.

3. Pengukuran kinerja sesungguhnya.

Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci :

1. Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah diterapkan sebelumnya.

2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja

sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar.

3. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.


(53)

2.2.3.2.1. Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Mulyadi (2001: 416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh organisasi untuk :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui

pemotivasian personel-personel secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan

karyawan, seperti promosi, pemberhentian dan transfer.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan

karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana

atasan mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.

2.3. Pengaruh Antara Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja manajerial

Teori Jalur – Tujuan (Path – Goal theoy) yang dikemukakan oleh Martin Evans dan Robert House dalam Miftah Thoha (1983: 296) berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksaan pekerjaan bawahannya.

Adapun teori Path-Goal versi House, memasukkan empat tipe atau gaya kepemimpinan sebagai berikut :


(54)

1. Kepemimpinan Direktif. Bawahan tahu senyatanya apa yang diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.

2. Kepemimpinan yang mendukung. Kepemimpinan model ini

mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya.

3. Kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan ini, pemimpin

berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari para bawahannya. Namun pengambilan keputusan berada padanya.

4. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Gaya kepemimpinan

ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahan untuk berprestasi. Demikian pula pemimpin memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik.

Hal tersebut diatas mempunyai hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajer. Dengan menggunakan salah satu dari empat gaya tersebut dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti yang telah diuraikan tersebut, maka pemimpin berusaha mempengaruhi persepsi bawahaannya dan memotivasikan dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja yang efektif. Selain itu dengan adanya partisipasi anggaran memberikan kesempatan bagi manajer atas


(55)

maupun bawah untuk ikut menyusun anggaran. Pada umumnya tujuan menyeluruh dari anggaran dikomunikasikan kepada para manajer yang kemudian membantu mengembangkan anggaran yang dapt memenuhi tujuan tersebut. Dalam partisipasi anggaran, penekanan dilakukan pada pemenuhan tujuan secara umum, bukan pada setiap jenis anggaran.

Untuk memanfatkan keinginan dan kemampuan kerja bawahan yang merupakan bawaan sejak lahir, para manajer hendaknya memberikan suatu iklim yang kondusif bagi perkembangan pribadi. Dalam hal ini, manajemen partisipatif adalah model yang ideal (Robert K, 2005: 317).

2.4. Pengaruh Antara Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial

Menurut Supriyono (2000 :53), Akuntansi pertanggungjawaban adalah akuntansi yang didesain secara khusus dan diimplementasikan untuk menilai kinerja manajer pusat-pusat pertanggungjawaban. Agar manfaat akuntansi pertanggungjawaban tercapai, suatu organisasi khususnya manajer harus secara cermat mengamati dan menngolongkan sesuai dengan berbagai jenjang manajemen pusat pertanggungjawaban.

Pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi pertanggungjawaban bertujuan untuk memberikan bantuan kepada manajer divisi dalam menjalankan aktifitas perusahaan sebagai dasar penilaian yang sewajarnya terhadap para manajer divisi tersebut, sedangkan manfaat


(56)

penerapan akuntansi pertanggungjawaban adalah menghasilkan informasi akuntansi untuk setiap pusat pertanggungjawaban.

Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa yang akan datang bermanfaat sebagai dasar penyusunan anggaran, sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa lalu bermanfaat sebagai penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan pemotivasi manajer.

2.5. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti, maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut :

Uji Regresi Linier Berganda Gambar 2 : Kerangka Pikir Partisipasi Anggaran

(X1)

Akuntansi Pertanggungjawaban

(X2)

Kinerja Manajerial (Y)


(57)

2.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga bahwa partisipasi anggaran dan akuntansi

pertanggungjawaban berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.

2. Diduga bahwa partisipasi anggaran lebih dominan berpengaruh


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur kontrak atau variabel tersebut (Nazir, 2005: 126).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partisipasi

Anggaran (X1) dan Akuntansi Pertanggungjawaban (X2) sebagai

variabel bebas dan Kinerja Manajerial (Y) sebagai variabel terikat. a. Independent Variabel (Variabel bebas), terdiri dari :

1. Partisipasi Anggaran (X1)

Partisipasi anggaran (budgeting partisipation)

merupakan pendekatan penganggaran yang memungkinkan para manajer yang akan bertanggungjawab atas kinerja anggaran, untuk berpartisipasi dalam pengembangan anggaran. Partisipasi anggaran mengkomunikasikan rasa tanggung jawab pada para manajer tingkat bawah dan mendorong kreatifitas.


(59)

2. Akuntansi Pertanggungjawaban (X2)

Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) merupakan sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.

b. Dependent Variabel (Variabel Terikat), yaitu Kinerja manajerial(Y)

Kinerja manajerial merupakan kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, seperti : perencanaan, superfisi, pengaturan staf, negoisasi, dan representasi.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuisioner yang mengambil data dari kepala bagian, kepala sub bagian, kepala seksi sampai kepala dinas pada Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban. Responden harus mengisi jawaban yang dianggap paling tepat dengan menggunakan skala pengukuran yaitu skala interval, yang merupakan skala yang mengurutkan objek berdasarkan suatu atribut dengan jarak yang sama. Pada pengukuran interval memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek (Nazir, 2003: 131).


(60)

Teknik pengukuran variabel yang digunakan adalah Semantic Differential Scale yaitu skala yang digunakan untuk mengukur pengertian suatu konsep atau objek dalam suatu skala bipolar dengan tujuh buah titik (Nazir, 2003: 344). Skala bipolar adalah skala yang berlawanan dengan tujuh tingkatan yang ditempatkan antara lain sebagai berikut :

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 sangat setuju Sangat tidak benar 1 2 3 4 5 6 7 sangat benar Sangat tidak sering 1 2 3 4 5 6 7 sangat sering Setiap jawaban merupakan nilai atau opini atau persepsi. Definisi di atas adalah pengembangan dari penelitian bahwa jawaban 1 berarti sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara angka 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban 4 merupakan nilai tengah antara sangat setuju dan sangat tidak setuju dari pernyataan yang diberikan, jawaban antara angka 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, dan jawaban 7 berarti sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan.

Indikator yang digunakan dalam mengukur variabel penelitian ini adalah :


(61)

1) Partisipasi Anggaran (X1)

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Milani (1975) dalam Nenny Wahyuningdyah (2006) yang terdiri dari 5 pertanyaan.  

Jika responden memberi jawaban dengan skor 1 sampai 3, berarti responden berpendapat bahwa penerapan partisipasi anggaran di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang ada masih kurang karena pemahaman tentang arti dan manfaat dari partisipasi anggaran juga masih rendah, sedangkan jika responden memberi jawaban dengan skor 4, berarti responden masih ragu-ragu apakah penerapan partisipasi anggaran di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban masih rendah atau sudah cukup baik. Kemudian jika responden memberi jawaban dengan skor 5 sampai 7, berarti responden berpendapat bahwa penerapan partisipasi anggaran di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang ada sudah cukup baik karena pemahaman tentang arti dan manfaat partisipasi anggaran juga cukup baik.

2) Akuntansi Pertanggungjawaban (X2)

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Maya Tri Wahyuni (2006) yang terdiri dari 5 pertanyaan.


(62)

Responden memberi jawaban dengan skor 1 sampai 3, berarti responden berpendapat bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang ada masih kurang karena pemahaman tentang arti dan manfaat dari sistem akuntansi pertanggungjawaban juga masih rendah.

Responden memberi jawaban dengan skor 4, berarti responden masih ragu-ragu apakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban masih rendah atau sudah cukup baik, kemudian jika responden memberi jawaban dengan skor 5 sampai 7, berarti responden berpendapat bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang ada sudah cukup baik karena pemahaman tentang arti dan manfaat akuntansi pertanggungjawaban juga cukup baik.

3) Kinerja Manajerial (Y)

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Mahoney (1963) dalam Nenny Wahyuningdyah (2006) yang disesuaikan lagi oleh peneliti yang terdiri dari enam pertanyaan.

Responden memberi jawaban dengan skor 1 sampai 3, berarti responden berpendapat bahwa kinerja individu dalam


(63)

kegiatan-kegiatan manajerial di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang ada masih kurang karena kinerja individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang telah mereka hasilkan juga masih rendah, sedangkan jika responden memberi jawaban dengan skor 4, berarti responden masih ragu-ragu apakah kinerja individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang telah mereka hasilkan di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban masih rendah atau sudah cukup baik, kemudian jika responden memberi jawaban dengan skor 5 sampai 7, berarti responden berpendapat bahwa kinerja individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang telah mereka hasilkan di lingkungan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang ada sudah cukup baik karena kinerja individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang telah mereka hasilkan juga cukup baik.

3.2. Teknik Penentuan Populasi Dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari penelitian (Sumarsono, 2004: 44), dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah manajer atau


(64)

kepala dinas, kepala bagian, kepala sub bagian, dan kepala seksi pada Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang berjumlah 30 orang. Adapun populasi pada penelitian ini adalah :

1. Kepala Dinas Kesehatan

2. Kepala Bagian Tata Usaha

3. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

4. Kepala Sub Bagian Keuangan

5. Kepala Sub Bagian Program dan Pelaporan

6. Kepala Sub Bidang Pelayanan Kesehatan

7. Kepala Sub Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

8. Kepala Sub Bidang Penyehatan Lingkungan

9. Kepala Sub Bidang Kesehatan Keluarga

10. Kepala Sub Bidang Perencanaan dan Informasi Kesehatan

11. Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus

12. Kepala Seksi Puskesmas

13. Kepala Seksi Kefarmasian, Makanan dan Minuman

14. Kepala Seksi Rumah Sakit

15. Kepala Seksi Pengamatan Penyakit

16. Kepala Seksi Pencegahan Penyaki dan Imunisasi

17. Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit yang Bersumber Binatang

18. Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Langsung

19. Kepala Seksi Penyehatan Tempat-tempat Umum


(65)

21. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Pemukiman

22. Kepala Seksi Makanan dan Minuman

23. Kepala Seksi Kesehatan Ibu 24. Kepala Seksi Gizi

25. Kepala Seksi Kesehatan Anak

26. Kepala Seksi Usia Lanjut

27. Kepala Seksi Perencanaan Kesehatan

28. Kepala Seksi Informasi Kesehatan dan Peran Serta Masyarakat

29. Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan

30. Kepala Seksi Monitoring dan Evaluasi

3.2.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2006: 91), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sensus, karena seluruh anggota populasi merupakan sampel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala dinas, kepala bagian, kepala sub bagian, dan kepala seksi pada Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban yang berjumlah 30 orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data


(66)

a. Data primer adalah data yang langsung diambil dari kuisioner yang diisi langsung oleh responden. Hasil pengumpulan data yang bersifat langsung dari sumber data ini selanjutnya akan menjadi dasar analisis dan untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari arsip-arsip

atau dokumen-dokumen serta catatan-catatan dari Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban.

3.3.2. Teknik Pelaksanaan

Teknik pelaksanaan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan buku-buku, literatur, serta tulisan ilmiah yang digunakan sebagai landasan teori yang mendukung pelaksanaan penelitian.

b. Wawancara (interview)

Pengumpulan data yang dilakukan untuk kelengkapan penjelasan tentang pengisian kuesioner, dengan mengadakan wawancara secara langsung dengan responden yang dapat memberikan penjelasan mengenai masalah yang akan diteliti (Nazir, 1988: 234).


(67)

c. Kuesioner

Yaitu berupa satu set pertanyaan yang secara logis dan berhubungan dengan masalah penelitian serta setiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis.

d. Dokumentasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban.

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas

Menurut Sumarsono (2004: 31), uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuisioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan.

Uji validitas untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut.


(68)

Sebagai kriteria pemilihan item total berdasar korelasi item total, biasanya digunakan batasan rix (hitung) > 0,30. Semua item yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2003: 158).

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sumarsono, 2004: 34).

Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama. Jika suatu alat pengukur digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasilnya relative konsisten, alat pengukur tersebut reliabel.

Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui konsistensi jawaban responden dari waktu ke waktu dengan cara menghitung koefisien alpha dengan menggunakan metode alpha cronbach’s dengan rumus

Keterangan :

K = jumlah item

S2 = Jumlah varian skor total


(69)

Arikunto (1998 : 72) menjelaskan bahwa suatu instrumen dikatakan handal apabila memiliki koefisien keandalan sebesar 0,60 atau lebih. Ini berarti bahwa jika hasilnya lebih dari 0,60 maka hsilnya dikatakan reliable dan sebaliknya jika kurang dari 0,60 maka hasilnya kurang reliabel.

3.4.3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak, untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk (Sumarsono, 2004: 40).

Menurut Santoso (2000: 93), syarat pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah :

 Sig > 0,05 maka distribusi data mengikuti distribusi normal.

 Sig < 0,05 maka distribusi data tidak mengikuti distribusi normal.

3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.5.1. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi diatas harus bersifat BLUE (Best Linier

Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji T tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE


(70)

maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda yaitu:

1. Tidak boleh ada autokorelasi. 2. Tidak boleh ada multikolinieritas. 3. Tidak boleh ada heterokedasitas.

Apabila ada satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. a. Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t -1 (sebelum). Model regresi yang baik, regresi yang bebas dari autokorelasi (Imam Ghozali, 2001: 61).

Penelitian ini data yang digunakan bukan data time series

tetapi data cross section yang diambil berdasarkan kuesioner,

sehingga untuk uji autokorelasi tidak dilakukan, karena autokorelasi pada sebagian besar kasus ditemukan pada regresi yang datanya time series (Santoso, 2000 : 216).

b. Multikolinieritas

Pengujian multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance


(71)

dan variance inflation factor (VIF). Batas nilai non multikolinieritas yaitu VIF ≤ 10, maka dikatakan dalam model ini regresi tidak terdapat multikolinieritas (Imam Ghozali, 2001: 61). c. Heterokedasitas

Pengujian heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Imam Ghozali, 2001: 61). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heterokedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya Heteroskedasitisitas dapat diuji dengan menggunakan uji Rank Spearman yaitu membandingkan antara nilai residual dengan variabel bebas (X) (Santoso dalam Widiyaningrum 2007)

- Nilai Probabilitas > 0,05 berarti bebas dari Heteroskedastisitas - Nilai Probabilitas < 0,05 berarti terkena Heteroskedastisitas

3.5.2 Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda dipakai dalam penelitian ini

karena dapat menerangkan ketergantungan satu variabel dependent

dengan satu atau lebih variabel independent. Analisis ini juga dapat menduga besar dan arah dari pengaruh tersebut serta mengukur derajat

keeratan hubungan antara satu variabel dependent dengan satu atau

lebih variabel independent. Dalam penghitungan analisis berganda ini akan digunakan program komputer SPSS.


(72)

Adapun bentuk umum dari regresi linier berganda secara sistematis adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1i + β2X2i + ei...(1)

(Anonim, 2009: L-21)

Keterangan :

Y = Variabel Kinerja Manajerial

X1 = Variabel Partisipasi Anggaran

X2 = Variabel Akuntansi Pertanggungjawaban

β0 = Konstanta/intersep

β1, β2 = Koefisien regresi dari variabel X1 dan X2

ei = Kesalahan Baku

i = 1,2..., n : pengamatan ke i sampai ke n

3.5.3. Uji Hipotesis

Dalam statistik, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan

statistik tentang parameter populasi. Statistik adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada sampel, dan parameter adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada populasi. Dengan kata lain, hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi melalui data-data sampel.

Menurut Sugiyono (1999 : 81), penelitian yang didasarkan pada

data populasi atau sampling total atau sensus, tidak melakukan pengujian hipotesis statistik. Penelitian yang demikian dari sudut pandang statistik adalah penelitian deskriptif. Sugiyono (1999 : 82) juga berpendapat


(73)

bahwa penelitian yang didasarkan pada data populasipun dapat dirumuskan hipotesis dan mengujinya.

Uji yang digunakan pada penelitian ini adalah uji kecocokan model (Uji F). Uji F ini dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis memiliki tingkat kecocokan model yang tinggi. Untuk menguji hal tersebut dengan melalui uji F. Adapun prosedur uji F adalah sebagai berikut :

a. Hipotesis

H0 : 1 =2 = 3 = 0 (Model regresi tidak cocok)

H1 : 1 = 2 = 3  0 (Model regresi cocok)

b. Level of signifikan (α) = 0,05

c. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

- Apabila tingkat signifikan (p-value) > 0,05 maka H0 diterima

dan H1 ditolak.

- Apabila tingkat signifikan (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak dan


(1)

KUISIONER

Bapak / Ibu responden yang terhormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir berupa skripsi, maka dengan ini saya mohon kesediaan Bapak / Ibu untuk meluangkan waktu guna mengisi kuisioner untuk kepentingan saya. Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih atas waktu dan kerja sama yang telah Bapak / Ibu berikan.

PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER

1. Pada kuisioner ini dimohon agar mengisi sesuai dengan apa yang terjadi pada Dinas Bapak / Ibu sesungguhnya.

2. Berilah tanda silang (X) pada setiap pertanyaan yang mencerminkan jawaban Bapak / Ibu pada salah satu angka.

3. Tidak ada penilaian benar atau salah atas jawaban yang Bapak / Ibu pilih dan kerahasiaan atas jawaban yang Bapak / Ibu berikan akan menjadi rahasia yang akan hanya diketahui oleh peneliti.

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden :

2. Jabatan Sekarang :

3. Jenis Kelamin Responden : Laki-laki Perempuan

4. Pendidikan Terakhir Responden : S-3 S-2 S-1 D-3 SMA

5. Lama Bekerja di Dinas : 1-10 tahun 10-15 tahun 15-20 tahun > 20 tahun


(2)

Kinerja Manajerial (Y)

Dikembangkan oleh Mahoney (1963) dalam Nenny Wahyuningdyah (2006) 1. Dalam menjalankan fungsi perencanaan dalam Dinas, anda selalu ikut

berperan serta dalam menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan / pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, perancangan prosedur dan pemrograman dalam Dinas anda.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

2. Dalam menjalankan fungsi investigasi, anda mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan dari rekening, mengukur hasil, dan analisis pekerjaan.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

3. Dalam menjalankan fungsi evaluasi, anda harus membuat laporan evaluasi guna menilai dan mengukur kinerja Dinas setiap tahunnya.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

4. Dalam menjalankan fungsi pengawasan dalam Dinas, anda selalu mengarahkan, memimpin, dan mengembangkan bawahan anda dalam bimbingan, pelatihan dan menjelaskan peraturan kerja, serta menangani keluhan yang ada.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

5. Setiap tahun, anda selalu melakukan penilaian mengenai kinerja anda dan Dinas secara menyeluruh.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

6. Jika terjadi kejadian istimewa, pimpinan anda akan meminta laporan non rutin.


(3)

Partisipasi Anggaran (X1)

Dikembangkan oleh Milani (1975) dalam Nenny Wahyuningdyah (2006) 1. Dalam partisipasi penyusunan anggaran di Dinas anda bekerja, anda merasa

terlibat di dalamnya dan mempunyai rasa untuk ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaannya.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

2. Dalam partisipasi penyusunan anggaran di Dinas anda bekerja, anda selalu berupaya untuk menekan biaya (efisiensi biaya) rutin dan non rutin.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

3. Dalam menjalankan fungsi perencanaan dalam Dinas, anda selalu ikut berperan serta dalam penyusunan anggaran Dinas anda.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

4. Dalam partisipasi anggaran, ide, gagasan atau saran menjadi suatu pertimbangan.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

5. Anda maupun rekan anda merasa ikut bertanggung jawab dan memiliki keputusan mengenai anggaran yang telah disusun.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

Akuntansi Pertanggungjawaban (X2)

Dikembangkan oleh Maya Tri Wahyuni (2006)

1. Dalam struktur organisasi Dinas anda bekerja telah ditetapkan secara tegas pendelegasian wewenang dan tanggung jawab masing-masing tingkatan sehingga terbentuk pusat pertanggungjawaban.


(4)

2. Dalam setiap pusat peretanggungjawaban, anda bertanggung jawab sepenuhnya terhadap tugas yang menjadi wewenang anda sehingga mempermudah atasan anda dalam melakukan pengawasan.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

3. Dalam sistem penganggaran yang ditetapkan dalam Dinas tempat anda bekerja, ada keterlibatan partisipasi aktif dan pengkoordinasian dari seluruh bagian dalam penyusunan anggaran.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

4. Dalam sistem penganggaran yang diterapkan dalam Dinas tempat anda bekerja, anda telah melakukan analisis antara anggaran dan realisasi anggaran setiap tahunnya.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

5. Dalam Dinas anda bekerja, sudah ditentukan kategori dan pengklasifikasian secara jelas antara biaya rutin dan biaya non rutin serta sumber pendapatan Dinas.


(5)

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban

KEPALA DINAS

KEPALA BAGIAN TATA USAHA

Ka. SUB BAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN

Ka. SUB BAG KEUANGAN

Ka. SUB BAG PROGRAM DAN

PELAPORAN

Ka. SUB BID PELAYANAN KESEHATAN

Ka. SUB BID PENCEGAHAN & PEMB. PENYAKIT

Ka. SUB BID PENYEHATAN LINGKUNGAN

Ka. SUB BID KESEHATAN

KELUARGA

Ka. SUB BID PERENCANAAN & INFORMASI KES. Ka. SEKSI PUSKESMAS Ka. SEKSI RUMAH SAKIT Ka. SEKSI KESEHATAN KHUSUS Ka. SEKSI KEFARMASIAN, MAKANAN & MINUMAN UPTD Ka. SEKSI PENGAMATAN PENYAKIT

Ka. SEKSI PEMB. PENYAKIT MENULAR LANGSUNG Ka. SEKSI PENCEG. PENY. & IMUNISASI

Ka. SEKSI PEMB. PENY. YG BERSUMBER BINATANG Ka. SEKSI PENYEHATAN TMPT UMUM Ka. SEKSI PENYEHATAN MAKANAN & MINUMAN Ka. SEKSI PENGAWASAN KUALITAS AIR Ka. SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN Ka. SEKSI KESEHATAN IBU Ka. SEKSI KESEHATAN USIA LANJUT Ka. SEKSI GIZI

Ka. SEKSI KESEHATAN ANAK Ka. SEKSI PERENCANAAN KESEHATAN Ka. SEKSI MONITORING & EVALUASI Ka. SEKSI INFOKES DAN PSM Ka. SEKSI PENELITIAN & PENGEMBANGAN


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial (Survey Pada Dinas - Dinas Di Kabupaten Bandung)

0 12 82

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Survei pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo).

0 1 16

PENDAHULUAN PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Survei pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo).

0 0 8

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL APARAT PEMERINTAH DAERAH: GAYA Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah: Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating.

0 1 16

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL APARAT PEMERINTAH DAERAH: GAYA Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah: Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating.

0 1 17

Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Akuntansi Pertanggungjawaban terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Sigma Steel Bandung.

7 16 18

Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban dan Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial (Survei pada Perusahaan Manufaktur di Karawang, Jawa Barat).

2 10 17

Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Akuntansi Pertanggungjawaban terhadap Kinerja Manajerial pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

1 2 21

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH.

1 2 12

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN

1 8 24