kemunculannya melebihi ambang batas yang ditentukan pengguna T: C s
r
T untuk semua r = 1, ..., K [23].
Untuk semua vektor pergeseran ternormalisasi pencocokan blok yang memberikan kontribusi terhadap vektor pergeseran tertentu yang diindikasikan
melebihi batas ambang T dapat di identifikasi sebagai wilayah yang mungkin telah di duplikasi.
Nilai ambang T berkaitan dengan ukuran segmen terkecil yang dapat diidentifikasi oleh algoritma. Nilai yang lebih besar dapat menyebabkan algoritma
kehilangan beberapa blok yang cocok sementara terlalu kecil nilai T dapat menyebabkan terlalu banyak “cocok palsu”. Perlu digaris bawahi bahwa yang
mengontrol kepekaan algoritma untuk tingkat pencocokan antara blok adalah Q faktor sementara ukuran blok B dan ambang T mengontrol ukuran minimal dari
segmen yang dapat dideteksi diasumsikan blok B lebih kecil dari daerah yang dicloning
.
2.8. Algoritma Deteksi Tepi
Tepi suatu citra dapat didefinisikan sebagai daerah dimana intensitas piksel bergerak dari nilai yang rendah ke nilai yang tinggi atau sebaliknya. Untuk
mendeteksi tepi citra dilakukan hubungan antara piksel yang bertetanggga umumnya dilakukan untuk setiap piksel tetangga yang bisa secara horizontal, vertikal, maupun
diagonal [12].
Universitas Sumatera Utara
Algoritma deteksi tepi adalah salah satu pengolahan citra yang sangat signifikan dalam pendeteksian karena dapat memberikan informasi tekstur, ukuran
dan bentuk sehingga dapat memperlihatkan anomali yang tersembunyi disekitar objek yang dirusak. Kebanyakan deteksi untuk gambar palsu splicing menggunakan deteksi
tepi pada penelitian ini, untuk pemalsuan dengan cara splicing menggunakan algoritma deteksi tepi, pilihan ini berdasarkan bahwa apabila gambar digabung secara
splicing maka akan terlihat tepi citra lebih tajam dari sekitarnya karena berasal dari dua gambar yang berbeda, arah dan pencahayaan yang berbeda dan juga faktor
kuantisasi yang berbeda. Setiap kali gambar JPEG dikompres, fenomena yang berbeda terjadi.
Sehingga jika dua gambar digunakan untuk membuat pemalsuan ada kemungkinan bahwa keduanya memiliki tingkat kompresi berbeda khususnya faktor kualitas
mungkin berbeda dalam kedua gambar sumber maka ketika disimpan sebagai gambar splicing seolah-olah seperti rekompres oleh karena itu sangat mungkin meninggalkan
beberapa petunjuk apalagi dengan karakteristiknya yang berbasis blok maka akan menghasilkan suatu fenomena yang dikenal dengan Block Artefact.
Sebuah tepi citra dapat dihasilkan dengan menerapkan detektor tepi ke gambar dengan detektor sederhana seperti deteksi tepi Sobel, Canny, atau Prewitt bisa didapat
nilai empat tepi citra masing-masing untuk piksel “bertetangga” dalam arah horizontal, vertikal, dan diagonal seperti dilambangkan dibawah.
Untuk mendeteksi tepi citra dilakukan hubungan antara piksel yang bertetanggga umumnya dilakukan
untuk setiap piksel tetangga yang bisa secara horizontal, vertikal, maupun diagonal.
Universitas Sumatera Utara
, 1
, 1
, ,
1 ,
1 ,
, 1
, ,
, ,
1 ,
j i
x J
i x
j i
E j
i x
j i
x j
i E
j i
x j
i x
j i
E j
i x
j i
x j
i E
d d
v h
− −
+ =
− +
+ =
− +
= −
+ =
−
………………….…2.12
Dimana xi,j menunjukkan nilai abu-abu dari piksel dilokasi i,j. Sedangkan E
h
, E
v
, E
d
, E
-d
berturut-turut adalah menyatakan masing-masing untuk arah horizontal 0
, vertical 90 , diagonal 45
, dan inverse diagonal 135
Prinsip kerja metode deteksi tepi adalah berdasarkan analisa terhadap standar JPEG terkompresi dimana setiap gambar JPEG yang telah terkompresi akan
meninggalkan “sidik jari” dalam rangkaian blok 8 x 8 karena perbedaan antar blok akan berbeda disebabkan artefak blok untuk mendeteksi perbedaan tersebut gambar
yang akan dideteksi dipecah kembali menjadi blok 8 x 8 lalu dihitung perbedaan dalam blok mencakup seluruh batas blok. Dengan asumsi gambar target dan gambar
asal Gambar 2.4 mempunyai faktor kuantisasi yang berbeda maka gambar target seolah di recompressed sehingga dengan menghitung nilai piksel bertetangga akan
didapat perbedaaan yang signifikan [3][11][28]. Dapat terlihat pada Gambar 2.7. . Dari hasil
deteksi tepi akan terlihat tepi citra pada gambar yang telah dilakukan splicing akan terlihat perubahan nilai piksel akan tampak lebih tajam [12][26][27].
Untuk mendeteksi tepi citra dilakukan hubungan antara piksel yang bertetanggga umumnya dilakukan untuk setiap piksel tetangga yang bisa secara
horizontal, vertikal, maupun diagonal.
Universitas Sumatera Utara
a b
Gambar 2.7 a Piksel bertetangga batas blok
b Piksel bertetangga dalam blok
Menurut Jonathan R Sturak bila koordinat dari A, B, C dan D yang berada dalam blok maka perbedaaan energi antara piksel yang bertetangga akan kecil seperti
A ke D dan E ke H Gambar 2.7b [28], diasumsikan A,B,C,D,E,F,G,dan H didalam blok 8x8 tetapi apabila koordinat A,B,C, dan D melewati batas blok perbedaan energi
tersebut akan besar. Perbedaan energi tersebut dapat dilihat dari histogram dengan menghitung:
Z’
x,y
=A+D-B-C , Z’’
x,y
dimana: = E+H-F-G ................... 2.13
x,y menyatakan posisi koordinat A. H
I
H adalah histogram Z’.
II
adalah histogram Z’’.
maka energi K perbedaan H
I
dengan H
II
dengan nilai piksel n adalah:
Universitas Sumatera Utara
K
x,y
n = |H
I
n – H
II
n|…………....... ……………....2.14
a b
Gambar 2.8. Histogram dari Z’ dan Z’,a Histogram H
I
dan H
II
b Perbedaan H ,
I
dan H
II
[17]
Berdasarkan metode diatas maka diasumsikan piksel A,B,C, dan D terletak pada setiap tepi dibatas blok Gambar 2.7a, bila piksel A pada salah satu blok
dianggap sebagai nilai piksel bloki,j, sehingga untuk setiap blok akan didapat masing-masing : A adalah nilai piksel pada 8i,8j, B adalah nilai piksel pada 8i,
[8j]+1, C adalah nilai piksel pada [8i]+1, 8j, dan D adalah nilai piksel pada [8i]+1, [8j]+1.
Dengan menghitung ei,j pada masing-masing tepi blok dengan rumus : ei,j = |A + D – B + C ………………….…........... 2.15
dimana ei,j adalah nilai efektif mewakili derajat variasi piksel yang hadir pada piksel bloki,j dan 3 piksel tetangganya. Setelah ei,j didapat untuk semua blok lalu
Universitas Sumatera Utara
dihitung perbedaaan antara ei,j setiap blok terhadap blok dikanannya dan blok dibawahnya dengan Persamaan 2.16.
Drigth = | ei, j – ei, j+1 | dan Dbottom = | ei, j – ei+1, j | ........2.16 Dimana:
Drigth adalah perbedaan ei,j sebuah blok dengan blok dikanannya Dbottom adalah perbedaaan ei,j sebuah blok dengan blok dibawahnya [28]
Untuk menentukan lokasi yang dirusak maka suatu nilai thresold T ditentukan dan dibandingkan terhadap nilai Drigth dan Dbottom untuk nilai Drigth dan Dbottom
lebih besar atau sama dengan T maka tepi tersebut diduga sebagai tepi dari daerah splicing.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODELOGI PENILTIAN