PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 (Studi Kasus pada Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global Kota Bekasi)

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
(Studi Kasus pada Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global
Kota Bekasi)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh
Marwiyah Daulay
NIM: 1812011000079

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1437 H

ABSTRAK

Marwiyah 1812011000079, “Persepsi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 (Studi Kasus Pada Sekolah Dasar
Islam Teratai Putih Global Kota Bekasi).” Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Kata kunci: persepsi guru, mata pelajaran PAI, kurikulum 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru terhadap
pelaksanaan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global kota Bekasi. Penulisan skripsi ini
dimaksudkan untuk mengetahui Implementasi Kurikulum 2013 pada Pendidikan
Agama Islam yang berkaitan dengan persepsi guru serta faktor penghambat dan
pendukung dalam Implementasi Kurikulum di sekolah. Penelitian ini telah
dilakukan pada bulan Januari-May 2016 di Sekolah Dasar Islam Teratai Putih
Global Kota Bekasi.
Metodologi penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan secara
sistematis, faktual, dan akurat, sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada skripsi ini dilakukan dengan cara:
1) wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi. Dalam hal ini, penulis melakukan

wawancara dengan beberapa narasumber yakni kepala sekolah dan guru-guru
PAI. Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini, penulis
mengamati Proses pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan cara observasi langsung
ke sekolah. Selain itu penulis terlibat langsung dalam Implementasi Kurikulum
2013 untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi hasil penelitian
yang telah dianalisis menunjukan bahwa guru PAI di SD Teratai Putih Global
kota Bekasi mendukung implementasi Kurikulum 2013 dan menganggap
kurikulum tersebut lebih baik karena mendukung kreativitas siswa untuk belajar
lebih baik dan membuat guru terpacu untuk untuk berinovasi menciptakan
pembelajaran yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran siswa khususnya
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar. Namun
demikian guru-guru cukup merasakan kesulitan dalam pelaksanaan proses
penilaian autentik terhadap siswa karena banyaknya poin-poin penilaian yang
harus dilaksanakan serta kurangnya pemahaman tentang penerapan Kurikulum
2013.

i

ABSTRACT

Marwiyah 1812011000079, “Islamic Education Religion Teacher’s
Perception about the Implementation of Curriculum of 2013 (A Case Study
in Elementary School of Teratai Putih Global Kota Bekasi).” A thesis of
Islamic Education Program study Islam, Faculty of Education and Teacher
Training Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Keywords: perception of teachers, subjects PAI, curriculum of 2013
This study aims to determine the perception of teachers on the implementation of
the curriculum of 2013 on the subjects of Islamic Religious Education in the
Islamic Primary Schools Teratai Putih Global kota Bekasi. This thesis is intended
to determine the implementation of Curriculum of 2013 at the Islamic Education
related to the perception of teachers as well as inhibiting factors and supporting
the implementation the curriculum in schools. This study was conducted during
January-May 2016 at Islamic Primary School Teratai Putih Global kota Bekasi.
The methodology used in this research is using qualitative approach with
descriptive method that aims to depict or describe a systematic, factual, and
accurate, in accordance with the facts on the ground. Data collection techniques
performed in this thesis done by: 1) interview, 2) observation, 3) documentation.
In this case, the authors conducted interviews with several sources such as
principals and religion teachers. To obtain the required information on this study,
the researcher observed the process of the implementation of Curriculum of 2013

directly to the school. Moreover, the authors were directly involved in the
implementation of Curriculum of 2013 to obtain more accurate information.
Based on interviews, observation and documentation of the research analyzed, it
can be concluded that PAI teacher in elementary White Lotus Global Bekasi
support the implementation of Curriculum 2013, and considers the curriculum
better because it supports the creativity of the students to learn better and make
teachers are encouraged to innovate to create learning that can support the
success of student learning, especially in the subjects of Islamic Religious
Education in Primary Schools. However, teachers quite feel the difficulties in the
implementation process of an authentic assessment of the students because of the
many points assessments should be conducted as well as a lack of understanding
on the implementation of Curriculum 2013.

KATA PENGANTAR

Alhamdullillahi Robbil ‘Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah–Nya,
sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Sholawat beserta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad SAW yang
telah mengantarkan kita dari zaman jahillyah ke zaman yang penuh dengan ilmu

pengetahuan .
Dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada program SI Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, maka penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada. MA. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya. MA. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Abdul Majid Khon. M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Marhamah Saleh, Lc. MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Desmaliza M.Si, M.Ed. Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang
dengan penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan, arahan,
koreksi dan masukan-masukan kepada penulis demi kesempurnaannya
penulisan skripsi ini.
6. Dindin Ridwanudin, M.Pd. Selaku pengelola DMS PAI dan PGMI.
7. Segenap Dosen dan Staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayahtullah Jakarta, yang telah memberikan kontribusi keilmuan kepada
penulis selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


ii

8. Doddy Matin Zulfadhli, SE.MM. Selaku Kepala Sekolah SD Islam Teratai
Putih Global Kota Bekasi.
9. Segenap guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SD Islam Teratai Putih Global
(Bp. Saik Nur Mustaqim, Bp. Safparudin, Bp. Didi Supriadi dan Ibu Siti
Mahmudah) yang sangat banyak memberikan bantuan dalam penulisan skripsi
ini.
10. Segenap dewan guru Waka kurikulum, Waka kesiswaan, Staf T.U dan
karyawan SD Islam Teratai Putih Global Kota Bekasi yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian guna memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
11. Ashari Siregar, suami tercinta dan ananda Azmi Habiburrahman Siregar, yang
sangat setia dan sabar membantu proses penulisan skripsi ini serta
memberikan motivasi yang besar dalam do’a dan sujudnya.
12. Orang tua tercinta, Ibu Longayan Hasibuan dan Abang Arisan Fahlemi yang
telah mengasuh penulis dengan penuh kasih sayang, memberikan dorongan
baik moril, materil maupun spiritual Karena do’a dan cinta kasih beliaulah,
penulis dapat menjalani hidup dan memperoleh kesempatan belajar sampai

saat ini.
13. Siswa siswi SD Islam Teratai Putih Global Kota Bekasi, yang telah
memberikan kesempatan, bantuan dan do’a kepada penulis .
14. Sahabat-sahabatku DMS PAI angkatan 2012 di kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu atas bantuan
dan doanya .
15. Serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.
Semoga segala perhatian, partisipasi dibalas oleh Allah SWT dan mudahmudahan skripsi ini bermanfaat dan sekaligus dapat menambah ilmu kita
semua.

iii

Penulis sadar, bahwa penulisan skripsi ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan sumbangan pemikiran, saran dan kritik untuk
kesempurnaan skripsi ini .
Akhirnya, saya mohon dibukakan pintu maaf apabila penulisan skripsi ini
terdapat hal – hal yang kurang berkenan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Jakarta, 16 Juni 2016


Marwiyah daulay

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAN KARYA SENDIRI
UJI REFERENSI
ABSTRAK ...............................................................................................

i

KATA PENGANTAR .............................................................................

ii


DAFTAR ISI ...........................................................................................

v

DAFTAR TABEL ……………………………………………………..

viii

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………….. ..

ix

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................

1


B. Identifikasi Masalah ..........................................................

5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................

6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .........................................

6

KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori ........................................................................

8

1. Persepsi .........................................................................


8

a. Pengertian Persepsi .................................................

8

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi……...

9

2. Implementasi Kurikulum 2013 .....................................

10

a. Pengertian Kurikulum .............................................

10

b. Implementasi Kurikulum………………………. ...

12

v

3. Kurikulum 2013………………....................................

12

a. Landasan Filosofis Kurikulum 2013 .....................

13

b. Landasan Yuridis Kurikulum 2013 .......................

14

c. Karakteristik Kurikulum 2013………………… ..

14

d. Model Pembelajaran Saintifik dalam Konteks
Kurikulum 2013 ....................................................

15

e. Langkah Implementasi Saintifik dalam
Pembelajaran…………………………………… .

18

f. Hakikat RPP Menurut Kurikulum 2013………....

21

g. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dalam Konteks Kurikulum 2013………. ...

22

h. Langkah-Langkah Pengembangan RPP………. ...

28

4. Penilaian dalam Kurikulum 2013……………………..

29

5. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti………… ..

36

B. Hasil Penelitian yang Relevan ………………………... ....

39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV

A. Penentuan Tempat dan Waktu Penelitian .........................

42

B. Metode Penelitian……………………………………......

42

C. Unit Analisis .....................................................................

44

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................

44

E. Instrumen Penelitian..........................................................

45

F. Teknik Analisis Data .........................................................

45

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ...................................................................

48

1. Profil Singkat SD Islam Teratai Putih Global .............

48

2. Sejarah Singkat SD Islam Teratai Putih Global ..........

50

3. Visi, Misi dan Tujuan SD Islam Teratai Putih Global

51

4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan SD Islam
Teratai Putih Global ....................................................

vi

53

BAB V

5. Sarana dan Prasarana SD Islam Teratai Putih Global .

56

6. Kurikulum SD Islam Teratai Putih Global………… .

59

B. Hasil Wawancara ……………………………………... ...

61

1. Kurikulum 2013……………………………………...

61

2. Penilaian Autentik………………………………… ...

62

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………. ...

63

4. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ……… ....

64

5. Temuan Penelitian ………………………………… .

64

C. Pembahasan ……………………………………………..

67

1. Perencanaan Penilaian……………………………… .

67

2. Pelaksanaan Penilaian……………………………… .

69

3. Pengolahan Data…………………………………… ..

73

4. Pelaporan Hasil Penilaian…………………………. ...

74

5. Penggunaan Hasil Penilaian………………………. ...

74

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................

77

B. Saran-saran ........................................................................

78

C. Implikasi…………………………………………………

78

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

79

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

NO.

URAIAN

HAL

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3

Guru PAI SDI Teratai Putih Global
Data Siswa Tahun Ajaran 2014-2015
Data Siswa Tahun Ajaran 2015-2016

54
55
56

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Uji Referensi.
2. Lampiran Hasil Observasi.
3. Lampiran Hasil Wawancara.
4. Lampiran Foto-foto Penelitian.
5. Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
6. Lampiran Surat Keterangan dari SDI Teratai Putih Global.
7. Lampiran Surat Bimbingan Skripsi.
8. Lampiran Surat Izin Penelitian.

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan unsur paling penting dalam membina masa depan
generasi muda suatu bangsa. Secara spesifik, Undang-undang No. 22 tahun 2006
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan mempunyai
fungsi mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik agar mereka dapat
berkepribadian santun dan berakhlak mulia serta berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis dan tanggung jawab. 1 Melalui proses
pendidikan yang terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien, diharapkan setiap
anak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
sehingga tercipta sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.
Namun demikian, untuk menciptakan anak yang cerdas, damai, terbuka, dan
demokratis tidak mudah. Pembaharuan dalam pendidikan harus selalu dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Adanya perubahan di zaman
global ini tentunya menuntut berbagai perubahan pula dalam pendidikan. Hal ini
terjadi karena adanya perubahan cara pandang dari kehidupan masyarakat lokal ke
masyarakat global, pola pergaulan masyarakat dari kohesi sosial berubah menjadi
partisipasi demokratis, dan yang lebih penting lagi adanya perubahan
pengutamaan pertumbuhan ekonomi menjadi kearah perkembangan kemanusiaan.
Semua itu sesuai pula dengan prinsip UNESCO tentang dua basis landasan
pendidikan, yang pertama bahwa pendidikan harus memiliki empat pillar: belajar
mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup

1

Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang SI dan SKL, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) h.1.

1

2

dalam kebersamaan (learning to live together), dan yang kedua, adanya
pembelajaran seumur hidup.2
Selain itu, globalisasi juga telah menembus batas-batas ruang dan waktu.
Dinamika yang demikian cepat di bidang teknologi dan informasi, menuntut
tindakan antisipasi dan adaptasi yang cepat. Perkembangan sosial budaya,
pengetahuan, dan teknologi, telah membawa kehidupan siswa pada suatu tahapan
kehidupan yang lebih cepat dari usianya. Karena itu, kurikulum sebagai acuan
pembelajaran dalam pendidikan seharusnya bertujuan untuk menjawab berbagai
tantangan yang dihadapi di era globalisasi ini, misalnya dengan membentuk siswa
yang berkarakter, berakhlak mulia, bertanggung jawab, pantang menyerah, dan
berjiwa nasionalisme.
Sejak masa kemerdekaan kurikulum telah mengalami beberapa kali
perubahan yaitu sejak tahun 1947 sampai tahun 2013. Ada sembilan kali
perubahan kurikulum, yaitu pada tahun 1947 disebut kurikulum Rencana
Pelajaran, tahun 1952 berubah menjadi Rentjana Pelajaran Terurai, di tahun
1964

bernama

Rentjana Pendidikan, Kurikulum

1968, Kurikulum

1975,

Kurikulum 1984 yang bernama CBSA, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004
yang bernama KBK, Kurikulum 2006 yang bernama KTSP dan yang terbaru
adalah kurikulum 2013. Perubahan ini didasari oleh kehidupan yang semakin
maju, dan dunia pendidikan yang semakin berkembang sehingga dibutuhkan
kurikulum yang sesuai dengan tuntutan zaman.3
Namun demikian, sebagus apapun kurikulum, tanpa ditunjang faktor lain
seperti guru, misalnya, maka tujuan kurikulum tidak mungkin tercapai secara
maksimal. Mulyasa berpendapat bahwa apapun model dan corak kurikulum perlu
didukung oleh guru yang professional dibidangnya. Karena itu, penerapan
kurikulum 2013 menjadi tantangan sekaligus peluang bagi guru untuk
mewujudkan cita-cita pendidikan.
2

Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2014), h.2.
3
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), h.111.

3

Sebagai tenaga pendidikan dan kependidikan, guru juga ditantang untuk
menjembatani

kondisi

ideal

dan

kondisi

nyata

dunia

pendidikan

karena masyarakat memandang kurikulum belum membawa perubahan besar
terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan dan
kreativitas. Karena itu, untuk suksesnya pelaksanaan Kurikulum 2013 diperlukan
guru professional yang bisa merencanakan, melaksanakan, melakukan monitoring
dan evaluasi serta memberikan jaminan mutu dan pertanggungjawaban akan
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan siswanya.4 Seorang
guru juga hendaklah terus meningkatkan kemampuan, keahlian dan kualitas
dirinya dalam hal belajar dan mengajar sebagaimana firman Allah SWT dalam
Qur’an Surat Al Mujaadilah ayat 11 sebagai berikut:

   
         

             

       

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Pelaksanaan kurikulum 2013 yang telah berlangsung secara serentak pada
tahun 2014 ditingkat sekolah dasar dan menengah sesungguhnya memberikan
posisi yang sangat penting bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran kendati

adanya pengurangan peran dan fungsi guru terutama yang berkaitan dengan hal
administratif. Guru tidak dituntut untuk menjabarkan kompetensi dasar ke dalam
indikator hasil belajar yang memusingkan, dan membuat silabus, namun cukup
membuat perencanaan singkat tentang pembelajaran yang akan dilaksanakannya

4

Mulyasa, Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 2.

4

berdasarkan buku pedoman guru, buku pedoman peserta didik dan standar
nasional pendidikan yang semuanya telah disiapkan oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah provinsi. Guru hanya perlu memahami mengenai Kompetensi
Inti (KI) yang memiliki empat kategori kemampuan: sikap spiritual (KI-1), sikap
sosial (KI-2), pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4). Poin penting
kurikulum ini terletak pada pembentukan sikap atau karakter sehingga sering
disebut juga kurikulum berbasis karakter, yaitu menjadikan karakter sebagai
fondasi pendidikan secara keseluruhan. Dalam proses pembelajaran, siswa
merupakan pusat pembelajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
Dalam melakukan penilaian, guru harus membuat penilaian yang utuh dan
komprehensif dalam hal sikap, keterampilan maupun kognitif setiap siswa.5
Kesimpulannya, guru adalah pelaksana dari suatu kurikulum karena berdasarkan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ”guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih,

menilai,

dan

mengevaluasi

peserta

didik

pada

pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Karena hal inilah, kiranya persepsi guru besar pengaruhnya dalam
keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013. Persepsi seseorang tentang sesuatu
akan mempengaruhi perilakunya terhadap objek atau peristiwa yang dialaminya. 6
Oleh karena itu, persepsi guru yang baik tentu akan berpengaruh positif dalam
menunjang keterlaksanaan Kurikulum 2013.
Implementasi kurikulum 2013 dilaksanakan pada tahun 2013, dengan
menunjuk beberapa sekolah percontohan. Pada tahun pertama kelas yang
melaksanakan adalah kelas 1 dan 4. Kemudian pada tahun 2014 semua sekolah
mulai menerapkan kurikulum 2013. Pada tahun 2014 kelas yang melaksanakan
kurikulum 2013 adalah kelas 1,2,4, dan 5. Namun implentasi kurikulum ini
menimbulkan pro dan kontra.

5
6

Ibid, h. 3
Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Jogyakarta: Andi Offset,2002) h. 73

5

Dalam penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Desember
2015 di Sekolah Dasar yang telah melaksanakan kurikulum 2013, ditemukan
bahwa banyak

guru

yang masih

merasa

bingung

dengan pemberlakuan

kurikulum 2013. Pada tahun 2015 pemerintah menghentikan pelaksanaan dari
kurikulum 2013, hal ini berlaku untuk sekolah yang merasa belum siap untuk
melaksanakan

kurikulum

2013,

sementara

untuk

sekolah

yang

sudah

melaksanakan kurikulum 2013 selama tiga semester/sekolahan percontohan untuk
kurikulum 2013 diwajibkan menggunakan kurikulum ini. Namun sekolah
yang merasa sudah mampu melaksanakan kurikulum 2013 boleh melanjutkan
kurikulum tersebut.
Namun demikian apakah guru benar-benar telah siap dengan penerapan
kurikulum 2013 tersebut perlu penjelasan lebih lanjut karena setiap guru bereaksi
secara berbeda terhadap implementasi Kurikulum 2013. Penelitian ini bermaksud
menelaah lebih lanjut mengenai persepsi guru PAI terhadap implementasi
Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global kota Bekasi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan sebelumnya, maka ada
beberapa masalah yang berhubungan dengan fokus penelitian ini, di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman guru PAI tentang Kurikulum 2013 yang belum holistik,
terbukti dengan munculnya berbagai masalah dan keluhan dalam
penerapan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah.
2. Tidak adanya buku pedoman yang jelas mengenai penerapan Kurikulum
2013 di sekolah.
3. Guru merasa terbebani dengan proses pembelajaran yang menggunakan
Kurikulum 2013 yang dianggap sangat kompleks sehingga banyak di
antara mereka yang menolak.
4. Tidak seragamnya penerapan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah
sehingga menimbulkan kecemburuan sosial.

6

5. Orang tua mengeluh terhadap penerapan Kurikulum 2013 yang dianggap
terlalu rumit.
6. Dalam proses belajar mengajar guru lebih pasif.
7. Kompetensi guru rendah dalam hal kurangnya keahlian dalam bidang
Informasi dan teknologi.
8. Sosialisasi mengenai penerapan Kurikulum 2013 di sekolah dan
masyarakat masih sangat kurang.

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan berbagai masalah yang ada, maka dapat ditarik
beberapa pembatasan masalah dalam pengimplementasian Kurikulum 2013.
Penelitian ini, hanya dibatasi pada implementasi Kurikulum 2013 pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Adapun implementasi Kurikulum 2013
yang di maksud disini adalah guru mampu mempersiapkan administrasi
pembelajaran seperti, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan
kelas serta Instrumen Penilaian. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar yang
menerapkan Kurikulum 2013 di kota Bekasi yaitu Sekolah Dasar Islam Teratai
Putih Global kota Bekasi. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimanakah persepsi guru PAI terhadap implementasi Kurikulum 2013 di
Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global kota Bekasi?”
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru bidang
studi PAI terhadap implementasi Kurikulum PAI di Sekolah Dasar Islam
Teratai Putih Global kota Bekasi.

7

2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian antara lain:
a. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam
merencanakan,

mempersiapkan,

dan

melaksanakan

penelitian

kepustakaan maupun penelitian lapangan.
b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama
manajemen pendidikan, khususnya dalam implementasi penerapan
Kurikulum 2013 di sekolah bagi guru PAI di Sekola Dasar.
c. Secara praktis, penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang
besar bagi:
1) Kepala sekolah/bidang kesiswaan, hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan masukan dalam melakukan pembenahan sehingga
tercipta suasana baru yang lebih kondusif dan diharapkan mampu
memberikan salah satu bahan masukan untuk mengambil kebijakan
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa di
Sekolah Dasar.
2) Pendidik dan tenaga kependidikan khususnya Pendidikan Agama
Islam, mengetahui usaha-usaha yang perlu/dapat dilakukan dalam
penerapan konsep Kurikulum 2013.
3) Penulis dan pembaca, dapat mengetahui bagaimana implementasi
Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam
khususnya di Sekolah Dasar.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Istilah persepsi banyak digunakan dalam bidang psikologi. Secara etimologi,
persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu perception yang artinya
tanggapan, daya untuk memahami sesuatu. Secara terminologi sebagaimana
dinyatakan Purwodarminto, “Persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu
serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan”.1
Sedangkan menurut Bimo Walgito, “Persepsi merupakan suatu proses yang
dialami oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses
sensoris”.2
Menurut

Asrori,

“Persepsi

merupakan

proses

individu

dalam

menginterprestasikan, mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus
yang berasal dari lingkungan di mana individu itu berada yang merupakan hasil
dari proses belajar dan pengalaman.”.3 Dari pengertian persepsi tersebut dapat
diketahui bahwa ada tiga unsur dalam persepsi, yaitu interprestasi,
mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus yang datang dan
kemudian ditanggapi.
Menurut Slameto “Persepsi adalah proses yang berkaitan dengan masuknya
pesan/informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus
mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat
inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium”.4

1

Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 759
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Bina Ilmu, 2004), h. 22
3
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran. (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),

2

h.214
4

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta,
2010) h.102

8

9

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “Persepsi adalah kemampuan seseorang
untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain:
kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokan, dan
kemampuan untuk memfokuskan”.5 Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki
persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama. Hal tersebut bisa terjadi karena
adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang
bersangkutan.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bawa persepsi
adalah tanggapan seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa yang
dialaminya dan juga dilihatnya. Dalam penelitian ini, persepsi guru PAI berarti
tanggapan guru PAI terhadap pemberlakuan kurikulum 2013 di sekolah.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Bimo Walgito, faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
1) Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat
indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja
sebagai reseptor.
2) Alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan
alat untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris
sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat
susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk
mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi
seseorang.
3) Perhatian Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan
dalam rangka mengadakan persepsi.

5

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,1983),

h. 89

10

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu
yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.6
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan
akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus,
meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok
dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya
sama. Karena hal ini, penting untuk mengetaui lebih dalam bagaimana persepsi
guru PAI mengenai implementasi kurikulum 2013.
2. Implementasi Kurikulum 2013
a. Pengertian Kurikulum
“Kurikulum” merupakan istilah yang yang banyak ditsfsirkan secara
berbeda oleh para ahli dalam bidang pengembangan kurikulum.
Penafsiran tersebut diartikan berbeda-beda satu dengan

yang lainnya,

sesuai dengan point of view dan pandangan dari pakar yang bersangkutan.
Secara etimologis, kurikulum adalah terjemahan dari kata bahasa inggris
curriculum

yang

berarti

rencana

pembelajaran. 7

Pendapat

lain

mengatakan istilah kurikulum berasal dari bahas latin yakni “Curriculae”,
artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start
hingga finish. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah”. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa
dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya
merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang
berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah
menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya
mencapai finish.8 Dengan kata lain, kurikulum dianggap sebagai
jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu
perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
6

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Bina Ilmu, 2004), h. 70
Evelyn Siregar dan Hartini nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), h. 61
8
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta : Bumi Aksara , 2007), h. 16.
7

11

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013
tentang Sistem Pendidian Nasional, mendefinisikan Kurikulum sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran

untuk

mencapai

tujuan

pendidikan

tertentu.9 Dari

pengertian tersebut, kurikulum didefinisikan sebagai suatu bahan tertulis
yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus
dilaksanakan dari tahun ke tahun.
Menurut para ahli, kurikulum berarti:
1) Ronald C Doll mengatakan, “Kurikulum sekolah adalah isi dan
proses formal maupun nonformal yang mengantarkan peserta didik
memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Selain itu, peserta didik
mengalami perkembangan

keterampilan,

perubahan

tingkah

laku,

apresiasi, dan nilai-nilai di bawah lembaga pendidikan”.
2 ) J Galen,

William

M

Alexander,

dan

Arthur

J

Lewis

menyimpulkan, “Kurikulum merupakan perencanaan untuk memperbaiki
seperangkat pembelajaran agar seseorang menjadi lebih terdidik”.
3) Danniel Tanner mengatakan, “Kurikulum merupakan rekonstruksi dari
pengetahuan dan pengalaman secara sistematik yang dikembangkan
sekolah

atau

perguruan

tinggi.

Tujuannya,

meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya”.

peserta

didik

dapat

10

Dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah kumpulan pelajaran yang
diberikan kepada peserta didik secara teoritis maupun praktik selama
mengikuti suatu proses pendidikan. Dalam hal ini, kurikulum lebih bersifat
pragmatis karena hanya menyediakan bekal pengetahuan dan keterampilan
agar peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang
pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

9

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
Sholeh Hidayat,Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
2013), h.19.
10

12

pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
b. Implementasi Kurikulum
Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak,
baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai, dan
sikap. Secara

sederhana

implementasi

kurikulum

dapat

sebagai aktualisasi kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran.

diartikan
11

Implementasi kurikulum adalah upaya pelaksanaan atau penerapan
kurikulum

yang

telah

dirancang/didesain.

Dalam

implementasi

kurikulum, dituntut upaya sepenuh hati dan keinginan kuat dalam
pelaksanaanya, permasalahan
dilaksanakan
dirancang.

besar

akan

terjadi

apabila

yang

bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah

12

Ruang

lingkup

implementasi

kurikulum

lebih

lengkap

adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah
dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan
pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian
terhadap situasi lapangan

dan

karakteristik

peserta

didik,

baik

perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.
3. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar”

(standard-based

education),

kompetensi (competency-based

dan

teori
13

curriculum).

kurikulum

Pendidikan

berbasis

berdasarkan

standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal

11

Kusnandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi
Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 211.
12
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013;
Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Kata Pena, 2014), h. 5.
13
Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentangKurikulum SMP-MTs.,
(Jakarta: Mendikbud, 2013), h. 5.

13

warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan,standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan

standar

penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam
mengembangkan

kemampuan

untuk

bersikap,

berpengetahuan,

berketerampilan, dan bertindak.
Menurut Ahmad Yani berpendapat, “Kurikulum 2013 adalah kurikulum
yang sarat dengan pendidikan karakter”. Mindset ini yang harus disadari
sejak awal sebelum memahami teknis pelaksanaan kurikulum 2013.14
Kurikulum 2013 menganut : (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.15 Pengalaman belajar
langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,
sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
a. Landasan Filosofis Kurikulum 2013
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum,sumber dan isi
dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian
hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan
alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan

dasar

bagi

pengembangan

seluruh

potensi

peserta

didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam
tujuan pendidikan nasional.16

14

Ahmad Yani, Mindset Kurikulum 2013, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 54.
Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMP-MTs.,
(Jakarta: Mendikbud, 2013), h. 6.
16
Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentangKurikulum SMP-MTs.,
(Jakarta: Mendikbud, 2013), h. 4-5.
15

14

b. Landasan Yuridis Kurikulum 2013
Landasan yuridis Kurikulum2013 adalah:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3) Undang undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan
yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional; dan
4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.17
Berdasarkan landasan yuridis tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
c. Karakteristik kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum KTSP
Tahun 2006. Pada kurikulum 2013 pengembangan karakter siswa
berlangsung disemua sisi kehidupan yang dijalaninya di rumah,
sekolah,

dan

lingkungan

masyarakat

terdekatnya.

Adapun

karakteristik kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:

17

Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentangKurikulum SMP-MTs.,
(Jakarta: Mendikbud, 2013), h. 5.

15

1) Mengembangkan keseimbangan

antara

pengembangan

sikap

spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;
3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan

serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7) Kompetensi

dasar

dikembangkan

didasarkan

akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan

pada

prinsip

memperkaya

(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).18
d. Model Pembelajaran Saintifik Dalam Konteks Kurikulum 2013
Model pembelajaran proses santifik dapat dikatakan sebagai proses
pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui
kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan
analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Guna
mampu melaksanakan kegiatan ini, siswa harus dibina kepekaannya
terhadap fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan
pertanyaan,
18

dilatih

ketelitiannya

dalam

mengumpulkan

data,

Kemendikbud, Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMP-MTs.,
(Jakarta: Mendikbud, 2013), h. 3.

16

dikembangkan kecermatannya dalam mengolah data untuk menjawab
pertanyaan, serta dipandu dalam membuat simpulan sebagai jawaban atas
pertanyaan yang diajukannya.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Imas Kurniasih
berpendapat, Pendekatan Saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.19
Pendekatan yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah. Oleh karena itu kondisi pembelajaran
yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam
mencari tahu dari berbagai sumber.
Barringer berpandangan bahwa pembelajaran proses saintifik
merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir sistematis dan
kritis dalam
tidak

upaya

memecahkan

masalah

yang penyelesaiannya

mudah dilihat.20 Pembelajaran tersebut akan melibatkan siswa

dalam kegiatan pemecahan masalah kompleks melalui kegiatan
pendapat,

berpikir

kreatif,

melakukan

aktivitas

penelitian,

curah
dan

membangun konseptualitas pengetahuan.
Berdasarkan pengertian di atas, model pembelajaran saintifik proses
dikembangkan dengan berdasar pada konsep penelitian ilmiah. Hal ini
berarti proses pembelajaran harus berisi serangkaian aktivitas penelitian
yang dilakukan siswa dalam upaya membangun pengetahuan.
Ada

beberapa

karakteristik

khusus

dalam

penerapan

model

pembelajaran saintifik, yaitu antara lain sebagai berikut:
19

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013;
Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Kata Pena, 2014), h. 29.
20
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 125.

17

1) Objektif artinya pembelajaran senantiasa dilakukan atas objek tertentu
dan siswa dibiasakan memberikan penilaian secara objektif terhadap
objek tersebut.
2) Faktual artinya pembelajaran

senantiasa

dilakukan

terhadap

masalah- masalah faktual yang terjadi di sekitar siswa sehingga
siswa

dibiasakan

untuk

menemukan

fakta

yang

dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3) Sistematis artinya pembelajaran dilakukan atas tahapan belajar
yang sistematis dan tahapan belajar ini berfungsi sebagai panduan
pelaksanaan pembelajaran.
4) Bermetode artinya dilaksanakan berdasarkan metode pembelajaran
ilmiah tertentu yang sudah teruji keefektifannya.
5) Cermat dan tepat artinya pembelajaran dilakukan untuk membina
kecermatan dan ketepatan siswa dalam mengkaji sebuah fenomena atau
objek belajar tertentu.
6) Logis artinya pembelajaran senantiasa mengangkat hal masuk akal.
7) Aktual yakni bahwa pembelajaran senantiasa melibatkan konteks
kehidupan anak sebagai sumber belajar yang bermakna.
8) Disinterested artinya pembelajaran harus dilakukan dengan tidak
memihak melainkan benar-benar didasarkan atas capaian belajar siswa
yang sebenarnya.
9) Unsupported opinion artinya pembelajaran tidak dilakukan untuk
menumbuhkan pendapat atau opini yang tidak disertai bukti-bukti
nyata.
10) Verikatif artinya hasil belajar yang diperoleh siswa dapat diverifikasi
kebenarannya dalam arti dikonfirmasikan, direvisi, dan diulang dengan
cara yang sama atau berbeda.21

21

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 125.

18

Berikut adalah contoh kegiatan dalam

model pembelajaran

dikaitkan dengan pendekatan saintifik
a) Inquiry Learning
b) Discovery learning
c) Problem based learning
d) Project based learning.22
e. Langkah Implementasi Saintifik Dalam Pembelajaran
Model pembelajaran saintifik diartikan sebagai model pembelajaran
yang dikembangkan dengan berdasar pada pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran merupakan asumsi
atau aksioma ilmiah yang melandasi proses pembelajaran. Berdasarkan
pengertian pendekatan ini, Kemendiknas menyajikan pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran secara visual sebagai berikut.
1) Mengamati
Metode

mengamati

mengutamakan

kebermaknaan

proses

pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati
dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan
yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak
terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Metode
mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah seperti berikut ini.
a) Menempuh objek apa yang akan diobservasi.
b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi.
22

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 130.

19

c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi,
baik primer maupun sekunder.
2) Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika
guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Aktivitas bertanya memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta
didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar,
serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c) Mendiagnosis

kesulitan

belajar

peserta

didik

sekaligus

menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya.23
3) Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan

ilmiah

yang

dianut

dalam

Kurikulum

2013

untuk

menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih
aktif dari pada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan
sistematis atas fakta kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran
non-ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini
merupakan padanan associating; bukan merupakan terjemahan dari
reasioning, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.

23

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 136-137.

20

Bagaimana

aplikasinya

dalam

proses

pembelajaran?

Aplikasi

pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar
peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
a) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah
siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
b) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode
kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi
jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri
maupun dengan cara simulasi.
c) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang ata hierarkis,
dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada
yang kompleks (persyaratan tinggi).
4) Mencoba
Untuk memperoleh hasil yang nyata atau otentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi
yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk
mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagi ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
a) mene