Kesiapan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 87 Jakarta

(1)

KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMA NEGERI

87 JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi salah Satu Syarat Mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh MASRUROH NIM 1112011000057

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Masruroh (NIM: 1112011000057). Kesiapan Guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 87 Jakarta.

Kurikulum adalah dasar pijakan bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang terapkan di Indonesia sehingga menuntut guru untuk siap dalam pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan kurikulum di SMA Negeri 87 Jakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar SMA Negeri 87 Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan melalui tahap pengggolongan data, penyajian data, dan verifikasi. Uji kabsahan data menggunakan uji kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahawa kesiapan guru PAI di SMA Negeri 87 Jakarta sudah siap baik secara materi maupun non materi dalam melaksanakan kurikulum 2013. Kesiapan guru PAI untuk non materi dari empat indikator dalam hal pengetahuan, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi sudah baik. Proses pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA Negeri 87 Jakarta telah berjalan dengan baik. Proses pelaksanaan yang di awali dengan kegiatan pendahuluan selanjutnya kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik dan selanjutnya kegiatan penutup. Sedangkan untuk kesiapan meterilnya untuk buku yang di adakan di SMA Negeri 87 Jakarta sudah tersedia, perpustakaan juga sangat membantu untuk pembelajaran, kondisi sarana dan prasarana juga sudah baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru-guru di SMA Negeri 87 Jakarta secara umum telah siap melaksanakan kurikulum 2013.


(7)

ii

Curriculum 2013 in Subjects Islamic Education in SMA Negeri 87 Jakarta.

The curriculum is the foundation for educators and education personnel to achieve the objectives that have been set. Curriculum 2013 is a new curriculum that apply in Indonesia so requires teachers to be ready in implementation. This study aims to determine the readiness of the Islamic Education teachers in implementing the curriculum at SMA Negeri 87 Jakarta.

This research is a qualitative set in SMA Negeri 87 Jakarta. The data collection is done by conducting observation, interview and documentation. Data analysis is done through a phase of data reduction, data presentation, and verification. The test validity of the data using test of credibility, transferability, dependability and confirmability.

Based on the results of the study indicate where the readiness of teachers PAI in SMA Negeri 87 Jakarta already prepared both material and non material in implementing curriculum teachers PAI 2013. Readiness for non material from the four indicators in terms of knowledge, planning, implementation and evaluation is good. The process of implementation of the curriculum in 2013 in SMA Negeri 87 Jakarta has been going well. The implementation process which begins with preliminary activities further core activity using scientific approach and subsequent closing activity. As for the readiness meterilnya for books held in SMA Negeri 87 Jakarta is already available, the library is also very helpful for learning, the condition of infrastructure has also been good. It can be concluded that the teachers at SMAN 87 Jakarta in general was ready to implement the curriculum in 2013.

Keywords: Readiness, a teacher of Islamic Religious Education, Curriculum 2013


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin Segala Puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, hidayah dan inayah-Nya, segingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat beserta salam semoga Allah senantiasa melimpahkannya kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya yang telah memberikan tuntunan bagi kita semua (Umat Islam) ke jalan yang di ridhoi Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan, rintangan serta kesulitan yang dihadapi dan di alami oleh penulis. Namun berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak maka segala hambatan dan kesulitan itu dapat di atasi dengan baik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

2. Dr. H. Abdul Madjid Khon. M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc., Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. Serta

staf administrasi Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Penasehat Akademik Ibu Sururin, MA

5. Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’e Noor selaku dosen pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

iv

7. Seluluh staf perpustakaan Utama dan perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberika pelayanan dan fasilitas serta buku-buku yang penulis perlukan.

8. Ibu Patra Patiah, S.Pd, M.Biomed sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 87 Jakarta yang telah membantu dalam proses penelitian skripsi ini.

9. Ibu Hj. Nelty Khairiyah, M.Ag, dan Ibu Dra. Nurdiati sebagai guru pamong PAI, seluruh Bapak dan Ibu guru SMAN 87 Jakarta, para staf TU yang telah membantu dan memberikan banyak informasi kepada penulis dalam penelitian skripsi ini.

10. Orang tua tercinta, Ayahanda Ngahadi dan Ibunda Alimah. Dan kakak tercinta (Syamsudin dan Najiyah) Salam sujud penulis haturkan atas kesabaran,

keikhlasan, perhatian dan cinta kasih yang tak pernah pudar serta do’a yang tak

henti-hentinya kepada Allah SWT senantiasa agar penulis meraih kesuksesan belajar dan prestasi yang gemilang juga atas perjuangan mereka yang telah mendidik dan mengayomi serta mengajarkan makna kehidupan.

11. Seluruh keluarga dan kerabat penulis terutama untuk keluarga bpk. Sugeng Agus Bukhori dan bunda Kurotul ‘Aeni yang selama ini telah menjadi orang tua kedua bagi penulis yang telah sangat membantu penulis baik melalui dukungan moral dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi S1.

12. Dan untuk seluruh keluarga besar dari nenek Siti Muti’ah (Alm) yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah sangat berjasa bagi pendidikan yang telah penulis tempuh. Semoga Allah SWT membalas atas seluruh kebaikan yang telah diberikan. Ananda Nur Hadi terima kasih atas dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(10)

v

Fakultas dan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2012 khususnya PAI kelas B yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk tetap semangat dan yang selalu menjaga komitmen untuk terus bersama dan saling membantu dalam proses belajar dikampus tercinta.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan doa kehadirat Allah SWT. Semoga amal baik semua pihak yang telah membimbing, mengarahkan, memperhatikan dan membantu penulis dicatat oleh Allah sebagai amal shaleh dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Dan mudah-mudahan apa yang penulis usahakan dapat bermanfaat. Amiin…

Jakarta 22 Desember 2016 Penulis


(11)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah ... 9

D.Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……… ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A.Kajian Teori ... 11

1. Guru……….….…. ... 11

a. Pengertian Guru … ... 11

b. Tugas dan Peran Guru … ... 12

c. Kompetensi Guru … ... 15

2. Hakikat Kurikulum 2013…………... ... 21

a. Pengertian Kurikulum …………... ... 21

b. Kurikulum 2013 …... 23

c. Landasan Pengembangan Kurikulum … ... 24


(12)

vii

e. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 … ... 28

f. Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 …… ... 33

3. Pendidikan Agama Islam … ... 35

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam …... 35

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam … ... 37

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam … ... 37

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam … ... 38

B.Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 43

B.Latar Penelitian... ... 43

C.Metode Penelitian ... ... 43

D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 44

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 49

F. Analisis Data ..…………... ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ..…………... ... 55

1. Gambaran Umum SMA Negeri 87 Jakarta ..…………... ... 55

2. Sejarah Berdiri SMA Negeri 87 Jakarta ..…………... ... 55

3. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 87 Jakarta..…………... ... 58

4. Struktur Organisasi SMA Negeri 87 Jakarta ..…………... ... 59

5. Keadaan Guru SMA Negeri 87 Jakarta..…………... ... 60

6. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Negeri 87 Jakarta ... 62

B.Pembahasan ..…………... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..…………... ... 73


(13)

(14)

ix

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Kompetensi Dasar Guru ... 16 2. Tabel 2.2 Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/ SMALB/ Paket C 29 3. Tabel 3.1 Pedoman observasi aspek pedagogis guru PAI ... 45 4. Tabel 3.2 Pedoman kisi-kisi wawancara tentang kesiapan guru PAI

terkait kurikulum 2013 ... 46 5. Tabel 4.1 Data Guru SMA Negeri 87 Jakarta ... 61 6. Tabel 4.2 Data SAPRAS SMA Negeri 87 Jakarta ... 63


(15)

x

Lampiran 1.3 Analisis Hasil Wawancara Guru PAI

Lampiran 2.1 Lembar Pedoman Wawancara Kepala sekolah dan Waka Kurikulum Lampiran 2.2 Hasil Wawancara Kepala sekolah dan Waka Kurikulum

Lampiran 2.3 Analisis Hasil Wawancara Kepala sekolah dan Waka Kurikulum Lampiran 3.1 Hasil observasi guru PAI

Lampiran 4.1 Perangkat Pembelajaran PAI Lampiran 5.1 Dokumentasi Foto

Lampiran 6.1 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 7.1 Surat Izin Penelitians


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Kurikulum adalah dasar pijakan bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Sejak Indonesia merdeka sampai sekarang, pendidikan di Indonesia telah mengalami pergantian kurikulum. Pergantian kurikulum ini bukan berarti tanpa maksud melainkan bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Qomariyah “Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan yang jelas, sebab perubahan tersebut adalah keinginan untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan Nasional”.1

Soleh Hidayat dalam bukunya Pengembangan Kurikulum baru menjelaskan terkait kurikulum yang pernah di pakai dan sedang di pakai di Indonesia sampai sekarang yaitu:

Kurikulum tahun 1947 (Rencana Pelajaran), Kurikulum 1952 (RencaraPelajaran Terurai), Rencana Pendidikan (1964), Kurikulum 1968, Kurikulum Proyek Perintisan Sekolah Pembangunan (1973), Kurikulum Sekolah Dasar (1975), Kurikulum 1984 (1985), Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2002 dan 2004,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 dan yang terbaru yaitu Kurikulum 2013.2

Perubahan atau pengembangan kurikulum menunjukkan bahwa sistem pendidikan itu dinamis dan dinamika tersebut merupakan akibat dari terjadinya perubahan sistem politik, ekonomi, sosial budaya, dan IPTEK dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga perubahan atau perkembangan itu perlu disikapi secara bijak dan cerdas agar tidak menimbulkan perubahan dalam kehidupan di masa yang akan datang. Selain itu, dalam perubahan

1 Qomariyah, “Kesiapan Guru dalam Menghadapi Implementasi Kurikulum 2013”,

Jurnal Pendidikan IKIP Semarang, Vol. 2, 2014, h. 22

2

Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet 1, h.2-16


(17)

pengembangan kurikulum perlu dipertimbangkan nilai dan prinsip keagaamaan sebagai filter kemajuan IPTEK karena tanpa dasar keagamaan manusia bisa hilang kendali. Pendidikan Agama Islam sangat membantu manusia dalam membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang perlu dikerjakan dan yang perlu ditinggalkan. Lembaga pendidikan sampai saat ini masih dipercaya sebagai media yang sangat berpengaruh dalam membangun kecerdasan dan keperibadian anak bangsa agar menjadi lebih baik. Dalam rangka mencapi gagasan tersebut, dunia pendidikan di Indonesia berusaha untuk mencapai tujuan pendidikan dengan berbagai cara diantaranya: membenahi kurikulum yang ada, melengkapi komponen-komponennya, peningkatan kualitas pendidik, sarana dan prasarana dan lain-lain.

Dewasa ini berkembang tuntutan perubahan kurikulum pendidikan yang mengedepankan perlunya pembangunan karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap, perilaku dan moral anak-anak. Seperti sering terjadinya tawuran antar pelajar, kekerasan terhadap siswa yang lain (bully), membolos, merokok, pacaran, dan lain sebagainya. Sehingga diperuntukkan sekarang adalah kurikulum pendidikan yang berkarakter dalam arti kurikulum itu memiliki karakter sekaligus diorientasikan pada pembentukan karakter peserta didik.

Sebagaimana yang diungkapkan Idrus Alawi, dkk dijelaskan bahwa “dalam menghadapi tuntutan perkembangan zaman diperlukan adanya pengembangan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman, perluasan dan

penguasaan materi”.3

Untuk itu di dalam kegiatan pembelajaran diperlukan adanya penyesuaian beban belajar dengan materi pembelajaran dan penguatan proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif. Sehingga pada akhirnya dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dan apa yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kurikulum 2013 dirancang untuk memenuhi tantangan perubahan dan perkembangan zaman, sebagaimana disebutkan dalam jurnal bahwa

3

Idrus Alwi, Ida Saidah, Umi Nihayah, Panduan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Pendidik dan Tenaga Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing, 2014) cet.I h.10


(18)

“Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah

mengimplementasikan kurikulum 2013 pada tahun ajaran baru 2013/2014 dari

tingkat SD,SMP,SMA/SMK”.4

Kurikulum 2013 itu di implementasikan di sekolah-sekolah unggulan sebagai percontohan yang mana sekolah tersebut telah siap dan telah terpenuhi sarana dan prasarana yang menunjang untuk pengimplementasian kurikulum 2013.

Heri Widiyastono menjelaskan terkait dengan tantangan internal dan eksternal yang menjadi faktor dikembangkannya kurikulum 2013.

Tantangan internal tersebut antara lain yaitu adanya tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga pendidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Selain tuntutan pendidikan yang mengacu pada SNP, tantangan internal lainnya yaitu terkait faktor pengambangan penduduk Indonesia. Sedangkan tantangan eksternal meliputi tantangan masa depan, kompetensi masa depan dan fenomena sosial yang mengemuka. Adapun tantangan masa depan meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi dan ekonomi yang berbasis pengetahuan. Kompetensi yang diperlukan di masa depan mencakup kemampuan berkomunikasi, kemampuan berfikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan bertoleran terhadap pandangan yang berbeda dan lain-lain. Sedangkan fenomena sosial yang mengemuka yaitu perkelahian antar pelajar, narkoba, koruopsi, plagiarisme, kecurangan berbagai jenis ujian dan gejolak sosial yang ada.5

Di dalam mengimplementasikan kurikulum, yang jauh lebih penting adalah guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan kurikulum, karena sebaik apapun kurikulum dibuat jika guru yang menjalankan tidak memiliki kemampuan atau kompetensi yang baik, maka kurikulum tidak akan berjalan dengan baik. Sebagaimana yang ditulis oleh E.Mulyasa dalam buku Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, “guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapatkan perhatian pertama dan

4Ahmad Ta’rifin, “

Kurikulum 2013: Quo Vadis Mutu Madrasah?”, Jurnal tarbiyah. uinsu..ac.id, 2014, h. 2

5

Herry Widyastono, Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari Kurikulum 2004, 2006 ke Kurikulum 2013, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) cet. I, h. 120-122


(19)

utama karena guru selalu terkait dengan komponen maupun dalam sistem

pendidikan”.6

Sehingga guru di dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis. Hal ini karena gurulah yang berada di barisan paling depan dalam melaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladaan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mohamad Surya

dkk, “guru merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan,

khususnya di tingkat intusional dan instruksional, tanpa mereka pendidikan hanya akan menjadi slogan muluk karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhirnya ditentukan oleh kierja guru”.7

Dalam hal ini guru mempunyai misi dan tugas yang berat, namun mulia dalam mencerdaskan generasi bangsa ke puncak yang di cita-citakan. Oleh karena itu, sudah seharusnya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Sebagaimana yang dikutip oleh Jejen Musfah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 empat

kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru yang profesional yaitu “kompetensi

pedagogis, kompetensi keperibadian, kompetensi sosial dan kompetensi

profesional”.8

Dengan menguasai empat kompetensi tersebut dengan baik, maka seorang guru dapat dikatakan menjadi guru yang professional, baik secara akademis maupun non akademis.

Betapapun baiknya kurikulum yang telah dikembangkan buku pembelajaran dan media pembelajaran yang telah disediakan, serta dilaksanakan diklat baik untuk kepala sekolah, pengawas, guru inti, guru pelatih, maupun diklat guru secara massal, pada akhirnya kembali kepada ada tidaknya kemauan dan kesiapan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Kesiapan tersebut meliputi kesiapan perangkat kurikulum, sarana dan prasarana sekolah, kesiapan anggaran

6

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) cet. IV, h. 5

7

Mohammad Surya , Abdul Hasim, Rus Bambang Suwarno, Landasan Pendidikan Menjadi Guru

yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), cet I, h. 65

8

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. I, h. 30


(20)

pendidikan, dan terakhir kesiapan guru. Di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan tentang pentingnya sebuah kesiapan. Dimana Allah Swt berfirman dalam QS. Al- Al Anfal ayat 60 yang berbunyi:

آَو ْمُكوُدَعَو ِهللا وُدَع ِهِب َنوُبِهْرُ ت ِلْيَْْا ِطاَبِر ْنِمَو ٍةوُ ق ْنِم ْمُتْعَطَتْسا اَم ْمََُ اودِعَأَو

ْنِم َنيِرَخ

ُتْ نَأَو ْمُكْيَلِإ فَوُ ي ِهللا ِليِبَس ِِ ٍءْيَش ْنِم اوُقِفْنُ ت اَمَو ْمُهُمَلْعَ ي ُهللا ُمُهَ نوُمَلْعَ ت ا ْمِِِوُد

ا ْم

ُ َنوُمَلْظُت

٠٦

َ

“dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”(QS. Al-Anfal: 60)

Dari ayat ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pentingnya sebuah kesiapan dalam sebuah pekerjaan. Sebagaimana firman Allah di atas telah disebutkan yaitu “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja

yang kamu sanggupi” maksudnya yaitu kita harus mempersiapakan dengan

matang segala sesuatunya baik itu kesiapan jasmani, rohani maupun materi untuk menghadapi para musuh Islam sehingga para kaum muslimin mendapatkan kemenangan dari para musuh. Begitu juga seorang guru yang harus mempersiapkan dirinya secara matang baik kesiapan jasmani, rohani dan materi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dalam mencerdaskan bangsa.

Kesiapan guru dilapangan akan menjadi faktor penentu bagi implementasi kurikulum yang baru. Betapapun komperhensif perencanaa pemerintah (kurikulum) pada akhirnya semua itu bergantung pada mutu dan kualiatas guru di lapangan. Seorang guru harus mampu membelajarkan siswa yang menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi, dan memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi, bertanya, mencari tahu, merefleksi, dan mengkomunikasikan yang sesuai dengan kurikulum 2013. Dengan demikian, kompetensi dan kesiapan guru dalam mengimplementasikan


(21)

peraturan dan kebijakan pembaharuan kurikulum pendidikan di atas perlu dipertimbangkan.

Guru merupakan unsur yang dominan sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran di kelas. Kurikulum baru menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran yang berbasis tematik integrative dan pembelajaran yang berbasis pada pendekatan sains atau scientific Approach. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul Majid dan Chaerul Rochman tentang pembelajaran tematik yaitu

“model pembelajaran integratif yang merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu dan kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan

autentik”.9

Selain itu, dalam kompetensi pedagogik, guru dituntut untuk memahami karateristik peserta didik, sehingga guru dapat menerapkan pendidikan karakter secara spontan dalam setiap proses pembelajaran agar siswa dapat memenuhi kompetensi sikap.

Namun merubah paradigma pembelajaran ini tak semudah membalik telapak tangan. Belum semua guru-guru yang ada di Indonesia yang sudah menerapkan pembelajaran aktif, ini dikarenakan mereka yang masih belum terbiasa memanfaatkan teknologi yang ada sehingga mereka terbiasa mengajar dengan pendekatan konvensional (ceramah dan penugasan). Para siswapun ditempatkan tetap sebagai objek dari transfer ilmu sang guru. Bagi mereka seakan belum mengajar jika belum berbicara panjang lebar di depan kelas. Artinya jika ingin merubah paradigma proses pembelajaran maka yang harus dibenahi terlebih dahulu adalah guru. Gurulah yang harus dirubah mindset atau cara mengajar mereka.

Untuk mencapai tujuan dan fungsi pendidikan, salah satu mata pelajaran yang mesti ditempuh oleh peserta didik adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, karena mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh siswa yang beragama Islam. Terkait dengan implementasi kurikulum 2013, terutama di tingkat sekolah menengah atas, guru

9

Abdul Majid dan Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), Cet. II, h. 108


(22)

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu faktor utama yang memegang peran vital karena merekalah yang pada akhirnya akan melaksanakan kurikulum di dalam kelas, mereka juga yang menanamkan nilai-nilai akhlak seperti etika, moral, dan kesopanan. Dan yang paling penting adalah nilai-nilai keislaman sehingga tercapainya standar kompetensi lulusan.

Namun seiring diterapkannya kurikulum baru, sehingga sebagian guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum yang baru dengan alasan kurangnya diklat yang diberikan oleh pemerintah, pendistribusian buku sumber yang belum merata, penilaian yang begitu banyak dan kompleks serta siswa yang belum siap untuk belajar secara aktif dan mandiri yang membuat sebagian guru kewalahan dalam menerapkan kurikulum 2013 tersebut.10 Sebagaimana yang di sebutkan dalam jurnal Manajemen Pendidikan permasalahan yang di hadapi guru dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013 meliputi “permasalahan guru dalam

pencapaian standar isi, standar proses, standar kelulusan dan standar

penilaian”.11

Sehingga dengan adanya fenomena tersebut mantan Mentri Pendidikan bapak Anis Baswedan pada tanggal 5 Desember 2014 memberlakukan kurikulum 2013 secara terbatas. Dimana sekolah yang baru satu semester mengimplementasikan kurikulum 2013 kembali kepada kurikulum 2006 atau lebih dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sementara sekolah yang telah tiga semester melaksanakan kurikulum 2013 dijadikan sebagai sekolah percontohan. Sebagaimana yang dikutip dari Idris Apandi, terdapat 6221 sekolah di 295 kabupaten / kota yang di jadikan sebagai sekolah percontohan pelaksanaan kurikulum 2013 sebelum dilaksanakan pada sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.12

Dari hasil wawancara yang peneliti dapatkan alasan bapak Anis Baswedan memberlakukan kembali kurikulum 2006 adalah karena guru-guru mengalami

10

Hasil wawancara kepada beberapa guru yang ada di tingkat SMP dan SMA yang melaksanakan kurikulum 2013 selama 1-2 semester dan akhirnya kembali ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2015.

11 Maisyaroh, dkk, “Masalah Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 dan Kerangka Model

Supervisi Pengajaran”, Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 24 no. , 2014,h. 215

12

Idris Apandi, Guru Kalbu: Penguat Soft Skill untuk Mewujudkan Guru Profesional dan Berkarakter, (Smile’s Publishing, 2015), Cet I, h. 123


(23)

kesulitan dalam hal proses pembelajaran dan proses penilaian pada kurikulum 2013 sehingga dibuatlah penyederhanaan dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang menekankan pada aspek 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan yang harus benar benar tertuang dalam kegiatan pembelajaran. Dari aspek 5M tersebut harus terbaca dan ternilai dengan baik dalam RPP dan harus tertulis dengan baik tahap-tahap penilaian. Ketikan proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan anak harus dinilai. Dalam mengejar ini banyak guru yang tidak siap dan waktu yang tersedia tidak mencukupi.13

Oleh karena itu, untuk mengetahui faktor penentu keberhasilan kurikulum yang pertama yaitu mengenai kesesuaian kompetensi pendidik khususnya kompetensi pedagogik guru terhadap Kurikulum 2013 serta kesiapan guru melaksananakan perubahan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti maka, perlu dilaksanakan analisis kesesuaian kompetensi pedagogik guru dan kesiapan guru PAI dalam mendukung implementasi Kurikulum 2013.

SMA Negeri 87 Jakarta adalah salah satu sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 sejak awal di berlakukan di sekolah-sekolah. Selain itu juga penulis telah melakukan observasi sejak mejadi mahasiswi PPKT di sekolah tersebut selama satu smester pada tahun ajaran 2015/2016. Berlatar belakang masalah di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana kesiapan guru PAI dalam menerapkan kurikulum yang sering berubah-ubah . Terlebih lagi belum semua sekolah yang ada di Indonesia sudah menerapkan dan melaksanakan kurikulum 2013 padahal tahun ajaran 2019/2020 semua sekolah yang ada di Indonesia harus sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolahnya masing-masing. Atas dasar masalah-masalah di atas penulis memilih judul Kesiapan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 87 Jakarta”.

13

Hasil wawancara dengan GPAI Ibu Nelty Khairiyah terkait kurikulum 2013 pada tanggal 12 oktober 2016 di SMA Negri 87 Jakarta


(24)

B.

Identifikasi Masalah

Dalam latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut:

1. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang baru diterapkan di Indonesia sehingga menuntut guru untuk siap dalam pelaksanaannya.

2. Kurikulum 2013 menjadi tolak ukur proses pembelajaran setelah mengalami perkembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum 2006

3. Adanya pergantian kurikulum yang terus menerus menimbulkan kesulitan bagi para guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar peserta didik.

4. Adanya penerapan 2 kurikulum yang menyebabkan guru harus selalu siap untuk mengimplementasikannya baik itu kurikulum 2006 atau Kurikulum 2013

5. Pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi penting sebagai acuan dalam proses pembelajaran kurikulum 2013

6. Guru adalah faktor penentu keberhasilan peserta didik disekolah, dan

keberhasilan kurikulum tergantung bagaimana guru

mengimplementasikannya.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, ruang lingkup masalah penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

2. Kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

3. Kesesuaian kompetensi pedagogig yang dimiliki guru PAI dengan tuntutan dalam implementasi kurikulum 2013

4. Kesiapan kompetensi pedagogig guru PAI dalam menerapkan kurikulum 2013.


(25)

D.

Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana Kesiapan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 87 Jakarta?

E.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.

Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai yaitu:

a.

Memperoleh kebenaran empiris tentang kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 87 Jakarta

b.

Mendiskripsikan kesesuaian kompetensi pedagogig yang dimiliki guru PAI dengan tuntutan dalam implementasi kurikulum 2013

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi peneliti, memperluas pengetahuan dan wawasan tentang Kurikulum 2013 dari segala aspeknya dalam kependidikan.

b. Bagi guru pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam membantu dalam memahami tentang Implementasi kurikulum 2013 sehingga mampu dalam menerapkan proses pembelajaran sesuai kurikulum 2013. c. Bagi Dinas Pendidikan memberikan informasi mengenai kesesuaian kompetensi guru dan kesiapan guru dalam mengimplementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran.


(26)

11

KAJIAN TEORI

A.

Kajian Teori

1. Guru

a. Pengertian Guru

Guru adalah pribadi yang selalu digugu dan ditiru, menjadi seorang guru itu tidaklah mudah karena guru merupakan suatu profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar pendidikan. Kata guru sudah tidak asing lagi di telinga kita, kata guru memiliki banyak sinomin kata seperti: pendidik, pelatih, pengajar, trainer, tutor dan lain sebagainya. Dimana tugas mereka adalah sama-sama mendidik dan mengajar para peserta didiknya baik itu dalam pendidikan formal maupun informal. Seperti yang dikatakan oleh Syaiful Bahari

Djamarah “Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus dilembaga formal.”1

Menurut Abuddin Nata, menjelaskan makna guru sebagai

“seseorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada orang lain.”2

Selain itu, Ramayulis berpendapat bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk membimbing peserta didik menjadi manusia yang manusiawi yang memanusiakan manusia, sehingga tugas utamanya yaitu “mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

muridnya dalam pendidikan.”3

1

Syaiful Bahari Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), Cet ke-1, h. 31

2

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Cet. Ke-1, h. 113

3


(27)

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang guru dijelaskan pula pengertian guru yaitu: “Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah.4

Mengajar bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, melainkan suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional, maka untuk menjadi seorang guru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Harus memiliki bakat sebagi guru 2) Harus memiliki keahlian sebagia guru

3) Memiliki keperibadian yang baik dan terintegrasi 4) Memiliki mental yang sehat

5) Berbadan sehat

6) Memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas 7) Guru adalah manusia berjiwa pancasila

8) Guru adalah seorang warga negara yang baik.5

Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang pendidik yang profesional yang tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai dan mengevaluasi para peserta didik baik dalam lembaga pendidikan formal maupun non formal pada semua jenjang dari pendidikan usia dini, dasar dan menegah.

b. Tugas dan Peran Guru

Menjadi seorang guru bukanlah sebatas mengajar dikelas atau diruangan saja. Seorang guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat dinas maupun di luar dinas yang berbentuk pengabdian dalam belajar mengajar. Guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi para peserta didiknya untuk mencapai tujuan. Selain itu guru juga mempunyai tanggung jawab

4

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru bab I pasal I

5

Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 66


(28)

untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa dalam belajar.

Menurut Moh. Uzer Usman dan Syaiful Bahari, tugas guru di

kelompokkan menjadi tiga jenis yaitu “tugas dalam bidang profesi,

tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.”6

Yang pertama tugas guru sebagai profesi yaitu seorang guru memiliki tugas untuk mengembangkan profesionalitas diri, mendidik, mengajar dan melatih anak didik sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih harus mampu meneruskan dan mengembangkan nilai nilai kehidupan, meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan zaman.

Yang ke dua tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah yakni guru harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi para peserta didiknya. Ia juga harus mampu menarik simpatinya sehingga ia menjadi idola dan publik figur bagi siswa-siswanya. Pelajaran apapun yang akan disampaikan hendaknya dapat memberikan memotivasi dan menjadi inspirasi bagi siswanya dalam belajar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bagi seorang guru pada aspek penampilan baik dalam berbusana maupun bersikap kepada para peserta didiknya. Karena jika penampilan guru sudah tidak menarik baik dari segi berpakaian maupun dari sikap mengajarnya, maka kegagalan pertama yang diperoleh adalah tidak tercapainya indikator pembelajaran. Sehingga seorang guru perlu memperhatikan perfomencenya dalam mengajar karena seorang guru adalah publik figur di kelas.

Yang ke tiga tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, guru mempunyai tugas mendidik, melatih dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang bermoral dan berakhlak mulia. Karena

6


(29)

pendidikan tidak hanya cukup dilakukan di dalam kelas atau lingkungan sekolah saja akan tetapi pendidikan adalah hak semua warga negara baik itu kecil atau besar mereka semua berhak menerima dan memperoleh pendidikan. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu pendidikan adalah hak semua bangsa jadi semuanya orang berhak merasakan dan memperoleh pendidikan yang layak baik itu laki-laki atau perempuan, tua atau muda, besar atau kecil semuanya memiliki hak yang sama dalam pendidikan. Dan pendidikan itu tidak hanya bisa didapatkan dalam pendidikan formal saja, melainkan dapat di peroleh juga dalam lembaga pendidikan non formal seperti pendidikan dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat. Dengan demikian seorang guru memiliki peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa.

Dalam penelitian ini, peranan guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses kegiatan guru dan siswa yang menciptakan hubungan timbal balik sehingga guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran yang mana proses pembelajaran tersebut merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Seperti yang di dikemukakan oleh Adam dan Dickley dalam basic principle of student teaching, peran guru antara lain:” guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor.”7

Rusman dalam bukunya yang berjudul model-model pembelajaran, mengklasifikasikan peranan guru sebagai berikut: 1) Peran guru berkaitan dengan kompetensi guru seperti melakukan

diagnosis terhadap perilaku awal siswa, membuat RPP, dan melaksanakan proses pembelajaran.

7

Moh. Uzer Usman , Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2006), Cet ke-20, h. 9


(30)

2) Guru sebagai pelaksana administrasi di sekolah 3) Guru sebagai komunikator

4) Guru sebagai demonstrator 5) Guru sebagai pengelola kelas

6) Guru sebagai mediator dan fasilitator 7) Guru sebagai evaluator

8) Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah8

c. Kompetensi Guru

Guru yang profesional harus memiliki beberapa kompetensi yang di persyaratkan bagi seorang guru yang dapat di pertanggung jawabkan dalam mencapai suatu tujuan. Menurut Abdul Majid,

kompetensi adalah “seperangkat tindakan inteligent penuh tanggung

jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu”.9

Heri Jauhari menjelaskan kompetensi guru yaitu“kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap guru/ pendidik sehingga dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan benar”.10

Di dalam UU nomor 14 tahun 2005 telah dijelaskan pula pengertian kompetensi yaitu: “seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.11 Ramayulis juga berpendapat tentang pengertian kompetensi yaitu “satu kesatuan yang menggambarkan potensi, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang

dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu”.12

Sedangkan menurut Mulyasa “kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup

8

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Rajawali Pres, 2013), Cet ke-3, h.59-65

9

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet X, h. 5

10

Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) h.151

11

Syaiful Salaga, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2013), Cet ke-4, h. 23

12


(31)

penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.”13 Jejen

Musfah juga menjelaskan kompetensi adalah “kumpulan pengetahuan,

perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai

tujuan pembelajaran, dan pendidikan”.14

Dari serangkaian pengertian kompetensi yang dikemukakakn oleh pakar ahli pendidikan dapat di tarik kesimpulan bahwa kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, perilaku dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk melaksanakan tugas dan kewajiban guru secara profesional dan bertanggung jawab agar tercapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.

Adapun kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru sebagai syarat untuk menjadi guru yang profesional meliputi:

Kompetensi Pedagogis (kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik), Kompetansi Keterampilan (kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang menjadi teladan bagi peserta didik), Kompetensi Sosial (kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif), dan Kompetensi Profesional (kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam). 15

Berikut ini adalah tabel kompetensi yang harus dimiliki oleh para guru yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Tabel Kompetensi Dasar Guru

Kompetensi Sub kompetensi Indikator

Kompetensi Pedagogis

Memahami peserta didik secara

mendalam

1. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

perkembangan kognitif 2. Memahami peserta didik

dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

13

E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaya, 2009), h. 34

14

Jejen Musfah , Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. I, h. 27.

15

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op, cit, h. 22


(32)

keperibadian

3. Mengidentifkasi bekal ajar awal peserta didik

Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran

1. Memahami landasan

kependidikan

2. Menerapkan teori beelajar dan pembelajaran

3. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karateristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar 4. Menyusun rancangan

pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih Melaksanakan

pembelajaran

1. Menata latar (setting) pembelajaran

2. Melaksanakan

pembelajaran yang

kondusif Merancang dan

melaksanakan evaluasi pembelajaran

1. Merancang dan

melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan

dengan berbagai metode. 2. Menganalisis hasil

evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning)

3. Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum

Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensinya

1. Memfasilitasi peserta

didik untuk

pengembangan berbagai potensi akademik

2. Memfasilitasi peserta

didik untuk

mengembangkan pelbagai potensi non akademik


(33)

Kompetensi keperibadian

Keperibadian yang mantap dan stabil

1. Bertindak sesuai dengan norma hukum

2. Bertindak sesuai norma sosial dan bangga sebagai guru

3. Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma.

Keperibadian yang arif

Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan

masyarakat serta

menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak Keperibadian yang

berwibawa

Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. Berakhlak mulia

dan menjadi

teladan

Bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas dan suka menolong) dan memiliki perilaku yang di teladani peserta didik.

Kompetensi sosial

Mampu

berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik

Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik

Mampu

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik

dan tenaga

kependidikan

Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

Mampu

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar

1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik

2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan masyarakat sekitar Menguasai struktur

dan metode

keilmuan

Mengusasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis

untuk memperdalam


(34)

studi

Kompetensi profesional

Mengetahui

struktur keilmuan mapel yang di ajarkan

Menguasai materi, stuktur konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung matpelajaran yang di ampu dan Mengembangkan materii pembelajaran yang di ampu secara kreatif

Memahami

kurikulum silabus dan RPP mapel yang di ajarkan

1. Menguasai standar

kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran.

Bidang pengembangan

yang diampu 2. Mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan

reflektif

3. Memahami dan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.16 Dalam penelitian ini kompetensi guru yang dikhususkan terkait pelaksanann kurikulum 2013 adalah kompetensi pedagogis guru. Kompetensi pedagogis berasal dari kata kompetensi dan pedagogis. Secara etimologis kompetensi pedagogis berasal dari bahasa Yunani

paedos dan agogos (paedos= anak dan agoge = mengantar atau

membimbing)”.17

Kata pedagogis dapat dimaknai dengan membimbing anak maksudnya tugas membimbing anak itu adalah tugas pendidik baik itu guru ataupun orang tua, guru adalah pendidik di sekolah sedangkan orang tua adalah pendidik di rumah. Namun yang dimaksud kompetensi pedagogis dalam penelitian ini adalah kompetensi pedagogis yang ditujukan kepada guru.

16

Ali Mudlofir, Pendidik Profesional:Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia, (Jakarta:Rajawali Press,2012)Cet. I h. 115-116

17

Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya), (Jakarta: Indeks, 2011) h. 28


(35)

Menurut E. Mulyasa kompetensi pedagogis adalah “kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.”18

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang di kutip oleh Jejen Musfah, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah

Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: pemahaman atau landasan kependidikan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum/ silabus, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.19

Dari serangkaian pengertian kompetensi pedagogis di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru menyelenggarakan dan mengelola pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses dan hasil pembelajaran.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Marselus R. Payong dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, terkait dengan kompetensi pedagogis yaitu:

1) Menguasai karateristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural emosional, dan intelektual.

2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran.

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

18

E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2015), Cet. Ke-2 h. 30

19


(36)

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar.

9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.20

2. Hakikat Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum

Secara etimologi istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu.21 Dimana pada mulanya istilah kurikulum digunakan dalam dunia olah raga yang diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari garis star sampai dengan finis untuk memperoleh mendali atau penghargaan.

Kemudian pada tahun 1855 sebagaimana yang ditulis oleh Soleh Hidayat dan pakar kurikulum yang lain, istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan yang mengandung arti “sejumlah mata pelajaran pada perguruan tinggi atau bisa juga sebagai sebuah

program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya.”22

Dilihat dari sudut terminologi sebagaimana yang dikutip oleh Lias Hasibuan dalam Nasution “kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran atau bahan ajar yang harus dikuasai oleh peserta didik (murid) yang

diajarkan oleh guru untuk mencapai suatu tingkatan atau ijazah”.23

Dalam Webster Dictionary kurikulum didefinisikan sebagai: “a course, especially a specified fixed course of study, as in a school of

20

Marselus R. Payong, Op, cit., h. 29

21

Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.2

22

Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet 1 h.19

23

Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet.1, h.6


(37)

collage, as one leading to a degree” 24

definisi ini mengandung makna bahwa kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang ada di sekolah atau madrasah yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah. Kurikulum tersebut tidak hanya sebatas mata pelajaran saja, akan tetapi kurikulum itu sendiri mencakup seluruh aktifitas kegiatan belajar mengajar guru dan para peserta didik pada lembaga pendidikan.

Kurikulum menurut Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (19) yaitu: “Seperangkat rencana dan Pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.25

Pengertian kurikulum sebagai mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini masih digunakan. Dalam dunia pendidikan istilah kurikulum didefinisikan dalam pengertian yang berbeda-beda oleh para ahli. Menurut Wina Sanjaya yang mengutip pernyataan Saylon Alexander dan Lewis menyakatan bahwa pengertian kurikulum yaitu

“sebagai jumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta

didik yang merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan.”26

Kurikulum dalam pendidikan sebagaimana pendapat Corlin J.Marsh dan George Wills dalam bukunya Curriculum Alternative Approaches, Ongoing Issues telah memberikan beberapa definisi kurikulum baik yang bermakna luas maupun sempit yaitu:

1) “Curriculum is such permanent subject as grammar, reading,

logic, rhetoric, mathematics, and the greates books of the Western world that best embody essential knowledge” (kurikulum adalah

24

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,(Jakarta: Ciputat Press Group, 2002) h. 33-34

25

Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: 2003) Cet. I, h. 7

26

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) h.4


(38)

semacam subjek permanen seperti tata bahasa, membaca, logika, retorika, matematika dan mahakarya dunia Barat yang sangat baik membubuhkan pengetahuan esensial di dalamnya).

2) “Curriculum is those subjects that are most useful for living in contemporary society”. (kurikulum adalah subjek-subjek yang sangat berguna bagi masyarakat kontemporer)

3) “Curriculum is all planned learnings for wich the school is responsible”. (kurikulum adalah semua pembelajaran yang direncanakan untuk sekolah yang mapan).

4) “Curriculum is all the experiences learners have under the guidance of the school”. (kurikulum adalah seluruh pengalaman pembelajar yang didapatkan dibawah bimbingan sekolah)

5) “Curriculum is all the experiences thatlarnes have in the course of living”. (kurikulum adalah semua pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar dalam tempaan hidup).27

Dari beberapa definisi kurikulum di atas sebagaimana yang dijelaskan oleh Ali Mudlofir “kurikulum bisa dimaknai dalam tiga konteks, yaitu sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh pesert didik (Course of Student) sebagai pengalaman belajar (Learning experiences), dan sebagai rencana program (Learning Plan)”.28

Berdasarkan pengertian tentang kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu tidak hanya sebatas pada jumlah mata pelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik, tetapi juga mencakup berbagai macam aktifitas yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam rangka memperngaruhi peserta didik agar tercapai suatu tujuan pendidikan yang sudah direncanakan.

b. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang pernah di uji cobakan pada tahun 2004. KBK di jadikan acuan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan,

27

Corlin J. Marsh, and George Willis, Curriculum Alternative Approaches, Ongoing Issues, (New Jersy: Merrill Prentice Hall, 2007),h.9-13

28

Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Rajawali Press, 2011) Cet. 1 h.3


(39)

keterampilan, dan sikap) dalam semua jenjang pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.29

Menurut mantan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menyatakan bahwa kurikulum 2013 lebih ditekankan pada kompetensi yang berbasis sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sehingga ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar adalah:

1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3) Mengembangkan sikap pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

6) Kompetensi kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi dasar dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antara mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisai horizontal dan vertikal).30

c. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Landasan dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya. Sebagaimana yang tertulis dalam permendikbud No.70 tentang Kerangka Dasar Struktur Kurikulum SMK-MAK

29

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2013), hal.66

30


(40)

Landasan kurikulum 2013 dijelaskan bahwa Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis, landasan teoritis dan landasan yuridis. Landasan tersebut memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan landasan sebagai berikut:

1) Landasan Filosofis

a) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang.

b) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. c) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan

intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.

d) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).31

2) Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak. Kurikulum 2013 menganut: (1)

31


(41)

pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

3) Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

c) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan

d) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.32

Menurut E. Mulyasa pengembangan Kurrikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis dan konseptual sebagai berikut:

1) Landasan Filosofis

a) Filosofi Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat

b) Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi 2) Landasan yuridis

a) RPJMN 2010-2014 Sektor pendidikan tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurukulum

b) PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan c) Inpres No. 1 Tahun 2010, tentang percepatan Pelaksanaan

Rripritas Pembangunan Nasional: Penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai Budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.

3) Landasan Konseptual

32


(42)

a) Relevansi pendidikan

b) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter c) Pembelajaran kontekstual

d) Pembelajaran aktif

e) Penilaian yang valid utuh dan menyeluruh.33

Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beraneka ragam, yang diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Untuk mempersiapkannya, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini. Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

d. Tujuan Kurikulum 2013

Sebuah program yang dirumuskan pasti di dalamnya terdapat sebuah tujuan yang ingin dicapai. Sama halnya dengan pengembangan kurikulum 2013 yang bertujuan agar kurikulum yang baru ini lebih baik dari pada kurikulum yang sebelumnya. Sehingga bisa menjadi solusi atas kekuranagn yang terdapat pada kurikulum terdahulu. Dalam lampiran Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No. 69 tahun 2013 dijelaskan bahwa:

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

33


(43)

serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.34

Sehingga dapat disimpulkan tujuan kurikulum 2013 adalah untuk memajukan kehidupan bangsa Indonesia dan menjadikan generasi penerus bangsa yang berilmu dan berkarakter sehingga mampu bersaing dengan dunia luar dengan menggunakan potensi yang dimilikinya semaksimal mungkin.

e. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Hal yang baru yang menjadi ciri kurikulum 2013 adalah mencakup empat standar pendidikan yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi standar proses dan standar penilaian. Pada awal peluncuran pertama kali Kurikulum 2013, Mendikbud saat itu pernah menyampaikan bahwa Kurikulum 2013 bersifat dinamis, artinya kurikulum 2013 adalah kurikulum yang tumbuh, membuka peluang untuk diadakan perbaikan-perbaikan menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan. Sejalan dengan itu maka begitu banyak perubahan-perubahan yang begitu cepat terjadi dalam pelaksanaan kurikulum 2013, mulai dari konsep kurikulum, buku-buku yang digunakan, sampai dengan Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kurikulum 2013.

Sebagai contoh, belum terlalu lama pengimplementasian Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, dan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014

34

Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, h. 4


(44)

tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah sudah di revisi kembali dengan Permendikbud no 20, 21, 22, dan 23 tahun 2016.

1) Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah “kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.”35 Tujuan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu “digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan”.36

Pada standar kompetensi lulusan (SKL) terdapat adanya peningkatan dan keseimbangan antara soft skills dan hard skills

yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.37

Adapun kompetensi lulusan dalam kurikulum 2013 SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/ Paket C dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/ Paket C SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

35

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.7 h.91

36

Permendikbud No, 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 2

37

Idrus Alawi, Ida Saidah dan Umi Nihayah, Panduan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Pendidik dan Tenaga Pendidikan, (Jakarta:Saraz Publishing, 2014) Cet.1, h.29


(45)

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap:

1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Berkarakter, jujur, perduli 3. Bertanggung jawab

4. Pembelajar sejati sepanjang hayat, dan 5. Sehat jasmani dan rohani

Sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil dan kompleks berkenaan dengan:

1. Ilmu pengetahuan, 2. Teknologi,

3. Seni,

4. Budaya, dan 5. Humaniora

Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan alam sekitar bangsa dan negara, kawasan regional dan internasional.

Keterampilan Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. Kreatif

2. Produktif 3. Kritis 4. Mandiri

5. Kolaboratif, dan 6. Komunikatif

Melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri. 38

Standar Kompetensi Lulusan dalam Kurikulum 2013 sudah sejalan dengan tujuan PAI dan Budi Pekerti seperti yang sudah dijelaskan dalam dimensi sikap yaitu peserta didik setelah menempuh pendidikan disatuan pendidikan, diharapkan memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab

38

Permendikbud No, 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 3-8


(46)

dalam berinteraksi dengan lingkungannya serta mampu menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Dalam Kurikulum 2013 ini tidak hanya guru PAI dan Kewarganegaraan saja yang bertanggung jawab atas dimensi sikap melainkan seluruh guru mata pelajaran dan seluruh warga disekolah juga ikut bertanggung jawab dalam mendidik nilai-nilai moral dan sikap yang terpuji sehingga menghasilkan lulusan yang di harapkan sesuai dengan Kurikulum 2013 dan tujuan PAI. 2) Standar Isi

Standar isi berkaitan dengan kedudukan mata pelajaran. Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi. Untuk SD kompetensi dikembangkan melalui pendekatan tematik integrtaif dalam semua mata pelajaran, SMP dan SMA melalui mata pelajaran serta SMK melalui vukasional.39

Standar isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Oleh karenanya setandar isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ketiga kompetensi tersebut memiliki proses pemerolehan yang berbeda-beda yaitu:

a) Kompetensi sikap diperoleh melalui aktifitas-aktifitas seperti; menerima, menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan.

b) Kompetensi pengetahuan diperoleh melalui aktifitas-aktifitas; mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

39


(47)

c) Kompetensi keterampilan dibentuk melalui aktiftas-aktifitas; mengamati, menanya, mencoba, menalar meyaji dan mencipta.

Soleh Hidayat menjelaskan ditingkat SMA terdapat perubahan sistem yaitu adanya mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan serta terjadinya pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti oleh siswa, dan jumlah jam bertambah 1 jam pertemuan (JP) per minggu.40

3) Standar Proses

Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Dalam proses pembelajaran standar proses yang semula berfokus pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi (EEK), pada kurikulum 2013 dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Belajar tidak hanya terjadi diruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Dalam kurikulum 2013 ini guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sumber belajar biasa siswa dapatkan melalui buku-buku lain yang menunjang, media cetak, media elektronik maupun melalui internet. Sedangkan sikap, sikap tidak diajarkan secara verbal melainkan melalui contoh dan teladan.41

Sesuai dengan standar kompetensi lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui aktifitas yang berbeda-beda. Karateristik kompetensi beserta perbedaan capaian perolehan turut serta mempengaruhi karateristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (Saintific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran) dan tematik (dalam satu mata

40

Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet 1, h.128

41


(48)

pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyikapan atau penelitian (Discovery atau Inquiry Learning). Dan untuk mendrong kemampuan peserta didik untuk mengahsilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok, maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah (Projeck Based Learning).

4) Standar Penilaian

Jika pada kurikulum sebelumnya penilaian lebih diutamakan pada penilaian kognitif saja, pada kurikulum 2013 penilaian mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Berkenaan dengan penilaian hasil belajar mengacu pada penilaian berbasis kompetensi. Adanya pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja) menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang berdasarkan pada proses dan hasil), memperkuat PAP (PenilaianAcuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar disasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal atau maksimal. Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga pada kompetensi inti dan SKL, dalam kurikulum ini didorong juga pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrument utama penelitian.

f. Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013

Kesiapan menjadi sangat penting untuk memulai suatu tindakan karena dengan memiliki kesiapan akan dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Selain itu, dengan memiliki kesiapan diharapkan akan memiliki hasil yang lebih baik dari pada tidak memiliki kesiapan sama sekali. Pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Sebagai seorang guru harus selalu siap sedia dalam menghadapi perubahan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan selalu siap untuk


(49)

mengimplementasikannya dalam dunia pendidikan. Seperti Kurikulum 2013 yang sudah dilaksanakan saat ini dan akan terus diimplementasikan pada periode- periode selanjutnya.

Sebagaimana yang dikutip oleh Slameto dalam buku James

Drever, kesiapan adalah “preparedness to respond or react, kesiapan

adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.”42

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang yang berhubungan dengan kematangan, maksudnya kematangan itu sendiri yaitu seseorang telah siap, mantap dan mapan serta mampu untuk melaksanakan suatu pekerjaan.

Bagi Suharsimi Arikunto kesiapan adalah “suatu kompetensi.”43 Maksudnya adalah seseorang yang mempunyai kompetensi berarti orang tersebut telah memiliki kesiapan yang cukup untuk berbuat sesuatu. Sedangkan menurut Slameto dalam menjelaskan arti kesiapan yaitu:

Keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/ jawaban dengan cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi akan memberikan respon untuk berbuat sesuatu dan membutuhkan kesiapan, kondisi tersebut setidaknya mencakup 3 aspek yaitu: (1) Kondisi fisik, mental dan emosional, (2) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, (3) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari.44

Dari berbagai teori kesiapan di atas, dapat di ambil kesimpulah bahwa kesiapan guru adalah kematangan sikap atau kesediaan guru untuk merespon segala perubahan yang terjadi agar dapat memenuhi kebutuhan dan menyesuaikan diri dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Perubahan kurikulum yang terjadi menuntut para guru untuk selalu siap melakukan inovasi-inovasi guna memenuhi kebutuhan

42

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), Edisi Revisi, Cet.V, h.59

43

Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.54

44


(50)

sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus selalu memiliki kesiapan kapanpun dan dimanapun karena pendidikan abad 21 menuntut guru yang profesional yaitu guru yang sudah memiliki kualifikasi sebagai seorang pendidik profesional yang telah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan sebagai seorang guru yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi keperibadian, dan kompetensi sosial. dan telah siap untuk mengemban tugasnya dalam dunia pendidikan.

Dalam hal kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum 2013 ini yang perlu dipesiapkan mencakup kesiapan materil dan non materill. Kesiapan materil yaitu berkaitan dengan kesiapan guru dalam menyambut kurikulum 2013meliputi perangkat kurikulum, buku ajar,keadaan kondisi sarana dan presarana, media pembelajaran, sarana komunikasi dan ketenangan. Sedangkan kesiapan non materiil mencakup pemahaman guru terkait kurikulum 2013, kesiapan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

3. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Secara filosofis kurikulum 2013 mengembangkan kehidupan peserta didik dalam beragama, berkomunikasi, seni, kreativitas, nilai dan berbagai dimensi intelegensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik yang diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia. Sehingga pendidikan agama berperan penting dalam implementasi

kurikulum. “Pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum 2013 kini

berubah menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti memiliki alokasi waktu 3 jam per minggu dan merupakan kelompok mata

pelajaran wajib.”45

45

Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 69 Tahun 2013, Kerangka Dasar Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. H. 9


(51)

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam adalah “Usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalakan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihann yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.46 Muhaimin juga menjelaskan, Pendidikan Agama Islam adalah “usaha sadar dalam bimbingan, pengajaran atau latihan yang dilakukan secara terencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai”.47 Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, di jelaskan pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti yaitu:

Pendidikan yang berlandaskan pada aqidah yang berisi tentang keesaan Allah Swt sebagai sumber utama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam semesta, yang memberikan pengetahuan dan keterampilan serta membentuk sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam, yang dilaksanakan melalui mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan, yang pengamalannya dapat dikembangkan dalam berbagai kegiatan baik yang bersifat kokurikuler maupun ekstrakurikuler.48

Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah mata pelajaran yang dikembangkan dari materi pokok pendidikan agama Islam (al-Qur’an dan Hadis, aqidah, akhlak, fiqih dan sejarah peradaban Islam) agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan, kecerdasan, serta keterampilan spiritual keagamaan, sehingga membentuk pribadi yang

46

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006) h. 132

47

Muhaimin, Suti’ah dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012) h. 76

48

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaa Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, tt. H.1


(52)

berakhlakul karimah yang diperlukan dirinya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Kurikulum pendidikan Agama Islam untuk sekolah madrasah berfungsi sebagai berikut:

1) Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah yang ditanankan dalam lingkungan keluarga.

2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3) Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan social dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam 4) Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan kesalahan,

kekurangan-kekurangan dan kelemahan kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari

5) Pencegahan yaitu untuk menyangkal hal-hal negatif dari

6) lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

7) Pengajaran yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum sistem dan fungsionalnya.

8) Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.49

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dalam Permendikbud no Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah, Tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yaitu:

Untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berbudi pekerti yang luhur (berakhlak yang

49


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Masruroh, penulis lahir di Batang pada tanggal, 1 Juli 1993, yang beralamat di dukuh Pekuncen RT 01 RW 02 Desa Rejosari Timur Kec. Tersono Kab. Batang Prov. Jawa Tengah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Pekuncen pada tahun 2005 kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Mengengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Tersono dan lulus pada tahun 2008, setelah itu melanjutkan pendidikan kembali ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Tersono lulus pada tahun 2011, dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012 hingga selesai.

Semenjak kuliah Penulis aktif mengajar di Taman Pendidikan Qur’an (TPA) Nurul Huda sampai dengan sekarang dan kegiatan Bimbingan Belajar lainnya.