Penelusuran Deteksi Lemak Babi Dalam Campuran Lemak Dengan Ftir.

PENELUSURAN DETEKSI LEMAK BABI DALAM
CAMPURAN LEMAK DENGAN FTIR

BANU ADI PERMANA

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penelusuran Deteksi
Lemak Babi dalam Campuran Lemakdengan FTIR adalah benar karya saya
dengan arahan dari Dosen Pembimbing dan Pembimbing Lapang dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor dan LPPOM MUI.
Bogor, Mei 2014
Banu Adi Permana
NIM F24090049

ABSTRAK
BANU ADI PERMANA. Penelusuran Deteksi Lemak Babi dalam Campuran
Lemak dengan FTIR. Dibimbing oleh BUDIATMAN SATIAWIHARDJA dan
PURWANTININGSIH SUGITA
Kontaminasi lemak babi dalam produk makanan menjadi permasalahan
yang besar, terutama bagi muslim yang dilarang mengonsumsi babi. Indonesia
memiliki populasi yang mayoritas muslim, sehingga studi halal menjadi penting.
Salah satu studi halal yang dirasa penting adalah tentang lemak babi.Dari
penelitian sebelumnya ditemukan metode deteksi lemak babi dengan
menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR) dikombinasikan dengan
analisis multivariat.Lemak babi dapat dideteksi hingga 1% (v/v). Namun, studi
halal menghendaki metode deteksi yang mampu mendeteksi kontaminasi babi
sekecil mungkin. Karena itu, studi ini dilakukan untuk mengembangkan metode
FTIR untuk deteksi lemak babi dengan konsentrasi di bawah 1% yang
dikombinasikan dengan analisis regresi PLS (Partial Least Square). Persamaan

yang didapatkan dari studi ini y=1.0166x+0.0141 dengan nilai R2 yang didapat
0.992 dan standar error (SE) 3.2%. FTIR dengan analisis regresi PLS mampu
mendeteksi lemak babi dalam lemak sapi dengan konsentrasi di bawah 1%,
namun kelemahan dari metode analisis FTIR adalah, metode ini hanya mampu
mendeteksi sampel dengan spesifikasi yang sama dengan model kalibrasi.
Kata kunci: halal, lemak babi, FTIR, PLS

ABSTRACT
BANU ADI PERMANA. Investigation of Lard Detection on Fat Mixture with
FTIR.
Supervised
by
BUDIATMAN
SATIAWIHARDJA
and
PURWANTININGSIH SUGITA
Lard contamination in food products become a big problem, especially for
muslims, who are forbidden to consume pork. Indonesia has muslim population,
so the study of halal become important. One predominant study of halal
considered to be crucial is about lard. Recent study, it was found lard detection

method using FTIR combined with multivariate analysis. Lard can be detected up
to a limit of 1% v/v. However, the study of halal, requires reliable methods to
detect pig contamination as low as possible. Therefore, the present study will be
the development of detection methods using FTIR for detection of lard
contaminant with concentration below 1% combined with PLS Regression
analysis. The equation obtained from this study is y=1.0166x+0.0141 with
coefficient of determination (R2) was 0.992 and standard error (SE) 3.2%. FTIR
with PLS Regression analysis can detect lard in cow body fat with concentration
below 1%, but the weakness of FTIR analysis is it just can detect sample having
same specification with calibration model.
Keywords: halal, lard, FTIR, PLS

PENELUSURAN DETEKSI LEMAK BABI DALAM
CAMPURAN LEMAK DENGAN FTIR

BANU ADI PERMANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian

pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini
ialah deteksi lemak babi, dengan judul Penelusuran Deteksi Lemak Babi dalam
Campuran Lemak dengan FTIR.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir
Budiatman Satiawihardja, MSc selaku pembimbing akademik dan Ibu Prof Dr
Purwantinigsih Sugita, MS selaku pembimbing lapang yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan saran kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Ir Lukmanul Hakim dan Ir Sumunar Jati selaku direktur dan wakil

direktur LPPOM MUI yang telah menerima penulis untuk melakukan kegiatan
magang, serta kepada Kak Hery dan seluruh staf Bidang Penelitian dan
Pengkajian Ilmiah LPPOM MUI yang telah banyak membantu dan memberikan
saran. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu dan Kakak
yang selalu memberikan dukungan, do’a dan semangat, serta kepada keluarga
besar ITP 46 dan keluarga besar LDK Al Hurriyyah yang selalu memberikan
inspirasi dan semangat.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan bisa menjadi acuan studi kehalalan
pangan di masa yang akan datang.

Bogor, Mei 2014
Banu Adi Permana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE


2

Bahan

2

Alat

2

Prosedur Percobaan

3

Prosedur Pengolahan Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4

Profil Spektrum dan Intensitas Absorbansi Lemak Babi, Lemak Sapi dan
Campuran Lemak

4

Hasil Analisis Data dengan Menggunakan PLS

10

Kelemahan Metode Spektroskopi FTIR dalam Memprediksi Lemak Babi

12

SIMPULAN DAN SARAN

13

Simpulan


13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL

1 Intensitas absorbansi pada sampel yang diukur dengan FTIR
2 Jenis-jenis ikatan kimia pada lemak babi (lard)

9
10

DAFTAR GAMBAR
1 Spektrum utuh hasil pengukuran FTIR dari sampel lemak babi murni,
lemak sapi murni, dan lemak babi yang dicampur ke dalam lemak sapi
dengan konsentrasi 0.05%, 0.1%, 0.4%, 0.8% dan 1%
2 Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 3468 cm -1
3 Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 2730 dan
2677 cm-1
4 Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 2333 cm -1
5 Spektrum hasil pengukuran FTIR dari sampel lemak babi murni, lemak
sapi murni, dan campuran lemak babi dan lemak sapi pada bilangan
gelombang 1500-650 cm-1
6 Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 1400 cm-1
7 (a) Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 965 cm1
(b) Spektrum FTIR dari lemak yang diekstrak dari cake dengan (A)

0% lard, (B)-(F) campuran lard/shortening dan (G) 100% lard
(Syahariza et al. 2005)
8 Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 723 cm -1
9 Grafik prediksi konsentrasi FTIR-PLS dengan konsentrasi sebenarnya
10 Grafik prediksi konsentrasi FTIR-PLS dengan konsentrasi sebenarnya
pada spektrum 1500-650 cm-1

4
5
6
6

7
7

8
8
11
11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Persentase intensitas absorbansi pada sampel yang diukur dengan FTIR
2 Komposisi lemak dari berbagai jaringan hewan (Akoh dan Min 2002)
3 Komposisi asam lemak yang diuji dengan GC × GC TOF-MS (Indrasti
et al. 2010)

16
16
17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama
Islam. Menurut data BPS pada tahun 2010, penduduk Muslim di Indonesia
mencapai 87,18%. Oleh karena itu, masalah kehalalan pangan menjadi isu yang
serius untuk ditangani di Indonesia. Salah satu yang menjadi fokus dalam masalah
halal adalah adanya babi atau turunan babi dalam produk makanan, karena babi
jelas diharamkan dalam Islam, seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al
Baqarah ayat 173 yang artinya“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan
bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika) disembelih
(disebut nama) untuk selain Allah”.
Babi merupakan salah satu hewan yang banyak diproduksi dan dikonsumsi.
Di Indonesia sendiri, produksi daging babi mencapai 200,1 ribu ton pada tahun
2009, mengalahkan produksi daging kambing dan domba yang hanya 128,0 ribu
ton (Ditjennak 2010). Tidak hanya dikonsumsi sebagai daging, produk turunan
babi juga banyak dimanfaatkan oleh industri pangan, salah satunya adalah lemak
babi (lard). Lard telah banyak digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan
pangan. Di beberapa negara, produsen pangan cenderung untuk mencampurkan
lard dengan minyak nabati untuk mengurangi biaya produksi. Hal ini dikarenakan
lard merupakan salah satu lemak yang termurah dan biasanya banyak tersedia
untuk industri pangan. Lard dapat dicampurkan secara efektif dengan minyak
nabati lainnya untuk memproduksi shortening, margarin dan produk lemak
lainnya (Marikkar et al. 2005). Adanya lard dalam produk pangan merupakan
masalah yang serius dari segi keagamaan, karena beberapa agama seperti Islam,
Yahudi dan Hindu melarang pengikutnya untuk mengonsumsi makanan yang
mengandung babi dan turunannya (Rohman dan Che Man 2010).
Beberapa studi telah dilakukan untuk mencari metode yang tepat untuk
mendeteksi adanya lemak babi dalam makanan. Pada Marikkar (2005),
identifikasi lard dalam minyak nabati dilakukan dengan Gas-Liquid
Chromatography dikombinasikan dengan analisis multivariat. Menggunakan GLC,
lard sebesar 2% dapat terdeteksi dalam minyak nabati. Selain dengan GLC,
HPLC juga telah digunakan untuk mengidentifikasi lard sebesar 5% dalam
produk daging. Namun demikian, sebagian besar dari metode-metode tersebut
membutuhkan banyak waktu dan tidak praktis untuk diterapkan. Untuk itu
diperlukan pengembangan metode yang cepat dan praktis untuk identifikasi lard.
Jaswir et al. (2003) telah mengembangkan metode Fourier Transform Infra
Red (FTIR) untuk menganalisis keberadaan lard dalam lemak kambing dan sapi
yang dikombinasikan dengan analisis multivariat PLS. Analisis multivariat PLS
digunakan untuk mendeteksi lard di dalam campuran dengan lemak kambing pada
bilangan gelombang 3010-3000, 1220-1095 dan 968-965 cm-1, dan pada bilangan
gelombang 1419-1414 dan 968-965 cm-1 untuk deteksi lard dalam campuran
dengan lemak sapi. Dalam Rohman dan Che Man (2010), dilakukan identifikasi
lard dengan FTIR dikombinasikan dengan Analisis Diskriminan dan Analisis PLS.
FTIR mampu mendeteksi 1% v/v lard dalam campuran lemak kambing, sapi dan
ayam.

2
Metode FTIR sangat berpotensi untuk digunakan sebagai alat pendeteksi
lemak babi secara cepat dengan hasil yang konsisten. Hal ini dikarenakan FTIR
dapat memberikan hasil analisa lemak dari babi yang bercampur dengan lemaklemak lainnya secara konsisten, bahkan dengan kandungan yang rendah. Selain itu,
kelebihan dari metode ini adalah tidak memerlukan preparasi sampel yang rumit,
dimana baik sampel padatan maupun cairan bisa langsung dianalisa untuk
menghasilkan spektrum (Jaswir et al. 2003).
Pada penelitian kali ini akan dilakukan pengembangan metode FTIR untuk
mengidentifikasi lard dengan konsentrasi lebih rendah dari 1%, karena dalam
masalah kehalalan suatu pangan, tidak bisa ditoleransi adanya komponen haram
sedikit pun. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode terpercaya yang dapat
mengidentifikasi bahan haram, khususnya lard, dengan konsentrasi yang serendah
mungkin. Penelitian ini juga ditunjang dengan studi literatur untuk mengevaluasi
penggunaan FTIR sebagai alat untuk mendeteksi lemak babi.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode FTIR untuk deteksi
lard dengan konsentrasi lebih rendah dari 1%. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui keterbatasan dari metode FTIR dalam menganalisis lemak babi,
kaitannya dengan urgensi kehalalan pangan di Indonesia.

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sampel lemak sapi dan
lemak babi. Selain itu dibutuhkan juga Na2SO4 anhidrat untuk memurnikan lemak,
dan heksana Pro Analysis serta kain lap optik untuk membersihkan disk KBr
dalam analisis FTIR.
Alat
Alat-alat yang digunakan meliputi Spektrofotometer Fourier Transform
Infra Red (FTIR) model IR-Prestige21 produksi Shimadzu Corporation Jepang,
oven, kain saring, aluminium foil, alat sentrifuge, vorteks, refrigerator, tabung vial
kecil, botol kaca gelap, gelas piala, mikropipet, dan tabung sentrifus.

3
Prosedur Percobaan
Pembuatan sampel uji (modifikasi metode Rohman dan Che Man 2010)
Sampel lemak babi dan lemak sapi didapatkan dari pasar tradisional.
Jaringan lemak babi dan sapi dipotong kecil-kecil dan dilelehkan pada suhu 90100oC selama 2 jam dalam oven. Lemak yang sudah meleleh disaring
menggunakan kain saring dan ditambahkan Na2SO4 anhidrat untuk mengikat air
yang tertinggal dalam lemak. Setelah itu, lemak cair disentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Lemak dipisahkan dan ditambahkan
kembali Na2SO4 anhidrat, lalu sentrifuse kembali dengan kecepatan 3000 rpm
selama 20 menit. Lemak kemudian dipisahkan kembali, disaring dengan kertas
saring dan dimasukkan ke dalam tabung vial yang ditutup rapat dan dibungkus
dengan aluminium foil.
Sampel lemak babi selanjutnya dicampurkan dengan lemak sapi dengan
konsentrasi 0.05%, 0.1%, 0.4%, 0.8% dan 1% dan disimpan dalam lemari
pendingin. Sampel lemak babi murni, lemak sapi murni dan sampel lemak
campuran selanjutnya dianalisis dengan spektroskopi FTIR. Sebelum digunakan
untuk analisis, dilakukan proses thawing pada suhu 60oC sampai lemak kembali
mencair.
Analisis spekrum absorbansi dengan spektroskopi FTIR (Al-degs et al. 2011
dan Kahfi 2012)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui profil spektrum dari sampel lemak
babi murni, lemak sapi murni dan sampel lemak campuran menggunakan
instrumen Fourier Transform Infrared. Alat FTIR yang digunakan adalah FTIR
model IR-Prestige21 produksi Shimadzu Corporation Jepang yang terdapat di
Laboratorium Kimia Pangan Departemen ITP yang terintegrasi dengan software
IRSolution. Sampel yang akan dianalisis diletakkan di antara dua plat
Germanium-coated KBr yang membentuk rongga 0,1 mm. Spektrum FTIR
dianalisis pada bilangan gelombang 4000-650 cm-1 dengan 36 kali scan.
Setiap kali pengukuran sampel, plat Germanium-coated KBr dibersihkan
dengan n-heksana murni kualitas pro analysis dan dilap dengan kain lensa hingga
benar-benar bersih. Setiap pengukuran sampel juga diambil spektrum udara
sebagai background dan direkam dalam grafik dan nilai absorban. Hasil analisis
yang diperoleh berupa grafik spektra inframerah yang merupakan grafik hubungan
antara bilangan gelombang dengan intensitas absorbansi. Sebelum diolah lebih
lanjut dengan analisis multivariat, data intensitas absorbansi hasil dari pengukuran
FTIR dikonversi terlebih dahulu menjadi persentase intensitas absorbansi dengan
rumus berikut:
% IAx = IAx/(IA total) × 100
Keterangan :
% IAx = % intensitas absorbansi bilangan gelombang tertentu
IAx
= Intensitas absorbansi bilangan gelombang tertentu
IA total = Intensitas absorbansi total dari tiga belas bilangan gelombang utama

4
Prosedur Pengolahan Data
Analisis lard dilakukan menggunakan analisis multivariat Partial Least
Square Regression. Analisis statistika multivariat ini digunakan untuk
menghubungkan variabel dan observasi (sampel) dalam jumlah yang besar.
Analisis PLS dilakukan dengan menggunakan software XLSTAT 2014 dari
Addinsoft yang merupakan add-in software di dalam Microsoft Excel. Analisis
PLS digunakan untuk mengorelasikan hubungan antara variabel X dengan
variabel Y. Variabel X dalam penelitian ini adalah data intensitas absorbansi dari
sampel sementara variabel Y adalah data konsentrasi lard dalam sampel. Model
kalibrasi PLS yang didapatkan selanjutnya dilakukan cross-validation dengan
metode leave-one-out untuk menguji model PLS. Pada teknik validasi ini, satu
dari sampel kalibrasi diambil dan sisa sampel lainnya digunakan untuk membuat
model PLS. Selanjutnya, sampel yang diambil tadi dihitung dengan menggunakan
model PLS yang sudah dibuat. Kriteria validasi dari model kalibrasi PLS dilihat
dari nilai R2 dan nilai standar error (SE) pada taraf kepercayaan 95% (Che Man et
al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Spektrum dan Intensitas Absorbansi Lemak Babi, Lemak Sapi dan
Campuran Lemak
Pada penelitian ini¸ dilakukan pengukuran spektrum absorbansi FTIR dari
sampel lemak babi murni (lard), lemak sapi murni, dan lemak babi yang dicampur
ke dalam lemak sapi dengan konsentrasi 0.05%, 0.1%, 0.4%, 0.8% dan 1%. Pada
Gambar 1 ini ditampilkan grafik yang didapatkan dari hasil pengukuran FTIR.

Gambar 1. Spektrum utuh hasil pengukuran FTIR dari sampel lemak babi murni,
lemak sapi murni, dan lemak babi yang dicampur ke dalam lemak sapi
dengan konsentrasi 0.05%, 0.1%, 0.4%, 0.8% dan 1%

5
Dari grafik hasil pengukuran FTIR di atas, terlihat ada sedikit perbedaan
intensitas absorbansi dari sampel-sampel yang diujikan. Namun perbedaan yang
ditunjukkan oleh grafik tidak terlalu jelas, terutama pada daerah fingerprint (1500650 cm-1) sehingga untuk dapat membaca data dibutuhkan analisis PLS dari hasil
pengukuran FTIR yang didapat. Bilangan-bilangan gelombang utama yang
digunakan dalam analisis PLS pada penelitian ini adalah 3468, 3007, 2922, 2852,
2730, 2677, 2333, 1744, 1465, 1400, 1375, 1235, 1160, 1117, 1098, 965 dan 721
cm-1.
Pengamatan hasil FTIR lemak babi dan lemak sapi selain dilakukan pada
spektrum utuh (4000-650 cm-1) juga dilkukan pada daerah fingerprint, yaitu
sekitar bilangan gelombang 1500-650 cm-1. Terdapak peak rendah pada bilangan
gelombang 3468 cm-1 menunjukkan serapan dari gugus OH pada gliserida lemak
(Guillen dan Cabo 1997). Menurut Guillen dan Cabo (1997) peak ini
menunjukkan nilai yang independen terhadap sifat masing-masing sampel minyak.
Daerah bilangan gelombang 3468 cm-1 disajikan pada Gambar 2. Dari Gambar 2
terlihat bahwa lemak sapi memiliki peak yang paling besar.

Gambar 2. Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 3468 cm-1
Bilangan gelombang 3007 cm-1 dan 1400 cm-1 menunjukkan adanya gugus
karbon rangkap dua (cis double bond) dari lemak sapi dan lemak babi. Menurut
Rohman dan Che Man (2010) lemak babi mengandung lebih banyak asam lemak
tak jenuh seperti linoleat dan linolenat dibandingkan dengan lemak sapi.
Berdasarkan Indrasti et al. (2010) perbedaan jumlah asam linoleat cukup besar
antara lemak babi dan lemak sapi. Komposisi asam lemak penyusun lemak babi
dan lemak sapi ditunjukkan pada Lampiran 3 mengacu dari penelitian Indrasti et
al. (2010) yang menggunakan alat hyphenated GC × GC dengan detektor time-offlight Mass Spectrometry (TOF-MS). Namun demikian, pada bilangan gelombang
3007 cm-1 dan 1400 cm-1 perubahan intensitas absorbansi tidak berkorelasi dengan
rasio pencampuran lemak (Rohman dan Che Man 2010).
Bilangan gelombang 2922 cm-1 dan 2852 cm-1 menunjukkan adanya gugus
metilen (-CH2-) dan metil (-CH3) yang secara umum terdapat pada rantai
hidrokarbon asam lemak (Rohman dan Che Man 2010). Pada bilangan gelombang
2730 dan 2677 cm-1, terjadi serapan yang membentuk peak, begitu pula pada
bilangan gelombang 2333 cm-1. Menurut Guillen dan Cabo (1997), pada bilangan
gelombang 2730 dan 2677 cm-1 menunjukkan adanya gugus karbonil dari

6
aldehida dan bilangan gelombang 2333 cm-1 menunjukkan adanya gugus nitril.
Kemungkinan hal ini disebabkan oleh sampel yang dianalisis tidak murni lemak,
namun masih terdapat komponen lain selain gliserol, asam lemak dan gliserida.
Daerah bilangan gelombang 2730 dan 2677 cm -1 disajikan pada Gambar 3 dan
bilangan gelombang 2333 cm-1 disajikan pada Gambar 4. Bilangan gelombang
1744 cm-1 menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O) dari ikatan ester yang
terdapat pada trigliserida (Syahariza et al. 2005). Adanya absorbansi pada
bilangan gelombang ini, menunjukkan gliserol dan asam lemak yang saling
berikatan.

2730
2677

Gambar 3. Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 2730 dan
2677 cm-1

2333

Gambar 4. Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 2333 cm-1
Pengamatan daerah bilangan gelombang fingerprint 1500-650 cm-1 disajikan
pada Gambar 5. Berdasarkan Rohman dan Che Man (2011), gugus metilen dan
metil juga dapat diobservasi pada daerah bilangan gelombang 1465 cm -1 dan 1375
cm-1. Bilangan gelombang 1235, 1160, 1117 dan 1089 cm-1 menunjukkan adanya
absorbansi dari ikatan gugus C-O yang terdapat pada ester trigliserida (Guillen
dan Cabo 1997).

7

Gambar 5. Spektrum hasil pengukuran FTIR dari sampel lemak babi murni, lemak
sapi murni, dan campuran lemak babi dan lemak sapi pada bilangan
gelombang 1500-650 cm-1
Berdasarkan Guilen dan Cabo (1997) bilangan gelombang 1400 cm -1 dapat
menunjukkan keberadaan Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) dalam sampel.
Semakin tinggi PUFA pada sampel maka peak pada bilangan gelombang 1400
cm-1 akan semakin rendah. Hal ini terbukti pada sampel lard murni yang memiliki
peak paling rendah pada 1400 cm-1 karena mengandung PUFA lebih tinggi
dibanding lemak sapi (Indrasti et al. 2010).

Gambar 6. Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 1400 cm-1
Penurunan absorbansi juga terjadi pada bilangan gelombang 965 cm -1 yang
merupakan daerah absorbansi dari asam lemak trans. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian dari Syahariza et al. (2005) yang menggunakan cake yang dicampur
dengan lard sebagai sampel. Perbedaan jelas terlihat pada bilangan gelombang
965 cm-1, dan disajikan pada Gambar 7. Pada Gambar 8 ditunjukkan grafik
absorbansi pada bilangan gelombang 723 cm -1. Hasilnya, grafik tersebut tidak
menunjukkan pola penurunan yang selaras dengan peningkatan jumlah lard.

8

(a)

(b)
Gambar 7. (a) Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 965
cm-1 (b) Spektrum FTIR dari lemak yang diekstrak dari cake dengan
(A) 0% lard, (B)-(F) campuran lard/shortening dan (G) 100% lard
(Syahariza et al. 2005)

Gambar 8. Spektrum hasil pengukuran FTIR pada bilangan gelombang 723 cm -1

9
Berdasarkan Guillen dan Cabo (1997), pada bilangan gelombang 965 cm-1
menunjukkan adanya asam lemak trans pada sampel, dan pada bilangan
gelombang 723 cm-1 menunjukkan adanya serapan dari asam lemak cis, namun
serapan ini overlapping dengan serapan dari gugus metilen (Rohman dan Che
Man 2010). Dari Tabel 1 terlihat bahwa pada bilangan gelombang 965 cm -1 terjadi
penurunan nilai absorbansi dari lemak sapi ke lemak babi. Hal ini menunjukkan
bahwa lemak babi mengandung asam lemak trans yang lebih sedikit dibandingkan
dengan lemak sapi. Hasil ini seperti apa yang disampaikan oleh Jaswir et al.
(2003) bahwa peak lemak babi pada bilangan gelombang ini lebih rendah
dibandingkan dengan lemak sapi.
Berdasarkan hasil scan FTIR tersebut, lemak sapi dan lemak babi memiliki
perbedaan yang cukup mencolok pada kandungan asam lemak tak jenuh dan asam
lemak trans. Lemak babi memiliki asam lemak tak jenuh lebih banyak dari lemak
sapi, dan dapat diobservasi pada daerah bilangan gelombang sekitar 3007 cm -1
dan 1400 cm-1. Sedangkan asam lemak trans lebih banyak dimiliki oleh lemak
sapi, dan dapat diobservasi pada daerah bilangan gelombang sekitar 965 cm -1 dan
723 cm-1.
Pada Tabel 1 berikut ini ditunjukkan besar intensitas absorbansi dari sampel
yang diuji dan untuk jenis-jenis ikatan kimia pada lard yang terdapat pada
bilangan-bilangan gelombang utama dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Intensitas absorbansi pada sampel yang diukur dengan FTIR
Bilangan
gelombang
(cm-1)
3470
3007
2922
2852
2730
2677
2333
1744
1465
1400
1375
1235
1160
1117
1098
965
723

Intensitas absorbansi sampel
lemak
sapi
murni
1.7529
3.8075
3.7022
3.6469
2.6906
2.3827
1.3171
3.2208
3.6021
3.2286
3.6210
3.5876
3.8327
3.4821
3.5966
3.7938
2.8998

0.05%
lemak
babi
1.4773
3.6577
3.9969
4.3464
1.9811
1.8918
1.1215
3.5961
3.5414
3.4297
3.5747
3.6893
3.7842
3.3001
3.5683
3.9365
3.2929

0.1%
lemak
babi
1.1699
4.1427
4.1931
4.5330
1.5871
1.5125
0.8523
3.2844
3.4496
3.0052
4.0275
3.3602
3.0713
3.0237
3.2639
3.2106
3.3471

0.4%
lemak
babi
1.1165
3.3994
3.9626
3.6679
1.4515
1.3865
0.8137
3.5396
3.6089
3.2231
3.7607
3.2938
3.9349
3.3251
3.4542
3.0443
2.9857

0.8%
lemak
babi
1.0363
3.5642
3.8883
3.7779
1.3381
1.2737
0.7562
3.4573
4.4592
3.3199
3.2192
3.3880
3.7335
3.7141
3.5614
2.8088
2.9375

1.0%
lemak
babi
0.9695
3.5732
3.5948
3.4018
1.2826
1.2379
0.7580
3.3867
3.5072
3.0942
3.6497
3.8165
4.3933
3.5751
3.3990
2.5881
3.1169

Lemak
babi
murni
0.5553
3.0695
3.5452
4.1114
0.7432
0.7481
0.4518
3.6141
3.6608
2.1737
2.8386
3.3312
3.4405
3.4824
3.3793
1.4366
2.6713

10
Tabel 2. Jenis-jenis ikatan kimia pada lemak babi (lard)
Bilangan gelombang
(cm-1)
3470ab
3007cf
2922f
2852f
2730a
2677a
2333a
174eff
1465h
1400a
1375g
1235fd
1160fd
1117cf
1098fd
965cdef
723def
a
Guillen dan Cabo (1997)
b
Yang dan Irudayaraj (2000)
c
Jaswir et al. (2003)
d
Che Man et al. (2004)
e
Syahariza et al. (2005)
f
Rohman dan Che Man (2010)
g
Rohman dan Che Man (2011)

Gugus fungsiab
OH
=C-H (cis-)
-C-H (CH2)
-C-H (CH3)
-C=O (aldhehid)
-C=O (aldhehid)
C≡N
-C=O (ester)
-C-H (CH2 dan CH3)
=C-H (cis-)
-C-H (CH3)
-C-O, -CH2-C-O, -CH2-C-O
-C-O
-HC=CH- (trans-)
-HC=CH- (cis-)

Hasil Analisis Data dengan Menggunakan PLS
Analisis Regresi PLS banyak digunakan karena memiliki kemampuan untuk
mengolah data spektrum FTIR dari spektrum utuh dan mengkorelasikan
perubahan spektrum dengan perubahan konsentrasi dari sampel yang diuji
(Syahariza et al. 2005). Model analisis PLS dibuat berdasarkan perbedaan jumlah
dari lemak babi yang dicampur dengan lemak sapi, pada konsentrasi 0.05%, 0.1%,
0.4%, 0.8% dan 1%. Pada Gambar 9 di bawah ini ditunjukkan hasil uji PLS, yaitu
plot grafik hubungan antara konsentrasi lemak babi sebenarnya (y) dan hasil
prediksi FTIR-PLS (x). Gambar 9 menunjukkan hasil regresi linier antara
konsentrasi sebenarnya dan hasil prediksi FTIR-PLS yang cukup baik yaitu
y=1.0166x+0.0141 dengan nilai R2 yang didapat 0.992 dan standar error (SE)
3.2% pada taraf kepercayaan 95%. Nilai R2 yang cukup tinggi dan SE yang rendah
menandakan bahwa spektroskopi FTIR mampu memprediksi konsentrasi lard
0.05% sampai 1% dalam lemak sapi dengan cukup baik, meskipun belum
sempurna.

11
1,2

1

0,8

Lard (%)

0,6

0,4

0,2

0
-0,2

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

-0,2

Predicted Lard (%)
Active

Validation

Gambar 9. Grafik prediksi konsentrasi FTIR-PLS dengan konsentrasi sebenarnya
pada spektrum utuh
Pada pengujian PLS dengan menggunakan spektrum dari fingerprint
(bilangan gelombang 1500-650 cm-1) hasil yang didapatkan juga cukup baik.
Persamaan prediksi yang didapatkan yaitu y=0.9814x-0.0147 dengan nilai R2
yang didapat 0.997 dan standar error (SE) 1.5% pada taraf kepercayaan 95%.
Nilai R2 yang cukup tinggi dan SE yang rendah menandakan bahwa spektroskopi
FTIR juga mampu memprediksi konsentrasi lard dengan cukup baik dalam
spektrum fingerprint. Grafik hubungan antara konsentrasi lemak babi sebenarnya
(y) dengan hasil prediksi FTIR-PLS (x) spektrum fingerprint disajikan pada
Gambar 10.
1

Lard (%)

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

Predicted Lard (%)
Active

Validation

Gambar 10. Grafik prediksi konsentrasi FTIR-PLS dengan konsentrasi sebenarnya
pada spektrum 1500-650 cm-1

12
Kelemahan Metode Spektroskopi FTIR dalam Memprediksi Lemak Babi
Metode deteksi lemak babi dengan pendekatan analisis FTIR
dikombinasikan dengan PLS telah banyak sukses diaplikasikan dalam beberapa
produk pangan. Contohnya, dalam beberapa lemak hewan seperti sapi, kambing,
dan ayam (Rohman dan Che Man 2010), lemak coklat (Che Man et al. 2004),
cake formulation (Syahariza et al. 2005), formula krim kosmetik (Rohman dan
Che Man 2011) dan minyak sawit (Rohman et al. 2012). Selain karena
penggunaannya yang mudah, analisis dengan FTIR banyak dikembangkan karena
cepat, akurat dan tidak membutuhkan banyak bahan kimia, sehingga bisa
digolongkan ke dalam green analytical technique (Rohman dan Che Man 2011).
Meskipun demikian, penggunaan FTIR untuk deteksi adulterant masih
memiliki beberapa kelemahan. Pertama, untuk melakukan deteksi suatu cemaran
di dalam sebuah sampel, dibutuhkan sebuah model prediksi yang dibuat dari
bahan yang persis sama dengan sampel yang akan diuji. Seperti yang disampaikan
dalam analisis cake formulation oleh Syahariza et al. (2005), bahwa analisis FTIR
bisa digunakan untuk mendeteksi cemaran lemak babi dalam kue apabila
shortening dalam kue yang akan diuji sama dengan shortening yang digunakan
untuk membuat model. Dalam kasus cemaran lemak babi dalam kue, apabila
terdapat sumber lemak lain atau lebih dari satu, maka model kalibrasi prediksi
harus didesain ulang untuk menyesuaikan dengan perbedaanya. Oleh sebab itu,
dapat dikatakan bahwa FTIR hanya mampu mendeteksi cemaran apabila model
prediksi yang dibuat sesuai dengan sampel yang diujikan. Hal ini menjadi sangat
menyulitkan apabila sampel makanan yang akan diuji tidak jelas asal usulnya, dan
tidak diketahui secara pasti apa saja komposisi penyusunnya.
Selain itu, FTIR juga membaca intensitas absorbansi berdasarkan dari gugus
fungsi kimia yang terdapat dalam sampel. Dalam kasus lemak hewani, gugus
fungsi yang akan dibaca oleh FTIR adalah gugus fungsi dari asam lemak dan
triasilgliserol. Proses pangambilan lemak dari jaringan lemak hewan akan
menentukan komposisi dari asam lemak yang terdapat dalam lemak. Perbedaan itu
terjadi apabila lemak diambil dari jaringan yang berbeda, seperti yang dikutip dari
Akoh dan Min (2002) dan ditampilkan pada Lampiran 2. Lemak sapi dan babi
yang diambil dari bagian semimembranosus (daerah paha) lebih banyak
mengandung PUFA daripada bagian Longissimus dorsi (dearah sekitar punggung)
dan untuk lemak ayam, bagian dada mengandung lebih banyak PUFA
dibandingkan bagian paha. Perbedaan ini kemungkinan akan berpengaruh
terhadap spektrum dan intensitas absorbansi yang akan didapatkan dari FTIR.
Menurut hasil penelitian dari Riyadi (2008), pakan hewan juga dapat
mempengaruhi komposisi asam lemak yang diproduksi hewan. Dari percobaannya
pada domba, domba yang diberi pakan hijauan dengan kadar mineral yang tinggi,
menghasilkan asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan
domba yang diberi pakan ransum dari bahan kering. Berdasarkan hasil penelitian
ini, kemungkinan pakan yang diberikan kepada hewan juga dapat berpengaruh
terhadap spektrum yang intensitas absorbansi dari FTIR. Namun, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah faktor yang tadi telah disebutkan
berpengaruh nyata atau tidak terhadap perubahan intensitas absorbansi dari
pengujian FTIR.

13

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil pengukuran FTIR, didapatkan tiga belas bilangan gelombang
utama yang dapat digunakan untuk menganalisis lemak babi, yaitu 3468, 3007,
2922, 2852, 2730, 2677, 2333, 1744, 1465, 1400, 1375, 1235, 1160, 1117, 1098,
965 dan 721 cm-1 cm-1. Ketujuh belas bilangan gelombang tersebut mampu
mendeteksi lemak babi dalam lemak sapi dengan konsentrasi 0.05% sampai 1%
(v/v) dengan cukup baik. Persamaan prediksi yang didapatkan dari hasil analisis
PLS spektrum utuh yaitu y=1.0166x+0.0141 dengan nilai R2 yang didapat 0.992
dan standar error (SE) 3.2% pada taraf kepercayaan 95%. Pada pengujian PLS
dengan spektrum fingerprint nilai persamaan prediksi yang didapat adalah
y=0.9814x-0.0147 dengan nilai R2 0.997 dan standar error (SE) 1.5% pada taraf
kepercayaan 95%. Pembeda lemak sapi dan lemak babi terdapat dalam kandungan
asam lemak tak jenuh dan asam lemak trans. Lemak babi memiliki asam lemak
tak jenuh lebih banyak dari lemak sapi, dan dapat diobservasi pada daerah
bilangan gelombang sekitar 3007 cm -1 dan 1400 cm-1. Sedangkan asam lemak
trans lebih banyak dimiliki oleh lemak sapi, dan dapat diobservasi pada daerah
bilangan gelombang sekitar 965 cm-1 dan 723 cm-1. FTIR mampu menganalisa
cemaran lemak babi dalam lemak sapi dengan cepat, mudah dan ramah
lingkungan. Namun, penggunaan FTIR ini terbatas pada senyawa yang spesifik
antara model prediksi dengan sampel yang akan diuji.

Saran
Penelitian menggunakan FTIR untuk menganalisis bahan yang tidak jelas
asal usul dan komposisinya perlu dilakukan lebih lanjut agar tidak terjadi bias,
mengingat urgensi kehalalan pangan di Indonesia. Hal-hal yang berpengaruh
terhadap komposisi asam lemak seperti pakan hewan dan jaringan lemak hewan,
perlu dianalisis lebih lanjut apakah berpengaruh nyata terhadap spektrum FTIR
atau tidak. Selain itu, pengembangan dengan metode lain juga perlu dilakukan
untuk menganalisis lemak babi dalam makanan, misalnya dengan mencari
biomarker yang spesifik pada lemak babi. Penciri ini harus berupa senyawa yang
tidak mudah rusak karena pengaruh fisik ataupun kimia, sehingga ke depannya
analisis kehalalan suatu produk bisa dilakukan dengan lebih mudah.

14

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of
Analysis.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2012. Sensus Penduduk 2010. [terhubung berkala]
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?searchtabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&se
arch-wilayah=Indonesia&wid=0000000000&lang=id (diakses 1 Mei 2013).
[Ditjennak]. Direktorat Jenderal Peternakan Kementrian Pertanian . 2010. Statistik
Peternakan.
Akoh CC, Min DB. 2002. Food Lipids Chemistry, Nutrition dan Biotechnology.
New York (USA): Marcel Dekker Inc.
Al-Degs YS, Al-Ghouti M, Salem Nida. 2011. Determination of frying quality of
vegetable oils used for preparing falafel using infrared spectroscopy and
multivariate calibration. Food Anal Meth 4: 540-549
Che Man YB, Syahariza ZA, Mirghani MES, Sinap S dan Bakar J. 2004. Analysis
of potential lard adulteration in chocolate and chocolate products using
Fourier Transform Infrared spectroscopy. Food Chemistry 90 : 815-819
De Leonardis A, Macciola V, Lembo G, Aretini A, Nag A. 2007. Studies on
oxidative stabilizationof lard by natural antioxidant recovered from oliveoilmill wastewater. Food Chemistry 100: 998 – 1004.
Guillen MD dan Cabo N. 1997.Characterization of edible oils and lard by Fourier
Transform Infrared Spectroscopy. Relationship between composition and
frequency of concrete bands in the fingerprint region. JAOCS 74: 1281-1286.
Indrasti D, Che Man YB, Mustafa S, Mat Hashim D. 2010. Lard detection based
on fatty acid profile using comprehensive gas chromatography hyphenated
with time-of-flight mass spectrometry. Food Chemistry 122: 1273-1277
Jaswir I, Mirgani MES, Hassan TH, Said MZM. 2003. Determination of lard in
mixture of body fats of mutton and cow by Fourier transform
infraredspectroscopy. Journal of Oleo Science 52: 633-638
Kahfi J. 2012. Prediksi penurunan kualitas minyak goreng kelapa sawit
menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy dengan
analisis multivariat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Marikkar JMN, Ghazali HM, Che Man YB, Peiris TSG, Lai OM. 2005.
Distinguishing lard from other animal fats in admixtures of some vegetable
oils using liquid chromatographic data coupled with multivariate data analysis.
Food Chemistry 91: 5–14.
Riyadi S. 2008. Sifat fisik dan asam lemak daging domba yang diberi pakan
ransum komplit dan hijauan dengan persentase yang berbeda [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Rohman A, Che Man YB. 2010. FTIR spectroscopy combined with chemometrics
for analysis of lard in the mixture with body fats of lamb, cow, and chicken.
International Food Research Journal 17: 519 – 527
Rohman A, Che Man YB. 2011. Analysis of Lard in Cream Cosmetics
Formulations Using FT-IR Spectroscopy and Chemometrics. Middle East
Journal of Scientific Research 7 (5): 618–628.

15
Rohman A, Kuwat T, Retno S, Sismindari, Yuny E, Tridjoko W. 2012. Fourier
Transform Infrared Spectroscopy applied for rapid analysis of lard in palm oil.
International Food Research Journal 19 : 1161-1165.
Syahariza ZA, Che Man YB, Selamat J, Bakar J. 2005. Detection of lard
adulteration in cake formulation by Fourier Transform Infrared (FTIR)
Spectroscopy. Food Chemistry 92: 365-371.
Yang H, Irudayaraj J. 2000. Characterization of semisolid fats and edible oils by
Fourier Transform Infrared Photoacoustic Spectroscopy. JAOCS 77: 291-295.

16
Lampiran 1. Persentase intensitas absorbansi pada sampel yang diukur dengan
FTIR
Bilangan
gelombang
(cm-1)
3470
3007
2922
2852
2730
2677
2333
1740
1465
1400
1375
1235
1160
1117
1098
965
723

lemak
sapi
murni
3.24
7.03
6.84
6.73
4.97
4.40
2.43
5.95
6.65
5.96
6.69
6.62
7.08
6.43
6.64
7.00
5.35

Persentase intensitas absorbansi sampel (%)
0.05%
0.1%
0.4%
0.8%
1.0%
lemak
lemak
lemak
lemak
lemak
babi
babi
babi
babi
babi
2.73
2.29
2.23
2.06
1.96
6.75
8.12
6.80
7.10
7.24
7.38
8.22
7.93
7.74
7.29
8.02
8.88
7.34
7.52
6.89
3.66
3.11
2.90
2.66
2.60
3.49
2.96
2.77
2.54
2.51
2.07
1.67
1.63
1.51
1.54
6.64
6.44
7.08
6.88
6.86
6.54
6.76
7.22
8.88
7.11
6.33
5.89
6.45
6.61
6.27
6.60
7.89
7.53
6.41
7.40
6.81
6.58
6.59
6.74
7.73
6.98
6.02
7.87
7.43
8.90
6.09
5.92
6.65
7.39
7.25
6.59
6.40
6.91
7.09
6.89
7.26
6.29
6.09
5.59
5.24
6.08
6.56
5.98
5.85
6.32

Lemak
babi
murni
1.28
7.10
8.20
9.51
1.72
1.73
1.04
8.36
8.46
5.03
6.56
7.70
7.95
8.05
7.81
3.32
6.18

Lampiran 2. Komposisi lemak dari berbagai jaringan hewan (Akoh dan Min 2002)
Jenis Hewan
Beef
Pork
Chicken

Jaringan
Longissimus dorsi
Semimembranosus
Longissimus dorsi
Semimembranosus
Breast
Thigh

%lemak
4.4
3.5
4.5
3.3
1.4
6.0

%PUFA
4.9
6.6
5.3
9.2
18.9
15.5

17
Lampiran 3. Komposisi asam lemak yang diuji dengan GC × GC TOF-MS
(Indrasti et al. 2010)
Formula

Nama senyawa FAME

Methyl octanoate
Methyl nonanoate
Methyl decanoate
Methyl dodecanoate
Methyl tridecanoate
Methyl 11-tetradecenoate
Methyl tetradecanoate
Methyl pentadecenoate
Methyl pentadecanoate
Methyl 7,10-hexadecadienoate
Methyl 9-hexadecenoate
Methyl 7-hexadecenoate
Methyl 7-hexadecenoate
Methyl hexadecanoate
Methyl heptadecenoate
Methyl heptadecanoate
Methyl trans-9,12,15octadecatrienoate
C18:3 n3c Methyl cis-9,12,15octadecatrienoate
C18:2 n6t
Methyl trans-9,12octadecadienoate
C18:1 n9t
Methyl trans-9-octadecenoate
C18:1 n9c Methyl cis-9-octadecenoate
C18:1
Methyl 7-octadecenoate
C18:1 n7
Methyl 11-octadecenoate
C18:0
Methyl octadecanoate
C19:0
Methyl nonadecanoate
C20:5 n3
Methyl 5,8,11,14,17eicosapentaenoate
C20:3 n3c Methyl cis-11,14,17eicosatrienoate
C20:3 n3t
Methyl trans-11,14,17eicosatrienoate
C20:2 n6
Methyl 11,14-eicosadienoate
C20:1 n9
Methyl 11-eicosenoate
C20:0
Methyl eicosanoate
C21:0
Methyl heneicosanoate
C22:6 n3
Methyl 4,7,10,13,16,19docosahexaenoate
C22:1 n9
Methyl 13-docosenoate
C22:0
Methyl docosanoate
* not detected (tidak terdeteksi)
C8:0
C9:0
C10:0
C12:0
C13:0
C14:1
C14:0
C15:1
C15:0
C16:2 n6
C16:1 n7
C16:1 n9t
C16:1 n9c
C16:0
C17:1
C17:0
C18:3 n3t

Komposisi (%)
Lemak babi
Lemak sapi
0.006 ± 0.004
nd*
0.009 ± 0.016
nd
a
0.010 ± 0.005
0.024 ± 0.023b
0.066 ± 0.014a
0.915 ± 1.527b
nd
0.017 ± 0.016
a
0.109 ± 0.095
2.202 ± 1.891b
1.058 ± 0.309a
7.854 ± 2.179b
nd
nd
a
0.082 ± 0.006
0.914 ± 0.311b
0.059 ± 0.055
nd
0.359 ± 0.033b
0.128 ± 0.111a
b
5.954 ± 3.300
4.768 ± 2.199a
nd
0.952 ± 1.649
15.979 ± 5.608a 22.418 ± 7.679b
0.225 ± 0.139a
0.752 ± 0.321b
a
0.272 ± 0.207
1.839 ± 0.598b
6.754 ± 4.684
nd
0.043 ± 0.043

nd

17.568 ± 1.473b

2.006 ± 0.707a

32.000 ± 4.172b
2.437 ± 1.226a
nd
0.578 ± 0.944a
14.365 ± 2.097a
nd
nd

23.692 ± 10.317a
5.363 ± 2.065b
0.579 ± 1.003
0.851 ± 0.816a
21.836 ± 1.624b
0.146 ± 0.060
nd

0.084 ± 0.045

nd

0.116 ± 0.127

nd

0.268 ± 0.030
0.368 ± 0.154b
0.065 ± 0.012a
nd
0.008 ± 0.014

nd
0.178 ± 0.062a
0.236 ± 0.118b
0.002 ± 0.004
nd

nd
nd

0.007 ± 0.011
0.013 ± 0.022

18

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Banu Adi Permana dan
dilahirkan di Semarang tanggal 31 Mei 1992. Penulis
adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak
Suyatno dan Ibu Puji Hastuti. Penulis memulai
pendidikan pada tahun 1996-1997 di TK Kartika III
23 Karawang. Pendidikan SD ditempuh penulis di
SDN Karang Pawitan 1 Karawang tahun 1997-2003,
lalu dilanjutkan ke sekolah menengah pertama pada
tahun 2003-2006 di SMPN 1 Karawang. Tahun 20062009, penulis melanjutkan sekolah di SMAN 1
Karawang. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai
mahasiswa IPB lewat jalur USMI (Undangan Seleksi
Masuk IPB) pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Pertanian.
Selama kuliah, penulis aktif di berbagai kegiatan dan organisasi. Penulis
aktif dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Hurriyyah IPB tahun 2009
hingga 2013 dan menjadi Wakil Ketua pada tahun 2011. Selain itu penulis juga
pernah menjadi Kepala divisi Islamic Voice Forum Bina Islami (FBI) Fateta pada
tahun 2010. Penulis juga pernah mendapatkan beasiswa pembinaan di Program
Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) selama dua tahun (20102012), dan menjadi salah satu anggota di lembaga training PPSDMS Regional V
Bogor, Rumah Peradaban. Penulis juga ikut dalam kegiatan sosial community
development Laskar Galuga pada tahun 2012. Untuk kegiatan yang bersifat
akademik, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam
pada tahun 2011 dan 2012.