Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Gunung Papandayan Bagian Timur, Garut, Jawa Barat.

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH
DI GUNUNG PAPANDAYAN BAGIAN TIMUR,
GARUT, JAWA BARAT

IDEALISA MASYRAFINA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Bawah di Gunung Papandayan Bagian Timur, Garut, Jawa Barat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Idealisa Masyrafina
NIM E44090027

ABSTRAK
IDEALISA MASYRAFINA. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di
Gunung Papandayan Bagian Timur, Garut, Jawa Barat. Dibimbing oleh IWAN
HILWAN.
Gunung Papandayan memiliki potensi berbagai jenis fauna dan flora yang
telah menyatu dalam lingkungan alamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengkaji komposisi jenis, keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan bawah
yang terdapat di Gunung Papandayan bagian timur. Total jenis tumbuhan bawah
yang ditemukan sebanyak 101 jenis dari 34 famili. Tingkat keanekaragaman
tumbuhan bawah pada lima lokasi penelitian bervariasi dengan nilai H’ tertinggi
dimiliki oleh blok Supabeureum, yaitu 3.36, sementara Tegal Mariuk memiliki
nilai H’ terkecil, yaitu sebesar 2.40. Dominansi vegetasi di lokasi penelitian
tergolong rendah mengindikasikan bahwa jenis tumbuhan bawah pada lima lokasi
penelitian menyebar pada banyak jenis. Komunitas vegetasi tumbuhan bawah di

kelima lokasi berbeda dengan nilai IS < 75%. Tumbuhan bawah yang ditemukan
di Gunung Papandayan berpotensi sebagai bahan pangan, tumbuhan obat,
tanaman hias, dan pakan ternak.
Kata kunci: analisis vegetasi, Gunung Papandayan, keanekaragaman, tumbuhan
bawah

ABSTRACT
IDEALISA MASYRAFINA. The diversity of undergrowth species in the Eastern
part of Gunung Papandayan, Garut, West Java. Supervised by IWAN HILWAN.
Gunung Papandayan has the potential of various types of fauna and flora
that has become the unity in its natural environment. The objectives of this
research was to determine the composition, diversity and potential of undergrowth
that are found in the eastern part of Gunung Papandayan. The total of
undergrowth species on Gunung Papandayan approximately 101 species of 34
families. The level of undergrowth diversity on five sites varies with a value of
highest H’ at Supabeureum (3.36), while Tegal Mariuk has the smallest value of H’
(2.40). The low level of vegetation dominance indicated that undergrowth in five
sites spread on a lot of species. Undergrowth vegetation communities in five sites
are differs with IS score was < 75 %. Undergrowth species which are found on
Gunung Papandayan has potential as food, medicinal plants, ornamental plants,

and livestock feed.
Key words: analysis of vegetation, diversity, Gunung Papandayan, undergrowth

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH DI
GUNUNG PAPANDAYAN BAGIAN TIMUR,
GARUT, JAWA BARAT

IDEALISA MASYRAFINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014


Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Gunung Papandayan
Bagian Timur, Garut, Jawa Barat.
Nama
: Idealisa Masyrafina
NIM
: E44090027

Disetujui oleh

Dr Ir Iwan Hilwan, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Keanekaragaman JenisTumbuhan Bawah di Gunung Papandayan

Bagian Timur, Garut, Jawa Barat.
: Idealisa Masyrafina
Nama
NIM
:E44090027

Disetujui oleh

セNM

 

Dr Ir Iwan Hilwan, MS  
Pembimbing  

. ,;;::=====:::::;;..--

Tanggal Lulus:

"Nurheni Wi "a anto MS

Ketua Departemen

1 4 FEB 2014,-

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia­Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai Mei
2013 ini ialah tumbuhan bawah, dengan judul Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Bawah di Gunung Papandayan Bagian Timur, Garut, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Iwan Hilwan, MS
selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan, saran dan seluruh
bantuannya dalam penyelesaian skripsi. Terima kasih kepada Bapak Dadan
Mulyana, S.Hut, M.Si yang telah banyak memberi saran pada saat pengambilan
data di lapangan, serta staff Tata Usaha Departemen Silvikultur yang telah banyak
membantu dalam hal administratif bidang pendidikan. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada keluarga di Papandayan: Mang Ipin, A Pian, A Arman,
A Ejang, Ibu Dewi dan warga sekitar kawasan CA/TWA Gunung Papandayan
lainnya yang telah membantu dalam pengumpulan data di lapangan. Terima kasih
kepada mama, ayah, adik­adikku Ainun Asri Iradati dan Hilmi Atthar, atas

dukungan doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman­teman
Kementerian Kebijakan Nasional BEM KM IPB 2013, teman­teman BEM KM
IPB 2013, teman satu angkatan di Silvikultur 46, Sindi dan Sausan atas momen­
momen menyenangkan di Papandayan, teman­teman kost Wisma Viltra, serta
sahabat penulis Fikria Ulfa Wardani dan Annisa Rizkia Syaputri atas semangat
dan bantuan yang diberikan dalam penyusunan skripsi. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada pihak pengelola Resort CA/TWA Gunung
Papandayan dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa
Barat yang telah membantu dan memfasilitasi kegiatan penelitian ini. Semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Idealisa Masyrafina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Prosedur Penelitian
Prosedur Analisis Data
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Luas dan Letak
Topografi dan Iklim
Flora dan Fauna
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
2
2
3
4
6
6
6
6
7
7

16
22
22
23
23
25

DAFTAR TABEL
1 Komposisi jenis tumbuhan bawah pada tiap lokasi penelitian
2 Jenis tumbuhan bawah dengan INP ≥ 10% pada lokasi penelitian
3 Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), Indeks Kekayaan Jenis (R1), Indeks
Kemerataan Jenis (E), dan Indeks Dominansi Jenis (C) Tumbuhan
Bawah di lokasi penelitian
4 Indeks kesamaan komunitas tumbuhan antar komunitas di lokasi
penelitian
5 Potensi Kegunaan Jenis Tumbuhan Bawah di wilayah sekitar CA Gn.
Papandayan

8
10


12
13
15

DAFTAR GAMBAR
1 Petak pengamatan metode petak ganda
2 Jumlah jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian
3 Jenis tumbuhan bawah yang dominan di lokasi penelitian:(a) C.
brevifolius (b) E. riparium
4 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat: (a) M.
candidum (b) B. balsamifera
5 Jenis tumbuhan bawah yang dapat dimakan: (a) R. moluccanus (b) H.
incise
6 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman hias: (a) D.
conjugata (b) C. orchioides
7 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai pakan ternak: (a) L.
hexandra (b) D. sanguinalis
8 Jenis tumbuhan bawah invasif: (a) A. inulifolium (b) E. riparium

3
7
17
20
20
21
21
22

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Peta kawasan CA/TWA Gunung Papandayan
Jenis Tumbuhan Bawah yang ditemukan di Blok Supabeureum
Jenis Tumbuhan Bawah yang ditemukan di Blok Tegal Alun
Jenis Tumbuhan Bawah yang ditemukan di Blok Tegal Mariuk
Jenis Tumbuhan Bawah yang ditemukan di Blok Pasir Bui
Jenis Tumbuhan Bawah yang ditemukan di Blok Cisurupan Panjang

25
26
27
28
29
30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan di Indonesia merupakan hutan tropika yang memiliki tingkat
biodiversitas yang sangat tinggi. Hutan tropika Indonesia diakui sebagai komunitas
yang paling kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan di dunia. Dari 40.000 jenis
yang tumbuh di dunia, 30.000 jenis di antaranya tumbuh di Indonesia. Kurang lebih
dari 26% telah dibudidayakan dan sisanya 74% masih tumbuh liar di hutan­hutan
(Syukur & Hernani 1999). Salah satu cara terpenting untuk dapat menjamin agar
biodiversitas tetap lestari sehingga dapat lebih memenuhi kebutuhan manusia
sekarang ini dan masa akan datang adalah dengan menetapkan dan mengelola
kawasan­kawasan yang dilindungi. Kawasan pelestarian dan suaka alam merupakan
salah satu upaya untuk menjamin pelestarian keanekaragaman plasma nutfah.
Dalam UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik
di darat maupun perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan ini, yang
dikaitkan dengan statusnya sebagai kawasan konservasi diharapkan akan mampu
untuk melindungi dan melestarikan berbagai jenis plasma nutfah, termasuk jenis­
jenis tumbuhan penting yang ada di kawasan tersebut.
Gunung Papandayan merupakan kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata
Alam. Cagar alam merupakan kawasan suaka alam yang berhubungan dengan
keadaan alamnya yang khas termasuk alam nabati, yang perlu dilindungi untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan (Alikodra 1990). Cagar Alam
Gunung Papandayan sebagai salah satu suaka alam di Indonesia yang memiliki
potensi berbagai jenis fauna dan flora yang telah menyatu dalam lingkungan
alamnya. Tumbuhan yang dapat tumbuh di cagar alam tersebut dapat berupa pohon,
perdu, semak, herba dan berbagai tumbuhan bawah lainnya. Salah satu komponen
dalam masyarakat tumbuh­tumbuhan adalah tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah
adalah vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan
pohon hutan, yang meliputi rerumputan, herba dan semak belukar. Dalam
stratifikasi hutan hujan tropika, tumbuhan bawah menempati stratum D yakni
lapisan perdu, semak dan lapisan tumbuhan penutup tanah pada stratum E
(Soerianegara dan Indrawan 2008).
Keberadaan tumbuhan bawah di lantai hutan dapat berfungsi sebagai
penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga meminimalkan bahaya
erosi. Selain itu, tumbuhan bawah juga sering dijadikan sebagai indikator
kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam meningkatkan kesuburan tanah.
Selain fungsi ekologis, beberapa jenis tumbuhan bawah telah diidentifikasi sebagai
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, tumbuhan obat, dan
sebagai sumber energi alternatif. Namun tidak jarang juga tumbuhan bawah dapat
berperan sebagai gulma yang menghambat pertumbuhan permudaan pohon
khususnya pada tanaman monokultur yang dibudidayakan. Berdasarkan statusnya
sebagai kawasan konservasi, Cagar Alam Papandayan memiliki keanekaragaman
dan potensi tumbuhan yang perlu dilestarikan. Salah satu langkah penting yang

2
perlu dilakukan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya hayati adalah
dengan mengetahui berbagai jenis flora tumbuhan bawah yang tumbuh disana dan
bagaimana penyebarannya berdasarkan iklim dan topografinya, sehingga dapat
diterapkan strategi pelestarian tumbuhan yang sesuai dengan keadaan alam dan
kondisi cagar alam tersebut.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji komposisi jenis,
keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan bawah yang terdapat di Cagar Alam
Papandayan bagian timur, Garut, Jawa Barat.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
komposisi dan keanekaragaman jenis tumbuhan bawah yang terdapat di Cagar
Alam Gunung Papandayan bagian timur untuk kepentingan pengelolaan Cagar
Alam Gunung Papandayan.

METODE
Waktu dan Tempat
Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan
Mei 2013 di Cagar Alam Papandayan bagian timur, Jawa Barat, yang terdiri dari
lokasi hutan primer dan hutan terganggu. Hutan terganggu terdiri dari 24 lokasi
dengan 4 lokasi yang menjadi lokasi penelitian yaitu:
1. Hutan primer pada blok Supabeureum
2. Hutan rusak terkena letusan pada blok Tegal Alun
3. Hutan sekunder pada blok Tegal Mariuk
4. Hutan rusak karena perambahan pertanian pada blok Pasir Bui
5. Hutan rusak karena penggembalaan liar pada blok Cisurupan Panjang
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kompas, meteran, patok,
tally sheet, peralatan herbarium (alkohol 70%, gunting, kertas, tali label, plastik
besar, kertas koran, sasak, oven), alat tulis, kamera dan buku identifikasi jenis,
sedangkan bahan dalam penelitian ini adalah vegetasi tumbuhan bawah di Cagar
Alam Papandayan bagian timur.

3
Prosedur Penelitian
Penentuan Lokasi Pengamatan
Penentuan lokasi pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling, pada lokasi hutan terganggu dan hutan primer. Lokasi
pengamatan meliputi lokasi yang terganggu oleh alam berupa lokasi pasca letusan
tahun 2002, lokasi yang terganggu oleh manusia berupa perambahan, penebangan
liar, penggembalaan liar, dan lokasi hutan primer. Data dikumpulkan melalui
analisis vegetasi, pembuatan spesimen herbarium, identifikasi jenis tumbuhan,
wawancara dan studi literatur.
Analisis Vegetasi
Parameter tumbuhan bawah yang diamati adalah jumlah individu dan jenis.
Pengambilan contoh vegetasi di lapangan dilakukan dengan metode petak ganda.
Metode ini dilakukan dengan menggunakan petak contoh yang letaknya tersebar
merata pada areal yang dipelajari, dan peletakan petak contoh sebaiknya secara
sistematik. Menurut Kusmana (1997) dalam Indriyanto (2006), untuk fase semai
serta tumbuhan bawah menggunakan petak contoh berukuran 1 m x 1 m atau 2 m x
2 m. Pada penelitian ini masing­masing areal penelitian dibuat sebanyak 30 petak
contoh yang berukuran 1 m x 1 m dengan jarak tiap petak contoh yang tersebar
sebesar 10 m.

Keterangan:

: petak contoh 1 m x 1 m
: jarak antar petak contoh 10
m

Gambar 1 Petak Pengamatan Metode Petak Ganda
Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Jenis
Untuk jenis tumbuhan pada masing­masing petak contoh yang telah
diketahui langsung diidentifikasi di lapangan. Sedangkan untuk tumbuhan yang
belum diketahui nama jenisnya diambil fotonya dan dibuat herbarium basah untuk
diidentifikasi di Laboratorium Ekologi Fakultas Kehutanan IPB dan LIPI.
Herbarium yang diidentifikasi sudah dikeringkan dalam oven yang suhunya diatur
sebesar 50° C selama 24 jam.

4

Wawancara
Wawancara pada penduduk sekitar Gunung Papandayan dengan jumlah
responden sebanyak 90 orang, dilakukan untuk mengetahui jenis­jenis tumbuhan
bawah apa saja yang mempunyai potensi sebagai tanaman hias, tumbuhan obat,
pakan ternak, dan dapat dimakan. Jenis­jenis tumbuhan bawah yang invasif
didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak BKSDA.
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kondisi
umum Cagar Alam Gunung Papandayan, yang meliputi letak dan luas, kondisi fisik,
biotik, dan iklim, yang diperoleh dari literatur Kantor Balai Besar KSDA.

Prosedur Analisis Data
Tingkat Dominansi Jenis
Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menetapkan dominansi suatu
jenis terhadap jenis lainnya. Indeks Nilai Penting merupakan penjumlahan dari
Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) Soerianegara dan Indrawan
(2008).
jumlah individu suatu jenis
a. Kerapatan
(ind ha)
luas petak contoh(ha)
b.Kerapatan elatif
c. Frekuensi

kerapatan suatu jenis
x 100%
kera atan total seluruh jenis

jumlah plot ditemukan suatu jenis
Jumlah seluruh plot

d.Frekuensi elatif
Indeks Nilai Penting (INP)

frekuensi suatu jenis
x100%
frekuensi total seluruh jenis
=

Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif

Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)
Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Shannon
Index of General Diversity (Odum 1993).
n

H

ni ni
∑ [ ln ]
N N
i 1

Keterangan : H’ = Shannon Index of General diversity
ni = Indeks nilai penting jenis i
N = Total Indeks Nilai Penting
Menurut Shannon and Weaver (1949) diacu dalam Odum (1993) nilai
Indeks Keanekaragaman Jenis dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan,
yaitu :

5
a. Rendah jika H' < 2
b. Sedang jika 2 ≤ H < 3
c. Tinggi jika H ≥ 3
Indeks Kekayaan Jenis Margalef (R1)
Perhitungan indeks kekayaan jenis menggunakan rumus Margallef, yaitu:
1

S1
ln

Keterangan:

R1 = Indeks Margallef
S = Jumlah Jenis
N = Jumlah Total Individu
Magurran (1988), menyatakan bahwa terdapat kriteria untuk nilai indeks
kekayaan jenis, yaitu:
a. Rendah, jika nilai R < 3.5
b. Sedang, jika nilai R = 3.5 – 5.0
c. Tinggi, jika nilai R1 > 5.0
Indeks Kemerataan Jenis (E)
Rumus indeks kemerataan jenis yang secara umum paling banyak digunakan
oleh para ekologis adalah (Ludwig dan Reynold 1988):
E

H
ln S

Keterangan : E = Indeks Kemerataan Jenis
H’= Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon
S = Jumlah Jenis
Indeks Dominansi (C)
Nilai Indeks Dominansi menggambarkan pola dominansi jenis dalam suatu
komunitas. Untuk mengetahui indeks dominansi jenis digunakan rumus sebagai
berikut (Indriyanto 2006).
n

Keterangan :

ni 2
C ∑( )
N

C = Indeks Dominansi
ni= INP jenis i
N = total INP

i 1

Indeks Kesamaan Komunitas (IS)
Indeks kesamaan atau index of similarity (IS) kadang­kadang diperlukan
untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, antara beberapa unit
sampling, atau antara beberapa komunitas yang dipelajari dan dibandingkan
komposisi dan struktur komunitasnya (Indriyanto 2006). Untuk mengetahui

6
besarnya indeks kesamaan dapat
(Soerianegara dan Indrawan 1982):
IS

dipergunakan

rumus

sebagai

berikut

2
100%
a b

Keterangan:

IS = indeks kesamaan komunitas
w = jumlah dari nilai penting yang lebih kecil atau sama
dari dua spesies berpasangan, yang ditemukan pada
dua komunitas
a = total nilai penting dari komunitas A, tegakan A atau
unit sampling A
b = total nilai penting dari komunitas B, tegakan B atau
unit sampling B
Dalam penentuan antar dua komunitas yang berbeda, terdapat kriteria
yaitu (Odum 1971):
a. Suatu komunitas dianggap berbeda apabila nilai IS < 50%
b. Dianggap mirip apabila nilai 50% < IS < 75%
c. Dianggap sama apabila nilai IS ≥ 75%

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Luas dan Letak
Lokasi penelitian terletak di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam
Papandayan yang memiliki luas 6.884 ha. Secara administrasi pemerintahan
kawasan ini termasuk Kecamatan Cikahuripan Kabupaten Garut (BBKSDA 2011).
Peta lokasi kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Papandayan disajikan
pada Lampiran 1.
Topografi dan Iklim
Gunung Papandayan berada di ketinggian 2.170 m di atas permukaan laut
dengan konfigurasi umum lahannya bergunung, berbukit, dataran dan lembah.
Kemiringan lahannya yaitu curam di Cagar Alam, landai di Taman Wisata Alam
(TWA) dan agak curam di Cagar Alam dan TWA serta kestabilan tanahnya baik
yang berlokasi di Gunung Papandayan. Jenis material tanah ialah tanah
pegunungan. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, kawasan ini termasuk
tipe iklim B dengan curah hujan rata­rata per tahun 3.000 mm, kelembaban udara
berkisar antara 70­80 % dan temperatur rata­rata 10°C (BBKSDA 2011).
Flora dan Fauna
Flora yang terdapat di Cagar Alam Papandayan umumnya didominasi oleh
pohon suagi (Vaccinium valium) dan edelweis (Anaphalis javanica), sedangkan
vegetasi lainnya adalah puspa (Schima wallichii), saninten (Castanopsis argentea),
kihujan (Engelhardia spicata), jamuju (Dacricarpus imbricatus), pasang (Quercus
sp), manglid (Manglieta glauca) (BBKSDA 2011).
Satwa liar yang terdapat di Cagar Alam Papandayan adalah babi hutan
(Sus vitatus), trenggiling (Manis javanica), kijang (Muntiacus muntjak), lutung

7
(Trachypitechus auratus) dan beberapa jenis burung seperti: walik (Treron
griccipilla), dan kutilang (Pycononotus aurigaster) (BBKSDA 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jumlah Jenis Tumbuhan Bawah
Pada Gunung Papandayan bagian timur terdapat beberapa jenis kerusakan
yang terjadi pada hutan, yaitu kerusakan akibat letusan gunung pada tahun 2002 di
blok Tegal Alun, kerusakan akibat perambahan di blok Pasir Bui, kerusakan
akibat penebangan liar di blok Tegal Mariuk, dan kerusakan akibat
penggembalaan liar di blok Cisurupan Panjang, yang areal tersebut sekarang
sudah berubah menjadi padang rumput. Pengambilan data analisis vegetasi
dilakukan di lima lokasi berbeda yaitu blok Supabeureum yang merupakan hutan
primer, blok Tegal Alun, blok Tegal Mariuk, blok Pasir Bui, dan blok Cisurupan
Panjang. Komposisi jenis tumbuhan bawah secara umum berbeda­beda pada
masing­masing hutan yang mengalami kerusakan. Berdasarkan analisis vegetasi
dari seluruh lokasi penelitian diperoleh jenis tumbuhan bawah sebanyak 101 jenis
dari 34 famili. Blok Cisurupan Panjang memiliki jenis tumbuhan bawah tertinggi
yaitu berjumlah 35 jenis. Sementara pada lokasi hutan terganggu penebangan liar,
yaitu blok Tegal Mariuk, diperoleh jenis tumbuhan bawah terendah berjumlah 26
jenis. Data mengenai jumlah jenis untuk masing­masing lokasi disajikan pada
Gambar 3.
40
35

Jumlah Jenis

30
25
20
15
10
5
0
Supabeureum Tegal Alun

Tegal Mariuk

Cisurupan
Panjang

Pasir Bui

Lokasi

Gambar 3 Jumlah jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian
Sementara data mengenai komposisi jenis pada tiap lokasi penelitian dapat
dilihat pada Tabel 1.

8
Tabel 1 Komposisi jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian
No.

Nama Lokal

1

26
27

acung belang
anggrek
tanah
botol
anggur­angguran
antanan hejo
antanan hideung
antanan leuweung
arben bulu
arben cucuk
arben murbei
babadotan
babadotan tangkal
babauan
bageulis
balakaciut
balakbak
begonia
belegejebret
bitbitan
boroco
bubukuan gede
bubukuan leutik
bubulaan
buburituan
bungbrun
bungbrun
bikangna
cacabean
calincing

28

cantigi

29
30
31

congkok
edelweiss
eurih
hahamplasan
tangkal
hareeus gede
harendong careh
hihileudan
honje warat
ilat

2
3

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

32
33
34
35
36
37

Nama ilmiah

Blok
1

Centella sp.
Centella sp.
Centella sp.
Rubus reflexus
Rubus sp.
Rubus inopertus
Ageratum conyzoides

*
*
*

3




















*
*

*
*
Polygonum chinense
Polygonum sp.
Polygonum barbatum
Oxalis corniculata
Vaccinium
varingiaefolium
Curculigo orchioides
Anaphalis javanica
Imperata cylindrica


















































*
Nicolaia speciosa
Cyperus brevifolius

















*
Rubus moluccanus
Melastoma candidum




*

Celosia argentea
Strobilanthes cernua
Strobilanthes involucrata

5



Galinsoga parviflora
Begonia sp.

4



Amorphopallus sp.
*

*

2





9
Tabel 1 Komposisi jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian (lanjutan)
No.

Nama Lokal

38
39

61
62
63
64

ilat buah
ilat hideung
jajambuan
jalantir
jampang bau
jampang piit
jewer kotok
jonge arai
jukut aawian
jukut bau
jukut bool
jukut cai
jukut carulang
jukut geblug
jukut hasem
jukut ibun
jukut jajaruman
jukut kakawatan
jukut
kekembangan
jukut palias
jukut talisait
kasingsat
kembang
bobodasan
kembang cerotok
ki urat
ki urat beureum
kingkilaban

65

kirinyuh

40
41
42

43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

66
67
68
69
70
71
72
73
74
75

Nama ilmiah
Cyperus sp.
Cyperus sp.
Eugenia sp.
Erigeron sumatrensis
Digitaria sp.
Digitaria sanguinalis

Blok
1






2



Panicum montanum
Hyptis suaveolens



*
*





*

4

5










*
*

Eleusine indica
Eragrotis nigra
Axonopus compressus
Drymaria cordata
Andropogon aciculatus
Cynodon dactylon

3


















*
Cassia occidentalis

*
*

kokoasan

*

kumpai rawa
labu siam
lameta
lamjani
leteng
lumut
memenongan
paku bulu merak
paku bulumanuk

Lycopodium sp.
Sechium edule
Leersia hexandra



















Ocimum sanctum
Marchantia polymorpha











*

*
*
*







Pogonatherum paniceum

Plantago major
Plantago sp.
Mussaenda frondosa
Austroeupatorium
inulifolium














10
Tabel 1 Komposisi jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian (lanjutan)
No.

76
77
78
79
80
81

Nama Lokal

Blok

Nama ilmiah

1




*

paku cucuk
paku galing
paku hejo
paku hideung
paku pepedaan
paku perak
paku rane
paku rane bulu
paku tiang
paku toroktok
paku tulang
paparean
penir kasir
pining
pohpohan
pungpurutan
rumput gajah
rumput teki
saliara
sanagori
sembung
soya
sungugu
tataratean
teki papayungan
teklan

Hypolepsis punctate
Blechnum capense
Histiopteris incise
Loxogramme avenia





*
*
*

82
83
Cyathea contaminans
84
Dipteris conjugate
85
Selliguea feei
86
Phalaris arundinaceae
87
Fimbristylis annua
88
Hornstedtia alliacea
89
Pilea melastomoides
90
Urena lobata
91
Pennisetum purpureum
92
Eleocharis dulcis
93
Lantana camara
94
Codariocalyx gyroides
95
Blumea balsamifera
96
*
97
*
98
*
99
Cyperus rotundus
100
Eupatorium riparium
101
Keterangan : * (belum teridentifikasi); 1. Supabeureum; 2.
Mariuk; 4. Pasir Bui; 5. Cisurupan Panjang

2

3








4

5














































√ √

√ √ √
Tegal Alun; 3. Tegal

Dominansi Jenis Tumbuhan
Jenis tumbuhan bawah dengan nilai INP lebih besar sama dengan 10% pada
masing­masing lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis tumbuhan bawah dengan INP ≥ 10 % pada lokasi penelitian
Blok
Supa­
beureum

Nama lokal

Nama ilmiah

K
(ind/ha)

KR
(%)

F

FR
(%)

INP
(%)

Ilat

Cyperus
brevifolius

12666.67

9.77

0.5

12.10

21.87

jukut cai

*

18666.67

14.40

0.13

3.23

17.62

11
Tabel 2 Jenis tumbuhan bawah dengan INP ≥ 10 % pada lokasi penelitian
(lanjutan)
Blok

Nama lokal

Tegal
Alun

0.13

FR
(%)
3.23

INP
(%)
12.74

11666.67

9.00

0.13

3.23

12.22

52500

18.78

0,20

5.66

24.44

F

jukut geblug

Eragrotis nigra

37500

13.42

0.37

10.38

23.79

Ilat

22000

7.87

0.53

15.09

22.97

16000

5.72

0.40

11.32

17.05

14500

5.20

0.33

9.43

14.62

8500

3.04

0.33

9.43

12.48

paku tulang

Cyperus
brevifolius
Eleocharis
dulcis
Fimbristylis
annua
Histiopteris
incise
Selliguea feei

16000

5.72

0.23

6.60

12.33

bubukuan
gede
jukut cai

Strobilanthes
cernua
*

53333.3

21.89

1.37

24.40

46.29

85666.7

35.16

0.6

10.71

45.87

teklan

Eupatorium
riparium
*

22666.7

9.30

0.6

10.71

20.02

20333.3

8.34

0.47

8.33

16.68

Pilea
melastomoides
*

16666.7

6.84

0.43

7.74

14.58

45142.86

35.91

0.8

19.72

55.63

11714.29

9.32

0.34

8.45

17.77

8571.43

6.82

0.37

9.15

15.97

4000

3.18

0.31

7.75

10.93

22666.67

13.33

0.73

12.94

26.27

18000

10.59

0.67

11.76

22.35

20666.67

12.16

0.2

3.53

15.69

12000

7.06

0.4

7.06

14.12

7333.33

4.31

0.33

5.88

10.20

rumput teki

paku hideung

balakbak
gede
pohpohan
lamjani
teklan
Cisurupan
Panjang memenongan
kirinyuh
teklan
kirinyuh
Pasir
Bui

KR
(%)
9.51

bubukuan
leutik
jukut bool

penir kasir

Tegal
Mariuk

K
(ind/ha)
12333.33

Pilea
melastomoides
Strobilanthes
involucrata
*

pohpohan
Supa­
beureum

Nama ilmiah

balakaciut
lameta
jampang piit

Eupatorium
riparium
*
Austroeupatoriu
m inulifolium
Eupatorium
riparium
Austroeupatoriu
m inulifolium
Galinsoga
parviflora
Leersia
hexandra
Digitari
sanguinalis

12
Pada lokasi pertama, yaitu blok Supabeureum, terdapat 4 jenis tumbuhan
bawah yang memiliki INP ≥ 10% seperti yang tersaji pada Tabel 2. Jenis
tumbuhan bawah yang paling dominan pada lokasi ini adalah jenis ilat (Cyperus
brevifolius) dengan INP paling tinggi yaitu 21.87% dan jenis kodominannya
adalah jenis jukut cai dengan INP 17.62%. Pada blok Tegal Alun terdapat 7 jenis
tumbuhan bawah yang berpengaruh pada komunitas hutan karena memiliki INP ≥
10. Jenis tumbuhan bawah yang paling dominan pada blok Tegal Alun adalah
jenis jukut bool dengan INP tertinggi yaitu 24.44% dan jenis kodominannya
adalah jenis jukut geblug (Eragrotis nigra) dengan INP 23.79%.
Pada blok Tegal Mariuk jenis tumbuhan bawah yang paling dominan
adalah Bubukuan Gede (Strobilanthes cernua) dengan INP tertinggi sebesar
46.29%. Jenis kodominan yaitu jukut cai dengan INP sebesar 45.67%. Jenis yang
paling dominan pada blok Cisurupan Panjang adalah Lamjani dengan INP
tertinggi sebesar 55.63%. Jumlah INP Lamjani sangat jauh di atas jenis
kodominan yang ditemukan, yaitu Teklan (Eupatorium riparium) dengan INP
sebesar 17.77%. Hal ini dikarenakan Lamjani ditemukan hampir diseluruh plot
dengan jumlah individu yang banyak, sehingga mempunyai kerapatan dan
frekuensi jenis yang tinggi. Pada lokasi Pasir Bui jenis yang paling dominan
adalah Teklan (Eupatorium riparium) dengan INP tertinggi sebesar 26.27%.
Sementara jenis kodominan yang ditemukan yaitu Kirinyuh (Austroeupatorium
inulifolium) dengan INP sebesar 22.35%.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah
Nilai indeks keanekaragaman, indeks kekayaan, indeks kemerataan dan
indeks dominansi di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), Indeks Kekayaan Jenis (R1), Indeks
Kemerataan Jenis (E), dan Indeks Dominansi Jenis (C) Tumbuhan Bawah
di lokasi penelitian
Lokasi
Supabeureum
Tegal Alun
Tegal Mariuk
Pasir Bui
Cisurupan Panjang

H'

R1

E

C

3.36
2.92
2.40
3.10
2.85

5.70
4.58
2.42
5.00
5.60

0,94
0.86
0.73
0.90
0.80

0,04
0.07
0.14
0.06
0.11

Tabel 3 menunjukkan bahwa perbedaan nilai Indeks Keanekaragaman
jenis (H’) pada tiap lokasi penelitian tidak terlalu jauh dengan nilai H’ tertinggi
pada blok Supabeureum, yaitu 3.36. Keanekaragaman jenis dari blok Tegal Alun,
Cisurupan Panjang dan Tegal Mariuk termasuk dalam tingkatan sedang karena
memiliki nilai 2 ≤ H’< 3, sementara blok Pasir Bui dan Supabeureum termasuk
dalam tingkatan keragaman tinggi dengan nilai H’ ≥ 3.
Nilai H’ berbanding lurus dengan R1 dan E. Berdasarkan Magurran (1988)
nilai R1 < 3.5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah, R1 = 3.5–5.0
menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang, dan R1 > 5.0 menunjukkan
kekayaan jenis tergolong tinggi. Nilai R1 > 5.0 dimiliki oleh 2 lokasi yaitu blok
Supabeureum dan Cisurupan Panjang, dengan nilai R1 tertinggi dimiliki oleh blok

13
Supabeureum sebesar 5.70. Sementara nilai R1 terendah dimiliki oleh blok Tegal
Mariuk, yaitu sebesar 2.42.
Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan tumbuhan bawah di 5
lokasi memiliki nilai indeks kemerataan (E) mendekati 1, dengan nilai indeks
tertinggi pada blok Supabeureum, yaitu 0,94. Krebs (1972) menyatakan bahwa
nilai indeks kemerataan yang mendekati 1 menunjukkan bahwa suatu komunitas
tumbuhan semakin merata, sementara apabila mendekati 0, maka semakin tidak
merata. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya jenis yang secara individual
mendominasi lokasi pengamatan dan menyebar secara merata.
Indeks Dominansi Jenis (C)
Berdasarkan hasil perhitungan indeks dominansi tumbuhan bawah pada 5
lokasi penelitian menunjukkan bahwa nilai C terbesar pada blok Tegal Mariuk
yaitu sebesar 0.14. Pada kelima lokasi penelitian tidak ada nilai C yang sama
dengan atau mendekati 1, dengan demikian dapat dikatakan bahwa dominansi
vegetasi di lokasi penelitian tergolong rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa
jenis tumbuhan bawah pada lima lokasi penelitian menyebar pada banyak jenis.
Indeks Kesamaan Komunitas (IS)
Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya nilai indeks kesamaan antar
komunitas tumbuhan di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Indeks kesamaan komunitas tumbuhan antar komunitas di lokasi
penelitian
IS(%)
1
2
3
4
5
­
21.94
38.52
17.12
17.98
1
­
­
8.74
6.5
7.81
2
3
­
­
13.00
14.15
4
­
­
­
38.19
5
­
­
­
­
Keterangan: 1. Supabeureum, 2. Tegal Alun, 3. Tegal Mariuk, 4. Cisurupan Panjang,
5. Pasir Bui.
Komunitas

Potensi Kegunaan Jenis Tumbuhan Bawah
Tumbuhan bawah memiliki berbagai manfaat. Dari hasil wawancara
dengan penduduk setempat di tiga desa sekitar Gunung Papandayan dan pihak
BKSDA, selain berfungsi sebagai penutup tanah, tumbuhan bawah juga memiliki
potensi sebagai makanan, tanaman obat, tanaman hias dan pakan ternak. Potensi
kegunaan jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di Gunung Papandayan dapat
dilihat pada Tabel 5.

14
Tabel 5 Potensi Kegunaan Jenis Tumbuhan Bawah di wilayah sekitar CA Gn.
Papandayan
No Nama Lokal
1
acung
belang

Nama Ilmiah
Amorphopallus sp.

2

antanan

Centella sp.

3
4
5

Rubus reflexus
Rubus sp.
Rubus inopertus

6

arben bulu
arben cucuk
arben
murbei
babadotan

7

balakaciut

Galinsoga parviflora

8

begonia

Begonia sp.

9

boroco

Celosia argentea

10

Strobilanthes cernua

11

bubukuan
gede
calincing

12
13

congkok
edelweiss

Curculigo orchioides
Anaphalis javanica

14

eurih

Imperata cylindrica

Ageratum conyzoides

Oxalis corniculata

Kegunaan
Semua bagian tumbuhan dapat digunakan
sebagai pakan ternak, umbinya dapat dibuat
asam dan alkohol. Dapat digunakan sebagai
obat disentri, sakit telinga, kolera, masalah
pernapasan, menurunkan tekanan darah dan
kolesterol, untuk obat sakit reumatik dan
masalah pencernaan.
Daunnya dapat digunakan sebagai obat
penyakit kulit, gangguan sistem saraf,
maupun peredaran darah.
Buahnya seperti stroberi, dapat dimakan.
Buahnya seperti stroberi, dapat dimakan.
Buahnya seperti stroberi, dapat dimakan.
Daunnya digunakan sebagai obat luka,
radang dan gatal­gatal. Akarnya dapat
Mengatasi disentri, diare, atau panas.
Tumbuhan ini juga berperan sebagai gulma
pada tanaman pertanian, sebagai pestisida
dan herbisida.
Tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat
peluruh air seni, mengurangi tekanan darah
tinggi, melancarkan peredaran darah dan
mengaktifkan fungsi ginjal.
Tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat
penurun panas, obat sakit haid, dan obat
luka.
Tumbuhan ini berkhasiat untuk mengatasi
hipertensi, muntah darah, keputihan dan
infeksi saluran kencing. Bagian tumbuhan
yang digunakan yaitu seluruh tubuh
tumbuhan.
Tumbuhan ini dapat dijadikan tanaman hias
Tumbuhan ini berkhasiat untuk menurunkan
tekanan darah, antibiotik, antiracun, penurun
panas, anti­inflamasi dan penenang.
Tanaman hias
Tumbuhan ini dapat disajikan sebagai teh
yang berkhasiat untuk mengobati sirkulasi
darah yang buruk, batuk, dan dipteri.
Daunnya dapat juga digunakan sebagai salep
untuk melindungi dari sengatan matahari,
meringankan rasa sakit reumatik dan obat
luka.
Tumbuhan ini bermanfaat sebagai obat
panas dalam.

15
Tabel 5 Potensi Kegunaan Jenis Tumbuhan Bawah di wilayah sekitar CA Gn.
Papandayan (lanjutan)
No Nama lokal
15 hareeus
gede

16

harendong
careh

17

honje warat

18

ilat

19

jalantir

20

jewer kotok

21

jukut
carulang

22

kirinyuh

23

kasingsat

Nama ilmiah
Rubus moluccanus

Kegunaan
Buahnya seperti stroberi, dapat dimakan.
Akar tumbuhan dapat merupakan obat yang
baik untuk menyembuhkan kejang perut.
Cairan dari daun muda apabila daun tersebut
dikunyah dapat menyembuhkan sariawan.
Jika dikunyah dengan pinang merupakan
obat batuk yang baik dan baik bagi
kandungan. Daun yang dibuat bubur dapat
menyembuhkan bisul.
Melastoma candidum Daunnya sebagai obat disentri, obat kumur,
keputihan dan wasir. Buahnya dapat
dimakan.
Nicolaia speciosa
Daun muda dan buah dapat dimakan. Batang
semu sebagai bahan untuk membuat
anyaman.
Cyperus brevifolius
Tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat
penurun demam, obat batuk, anti radang dan
peluruh kemih.
Erigeron sumatrensis Daun berkhasiat untuk obat sakit kepala
(pusing), akar berkhasiat sebagai obat nyeri
pegal linu, dan secara tidak langsung dapat
menetralkan tekanan darah.
Coleus
Daun dari tumbuhan ini berkhasiat sebagai
atropurpureus
obat ambeien, sembelit dan bisul.
Eleusine indica
Tangkai­tangkainya yang kuat dipakai
sebagai bahan anyaman. Biji­bijinya dapat
dimakan apabila sudah kering dan dapat
dikupas. Bisa juga bijinya dihaluskan dan
dibuat tepung lalu dijadikan bubur.
Austroeupatorium
Daunnya digunakan sebagai sebagai obat
inulifolium
luka, dan obat sakit perut. Tumbuhan ini
juga berperan sebagai sekat bakar alami.
Cassia occidentalis
Untuk
pengobatan
radang mata,

perangsang nafsu makan, obat pencahar,
dan anti radang .
24

sembung

Blumea balsamifera

25

teki
papayungan
paku
toroktok

Cyperus rotundus

paku galling

Hypolepsis punctata

26

27

Dipteris conjugata

Daunnya dapat digunakan untuk nyeri haid
dan nyeri sehabis melahirkan.
Belum diketahui
Rimpang paku ini dapat dimanfaatkan
sebagai bahan keperluan medis. Selain itu,
jenis ini juga dapat digunakan sebagai
tanaman hias.
Dimanfaatkan sebagai ramuan untuk
mengobati luka bakar.

16

Tabel 5 Potensi Kegunaan Jenis Tumbuhan Bawah di wilayah sekitar CA Gn.
Papandayan (lanjutan)
No Nama lokal
28 paku tiang

Nama ilmiah
Cyathea
contamninans

29

Histiopteris incisa

30
31

paku
hideung
paku hejo
paku tulang/
paku
tangkur

32

pining

Hornstedtia alliacea

33

pohpohan
jukut palias

34

jampang piit

Pilea melastomoides
Pogonatherum
paniceum
Digitaria sanguinalis

35
36

lameta
paparean

Leersia hexandra
Phalaris
arundinaceae

37

rumput
gajah

Pennisetum
purpureum

Pakan ternak.

38

teklan

Eupatorium riparium

Tumbuhan
diuretikum.

Blechnum capense L.
Selliguea feei

Kegunaan
Batangnya banyaka digunakan untuk
membuat patung, tiang dekorasi rumah atau
hotel, dan vas bunga. Batang ini juga
berguna sebagai media tanam anggrek dari
jenis Anthurium, Piper, Platycerium,
Adiantum, dan jenis tumbuhan paku lain.
Daun yang masih menggulung digunakan
sebagai bahan makanan. rambut halus
digunakan untuk ramuan obat rebus.
Dapat dimakan setelah melalui beberapa
proses.
Pucuk paku dapat dimakan.
Rimpang paku tulang dimanfaatkan sebagai
obat penyakit diare, reumatik dan hipertensi.
Paku tulang dapat juga digunakan sebagai
tumbuhan ornamental dan tumbuhan dalam
pot.
Gumpalan buah dapat dimakan, dibuat
manisan.
Daunnya dapat dimakan.
Daunnya dapat digunakan sebagai pakan
ternak
Sebagai gulma dan dapat digunakan sebagai
pakan ternak karena memiliki gizi yang
lebih dari cukup.
Pakan ternak.
Pakan ternak.

ini

berkhasiat

sebagai

Pembahasan
Komposisi Jenis
Komposisi jenis tumbuhan bawah secara umum berbeda­beda pada
masing­masing hutan yang mengalami kerusakan. Komposisi jenis tumbuhan
bawah di blok Cisurupan Panjang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi
lainnya. Hal ini dikarenakan lokasi tersebut lebih terbuka dari 4 lokasi lain dan
tidak memiliki stratifikasi tajuk yang dapat menutupi permukaan tanah, sehingga
memungkinkan banyaknya tumbuhan bawah pada stratum E yang mendapatkan
cahaya yang cukup untuk tumbuh. Sementara tertinggi kedua yaitu blok
Supabeureum dengan 34 jenis.
Hasil analisis vegetasi ini menggambarkan komposisi jenis setiap
komunitas tumbuhan bawah yang berada di Cagar Alam Gunung Papandayan
berbeda. Komposisi yang berbeda antara kelima lokasi pengamatan dipengaruhi

17
oleh tipe hutan dan adanya perbedaan kondisi strata tajuk yang dimiliki oleh
masing­masing lokasi tersebut, sehingga jenis­jenis ground cover yang intoleran
terhadap cahaya dapat tumbuh dengan baik di lokasi yang terbuka. Jenis­jenis
tersebut diantaranya dari suku Poaceae dan Cyperaceae yang berhabitus herba
rerumputan.
Dominasi Jenis Tumbuhan
Dominansi suatu jenis dalam komunitas tumbuhan dapat menggunakan
Indeks Nilai Penting (INP) sebagai parameternya. Sutisna (1981) diacu dalam
Rosalia (2008) mengemukakan bahwa suatu jenis tumbuhan dapat dikatakan
berperan atau berpengaruh dalam suatu komunitas apabila memiliki nilai INP
untuk tingkat semai ≥ 10%, begitu juga dengan tumbuhan bawah. Besarnya nilai
INP juga menandakan besar atau tidaknya pengaruh jenis tersebut dalam suatu
komunitas tumbuhan (Indriyanto 2006).
Jenis jukut­jukutan dari suku Poaceae dan Cyperaceae merupakan jenis
yang termasuk dalam INP ≥ 10%. Selain itu dari kelima lokasi banyak ditemukan
teklan dan kirinyuh yang merupakan suku Asteraceae. Ketiga jenis tersebut
merupakan jenis gulma yang biasa dijumpai pada lahan pertanian dan kehutanan.
Jenis­jenis yang berasal dari ketiga suku tersebut umumnya memiliki potensi
untuk menguasai areal dengan populasi besar karena memiliki biji­biji yang
ringan dan mudah tersebar (Sembodo 2010). Menurut Sastroutomo (1990), suku
Asteraceae merupakan salah satu suku yang termasuk gulma berbahaya di dunia.
Pada lokasi Tegal Alun, banyaknya jenis jukut­jukutan dapat disebabkan oleh
tersebarnya biji melalui air sungai yang mengalir sepanjang lokasi. Hal ini
menunjukkan bahwa jenis­jenis dari suku tersebut merupakan jenis yang lebih
adaptif dan mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan tempat
hidupnya.
Secara umum, tumbuhan dengan INP yang tinggi mempunyai daya
adaptasi, daya kompetisi dan kemampuan reproduksi yang lebih baik
dibandingkan dengan tumbuhan lain dalam suatu areal tertentu. Jenis­jenis yang
dominan tersebut memiliki nilai kerapatan, frekuensi dan dominansi yang tinggi.
Kerapatan jenis yang tinggi menunjukkan bahwa jenis ini memiliki jumlah jenis
yang paling banyak ditemukan di lapangan dibandingkan jenis lainnya. Tingginya
frekuensi suatu jenis menunjukkan bahwa jenis ini tersebar merata hampir
diseluruh petak pengamatan. Sedangkan dominansi yang tinggi menunjukkan
bahwa jenis ini paling berkuasa di dalam komunitas terutama dalam penguasaan
ruang tempat tumbuh (Soerianegara dan Indrawan 1988).

(a)
(b)
Gambar 4 Jenis tumbuhan bawah yang dominan di lokasi penelitian:
(a) C. brevifolius (b) E. riparium

18
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah
Keanekaragaman jenis terdiri dari dua komponen, yaitu jumlah jenis yang
mengarah pada kekayaan jenis dan kesamaan atau kemerataan jenis yang
mengarah kepada kelimpahan jenis (Krebs 1972). Keanekaragaman jenis akan
berbanding lurus dengan nilai kekayaan jenis dan kemerataan jenis. Penggunaan
indeks kekayaan jenis pada penilaian keanekaragaman bertujuan untuk
mengetahui jumlah jenis yang ditemukan pada suatu komunitas. Sedangkan
penilaian keanekaragaman jenis dengan menggunakan indeks kemerataan jenis,
dapat digunakan sebagai petunjuk kemerataan kelimpahan individu diantara setiap
jenis. Kemerataan jenis berbanding terbalik dengan indeks dominansi yang
menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) jenis dalam suatu
komunitas. Melalui indeks ini pula dapat dilihat adanya gejala dominansi yang
terjadi diantara setiap jenis dalam suatu komunitas.
Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah di masing­masing lokasi
penelitian ialah bervariasi. Menurut Resosoedarmo (1990), keanekaragaman kecil
terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan lingkungan yang
ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin dan pegunungan tinggi. Dalam
penelitian ini yaitu lokasi yang terkena gangguan, seperti blok Tegal Mariuk yang
merupakan lokasi penebangan liar. Sementara itu, keanekaragaman yang tinggi
terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Keanekaragaman yang tinggi
menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi.
Komunitas yang tua dan stabil, seperti hutan primer, akan mempunyai
keanekaragaman jenis yang tinggi. Hutan primer blok Supabeureum adalah contoh
komunitas yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi.
Indeks Dominansi Jenis (C)
Indeks dominansi adalah parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya
dominansi (penguasaan) jenis dalam suatu komunitas (Indriyanto 2006).
Interpretasi dari nilai indeks dominansi seperti yang dinyatakan oleh Kusmana dan
Istomo (1997) yaitu jika nilai Indeks Dominansi mendekati 1 atau tinggi, maka
dominansi terpusat pada satu atau beberapa jenis, sementara jika nilai Indeks
Dominansi mendekati 0 atau rendah, maka dominansi jenis dipusatkan pada
banyak jenis.
Pada lima lokasi penelitian tidak ada nilai C yang sama dengan atau
mendekati satu, dengan demikian dapat dikatakan bahwa dominansi vegetasi di
lokasi penelitian tergolong rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis
tumbuhan bawah pada lima lokasi penelitian menyebar pada banyak jenis.
Kesamaan Komunitas Tumbuhan Bawah
Indeks Kesamaan Komunitas atau Index of Similarity (IS) menunjukkan
komposisi jenis tumbuhan dari dua komunitas yang dibandingkan. Terdapat
kriteria tertentu dalam penentuan IS antar dua komunitas yang berbeda. Suatu
komunitas dianggap berbeda apabila nilai IS < 50%, dianggap mirip apabila nilai
50% < IS < 75%, dan dianggap sama apabila nilai IS ≥ 75% (Odum 1993).
Berdasarkan kriteria yang disebutkan, kelima lokasi yang dibandingkan memiliki
nilai IS < 50%, yang menunjukkan bahwa komunitas hutan dari kelima lokasi
ialah berbeda.

19
Komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang
mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Blok Supabeureum dan Tegal
Mariuk merupakan hutan hujan tropis. Keadaan hutan blok Supabeureum masih
relatif tidak terganggu, sementara areal pengamatan di blok Tegal Mariuk yang
mengalami illegal logging, stratifikasi tajuknya masih cukup rapat. Jenis­jenis
yang sama yang ditemukan di kedua lokasi adalah balakbak gede, bubukuan gede,
bubukuan leutik, jukut cai, paku galing, paku tiang, pohpohan, dan teklan. Jenis­
jenis ini memiliki INP yang besar. Oleh karena itu hasil analisis data
menunjukkan jika IS dari perbandingan antara kedua lokasi cukup besar
dibandingkan IS antara lokasi lain.
Komunitas tumbuhan bawah yang berada di lokasi yang lain yang berada
di Gunung Papandayan tidak ada yang dapat dianggap sama. Hal ini bisa
disebabkan karena masing­masing lokasi memiliki tipe hutan yang berbeda dan
mengalami gangguan yang berbeda. Perbedaan komunitas dapat disebabkan oleh
tipe hutan yang berbeda, kondisi lingkungan yang berbeda, dan gangguan yang
terjadi pada areal hutan tersebut.
Potensi Jenis Tumbuhan Bawah
Tumbuhan bawah memiliki banyak manfaat bagi lingkungan. Tumbuhan
bawah juga dapat membantu menjaga agregat tanah agar tidak mudah lepas dan
tererosi oleh air hujan maupun aliran permukaan. Tumbuhan bawah juga
berfungsi sebagai penutup tanah yang menjaga kelembaban sehingga proses
dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat. Proses dekomposisi yang cepat dapat
menyediakan unsur hara untuk tanaman pokok. Disinilah siklus hara dapat
berlangsung sempurna, guguran daun yang jatuh sebagai serasah akan
dikembalikan lagi ke pohon dalam bentuk unsur hara yang sudah diuraikan oleh
bakteri (Irwanto 2011). Tumbuhan bawah juga merupakan tempat berlindung
yang baik bagi mamalia dan ikut pula menentukan iklim mikro yang cocok bagi
serangga. Komunitas tumbuhan bawah dapat dipakai untuk menggambarkan
keadaan tanah, tingkat kesuburan tanah di lapangan dapat dicirikan oleh jenis
tumbuhan yang tumbuh secara dominan (Sutomo dan Undaharta 2005).
Tumbuhan bawah merupakan vegetasi awal yang menjadi indikator tempat
tumbuh yang kondusif bagi proses suksesi hutan (Barnes et al. 1997 dalam
Puspaningsih 2011). Berdasarkan hasil penelitian Puspaningsih (2011), tumbuhan
bawah dalam monitoring tingkat keberhasilan reforestasi yang mengacu pada
terbentuknya kembali struktur dan fungsi hutan klimaks (rona awal) karena
tumbuhan bawah merupakan proses awal suksesi yang dapat menggambarkan
keberhasilan reforestasi. Suksesi sekunder yang terjadi pada daerah hutan hujan
yang diusahakan, lalu ditinggalkan, pertumbuhannya akan dimulai dengan
vegetasi rumput dan semak kecil yaitu P.conjugatum, P.distichum, N.reynaudiana,
A.conyzoides,dan C.rotundus. Semak­semak seperti P.aduncum, P.betle, dan
S.torvum, kemudian nantinya akan disusul dengan tumbuhnya jenis pohon pionir
seperti Macaranga, Vitex, Dillenia, dan Ficus. Hutan sekunder muda akan tumbuh
apabila keadaan lingkungan memungkinkan, seperti keadaan tanah yang tidak
tererosi, sesudah 15 – 20 tahun dan 50 tahun, kemudian akan menjadi hutan
sekunder tua yang berangsur­angsur akan mencapai klimaksnya yaitu hutan
dataran randah (Irwanto 2009 dalam Puspaningsih 2011).

20
Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk sekitar Gunung
Papandayan, tumbuhan bawah di Gunung Papandayan dapat bermanfaat sebagai
berikut:
a. Tumbuhan bawah sebagai tanaman obat
Tumbuhan bawah yang ditemukan di kelima lokasi penelitian dan
bermanfaat sebagai obat yaitu Paku galing (Hypolepsis punctate), babadotan
(Ageratum conyzoides), hareeus gede (Rubus moluccanus), harendong careh
(Melastoma candidum), kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium), sembung
(Blumea balsamifera), paku tulang (Dipteris conjugate) dan paku toroktok
(Selliguea feei).

(a)
(b)
Gambar 5 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat:
(a) M. candidum (b) B. balsamifera
b. Tumbuhan bawah sebagai makanan
Jenis tumbuhan bawah yang dapat juga dimakan yaitu dari famili Rosaceae,
Rubus sp. (arben bulu, arben murbei dan hareeus gede) dan jenis paku­pakuan.
Jenis paku­pakuan umumnya dapat dimakan setelah melalui beberapa proses
dalam memasak, sementara buah dari jenis Rubus sp.dapat dimakan langsung.

(a)
(b)
Gambar 6 Jenis tumbuhan bawah yang dapat dimakan:
(a) R. moluccanus (b) H. incise
c. Tumbuhan bawah sebagai tanaman hias
Jenis tumbuhan bawah yang dapat dijadikan tanaman hias yaitu jenis paku­
pakuan, congkok (Curculigo orchioides), dan Anggrek tanah botol.

21

(a)
(b)
Gambar 7 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman hias:
(a) D. conjugata (b) C. orchioides
d. Tumbuhan bawah sebagai pakan ternak
Beberapa jenis tumbuhan bawah yang masuk dalam famili Poaceae dapat
dijadikan pakan ternak, seperti Jukut palias (Pogonatherum paniceum), Jampang
piit (Digitaria sanguinalis), Lameta (Leersia hexandra), Paparean (Phalaris
arundinaceae), dan Jukut gebluk (Eragrotis nigra). Kelima jenis ini memiliki gizi
yang cukup untuk dijadikan pakan ternak. Lameta umumnya baik dimanfaatkan
sebagai bahan makanan untuk lembu dan terutama sekali untuk kuda.

(a)
(b)
Gambar 8 Jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai pakan ternak:
(a) L. hexandra (b) D. sanguinalis
Di Filipina, Lameta biasa ditanam dengan irigasi di sekitar kota­kota untuk
melayani kebutuhan akan rumput makanan kuda. Lameta merupakan rumput halus,
kaya akan zat telur, dengan batang­batangnya yang lembut, dan cocok sekali bagi
makanan kuda. Di beberapa P.jawa Paparean sering digunakan oleh pendudu