Desain Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat.

(1)

DESAIN TAMAN PATUNG DI TAMAN MONAS,

JAKARTA PUSAT

ERNA DELIANA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014 Erna Deliana NIM A44090067


(4)

ABSTRAK

ERNA DELIANA. Desain Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat. Dibimbing oleh DEWI REZALINI ANWAR.

Penyajian patung-patung menggunakan berbagai elemen desain secara fisik, dengan menggabungkan antara seni dan lanskap. Salah satu elemen tersebut dapat berupa Taman Kota yang juga berfungsi sebagai sarana sosial dan rekreasi bagi masyarakat. Taman Monas merupakan salah satu Taman Kota yang menampilkan berbagai patung di sekitar lanskapnya. Kondisi saat ini, menunjukan kondisi yang buruk pada patung-patung yang disajikan, hal ini selaras dengan buruknya apresiasi masyarakat terhadap patung-patung tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis keberadaan dan aktifitas di Taman Monas, menyusun konsep, dan merancang Taman Patung pada Taman Monas. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode deskripsi secara kuantitatif dan kualitatif. Metode yang dilakukan, menghasilkan konsep dasar berupa era kependudukan Jepang yang terjadi pada tahun 1942 sampai tahun 1945, dengan

konsep desain berupa “bambu runcing”. Penelitian ini menghasilkan siteplan yang dilengkapi dengan ilustrasi 3D yang diperjelas dengan gambar detil. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang Arsitektur Lanskap, menjadi bahan masukan bagi pengelola Taman Monas sebagai area display patung, serta sebagai bahan referensi Taman Patung bagi kota-kota lain di Indonesia.

Kata kunci: desain lanskap, patung, taman kota, Taman Monas

ABSTRACT

ERNA DELIANA. Sculpture Park Design at Monas Park, Central Jakarta. Supervised by DEWI REZALINI ANWAR.

The sculptures utilize a variety of physical design elements to meet their objectives in combining between arts and landscape. One of physical design elements could be a Park which is utilized by citizen as a social and recreational facility. As we known, Monas Park has sculptures displayed area. Nowadays, the sculptures are in bad conditions, as bad as an appreciation from the citizens. The study aims to identify and analyze the existence of activities on Monas Park, and also creating a new concept and designing the sculpture park at Monas Park. Furthermore, the study will analyzed by description methods of quantitative and qualitative description. Those analyzing would be produced a concept of the history of Indonesian people to fight for independent (1942-1945), with “bambu

runcing” as a design concept. In addition, the design result will be explained by

siteplan, 3D visualization, and details. This study are expected to be able to

enhance student’s skill in landscape architecture design, to create new concept of

sculpture park which can be a reference for the stakeholder, to develop the park’s function, and to be a reference sculpture park for other cities in Indonesia.


(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.


(6)

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DESAIN TAMAN PATUNG DI TAMAN MONAS, JAKARTA PUSAT

ERNA DELIANA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

Judul Skripsi : Desain Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat Nama : Erna Deliana

NIM : A44090067

Disetujui oleh

Dewi Rezalini Anwar SP M A Des Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara M Agr Ketua Departemen


(10)

(11)

PRAKATA

Syukur alhamdulillah, penulis ucapkan kekhadirat Allah S.W.T berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah Perancangan Lanskap, dengan judul Desain Taman Patung di Taman Monas Jakarta Pusat. Skripsi penelitian ini berisi tentang hasil penelitian dalam upaya meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya seni dan meningkatkan fungsi ruang terbuka di Taman Monas sebagai area display karya seni, khususnya patung. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pengelola dan kota-kota lain di Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dewi Rezalini Anwar selaku pembimbing dan penghargaan penulis sampaikan kepada pihak-pihak dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, serta staf-staf Suku Dinas Jakarta Pusat yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Almarhumah Ibu, kakak-kakak, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Disamping itu, terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dedi Yusmadi dan Ibu Ita Shintawati yang telah bersedia membantu penulis dari segi moril dan finansial dalam menyelesaikan studi S1 di Institut Pertanian Bogor.

Demikian skripsi penelitian ini dibuat, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014


(12)

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Kerangka Pikir ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Desain ... 3

Seni ... 3

Taman Patung ... 4

Taman Monumen Nasional... 4

METODOLOGI ... 6

Lokasi dan Waktu ... 6

Batasan ... 6

Alat dan Bahan ... 6

Metode ... 7

Tahapan... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

Kondisi Umum ... 10

Analisis dan Sintesis ... 26

Konsep ... 39

Desain ... 47

SIMPULAN DAN SARAN ... 77

Simpulan ... 79

Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 81


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Alat dan bahan penelitian ... 7

Tabel 2 Jenis, sumber, dan kegunaan data ... 8

Tabel 3 Rekapitulasi luas Monas 2012 ... 11

Tabel 4 Jenis vegetasi pada tapak ... 12

Tabel 5 Jenis satwa pada tapak ... 14

Tabel 6 Data iklim bulanan tahun 2012 ... 16

Tabel 7 Karya seni yang dipamerkan di Taman Monas ... 21

Tabel 8 Penggunaan prinsip-prinsip desain pada tapak ... 22

Tabel 9 Jumlah kunjungan Monas per tahun ... 24

Tabel 10 Analisis prinsip-prinsip desain pada tapak ... 36

Tabel 11 Penataan ruang, aktifitas, dan fasilitas ... 42

Tabel 12 Jenis sirkulasi ... 45

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pikir ... 2

Gambar 2 Peta lokasi penelitian ... 6

Gambar 3 Lima sektor utama Taman Monas ... 11

Gambar 4 Drainase dan sistem hidrologi pada tapak: (a) dan (b) saluran pembuangan (drainase), (c) saluran irigasi, (d) reservoir pembuangan air hujan, (e) bak penampungan, dan (f) sistem air mancur ... 17

Gambar 5 Aksesibilitas pada tapak (a) gerbang masuk, (b) jalur utama, Silang Merdeka, (c) dan (d) jalur pejalan kaki, (e) tangga, dan (f) jalur refleksi ... 17

Gambar 6 Peta sirkulasi tapak ... 18

Gambar 7 Fasilitas dan utilitas pada tapak: (a) bangku taman, (b) papan informasi, (c) toilet, (d) taman bermain, (e) jam, (f) listrik koin, (g) jaringan listrik, dan (h) tempat sampah ... 19

Gambar 8 Peta visual tapak ... 20

Gambar 9 Pengelolaan dan pemeliharaan oleh suku dinas (a) pembersihan, (b) penyiraman, (c) pemangkasan, (d) pengetrikan, (e) perbaikan hardscape, dan (f) perbaikan paving ... 23

Gambar 10 (a) Jumlah kunjungan dan (b) waktu kunjungan rata-rata ... 24

Gambar 11 (a) Lokasi dan (b) sektor yang paling sering dikunjungi ... 24

Gambar 12 Peta inventarisasi ... 25

Gambar 13 Sektor Utara ... 26

Gambar 14 Sektor Timur ... 27

Gambar 15 Sektor Selatan ... 27


(15)

Gambar 17 Peta eksisting Sektor Barat ... 29

Gambar 18 Penggunaam French Renaissance Style pada tapak ... 30

Gambar 19 Tugu Monas sebagai pemecah kemonotonan ... 30

Gambar 20 Peta analisis vegetasi ... 32

Gambar 21 Peta analisis aksesibilitas dan sirkulasi ... 33

Gambar 22 Sudut pandang pejalan kaki terhadap karya seni ... 34

Gambar 23 Peta analisis visual ... 35

Gambar 24 (a) Tingkat kesadaran responden dan (b) persepsi responden terhadap patung-patung di Taman Monas ... 38

Gambar 25 (a) Persepsi responden terhadap perancangan dan (b) fungsi yang sebaiknya terdapat pada patung-patung yang akan dipamerkan ... 38

Gambar 26 Konsep desain ... 40

Gambar 27 Konsep ruang dan sequence ... 41

Gambar 28 Fungsi vegetasi sebagai foreground (Booth 1983) ... 42

Gambar 29 Fungsi vegetasi sebagai background (Booth 1983) ... 43

Gambar 30 Enclosured vegetation ... 43

Gambar 31 Konsep enclosured vegetation ... 44

Gambar 32 Pola sirkulasi menurut Booth (1983) ... 44

Gambar 33 Konsep sirkulasi ... 44

Gambar 34 Konsep penataan patung ... 45

Gambar 35 Konsep visual ... 46

Gambar 36 Block plan ... 47

Gambar 37 Aplikasi landform datar dan pola geometrik pada tapak ... 48

Gambar 38 Aplikasi bentukan vertikal ... 48

Gambar 39 Aplikasi enclosured vegetation ... 49

Gambar 40 Aplikasi vegetasi sebagai background dan foreground ... 49

Gambar 41 Aplikasi pola sirkulasi ... 50

Gambar 42 Aplikasi site structure ... 50

Gambar 43 Aplikasi elemen air ... 50

Gambar 44 Rencana penanaman ... 54

Gambar 45 Siteplan dan perspektif keseluruhan ... 55

Gambar 46 Potongan tampak A-A' ... 57

Gambar 47 Potongan tampak B-B' ... 58

Gambar 48 Zona Penerimaan ... 59

Gambar 49 Detil signage ... 60

Gambar 50 Detil Lorong Sejarah ... 61

Gambar 51 Zona Display (Segmen A) ... 62

Gambar 52 Zona Display (Segmen B) ... 63

Gambar 53 Zona Display (Segmen C) ... 64

Gambar 54 Detil Patung Alih Kekuasaan Rakyat ... 65

Gambar 55 Detil Patung Romusha ... 66

Gambar 56 Detil Ampiteater ... 67

Gambar 57 Detil Dinding Siluet Pejuang ... 68

Gambar 58 Detil Air Mancur Kemerdekaan ... 69

Gambar 59 Detil Patung Perdamaian ... 70

Gambar 60 Detil Patung Kebangsaan ... 71


(16)

Gambar 62 Detil rumah burung ... 73

Gambar 63 Detil papan interpretasi ... 74

Gambar 64 Detil tempat duduk ... 75

Gambar 65 Detil tempat sampah ... 76

Gambar 66 Detil lampu taman ... 77

Gambar 67 Detil penanaman ... 78

Gambar 68 Detil penanaman ... 78

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Form kuisioner penelitian ... 81

Lampiran 2 Data parameter penelitian dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Kemayoran, Jakarta Pusat ... 83


(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seni dapat memberikan pengaruh positif bagi kehidupan manusia. Menurut Suzanne K. Langer dalam Kartika (2004), seni merupakan kreasi bentuk simbolis perasaan manusia yang diperoleh berdasarkan pengalaman emosionalnya dan bukan buah pikiran semata. Terdapat beberapa cabang seni yang diungkapkan melalui media diantaranya seni musik, seni gerak, seni sastra, seni teater, dan seni rupa. Seni rupa seperti patung, pada umumnya merupakan karya seni dalam wujud fisik, salah satu medianya adalah ruang terbuka (Read 2000). Ruang terbuka yang dapat digunakan sebagai display karya seni dapat berupa taman kota. Seni yang terdapat di taman kota umumnya mencerminkan kota tersebut, baik dari segi budaya, sejarah, maupun kesenian yang menjadi ciri khas (Sekiguchi 1966).

Taman kota merupakan penyusun ruang kota yang dipahami sebagai ruang terbuka publik yang berisi berbagai unsur alam dan pemandangan yang dikombinasikan oleh keragaman vegetasi, aktifitas penggunanya, dan beberapa unsur buatan yang disediakan sebagai fasilitas sosial dan rekreasi, baik aktifitas aktif maupun pasif. Taman kota mempunyai banyak fungsi yang saling berkaitan yaitu fungsi hidrologis, ekologis, kesehatan, rekreasi, dan estetika. Ditinjau dari fungsi estetikanya, taman kota dapat berfungsi sebagai media display karya seni, khususnya patung.

Taman Monumen Nasional (Taman Monas) merupakan taman kota yang memiliki luas 80 Ha dan dibangun pada masa kolonial Belanda. Taman ini bernilai sejarah dan memamerkan karya seni di kawasan Jakarta Pusat (Aprilia 2012). Adapun karya seni yang dipamerkan di Taman Monas seperti air mancur menari, relief perjuangan kemerdekaan, patung tokoh-tokoh penting, vas bunga raksasa dengan relief garuda, serta peletakan pohon langka dan unik yang menjadi simbol perwakilan 33 provinsi di Indonesia (Heri 2008).

Saat ini, Taman Monas dimanfaatkan sebagai ruang terbuka untuk melakukan aktifitas sosial dan rekreasi. Aktifitas sosial yang dilakukan pengguna diantaranya berkumpul, duduk-duduk, dan istirahat. Selain itu, pemerintah dan swasta juga sering mengadakan acara-acara untuk menunjang aktifitas sosial, diantaranya tabligh akbar, panggung, pameran, perayaan-perayaan, dan lain sebagainya. Sedangkan, aktifitas rekreasi berupa kegiatan olahraga, refleksi, melihat-lihat karya seni, berfoto, dan bersantai. Aktifitas sosial dan rekreasi didukung oleh keberadaan berbagai karya seni yang dipamerkan di taman, pengguna dapat bermain sekaligus mempelajari sejarah.

Kondisi saat ini memperlihatkan keadaan dari ruang terbuka yang kurang dimanfaatkan. Kondisi beberapa patung dan relief juga mulai rusak akibat hujan, cuaca tropis, dan kurangnya perhatian masyarakat maupun pemerintah. Buruknya kondisi ini berbanding lurus dengan apresiasi pengguna yang mulai kurang menghargai karya seni tersebut, hal ini didukung kuat oleh sedikitnya pengguna taman yang mengetahui nama dan sejarah dibalik pembuatan karya seni tersebut. Oleh karena itu, studi lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan fungsi ruang terbuka di Taman Monas sebagai ruang display karya seni untuk meningkatkan apresiasi pengguna dan pengelola terhadap karya seni, khususnya patung.


(18)

2

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. mengidentifikasi dan menganalisis keberadaan Taman Monas dan aktifitas pengguna di atasnya, khususnya pada area display patung,

2. menyusun konsep Desain Taman Patung di Taman Monas, dan 3. merancang Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat.

Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. menambah karya baru dalam perancangan di bidang Arsitektur Lanskap, 2. menjadi bahan masukan bagi pengelola Taman Monas untuk meningkatkan

fungsi ruang terbuka pada Taman Monas sebagai area display patung, dan 3. menjadi bahan referensi Taman Patung bagi kota-kota lain di Indonesia.

Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini memberikan gambaran setiap langkah yang sebaiknya ditempuh dalam penelitian, diawali oleh latar belakang permasalahan hingga hasil akhir berupa Desain Taman Patung di Taman Monas. Kerangka pikir penelitian dapat diperjelas dalam Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir

Taman Monas

Pemanfaatan Ruang Terbuka

Area Display Patung

Persyaratan Area Display Patung

 Vegetasi dan Satwa

 Topografi dan Kemiringan

 Iklim dan Kenyamanan

 Tanah dan Hidrologi

 Aksesibilitas dan Sirkulasi

 Fasilitas dan Utilitas

 Visual

 Elemen Seni dan Estetika

 Karya Seni

 Prinsip Desain

 Pengelola

 Pengguna

Aspek Fisik dan Biofisik Aspek Seni Aspek Sosial

Konsep Taman Patung di Taman Monas

DesainTaman Patung di Taman Monas Jakarta Pusat Analisis-Sintesis


(19)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Desain

Desain secara etiomologi, diserap dari bahasa Italia, designo yang secara gramatikal berarti gambar. Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata desain bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, desain berarti proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru. Sedangkan sebagai kata benda, desain digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata. Desain dalam arsitektur lanskap merupakan perluasan dari perencanaan tapak yang termasuk dalam prosesnya, tetapi pada desain lebih ditekankan pada seleksi komponen-komponen desain, jenis-jenis vegetasi, dan kombinasi lalinnya sebagai pemecahan masalah terhadap kendala-kendala di dalam rencana tapak. Sumber bentuk yang sangat penting pada desain lanskap adalah raut tapaknya sendiri yang dipertegas oleh batas tapak dan topografinya, serta berasal dari perkiraan fungsi atau kegunaan yang diinginkan (Laurie 1984).

Menurut Simond (2006), desain dalam arsitektur lanskap ditujukan pada penggunaan volume dan ruang yang memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas. Semuanya dapat diekspresikan dan diakomodasikan ke dalam fungsi-fungsi yang ingin dicapai sehingga dapat memberikan dampak yang berbeda pada psikologis manusia. Dalam desain lanskap, terdapat beberapa prinsip yang mendasari yaitu harmony (selaras), contrast (kontras), unity (kesatuan), balance (seimbang), repetition (ulangan), simplicity (sederhana), emphasis (aksentuasi), dan scale (proporsi) (Kartika 2004).

Seni

Seni memiliki banyak arti dari segala sudut pandang. Menurut Rahman (2012), seni merupakan penjelasan rasa indah yang terkandung dalam jiwa setiap manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantara gerak (seni tari, drama), yang dapat diungkapkan melalui sebuah karya dengan berbagai media. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, seni merupakan segala perbuatan manusia yang timbul dan bersifat indah, menyenangkan dan dapat menggerakan jiwa manusia. Lain halnya dengan Read (2000), mengungkapkan seni sebagai kegiatan rohani yang merefleksikan jasmani dan mempunyai daya yang bisa membangkitkan perasaan/jiwa orang lain. Seni pada mulanya adalah proses dari manusia dan merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam berbagai intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya. Selain itu, seni dapat dikatakan sebagai proses dan produk dari pemilihan medianya. Dimana dalam prosesnya terdapat suatu set peraturan dan nilai-nilai yang pantas ataupun tidak pantas di ekspresikan melalui medianya. Ekspresi yang disampaikan biasanya berisi penyampaian kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan (Langer 2006).


(20)

4

Taman Patung

Patung adalah karya seni tiga dimensi yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dengan bentukan yang beragam. Alasan mengapa patung dikatakan sebagai salah satu karya seni rupa tiga dimensi itu dikarenakan patung mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi (volume) serta dapat dilihat/dipandang dan dinikmati dari segala arah (Kusuma 1990). Menurut Hasan (2003), patung diciptakan untuk memenuhi kebutuhan batin atau dinikmati keindahannya saja. Dengan kata lain, patung menurut fungsinya masuk dalam kategori karya seni rupa murni. Di Indonesia, kerajinan patung sudah ada sejak dulu dan berkembang hingga sekarang, jenis dan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan patung beragam. Patung dapat diciptakan dengan membentuk atau menggabungkan bahan-bahan seperti logam, kaca, atau kayu. Selain berbahan keras, bahan lainnya untuk membuat patung dapat berupa tanah liat, plastik polimer, dan logam yang lebih lunak. Berbagai bahan seni tersebut disesuaikan pada setiap bentukan patung yang ingin diciptakan. Karya seni patung yang diciptakan juga dapat dinikmati dari segi nilai keindahan yang terkandung.

Menurut Read (2000), secara umum berdasarkan pembuatnya seni patung dikategorikan sebagai berikut:

1. Patung religi, selain dapat dinikmati keindahannya tujuan utama dari pembuatan patung ini adalah sebagai sarana beribadah, bermakna relijius. 2. Patung monumen, keindahan dan bentuk patung yang dibuat sebagai

peringatan peristiwa bersejarah atau jasa seorang pahlawan.

3. Patung arsitektur, keindahan patung dapat dinikmati dari tujuan utama patung yang ikut aktif berfungsi dalam konstruksi bangunan.

4. Patung dekorasi, untuk menghias bangunan atau lingkungan taman. 5. Patung seni, patung seni untuk dinikmati keindahan bentuknya.

6. Patung kerajinan, hasil dari para pengrajin. Keindahan patung yang dibuat selain untuk dinikmati juga sengaja untuk dijual.

Patung sebagai bagian dari karya seni, membutuhkan media dalam penciptaannya. Taman dapat menjadi media untuk menempatkan koleksi karya seni. Penempatan di taman selain mempertimbangkan keindahan patung juga dibutuhkan kejelian dalam memadukan karya seni seperti patung. Ketelitian dalam menonjolkan keindahan patung kadang-kadang memerlukan perhatian tersendiri. Sebuah koleksi patung di lokasi taman dapat disebut sebagai Taman Patung (Rahman 2012).

Taman Monumen Nasional

Taman Monumen Nasional merupakan salah satu taman kota di kawasan Jakarta Pusat. Taman kota merupakan salah satu elemen penyusun ruang kota yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai ruang terbuka, taman kota dipahami sebagai ruang yang berisi unsur-unsur alam dan pemandangan yang ditimbulkan oleh keragaman vegetasi, aktivitas, dan unsur-unsur buatan yang disediakan sebagai sumber pernafasan kota (Heuken 2008). Selain itu, TamanMOnas yang berfungsi sebagai paru-paru kota ini dimanfaatkan oleh pengunjung untuk menunjang kegiatan sosial maupun rekreasi.


(21)

5 Taman Monumen Nasional atau biasa disebut Taman Monas, dibangun pada masa kolonial Hindia Belanda yang pada awalnya disebut Koningsplein (Lapangan Raja). Pada masa itu terdapat banyak pohon gambir, sehingga masyarakat pribumi menamai lapangan tersebut dengan sebutan Lapangan Gambir. Lapangan Gambir berubah nama pada masa penjajahan Jepang, menjadi Lapangan Ikada yang merupakan singkatan dari Ikatan Atletik Djakarta. Soekarno yang memprakarsai pembangunan Monumen Nasional setinggi 132 meter pada tahun 1961 itu, mengubah nama Lapangan Ikada menjadi Medan Merdeka. Beliau menginginkan suatu simbol bagi perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Seiring dengan pembangunan Monas, Medan Merdeka berubah namanya menjadi Lapangan Monas dan kemudian menjadi Taman Monas.

Meninjau dari pemanfaatan dan penataannya, Taman Monas terdiri atas dua zona yaitu Taman Medan Merdeka dan Ruang Agung. Pada zona Taman Medan Merdeka terdapat pohon pelindung besar, taman, kolam pantulan Monumen Nasional serta air mancur. Zona ini membentang dari pagar pembatas di tepi Medan Merdeka hingga lajur pejalan kaki di sekeliling Taman Monas. Sedangkan Ruang Agung merupakan kawasan yang bertujuan memperkuat kesan keagungan saat memandang Monumen Nasional. Keberadaan pohon besar atau hambatan visual lainnya tidak diijinkan di zona ini. Zona ini terdiri dari lapangan rumput, plaza dari susunan batu, serta taman disekeliling Monas yang dipenuhi bunga dan tanaman hias beraneka warna.

Menurut Kepres No. 25 tahun 1995, ditinjau dari tata letaknya, Taman Monas terbagi atas lima Sektor yang mempunyai ciri khas masing-masing. Lima sektor tersebut yaitu Ruang Agung, Sektor Utara, Sektor Timur, Sektor Selatan, dan Sektor Barat. Ruang Agung berada dipusat dan diruang inilah terdapat Tugu Monas yang didalamnya terdapat diorama sejarah kemerdekaan Indonesia. Tugu Monas merupakan suatu bangunan monumental yang dibuat untuk mengenang perjalanan sejarah panjang bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaannya. Wujud dan rancangan bangunan secara keseluruhan merupakan simbolisasi dari angka keramat 17-8-1945, hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Keberadaan Monas diharapkan menjadi tonggak bagi kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang, dengan tidak melupakan keterkaitan dengan masa lalunya (Affendi 1998).

Sektor Utara yang berada pada bagian utara tapak, merupakan pintu satu-satunya menuju Tugu Monas. Pada ruang ini dikhususkan untuk pemanfaatan sedikit kegiatan, sehingga tetap menjaga keamanan Istana Negara dan Makamah Konstitusi yang berbatasan langsung pada sektor ini. Selanjutnya, Sektor Timur yang setengah tapaknya merupakan Stasiun Gambir dengan fungsi utama sebagai area olahraga. Sektor Selatan yang dikhususkan sebagai area konservasi vegetasi dan satwa terutama rusa totol (Axis axis). Sedangkan, sektor terakhir yaitu Sektor Barat menjadi area pertunjukan dimana didalamnya terdapat air mancur menari. Pada tahun 2005, setiap sektor diisi dengan peletakkan karya seni berupa patung-patung yang sengaja didatangkan dari luar Monas.

Taman Monas menjadi satu kesatuan dengan Monumen Nasional, dimana setiap tahunnya didatangi banyak wisatawan yang memanfaatkannya sebagai ruang terbuka untuk melakukan aktifitas sosial dan rekreasi. Taman seluas 80 Ha ini, menyediakan kereta wisata bagi pengunjung yang lelah berjalan kaki (Heuken 2008).


(22)

6

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Monas yang berlokasi di Jalan Pelataran Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Tapak ini memiliki luas sebesar 80 Ha yang berbatasan langsung dengan Jalan Medan Merdeka Utara di sebelah utara, Jalan Medan Merdeka Timur di sebelah timur, Jalan Medan Merdeka Selatan di sebelah selatan, dan Jalan Medan Merdeka Barat di sebelah barat. Selain itu, Taman Monas dibagi menjadi lima sektor yaitu Ruang Agung, Sektor Utara, Sektor Timur, Sektor Selatan, dan Sektor Barat. Setiap sektor dipisahkan oleh Jalan Silang Merdeka yaitu Jalan Silang Merdeka Timur Laut, Jalan Silang Merdeka Tenggara, Jalan Silang Merdeka Barat Daya, dan Jalan Silang Merdeka Barat Laut. Batas tapak dapat diperjelas melalui Gambar 2.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama enam belas bulan, dimulai pada minggu pertama bulan Februari 2013 dan berakhir pada minggu keempat bulan Mei 2014. Jadwal tersebut meliputi satu bulan persiapan penelitian, empat bulan pelaksanaan inventarisasi tapak, tiga bulan analisis-sintesis, tiga bulan pelaksanaan perencanaan, dan lima bulan untuk kegiatan perancangan, serta penyusunan skripsi.

Batasan

Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan Taman Monas seluas 80 Ha yang dibatasi oleh Jalan Pelataran Merdeka dan difokuskan pada area terbuka, khususnya pada area display patung. Batasan akhir penelitian berupa siteplan yang diperjelas dengan gambar potongan tampak, 3D visual, dan detil penjelasnya.

Alat dan Bahan

Penelitian ini membutuhkan berbagai alat baik hardware maupun software serta bahan-bahan penelitian yang digunakan berdasarkan kebutuhan pada kegiatan survei lapang dan kegiatan studio yang diperjelas melalui Tabel 1.


(23)

7 Tabel 1 Alat dan bahan penelitian

Alat Penelitian Penggunaan Sumber

Hardware

Kamera digital Dokumentasi Pribadi

GPS Delineasi dan pengecekan lapang Dept. ARL IPB Alat ukur Pengukuran dimensi tapak Dept. ARL IPB Laptop Input data dan pengolahan data Pribadi

Alat gambar Pengolahan data secara freehand Pribadi

Software

Microsoft Office 2010 Pengolahan data dan penyusunan laporan Instalisasi pada laptop

AutoCAD 2007 Pengolahan data spasial Instalisasi pada laptop

SketchUp Pro 8 Pengolahan data dalam proses perancangan Instalisasi pada laptop

Adobe Photoshop CS4 Pengolahan data dalam proses perancangan Instalisasi pada laptop Bahan Penelitian Penggunaan Sumber Peta Taman Monas Acuan inventarisasi dan analisis Sukdin Jakpus Bahan pustaka Studi literatur Perpustakaan IPB Kuisioner Bahan data sosial Survei data sosial

Metode

Metode yang digunakan selama kegiatan penelitian Desain Taman Patung di Taman Monas ini melalui beberapa kegiatan, diantaranya:

1. Inventarisasi

Inventarisasi merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan langsung pada tapak. Pada kegiatan ini, dilakukan dua pengamatan yaitu pengamatan tapak dengan survei dan pengamatan sosial dengan penyebaran kuisioner. 1) Pengamatan langsung pada tapak dilakukan untuk memperoleh data fisik,

biofisik, dan seni. Kegiatan ini dilakukan pada beberapa waktu yang berbeda, seperti pagi, siang, sore, malam, hari kerja, dan hari libur, serta pada saat acara tertentu.

2) Penyebaran kuisioner ditujukan kepada 30 responden khusus mahasiswa/ dosen/ ahli seni yang bergerak di bidang seni/ arsitektur/ arsitektur lanskap secara online dan 30 responden umum secara offline. Responden juga mencakup pengelola dan pengguna Taman Monas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan data sosial terhadap sudut pandang dan kebutuhan pada Desain Taman Patung.

2. Analisis dan Sintesis

Kegiatan analisis dilakukan dengan metode pembahasan hasil dari kondisi umum dan menghasilkan block plan. Tahapan ini membutuhkan pendekatan dalam tiga aspek yaitu aspek biofisik, seni, dan sosial.

1) Aspek biofisik

Aspek biofisik dianalisis untuk mengetahui kondisi tapak baik dari segi iklim dan kenyamanan, vegetasi dan satwa, topografi dan kemiringan, tanah dan hidrologi, fasilitas dan utilitas, aksesibilitas dan sirkulasi, serta visiual. Iklim dan kenyamanan dianalisis menggunakan perhitungan rumus THI (Thermal Humidity Index): THI = 0.8T + (RH x T/500) (Pratiwi 2010).


(24)

8

Aspek vegetasi dan satwa, topografi dan kemiringan, tanah dan hidrologi, fasilitas dan utilitas, serta aksesibilitas dan sirkulasi dianalisis secara deskriptif dan spasial. Sedangkan, aspek visual dianalisis secara spasial yang diperjelas secara deskriptif dengan menggunakan dua kategori yaitu

good view dan bad view. Data-data yang dianalisis dibutuhkan sebagai

bahan pertimbangan dalam penataan patung beserta lanskapnya. 2) Aspek seni

Pendekatan ini dianalisis dengan pertimbangan kondisi berbagai elemen seni, estetika, karya seni, dan prinsip desain. Data diperoleh dengan survei tapak dengan sudut pandang peneliti, wawancara serta penyebaran kuisoner kepada mahasiswa seni dan arsitektur lanskap yang disajikan dalam bentuk analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Selain itu, sebagai acuan, literatur mengenai seni dan patung dibutuhkan dalam mengolah data.

3) Aspek sosial

Aspek sosial dianalisis dengan pertimbangan sudut pandang pengguna dan pengelola berdasarkan kegiatan dan emosional yang diperoleh dalam Desain Taman Patung di Taman Monas. Analisis ini akan berpengaruh terhadap penataan fasilitas dan utilitas yang disediakan pada tapak. Selain itu, dalam penataan patung akan mempertimbangkan aktifitas, perilaku, dan kebutuhan emosional pengunjung terhadap tapak.

3. Desain

Kegiatan ini menggunakan data sintesis berupa block plan yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan Desain Taman Patung. Hasil dari kegiatan mendesain berupa siteplan yang dilengkapi dengan gambar potongan tampak, 3D visual, dan detil penjelasnya.

Tahapan

Tahapan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh Desain Taman Patung di Taman Monas adalah:

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah, penyusunan proposal, kolokium, dan melakukan perijinan penelitian.

2. Pengumpulan Data

Tahap kedua melakukan identifikasi terhadap data-data yang diperlukan sebagai bahan analisis. Data-data yang dikumpulkan berupa, data fisik, biofisik, seni, dan sosial. Jenis, sumber, dan kegunaan data dapat diperjelas melalui Tabel 2.

Tabel 2 Jenis, sumber, dan kegunaan data

No. Jenis/aspek

data Unit data

Kategori

data Sumber data Analisis

Kegunaan data Kondisi Umum

1 Lokasi tapak - Primer

Survei dan pihak pengelola Biofisik Peta dasar dan mengetahui kapasitas lahan 2 Batas

administrasi

Koordinat Primer Biofisik Biofisik 3 Luas tapak m2 Primer

dan sekunder


(25)

9 Tabel 2 Jenis, sumber, dan kegunaan data (lanjutan)

No. Jenis/aspek

data Unit data

Kategori data

Sumber

data Analisis

Kegunaan data Aspek Biofisik

1 Iklim dan kenyamanan

Suhu oC Sekunder BMKG Biofisik Menentukan kenyamanan Kecepatan

angin

knot Sekunder BMKG Biofisik Menentukan penataan patung Intesintas

penyinaran matahari

% Primer dan sekunder

BMKG Biofisik Menentukan penataan patung Kelembaban % RH Sekunder BMKG Biofisik Menentukan

penataan patung Curah hujan mm/tahun Sekunder BMKG Biofisik Menentukan

penataan drainase 2 Vegetasi dan

satwa

Spesies Primer dan sekunder

Survei dan pihak pengelola

Biofisik Menentukan penataan patung 3 Hidrologi

Sumber aliran - Primer dan sekunder

Survei dan pihak pengelola

Biofisik Menentukan penataan drainase Menentukan penataan drainase Pola aliran - Primer

dan sekunder

Biofisik

4 Topografi/ elevasi

m Primer dan sekunder

BMKG Biofisik Analisis drainase, struktur dan fasilitas 5 Jenis tanah Satuan

kesuburan

Sekunder Suku Dinas Pertamanan

Jakpus

Biofisik Penentuan peletakan patung 6 Utilitas dan

fasilitas

Unit Primer dan sekunder

Pengamatan langsung pada tapak

Biofisik Penentuan peletakan patung Aspek Seni

1 Elemen seni - Primer Survei Analisis ruang dan penataan karya seni Pengolahan perancangan dan penentuan peletakan patung 2 Estetika - Primer Survei

3 Karya seni Unit Primer dan sekunder

Suku Dinas Pertamanan

Jakpus 4 Prinsip desain - Primer Survei Aspek Sosial

1 Pengguna Orang Primer dan sekunder

Survei dan pihak pengelola

Sosial Mengetahui kebutuhan ruang 2 Waktu

kunjungan

Jam Primer Survei Sosial Mengetahui kebutuhan ruang 3 Lama

kunjungan

Jam Primer Survei Sosial Mengetahui kebutuhan ruang


(26)

10

Tabel 2 Jenis, sumber, dan kegunaan data (lanjutan)

No. Jenis/aspek

data Unit data

Kategori data

Sumber

data Analisis

Kegunaan data 4 Aktivitas

sosial

- Primer Survei Sosial

Penentuan fasilitas dan ruang 5 Aktivitas

rekreasi

- Primer Survei Sosial

6 Persepsi pengguna

- Primer Survei Sosial

3. Pengolahan Data

Pada tahap ini, dilakukan pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan dengan beberapa proses seperti analisis-sintesis, menyusun konsep, dan merancang Taman Patung. Analisis-sintesis dilakukan untuk menemukan potensi dan kendalanya, dimana hasil akhir tahap ini adalah sintesis berupa block plan yang merupakan solusi dari permasalahan dan pemanfaatan potensi tapak. Selanjutnya, penyusunan konsep berupa konsep dasar, konsep desain, dan konsep pengembangan, yang nantinya akan masuk pada tahapan desain. Pada hasil akhir proses desain ini adalah siteplan, 3D visual, potongan tampak, dan detil gambar sebagai penjelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Aspek Fisik dan Biofisik

1. Regulasi

Taman Monas merupakan taman kota yang berada tepat di jantung Kota Jakarta. Menurut Pasal 1 ayat 11 UU No.8 tahun 2007 tentang ketertiban umum, taman kota adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari ruang terbuka hijau kota yang mempunyai fungsi tertentu, ditata dengan serasi, lestari dengan menggunakan material taman, material buatan, dan unsur-unsur alam dan mampu menjadi areal penyerapan air. Dalam konsep UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, taman kota merupakan ruang terbuka hijau publik. Lebih jelasnya Pasal 29 Ayat (1) menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat. Taman kota harus dapat mengakomodasi setiap kegiatan penggunanya dengan fasilitas yang memadai. 2. Lokasi dan Batas Tapak

Taman Monas berbatasan langsung dengan Jalan Medan Merdeka Utara di sebelah utara, Jalan Medan Merdeka Timur di sebelah timur, Jalan Medan Merdeka Selatan di sebelah selatan, dan Jalan Medan Merdeka Barat di sebelah barat. Taman kota yang dibangun pada masa kolonial Belanda ini terdiri dari lima sektor utama yaitu Ruang Agung Pusat, Sektor Barat, Sektor Utara, Sektor Selatan, dan Sektor Timur (Heuken 2008). Letak setiap sektor dan batas-batas tapak diperjelas melalui Gambar 3.


(27)

11

Sumber: Heri (2008)

Gambar 3 Lima sektor utama Taman Monas

Pada setiap bagian mempunyai kekhasan sendiri, yaitu Ruang Agung dengan tugu utama yang menjadi ikon Indonesia, di dalamnya terdapat diorama perjuangan kemerdekaan dan menyajikan pemandangan seluruh Jakarta, Sektor Utara yang menghadap langsung Istana Negara dan Makamah Agung, berbagai kegiatan olahraga pada Sektor Timur, kandang Rusa totol di Sektor Selatan, serta air mancur menari dengan permainan lighting di Sektor Barat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Suku Dinas, diperoleh Rekapitulasi Luas Monas, data kuantitas sofscape dan hardscape tahun 2012, yang ditunjukan pada Tabel 3. Tabel 3 Rekapitulasi luas Monas 2012

Ruang

Luas lahan (m2)

Pohon (ph)

Rumput (m2)

Tanaman hias (m2)

Kolam (m2)

Batu hias (m2)

Bangunan taman

(m2) Ruang Agung 63911.4 44944.4 109.0 6778.6 49.1 540.5 395.4 Sektor Utara 115920.3 114232.9 2028.0 980.7 2952.9 - 972.9 Sektor Timur 106963.5 43591.0 539.0 830.0 - - - Sektor Selatan 200149.9 156514.0 2943.0 2435.0 - - - Sektor Barat 167879.2 150928.2 2545.0 5312.2 3585.3 - -

Sumber: Suku Dinas Jakarta Pusat (2012) 3. Vegetasi dan Satwa

Taman Monas memiliki aneka ragam vegetasi berdasarkan bentuk dan ukurannya, seperti groundcover, semak, perdu, hingga pohon. Jumlah total vegetasi berdasarkan data Suku Dinas Jakarta Pusat (2012) sebanyak 795 vegetasi dengan 41 jenis vegetasi. Berbagai jenis vegetasi tersebut mewakili 33 provinsi di Indonesia. Setiap sektor direncanakan dengan matang, sehingga struktur dan fungsi tanaman yang ditonjolkan beragam. Adapun fungsi tanaman yang ditonjolkan seperti pengarah, penaung, peneduh, pembatas, serta display. Tabel 4 menunjukan berbagai jenis vegetasi, fungsi arsitektur, dan lokasi penanaman pada Taman Monas.


(28)

12

Tabel 4 Jenis vegetasi pada tapak

No. Nama latin Fungsi arsitektur Lokasi sektor Gambar 1 Acalypha

macrophylla

(teh-tehan)

Pembatas Sektor Utara, Timur, dan Selatan

2 Albizia falcataria

(jeunjing)

Penaung Sektor Timur dan Selatan

3 Axonopus compressus

(rumput paitan)

Penutup tanah Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

4 Bauhinia purpurea

(bunga kupu-kupu)

Pengarah Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

5 Bouganville

(bunga kertas)

Display Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

6 Canna sp

(kana)

Display Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

7 Callistemon vimenalis

(sikat botol)

Display Sektor Selatan, dan Barat

8 Cocos nucifera

(kelapa)

Pengarah Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

9 Cordia sebestana

(jatimas) Pengarah dan display Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

10 Cyperus rotundus

(rumput teki)

Penutup tanah Sektor Timur, Selatan, dan Barat


(29)

13 Tabel 4 Jenis vegetasi pada tapak (lanjutan)

No. Nama latin Fungsi arsitektur Lokasi sektor Gambar 11 Dracena sp

(drasena) Pembatas dan display Sektor Utara, Timur, dan Selatan

12 Aerva sp. (erva) Pembatas dan display Sektor Utara, Timur, dan Barat

13 Hibiscus rosa-sinensis (kembang sepatu) Pembatas dan display Sektor Utara, Timur, dan Barat

14 Hymenocallis speciosa (lili air mancur)

Pembatas dan

display

Sektor Utara, Timur, dan Barat

15 Ipomea batata

(ketela hias) Pembatas dan display Sektor Utara, Timur, dan Barat

16 Ixora sp.

(soka)

Display Sektor Utara, Selatan, dan Barat

17 Lagerstroemia indica (bungur) Penaung dan peneduh Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

18 Manilkara kauki (sawo kecik)

Penaung dan peneduh

Sektor Selatan dan Barat

19 Polyalthia longifolia (glodogan tiang) Penagarah dan pembatas Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat


(30)

14

Tabel 4 Jenis vegetasi pada tapak (lanjutan)

No. Nama latin Fungsi arsitektur Lokasi sektor Gambar 20 Roystonea regia

(palem raja)

Pengarah Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

21 Samanea saman

(trembesi)

Penaung dan peneduh

Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

22 Syzygium oleina

(pucuk merah)

Pembatas, pengarah, dan

display

Sektor Utara, Timur, Selatan, dan Barat

Sumber gambar: dokumentasi pribadi (2013)

Keberadaan vegetasi yang beragam menjadi habitat bagi satwa di Taman Monas, baik satwa yang sengaja didatangkan maupun satwa yang datang dengan sendirinya. Semua satwa di bawah ini menyebar di setiap sektor Taman Monas, kecuali satwa Axis axis (rusa totol) yang hanya dapat ditemui di Sektor Selatan. Satwa yang ada di Taman Monas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jenis satwa pada tapak

No. Nama Latin Nama Lokal Famili Gambar 1 Apis indica Lebah Apidae

2 Appias libythea Kupu-kupu Pieridae


(31)

15 Tabel 5 Jenis satwa pada tapak (lanjutan)

No. Nama Latin Nama Lokal Famili Gambar 3 Axis axis Rusa totol Cervidae

4 Camponotus caryae Semut hitam Formicidae

5 Felis silvestris catus Kucing kampung

Felidae

6 Goura sp. Burung dara Columbidae

7 Passer montanus Burung gereja Passeridae

Sumber gambar: www.google.com (2013) 4. Topografi dan Kemiringan

Secara geografis, Taman Monas berada diantara koordinat 6°10 28 LS dan

106°49 44 BT. Letak geografis inilah yang menyebabkan Taman Monas berada

tepat di pusat Wilayah DKI Jakarta yang secara umum merupakan dataran rendah, dengan permukaan tanah kurang dari 10 mdpl yang termasuk dalam kategori topografi datar dengan sudut elevasi kemiringan 0-8% (5 m) (Riyanto 2009). 5. Iklim dan Kenyamanan

Berdasarkan data tahun 2012 dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Jakarta Pusat berada pada Lintang -6.15 dan Bujur 106.85. Jakarta Pusat juga memiliki suhu rata-rata sebesar 28.3 oC, dengan suhu tertinggi 28.9 oC pada bulan Mei dan suhu terendah 26.2 oC pada bulan November. Jumlah curah hujan rata-rata dalam setahun sebesar 136.2 mm/tahun, dengan curah hujan tertinggi sebesar 314.7 mm/ bulan pada bulan November dan terendah pada bulan Agustus (0 mm/ bulan), dimana tidak terjadi hujan. Data yang diambil pada Stasiun Meteorologi Kemayoran (2012), mendapatkan data kelembaban udara


(32)

16

rata-rata sebesar 73.9 %, dengan kelembaban tertinggi dan terendah pada bulan Januari (79.7%) dan bulan Juni (67.0%). Intensitas penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 87.6% dan terendah terjadi pada bulan Januari sebesar 32.4%, dengan rata-rata penyinaran 57.9% per tahun. Selain itu, kecepatan angin rata-rata adalah 4.9 knot, dengan kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Maret dengan 5.7 knot dan terendah sebesar 4.5 knot pada bulan Februari, September, dan November tahun 2012. Tabel 6 menjelaskan data mengenai iklim dan kenyamanan kondisi pada tapak.

Tabel 6 Data iklim bulanan tahun 2012

Jenis data Suhu bulanan (°C) Jumlah curah hujan bulanan (mm) Kelembaban udara bulanan (%) Lama penyinaran matahari bulanan (%) Kecepatan angin bulanan (knot) Arah angin bulanan Bulan

Jan 27.6 259.2 79.7 32.4 5.1 W Feb 28.3 110.5 77.6 52.4 4.5 W Mar 28.3 177.5 75.9 58.0 5.7 W Apr 28.7 195.7 76.9 68.7 4.9 E Mei 28.9 78.9 74.0 57.8 5.2 N Jun 28.8 66.9 67.0 49.9 4.9 E Jul 28.4 21.0 70.0 60.6 4.6 NE Agu 28.6 ─ 68.6 87.6 4.9 E Sept 28.9 19.5 69.5 81.1 4.5 E Okt 28.2 20.2 71.3 63.6 4.6 E Nov 26.2 314.7 78.0 42.0 4.5 E Des 28.2 234.3 78.5 40.5 5.5 NW Rata-rata 28.3 136.2 73.9 57.9 4.9 ─

Sumber: BMKG Pusat, 2012 6. Tanah dan Hidrologi

Berdasarkan Badan Pusat Penelitian Tanah (2013), jenis tanah pada kawasan Jakarta Pusat dikategorikan sebagai tanah urugan karena tingkat pembangunan yang tinggi sehingga menutupi tanah asli yang berjenis tanah aluvial. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah dengan tingkat kesuburan yang tinggi, yang mendukung kehidupan berbagai vegetasi di atasnya (Munir 1995). Selain itu, sistem hidrologi juga berperan penting pada kehidupan vegetasi di tapak. Pada setiap bagian di tapak terdapat sistem hidrologi dengan saluran air yang diantaranya masih berfungsi dengan baik, seperti saluran pembuangan (drainase), saluran irigasi, reservoir penampungan air hujan, bak penampungan, dan sistem air mancur (Gambar 4). Sistem drainase yang digunakan pada umumnya menggunakan sistem drainase tertutup.

7. Aksesibilitas dan Sirkulasi

Taman Monas yang terletak di Jakarta Pusat merupakan taman kota yang sangat mudah diakses dengan berbagai kendaraan seperti sepeda, motor, mobil, bus, busway, bahkan dengan kereta. Terdapat empat akses masuk utama yaitu Jalan Silang Merdeka Barat Laut, Jalan Silang Merdeka Timur Laut, Jalan Silang Merdeka Tenggara, dan Jalan Silang Merdeka Barat Daya. Selain jalur masuk


(33)

17 utama, tersedia sirkulasi pejalan kaki dengan variasi lebar jalan antara 2 meter hingga 7 meter. Gerbang Masuk (Gambar 5a) dapat diakses melalui Jalan Silang Merdeka (Gambar 5b) yang mempunyai lebar 54 meter dengan median jalan 12.7 meter. Jalan Silang dapat dilalui kendaraan bermotor, sedangkan para pejalan kaki dapat menggunakan jalur pedestrian lingkar sektor selebar 5 meter (Gambar 6).

Gambar 4 Drainase dan sistem hidrologi pada tapak: (a) dan (b) saluran pembuangan (drainase), (c) saluran irigasi, (d) reservoir pembuangan air hujan,

(e) bak penampungan, dan (f) sistem air mancur

Gambar 5 Aksesibilitas pada tapak (a) gerbang masuk, (b) jalur utama, Silang Merdeka, (c) dan (d) jalur pejalan kaki, (e) tangga, dan (f) jalur refleksi


(34)

18

Ga

mbar

6 P

eta sirkula

si t

apa


(35)

19 8. Fasilitas dan Utilitas

Pada dasarnya Taman Monas telah dilengkapi dengan fasilitas dan utilitas yang lengkap, namun jumlah yang diperlukan dalam beberapa fasilitas masih dirasa kurang (berdasarkan pengamatan dan pendapat pengunjung), dapat dilihat pada Gambar 7. Sedangkan, utilitas kabel dan pipa telah ditata, dan juga pompa air untuk penyiraman rumput, air mancur, dan toilet umum.

Gambar 7 Fasilitas dan utilitas pada tapak: (a) bangku taman, (b) papan informasi, (c) toilet, (d) taman bermain, (e) jam, (f) listrik koin, (g) jaringan listrik, dan

(h) tempat sampah 9. Visual

Secara visual, taman ini terlihat cukup terawat dan dipenuhi pepohonan hijau di setiap sektornya, maka tidak heran jika masyarakat menyebutnya sebagai hutan kota. Pada bagian yang mendekati Ruang Agung penggunaan pohon tinggi dikurangi agar Tugu Monas tetap menjadi point of interest, konsep ini mempengaruhi setiap bentukan sektor. Beberapa spot dapat menjadi good view yang menarik, namun beberapa spot dapat menjadi bad view, terutama saat ada acara yang dilaksanakan di Taman Monas. Bad view biasanya ditunjukkan dengan banyaknya sampah yang tertumpuk di suatu sisi, akibat dari kurangnya tempat sampah yang disediakan pengelola dan kurangnya kesadaran penguna akan kebersihan, serta akibat keberadaan PKL. Sebaran visual pada tapak ditunjukkan pada Gambar 8.

Aspek Seni

1. Elemen Seni dan Estetika

Desain dalam proses pembuatan taman perlu melakukan pemilihan dan penataan secara detil pada elemen-elemennya, agar taman dapat mempunyai nilai fungsional dan estetika yang baik. Menurut Andrea (2012), elemen taman dapat diklasifikasikan menjadi:

a) Berdasarkan jenis dasar elemen: 1) Elemen alami (terbuat secara alami) 2) Elemen non alami (buatan)

Taman Monas merupakan elemen non alami yang dibuat oleh manusia, hal ini terlihat dari setiap bentukan elemennya yang merupakan buatan manusia.


(36)

20

Ga

mbar

8 P

eta visua

l tap


(37)

21 b) Berdasarkan kesan yang ditimbulkan:

1) Elemen lunak (soft material), Taman Monas memiliki berbagai vegetasi dan satwa. Selain itu, pada Sektor Utara, Barat, dan Timur terdapat elemen air berupa air mancur dengan permainan lighting di malam hari.

2) Elemen keras (hard material) seperti paving, pagar, patung, pergola, bangku taman, kolam, lampu taman, dan sebagainya.

c) Berdasarkan kemungkinan perubahan:

1) Elemen mayor (elemen yang sulit diubah), seperti sungai, gunung, pantai, hujan, kabut, suhu, kelembaban udara, radiasi matahari, angin, petir, dan sebagainya.

2) Elemen minor (elemen yang dapat diubah), seperti sungai kecil, bukit kecil, tanaman, dan sebagainya serta elemen buatan manusia.

2. Karya Seni

Suzanne K. Langer (2006) mengatakan bahwa karya seni adalah suatu bentuk ekspresi yang diciptakan bagi ekspresi kita melalui indera atau pencitraaan, dan apa yang diekspresikan merupakan perasaan insani. Bentuk ekspresi dalam karya seni rupa, patung dapat dikatakan sebagai karya seni. Adapun karya seni yang terdapat di Taman Monas terdiri dari dua kategori yaitu patung dan air mancur. Berikut data dan lokasi penyebarannya (Tabel 7).

Tabel 7 Karya seni yang dipamerkan di Taman Monas

No. Lokasi Karya Seni

1 Sektor Utara Patung Pangeran Diponegoro Air Mancur Menari

2 Sektor Timur Patung Peringatan Raden Ajeng Kartini

Patung Chairil Anwar

3 Sektor Selatan Patung Ikada Kandang Rusa Totol

4 Sektor Barat Patung Moh. Husni Thamrin Air Mancur Pesona Monas


(38)

22

3. Prinsip Desain

Menurut Kartika (2004), suatu karya seni seharusnya senantiasa memperhatikan unsur pendukung karya seni dengan memperhatikan prinsip-prinsip desain seperti harmony, contrast, unity, balance, simplicity, repetition,

emphasis, dan scale. Tabel 8 berikut ini menunjukan kondisi tapak yang

dikorelasikan dengan prinsip-prinsip desain:

Tabel 8 Penggunaan prinsip-prinsip desain pada tapak

No. Prinsip

Desain Pengertian Kondisi Eksisting Gambar 1 Harmony

(selaras)

Selaras merupakan perpaduan unsur-unsur estetika dengan sekitarnya jika digabungkan akan menimbulkan kesan tertentu dengan susunan yang terlihat baik

Harmonisasi keutuhan Taman Monas ditujukan pada penggunaan gaya Taman Inggris yang geometrik dengan Tugu Monas sebagai pusatnya 2 Contrast

(kontras)

Kontras merupakan prinsip desain yang memadukan antara satu dengan lainnya yang berbeda tajam. Kontras dapat merangsang minat, menghidupkan desain, dan menjadi bumbu dalam pencapaian bentuk

Sensasi kontras yang menonjol pada tapak adalah keberadaan Tugu Monas yang menjulang tinggi dan berada ditengah-tengah antara bentukan horizontal hijau lainnya 3 Repetition

(ulangan)

Repetisi merupakan pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni

Penataan Polyalthia longifolia yang tertata sejajar dan terdapat di setiap Sektor Barat

4 Unity

(kesatuan)

Kesatuan adalah kohesi, konsistensi yang dimunculkan pada efek yang dicapai dalam satu susunan pendukung karya sehingga terlihat satu keutuhan desain

Keutuhan terjadi karena sesuatu terlihat dominan, seperti vegetasi yang dominan hijau yang menyebar merata di dalam tapak

5 Balance

(seimbang)

Keseimbangan ditentukan dalam ukuran, wujud, warna, tekstur, dan kehadiran unsur-unsur lainnya yang menimbulkan kesan seimbang secara visual dan intensitas kekaryaan

Penggunaan gaya Taman Inggris yang mendominasi tapak, menunjukan bentukan-bentukan geometrik yang seimbang terhadap

hardscape dan

softscape yang digunakan dalam tapak


(39)

23 Tabel 8 Penggunaan prinsip-prinsip desain pada tapak (lanjutan)

No. Prinsip

Desain Pengertian Kondisi Eksisting Gambar 6 Simplicity

(sederhana)

Penataan lanskap dengan penggunaan elemen lanskap yang seperlunya dan tidak banyak

Secara keseluruhan bentukan tapak didominasi oleh

lawn, vegetasi

evergreen, dan pola geometrik pada

hardscape

7 Emphasis

(aksentuasi)

Aksentuasi ditujukan dengan memfokuskan perhatian pada satu karya tertentu yang lebih menonjol daripada karya lainnya dengan

mewujudkannya pada bentukan axis

Axis pada tapak terlihat jelas pada keempat Jalan Silang Merdeka yang menunjuk langsung pada ke Agungan Tugu Monas

8 Scale

(proporsi)

Proporsi mengacu kepada hubungan antara bagian suatu desain dengan hubungan antara bagian dengan keseluruhannya, yang ditentukan penting oleh tipe dan besarnya bidang, warna, tekstur, dan garis

Perpaduan penataan softscape

yang dipadukan dengan hardscape

sekitarnya

Sumber: dokumentasi pribadi (2013) Aspek Sosial

1. Pengelola

Taman Monas dikelola secara langsung oleh Suku Dinas Pertamanan Jakarta Pusat yang berlokasi di Jalan Tanah Abang I. Pemeliharaan yang dilakukan berupa penyapuan, pengetrikan, penyiraman, pemberantasan hama, pengecatan, dan perbaikan kerusakan baik hardscape maupun softscape (Gambar 9). Berdasarkan penuturan bagian Staf Seksi Perencanaan di Suku Dinas, Diana Siscayati, pemeliharaan dilakukan dengan ketentuan waktu, yaitu setiap hari, tri wulan, dan kondisional.

Gambar 9 Pengelolaan dan pemeliharaan oleh suku dinas (a) pembersihan, (b) penyiraman, (c) pemangkasan, (d) pengetrikan, (e) perbaikan hardscape, dan


(40)

24

2. Pengguna

Taman Monas merupakan ikon utama Indonesia dan berlokasi di pusat jantung Jakarta, sehingga banyak wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung. Taman Monas masih menjadi tempat wisata favorit yang tak pernah sepi setiap harinya, baik hari kerja maupun hari libur. Menurut Rini Hariyani (Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Monas), kunjungan Monas melonjak setiap ahunnya. Hal ini dibuktikan berdasarkan data statistik yang menunjukan jumlah kunjungan Monas per tahun yang ditunjukan pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah kunjungan Monas per tahun

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Kunjungan

(orang)

664.212 708.739 888.392 1.242.470 1.057.951 1.100.000 1.303.028

Sumber: UPT Monas (2012)

Berdasarkan hasil kuisioner, dari 60 responden, sebanyak 38 orang mengunjungi Taman Monas kurang dari lima kali kunjungan dalam setahun, 13 orang sebanyak 5-10 kali kunjungan, dan 9 orang dengan kunjungan lebih dari 10 kali (Gambar 10a). Dari 60 responden tersebut, sekitar 8% melakukan kunjungan pada hari kerja, 59% pada hari libur, 17% saat ada acara di Monas, dan 16% lainnya pada waktu yang tidak tentu (Gambar 10b). Waktu rata-rata yang dibutuhkan responden kurang lebih 2 jam.

Gambar 10 (a) Jumlah kunjungan dan (b) waktu kunjungan rata-rata

Sebagai tempat wisata, Monas memiliki spot-spot yang digunakan untuk beraktifitas, sebanyak 48% pengunjung tertarik pada Tugu Monas, 36% memilih beraktifitas di taman, kegiatan olahraga pun dipilih 10% pengunjung, dan 6% pengunjung memilih spot lainnya (Gambar 11a dan 11b). Selain itu, pengunjung juga berhak menikmati karya-karya menarik yang dipamerkan. Persepsi responden terhadap karya yang paling menarik didominasi oleh Tugu Monas, Taman Monas, dan Air Mancur Menari. Sektor Utara menjadi sektor utama yang paling sering dikunjungi, karena di sektor ini ada pintu menuju Tugu Monas, sebanyak 40% pengunjung mengakuinya. Sektor selanjutnya yang lebih sering dikunjungi adalah Sektor Barat sebanyak 32% responden. Persentase ini dapat dilihat pada Gambar 11(b).


(41)

25

Ga

mbar

12 P

eta inve

nt

ar


(42)

26

Analisis dan Sintesis Gambaran Umum per Sektor

Pada bagian ini, dilakukan analisis deskritif secara umum menilai kelayakan per sektor untuk dijadikan sebagai Taman Patung. Sedangkan, pada bagian topografi, iklim dan kenyamanan, fasilitas dan utilitas, kondisi keempat sektor mempunyai karakteristik yang sama. Berikut merupakan penjabaran mengenai potensi dan kendala per sektor;

1. Sektor Utara

Sektor ini berbatasan dengan Makamah Agung dan Istana Negara di bagian utara, sistem keamanan bangunan tersebut sangat tinggi, sehingga mempengaruhi bentukan desain pada sektor ini. Salah satu sistem keamanan daerah ini adalah tidak diperbolehkannya aksi pengambilan foto ke arah Istana Negara maupun sepanjang Jalan Merdeka Utara. Terlihat pada tapak, bentukan desain sangat kaku dan perencana tidak menambahkan elemen-elemen tertentu yang dapat menimbulkan banyak kegiatan pengunjung karena dikhawatirkan akan mengganggu keamanan Jalur Merdeka Utara. Pada bagian selatan sektor ini, terdapat sebuah pintu masuk menuju Tugu Monas yang kerap kali dipenuhi pengunjung. Pintu masuk ini merupakan pintu masuk satu-satunya menuju Tugu Monas sehingga area ini ramai didatangi oleh pengunjung dan para pedagang. Selain itu, area ini juga menjadi tempat pemberhentian kereta wisata Monas yang menyebabkan tingkat keramaian yang tinggi. Oleh karena itu, sebagai sintesis, Sektor Utara ini tidak dapat dirancang sebagai Taman Patung. Kondisi Sektor Utara secara umum ditunjukan pada Gambar 13.

Gambar 13 Sektor Utara 2. Sektor Timur

Tepat setengah bagian dari sektor yang ditunjukan pada Gambar 14 ini merupakan Stasiun Gambir dan tempat parkir. Sektor ini dilengkapi dengan lapangan olahraga dan Air Mancur Menari. Para pengunjung sektor ini di dominasi oleh pengunjung yang ingin berolahraga seperti bola basket, badminton, bahkan sepak bola yang dilakukan pada bagian hamparan rumput. Maka, sangat dikhawatirkan jika mengaplikasikan Taman Patung akan cepat rusak oleh aktifitas yang terlalu aktif dari pengunjung. Sebaiknya, sektor ini tetap menjadi sektor yang memfasilitasi pengunjung sebagai sarana olahraga.


(43)

27

Gambar 14 Sektor Timur 3. Sektor Selatan

Sektor Selatan menjadi tapak yang menarik di Taman Monas, karena pada sektor ini terdapat kandang Rusa totol dibagian timur tapak dan berbagai pohon tinggi terdapat disini, sehingga menjadi sektor yang paling nyaman dikunjungi, namun keberadaan pohon-pohon ini justru menghalangi pandangan terhadap Tugu Monas yang memang merupakan ikon yang paling utama dari Taman Monas. Selain itu, sektor ini juga mempunyai pintu masuk dari lahan parkir sehingga kurang nyaman jika dijadikan taman patung dengan pertimbangan bising dan polusi yang lebih banyak yang dapat mempercepat rusaknya patung-patung yang akan dipamerkan. Gambar 15 menunjukan kondisi umum Sektor Selatan.

Gambar 15 Sektor Selatan 4. Sektor Barat

Sektor ini berada di tengah-tengah axis antara Tugu Monas dan Museum Gajah. Sektor ini juga menjadi sektor yang paling terawat dan terlihat jelas bentukan desainnya (Gambar 16). Penataan flower display yang sering diganti dalam perawatanya serta Air Mancur Menari yang masih aktif merupakan karya yang menarik, selain itu pengunjung juga disediakan tempat duduk bertingkat yang cukup panjang dan mengarah ke air mancur serta pemandangan ke arah Tugu Monas yang tidak terhalangi menjadikan sektor ini menjadi potensi yang


(44)

28

paling baik untuk dijadikan tapak Taman Patung. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara terhadap Pengelola di Suku Dinas, Aryoga, dan Diana (2013) yang mengatakan bahwa Sektor Selatan sudah terdapat kandang rusa, Sektor Timur lebih dikenal sebagai sektor berolahraga, Sektor Utara tidak diperbolehkan untuk banyak aktifitas, hanya sektor ini yang memang lebih mempunyai nilai seni yang tinggi yang dapat menunjang Taman Patung yang akan dibuat.

Gambar 16 Sektor Barat

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada setiap sektor, maka Sektor Barat menjadi tapak yang paling layak untuk dijadikan Taman Patung sebagai penunjang minat pengunjung dalam menikmati keindahan Tugu Monas. Oleh karena itu, analisis berikutnya hanya akan membahas Sektor Barat. Menurut Simonds, J.O. (2006), analisis perancangan perlu mempertimbangkan beberapa data karakteristik tapak, yaitu (a) topografi, kemiringan, dan tanah, (b) softscape

dan hardscape, (c) hidrologi, drainase, air, lahan basah, dan dataran banjir, (d)

karakter visual, (e) iklim, orientasi tapak, dan naungan, (f) karakter tapak sekitarnya, (g) aksesibilitas, potensi, dan pola sirkulasi, (h) utilitas, (i) zonasi tapak, (j) kendala pengembangan tapak, serta (k) peraturan dan persyaratan terkait pada tapak. Data karakteristik tersebut dikelompokan dalam tiga aspek yaitu aspek fisik dan biofisik, aspek seni, dan aspek sosial.

Aspek Fisik dan Biofisik 1. Lokasi Tapak

Sektor Barat berbatasan langsung dengan Jalan Silang Merdeka Barat Laut di sebelah utara, Jalan Silang Monas di sebelah timur, Jalan Silang Merdeka Barat Daya di sebelah selatan, dan Jalan Medan Merdeka Barat di sebelah barat. Pada setiap pertemuan Jalan Silang terdapat titik kritis yaitu suatu area yang memungkinkan untuk terjadi pertemuan. Titik kritis ini ditunjukan pada beberapa spot pada Gambar 17. Sektor yang memiliki luas sebesar 16.7 Ha ini merupakan area yang paling strategis sebagai area display karya seni patung, dimana Taman Patung ini berfungsi untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap estetika dan nilai sejarah yang terkandung dalam patung-patung yang dipamerkan. Patung-patung didesain sebagai penarik Taman Monas semata dan sebagai pendukung keberadaan Tugu Monas yang akan tetap dipertahankan sebagai point of interest dari keseluruhan Taman Monas. Kondisi eksisting Sektor Barat dapat dilihat pada Gambar 17.


(45)

29

Ga

mbar

17 P

eta

eksis

ti

ng S

ektor Bar


(46)

30

2. Topografi dan Kemiringan

Menurut Booth (1983), karakter topografi yang datar dapat menentukan bentukan desain pada tapak. Bentukan desain pada tapak yang paling tepat untuk taman bertopografi datar adalah menggunakan French Renaissance Style, gaya taman formal secara langsung akan membentuk vista dan axis yang panjang pada tapak. Selain itu, taman dengan topografi datar lebih diutamakan menggunakan pola geometrik pada sirkulasi, agar terkesan formal, kaku, dan seimbang. Pola geometrik inilah yang dapat dipertimbangkan dan diadopsi untuk pola sirkulasi pada Taman Sektor Barat (Gambar 18).

Gambar 18 Penggunaam French Renaissance Style pada tapak

Kondisi topografi tapak yang datar, memungkinkan pengguna untuk dapat melihat tapak dengan jangkauan horizontal yang luas. Pada bagian tengah tapak kemiringan 0% dan memiliki visibilitas langsung ke arah Tugu Monas, hal ini merupakan potensi yang tinggi dan dapat dimaksimalkan sebagai area display karya seni patung dan berpotensi sebagai ruang inti.

Taman Sektor Barat ini menjadi bagian dari sebuah axis panjang antara Tugu Monas, Air Mancur Menari, Jalan Merdeka Barat, dan Museum Nasional. Hal ini merupakan potensi yang dapat memperkuat pada bagian konsep taman dengan mengusung konsep sejarah.

Booth (1983) juga mengatakan bahwa tipe topografi datar akan menimbulkan kesan stabil, netral, damai, dan seimbang. Tapak yang datar dapat dikatakan sebagai tapak yang ideal dan dapat dikembangkan secara maksimal. Namun, tapak yang datar dapat memberi kesan monoton jika tidak dipadukan dengan elemen-elemen vertikal. Salah satu elemen vertikal yang menonjol dan menjadi point of interest pada Taman Monas adalah Tugu Monas (Gambar 19). Keberadaan Tugu Monas sebagai Taman Monas merupakan potensi yang dapat dimaksimalkan dalam desain.


(47)

31 3. Iklim dan Kenyamanan

Standar kenyamanan pada ruang terbuka dapat ditentukan dengan rumus THI (Thermal Humadity Index) yaitu:

Dengan, T = 28.3oC RH = 73.9 %

Maka, THI (Taman Monas) = 0,8(28.3) + (73.9 x 28.3 /500) = 22.64 + 4.18274

= 26.82

THI pada Taman Monas menunjukan angka sebesar 26.82 yang masih dibawah jangkauan batas kenyamanan sebesar < 27 dan masih dikatakan nyaman (Pratiwi 2010). Namun, untuk meningkatkan kenyamanan pengguna dibutuhkan ameliorasi iklim dengan penambahan vegetasi penaung. Terkait dengan patung, perubahan iklim dapat mempengaruhi pemilihan dan penggunaan material pada patung di ruang terbuka. Menurut Kartika (2004), material yang dapat digunakan dalam pembuatan patung dapat berupa tanah liat, lilin, kayu, bambu, batu padas, batu andesit, tembaga, dan lain sebagainya. Pada tapak dengan kondisi iklim dan curah hujan yang cukup tinggi, penggunaan material tembaga dan batu lebih diutamakan. Oleh karena itu, bahan baku utama yang akan digunakan adalah batu yang cukup aman dengan kondisi iklim dan cuaca pada tapak.

4. Vegetasi

Vegetasi pada tapak sudah cukup baik, dalam penataannya vegetasi didominasi oleh jenis pohon tinggi. Berdasarkan kriteria fungsi vegetasi, terdapat tiga jenis yaitu vegetasi display, penaung, dan pengarah. Penjelasan tiga fungsi ini dapat dilihat pada Gambar 20. Berdasarkan Master Plan dari Suku Dinas Pertamanan Jakarta Pusat, vegetasi paling barat pada tapak merupakan zona konservasi yang harus dipertahankan. Area ini juga berpotensi sebagai area konservasi satwa baik yang sudah ada maupun satwa-satwa yang sengaja didatangkan dengan pemilihan vegetasi yang tepat. Perancangan pun tidak dapat banyak menggunakan semak, hal ini mempertimbangkan perawatan yang sebaiknya seminimal mungkin terhitung pada korelasi jumlah pekerja dengan luasan tapak. Selain itu, penataan vegetasi sebaiknya dapat diolah lagi dengan penyesuaian terhadap konsep taman yang akan direncanakan.

5. Aksesibilitas dan Sirkulasi

Taman Monas dikelilingi oleh pusat pemerintahan dan ekonomi yang mempermudah akses menuju Taman Sektor Barat. Taman ini dapat diakses melalui Jalan Silang Merdeka Barat Laut dan Barat Daya yang keduanya merupakan akses utama Taman Monas. Aksesibilitas pada dua jalan utama ini dapat menggunakan kendaraan bermotor, sedangkan dalam tapak sirkulasi hanya dapat dipergunakan oleh pejalan kaki. Taman Monas yang sudah ada saat ini merupakan hasil perencanaan pihak perencana bersama Gubernur Sujardi Soedirdja pada tahun 1997, ada beberapa bentukan desain yang tidak dapat dirubah. Salah satunya bentukan pola sirkulasi di Taman Sektor Barat yang sudah ditetapkan dengan pola geometrik. Pola geometrik inilah yang akan tetap dipertahankan dan diimprovisasi. Analisis aksesibilitas dan sirkulasi dapat diperjelas pada Gambar 21.


(48)

32

Ga

mbar

20 P

eta

ana

li

sis

ve

ge


(49)

33

Ga

mbar

21 P

eta

ana

li

sis

a

ksesibil

it

as dan


(50)

34

6. Hidrologi dan Tanah

Taman Sektor Barat memiliki tipe saluran drainase terbuka dan tertutup, yang secara umum keduanya sudah berfungsi dengan baik. Sistem drainase terletak disetiap sisi-sisi jalur pedestrian dan berfungsi mengalirkan air keluar menuju bagian selatan tapak. Sistem drainase yang baik ini didukung dengan keberadaan vegetasi yang dapat meyerap air hujan sehingga tidak terjadi run off. Sehingga, tidak ada perbaikan berarti yang perlu dilakukan.

7. Fasilitas dan Utilitas

Fasilitas dan utilitas yang disediakan sudah cukup beragam, namun jumlah yang disediakan tidak mencukupi kebutuhan pengguna. Selain itu, setiap bentukan fasilitas yang disediakan terlalu formal dan dirasa kurang menyatu satu sama lain dalam segi konsep material dan bentukan desain. Oleh karena itu, kesatuan material dan penambahan fasilitas seperti tempat duduk, tempat sampah, lampu, dan lainnya perlu ditingkatkan dari segi jumlah dan bentukan desain untuk memperkuat konsep taman serta lebih menarik pengunjung.

8. Visual

Loidl H dan Benard S (2003) membagi kemampuan seseorang dalam melihat karya seni secara sempurna dengan sudut pandang vertikal dan horizontal. Sudut pandang pejalan kaki secara horizontal sebesar 60o, sedangkan secara vertikal sebesar 30o (Gambar 22). Sudut pandang ini perlu diperhatikan dalam penataan patung. Penjelasan lebih lanjut mengenai analisis visual dapat diperjelas melalui Gambar 23 yang lebih membahas analisis good view dan bad view.

Sumber: Loidl H dan Benard S (2003)

Gambar 22 Sudut pandang pejalan kaki terhadap karya seni Aspek Seni

1. Elemen Seni dan Estetika

Taman Sektor Barat merupakan bagian dari elemen non-alami yang sengaja dibuat oleh manusia, bentukan desain yang ditampilkan hanya menyelaraskan dengan topografi yang relatif datar yaitu dengan menggunakan pola geometrik. Menurut Andrea (2012), setiap bentukan elemen memberikan kesan tersendiri dari segi fungsi dan estetikanya. Dari segi estetika baik elemen lunak (soft material) maupun elemen keras (hard material) sebaiknya tetap diperhatikan demi menjaga keutuhan desain yang ditampilkan.


(51)

35

Ga

mbar

23 P

eta

ana

li

sis


(52)

36

2. Karya Seni

Bentukan patung pada Taman Sektor Barat masih dirasa kurang kuat, diantaranya peletakan Patung Moh. Husni Thamrin dan artwork berupa bambu dari tembaga yang dinamakan Air Mancur Pesona Monas, berdasarkan pengamatan keduanya tidak memiliki hubungan yang spesifik. Oleh karenanya, dibutuhkan satu konsep menarik yang menyatukan setiap elemen-elemen taman. 3. Prinsip Desain

Berdasarkan pengamatan di lapang mengenai prinsip-prinsip desain yang digunakan pada tapak, diperoleh analisis seperti yang tercantum pada Tabel 10. Tabel 10 Analisis prinsip-prinsip desain pada tapak

No. Prinsip Desain Analisis Sintesis Gambar 1 Harmony

(selaras)

Keberadaan air mancur yang berada ditengah tapak merupakan pottensi kuat sebagai penyelaras tapak Tetap mempertahankan keberadaan air mancur dan sebaiknya menjadi ruang inti

2 Contrast (kontras)

Kontras utama di Taman Sektor Barat maupun di taman monas adalah Tugu Monas yang menjadi

centre of attention

Taman Sektor Barat merupakan kesatuan Taman Monas, oleh karenanya

pandangan ke arah Tugu Monas

3 Repetition

(ulangan)

Penataan vegetasi berulang dapat berpotensi sebagai

background karya seni Tetap mempertahankan keberadaan glodogan tiang sebagai

background karya seni

4 Unit

(kesatuan)

Kesatuan pada tapak kurang terlihat

Membuat konsep baru yang menguatkan keberadaan axis

antara Tugu Monas dan Tugu Monas, penggunaan konsep kemerdekaan dirasa dapat menjadi alternatif 5 Balance

(seimbang)

Setiap bagian tapak menunjukan

keseimbangan dalam bentuk softscape dan

hardscape

Keseimbangan ini sebaiknya

dipertahankan dan dikembangkan


(1)

79

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Taman Patung dapat menjadi alternatif ruang pamer karya seni patung pada ruang terbuka. Ruang terbuka pada Taman Monumen Nasional (Taman Monas) berpotensi untuk dikembangkan menjadi Taman Patung. Taman Monas sendiri terdiri dari lima sektor yang memiliki kekhasan pada setiap sektornya. Sektor yang paling kental akan nilai seni adalah Sektor Barat yang dikembangkan menjadi Taman Patung.

Taman Patung pada Sektor Barat ini, mengusung konsep era perjuangan rakyat Indonesia menuju kemerdekaan. Konsep ini juga didasari oleh konsep utama keseluruhan Taman Monas yang mengusung kemerdekaan, pada tapak lebih menekankan akan perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan itu sendiri. Hasil desain menyajikan tapak yang dibagi menjadi tiga zona pembagi yaitu Zona penerimaan, display, dan konservasi. Pada Zona Penerimaan, terdiri dari dua sub zona yaitu Plaza Penerimaan dan Lorong Sejarah. Plaza Penerimaan berfungsi untuk menarik minta pengunjung untuk memasuki tapak, sedangkan Lorong Sejarah berfungsi sebagai ruang transisi menuju sub zona selanjutnya. Karya seni berupa patung difokuskan pada Zona Display yang terbagi atas delapan sub zona yaitu Plaza Kerakyatan, Plaza Perjuangan, Ampiteater 1, Plaza Siluet Pejuang, Air Mancur Kemerdekaan, Ampiteater 2, Plaza Perdamaian, dan Plaza Kebangsaan. Bentukan patung dan lanskap yang disajikan pada setiap sub zona mengandung satu alur cerita yang saling terkait. Selain itu, bentukan pola dan elemen desain yang dirancang merupakan transformasi dari konsep desain yaitu bambu runcing. Zona terakhir yaitu Zona Konservasi yang terdiri dari Area Konservasi Vegetasi, Kebun Jarak dan Bambu, serta Area Konservasi Satwa, khususnya burung.

Taman Patung ini dirancang sebagai taman yang diharapkan dapat meningkatkan nilai monumental Tugu Monas yang juga merupakan simbol kemerdekaan Indonesia. Desain Taman Patung ini diharapkan dapat meningkatkan fungsi ruang terbuka pada Taman Monas dan dapat meningkatkan apresiasi pengunjung akan nilai seni dan sejarah yang terkandung dalam karya seni yang dipamerkan, khususnya patung.

Saran

Nilai monumental dari Taman Monas harus lebih dijaga dan ditingkatkan dengan mendesain Taman Patung di bagian Sektor Barat Taman Monas yang menceritakan mengenai sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Keberadaan Taman Patung ini dapat memberikan suasana baru yang juga meningkatkan fungsi ruang terbuka pada Taman Monas dan meningkatkan apresiasi pengunjung. Oleh karena itu, Pemerintah dan Suku Dinas Pertamanan Jakarta Pusat selaku pihak yang menangani Taman Monas diharapkan dapat lebih terbuka terhadap pengembangan Desain Taman Monas dalam meningkatkan fungsi ruang terbuka dan lebih memperhatikan pengelolaan agar bentukan desain taman yang diaplikasikan tetap terjaga dengan baik. Selain itu, preferensi pengunjung dan ahli seni sangat diperlukan dalam mewujudkan karya seni yang ingin dipamerkan pada Taman Patung.


(2)

80

DAFTAR PUSTAKA

Affendi Y, dkk. 1998. Visual Art: Indonesia Heritage. Jakarta (ID): Archipelago Pr.

Ajisaka A. 2010. Mengenal Pahlawan Indonesia. Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia.

Andrea M. 2012. Menciptakan Taman Kota Berseri. [internet]. [diacu 2013 Januari 15]. Tersedia dari: http://Kumpulan.info/menciptakan-taman-kota-berseri.html

Aprilia R. 2012. Jakarta Juga Punya Taman Kota. [internet]. [diacu 2013 Januari 15]. Tersedia dari: http://VIVA.co.i/jakarta-juga-punya-taman-kota.html Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. USA:

Waveland Press.

Hasan A. 2003. In Search of Peace: Indonesian Cotemporary Sculptors. Jakarta Agung Offset. Jakarta

Heri S. 2008. Monumen Nasional Jakarta. [internet]. [diacu 2013 Januari 15]. Tersedia dari: http://kumpulan.info/wisata/tempat-wisata/53-tempat-wisata/102-monas-monumen-nasional-jakarta.html

Heuken A, 2008. Medan Merdeka - Jantung Ibukota RI. Jakarta (ID): Yayasan Cipta Loka Caraka. 1997. Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta. Jakarta (ID): Yayasan Cipta Loka Caraka.

Kartika DS. 2004. Seni Rupa Modern. Rekayasa Sains. Bandung.

Kusuma M, dkk. 1990. Perjalanan Seni Rupa Indonesia : dari Zaman Prasejarah hingga Masa Kini. Seni Budaya. Bandung.

Langer SK. 2006. Problematika Seni. Terjemahan FX. Widaryanto. Bandung (ID). Sunan Ambu Pr.

Laurie M. 1986. Pengantar Arsitektur Pertamanan. Bandung. Intermatra.

Loidl H, Bernard S.2003.Opening Spaces: Design as Landscape Architecture.Birkhauser-publishers for architecture. Berlin (DE): Boston.

Matroji. 2003. IPS Sejarah untuk SLTP Kelas 3. Erlangga. Jakarta.

Munir M. 1995. Tanah-Tanah Utama di Indonesia Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Jakarta (ID): Pustaka Jaya

Pratiwi V. 2010. Desain Lanskap Pertanian Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) Desa Bojongsari Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: IPB, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

Rahman A. 2012. Pengertian Seni, Unsur-unsur Seni, Sifat dasar seni secara Umum. [internet]. [diacu 2013 Januari 15]. Tersedia dari:

http://www.crayonpedia.org/mw/Pengertian_seni_,_cabang-cabang_seni,_unsur-unsur_seni,_sifat_dasar_seni_secara_umum_7.1

Read H. 2000. Seni: Arti dan Problematikanya. Yogyakarta (ID): Duta Wacana University Pr. Terjemahan dari The Meaning of Art oleh soedarso SP.

Riyanto I. 2009. Pemetaan Daerah Potensi Banjir dengan Segmentasi Data Digital Elevation Model. Studi Kasus: DAS Ciliwung di DKI Jakarta 2007. [Tesis]. Depok (ID): UI.

Sekiguchi E. 1966. Landscape and Human Life. Djambatan N.V. Amsterdam. Simonds JO, Starke BW. 2006. Landscape Architecture fourth edition: A. Manual

of Environtment Planning and Design. New York (US): McGraw-Hill Book.


(3)

81

LAMPIRAN

Lampiran 1 Form kuisioner penelitian

KUISIONER PENELITIAN

(Kuisioner ini merupakan salah satu pelengkap dalam penyusunan skripsi)

“DesainTaman patung pada Taman Monas, Jakarta Pusat”

Penelitian bertujuan untuk meningkatkan fungsi ruang terbuka sebagai Taman Patung pada Taman Monas, Jakarta Pusat.

Oleh : Erna Deliana (A44090067), Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Petunjuk : Lingkari pada jawaban yang sesuai

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Domisili :

1. Apakah Anda mengenali Kawasan Taman Monumen Nasional (Monas) ?

2. Berapa kali Anda mengunjungi Monas dalam setahun ?

3. Kapan biasanya Anda mengunjungi Monas ?

4. Manakah bagian Monas di bawah ini yang sering Anda kunjungi ? (Jawaban boleh lebih dari 1)

5. Sektor manakah yang sering Anda kunjungi ? (Jawaban boleh lebih dari 1)

6. Berapakah rata-rata waktu yang Anda gunakan dalam sekali kunjungan ke Monas ?

A Ya B Tidak A < 5 kali B 5 – 10 kali C > 10 kali A Hari kerja B Hari libur

C Saat ada acara di Monas D Lainnya . . .

A Tugu Monas B Taman Monas C Lapangan Olahraga D Lainnya . . .

A Ya (Lanjutkan pertanyaan no. 7) B Tidak (Lewatkan pertanyaan no. 7)

A Sektor Utara B Sektor Timur C Sektor Selatan D Sektor Barat


(4)

82

Alasan :

7. Kegiatan yang sering Anda lakukan saat berkunjung di Monas ?

8. Objek apakah yang membuat Anda tertarik di Taman Monas :

9. Apakah Anda menyadari keberadaan patung-patung di sekitar Taman Monas ?

10.Sebutkan patung-patung apa saja yang Anda ketahui !

11.Menurut Anda bagaimana kondisi patung-patung tersebut ?

12.Menurut Anda, bagaimana jika disediakan Taman Patung di sekitar Taman Monas ?

Alasan:

13.Fungsi apa yang ingin Anda tampilkan pada DesainTaman patung ?

14.Adakah saran Anda mengenai patung-patung yang sebaiknya dipamerkan pada Taman Patung di Taman Monas ?

A Ya B Tidak

A Buruk B Cukup Baik C Baik

D Baik sekali

A Fungsi Pasif B Fungsi Aktif


(5)

83 Lampiran 2 Data parameter penelitian dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan


(6)

84

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Desember 1990 di Bekasi, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Achid Saputra dan Almarhumah Ibu Titi Caswiti. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1995 dengan menempuh Sekolah Dasar Negeri 2 Jatikramat Bekasi dan diselesaikan tahun 2002. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diawali tahun 2002 sampai 2005 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 9 Bekasi. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Atas Angkasa 2 Halim Perdana Kusuma selama satu tahun, kemudian penulis pindah ke Sekolah Menengah Atas 21 Jakarta Timur dengan mengikuti program Kelas Internasional. Hal ini mengharuskan penulis memulai kembali tingkat awal Sekolah Menengah Atas dari tahun 2006 hingga 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur Ujian Tulis Mandiri IPB (UTM IPB) di Fakultas Pertanian, Departemen Arsitektur Lanskap pada tahun 2009.

Selama masa pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam kegiatan non-akademik baik di dalam maupun diluar Departemen Arsitektur Lanskap. Penulis aktif menjadi anggota organisasi CENTURY (Centre of Entrepreneurship and Development for Youth) selama dua periode tahun 2009 sampai tahun 2011. Penulis juga menjadi Anggota Divisi Keprofesian HIMASKAP (Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap) periode 2010-2011 dan menjadi Ketua Divisi Fund Rising HIMASKAP periode 2011-2012. Dalam kegiatannya sebagai pengurus HIMASKAP, penulis menjadi pioner Koperasi yang diusung dengan nama KALAP (Koperasi Anak Lanskap).

Penulis senang berkecimpung dalam kegiatan pelaksanaan acara dan beberapa kali menjadi Master of Ceremony dalam acara yang baik diselenggarakan di dalam maupun di luar Institut Pertanian Bogor. Pada tingkat dua perkuliahan, penulis diamanati sebagai trainer dalam acara Bussines Simulation JA Titan yang diselenggarakan oleh CENTURY. Dalam beberapa kesempatan penulis mengikuti seminar, workshop, dan sayembara seperti Seminar Pengolahan Limbah Kokon Ulat Sutera, Seminar Kewirausahaan dan Bussiness Plan, Workshop Landscape Project for Good Environment dan Sayembara Taman Layak Anak Paradesc (Parahyangan Design Competition). Pada kegiatan Workshop yang diselenggarkan Konsultan Sheilsflynn tanggal 10 Oktober 2011, penulis berhasil menjadi 5 peserta terbaik. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Juara I Workshop ILASW (Indonesia Landscape Architecture Students Workshop) pada bulan Oktober 2012 dan Juara 1 Sayembara ACLA (Asian Cultural Landscape Association) pada bulan September 2013.

Dalam kegiatan perkuliahan, penulis pernah mengabdikan diri sebagai asisten praktikum pada Mata Kuliah Desain Lanskap, Tata Laksana Arsitektur Lanskap dan Teknik Studio periode 2013. Sebelum menyelesaikan masa kuliah, penulis juga aktif mempraktikan ilmu dalam kegiatan beberapa proyek seperti jasa pembuatan maket, survei lanskap, perencanaan dan perancangan taman rumah tinggal milik pribadi hingga taman lingkungan milik Dinas Pemerintahan.