94 c
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kecamatan Semendo Darat Laut, Kecamatan Tanjung Agung dan
Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan;
d Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Lampung Kecamatan
Cempaka, Kecamatan Madang Suku I, Kecamatan Madang Suku II, Kecamatan Buay Pemuka Peliung dan Kecamatan Martapura
Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan.
95 Sejak tahun 1949 hingga saat ini pemerintahan Kabupaten Ogan Komering
Ulu telah 16 kali berganti kepemimpinan, kepemimpinan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2. Daftar Nama Pemimpin Kabupaten Ogan Komering Ulu No
Nama Bupati Masa Jabatan
1 M. Said
1949-1950 2
Nawawi 1950-1952
3 Aziz
1952-1954 4
Mustofa 1954-1956
5 Saleh
1956-1958 6
Harum 1958-1962
7 Usman Raden Mangku
1962-1963 8
Rusman Effendi Rustam 1963-1968
9 M. Muhammad Muslimin
1968-1979 10
HM Saleh Hasan, SH 1979-1989
11 Drs. H. Mulkan Aziman
1989-1994 12
Amiruddin Ibrahim 1994-1999
13 H. Rosihan Arsyad
1999-2000 14
Ir. Syahrial Oesman, MM. 2000-2002
15 Eddy Yusuf, SH., MM.
2002-2008 16
Drs. Yulius Nawawi 2008 sd Sekarang
Sumber: Profil Kabupaten Ogan Komering Ulu 2010, hal 2
Pada awal tahun 2005, secara administratif wilayah Kabupaten Ogan
Komering Ulu hanya terdiri atas 9 kecamatan, 130 desa, 4 desa persiapan, dan 3 kelurahan. Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka sampai
dengan akhir tahun 2013, wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu telah
96 berkembang menjadi 12 kecamatan, 14 kelurahan, dan 143 desa.
Persebaran desa dan kelurahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Data Desa dan Kelurahan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan
Luas Km
2
Jumlah Desa dan Kelurahan
1 Baturaja Barat
117.40 7 Desa 5 Kelurahan
2 Baturaja Timur
109.96 4 Desa 9 Kelurahan
3 Sosoh Buay Rayap
375.00 11 Desa
4 Pengandonan
249.00 12 Desa
5 Peninjauan
914.68 24 Desa
6 Semidang Aji
714.00 21 Desa
7 Ulu Ogan
600.00 7 Desa
8 Lubuk Batang
747.00 15 Desa
9 Lengkiti
481.06 21 Desa
10 Lubuk Raja 68.71
5 Desa 11 Sinar Peninjauan
85.32 6 Desa
12 Muara Jaya 334.93
7 Desa
JUMLAH 143 Desa 14 Kelurahan
Sumber: Profil Kabupaten Ogan Komering Ulu 2010.
Rata-rata klasifikasi desa yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan desa agraris. Desa agraris merupakan desa yang mata
pencaharian utama penduduknya adalah dengan cara bertani dan berkebun. Hal ini didukung oleh potensi yang dimiliki desa yang memang rata-rata
terdiri dari sawah, dan lahan ladang. Meskipun Kabupaten Ogan Komering Ulu dilalui oleh sungan besar yaitu sungai Ogan akan tetapi
masyarakat tidak begitu menggantungkan hidupnya pada potensi tersebut.
97 Jumlah Penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu yang tersebar pada
berbagai kelurahan dan desa di atas mencapai 394.029 jiwa, terdiri 202.322 laki-laki dan 191.707 perempuan. Jumlah penduduk terbesar
berada di Kecamatan Baturaja Timur, selanjutnya Kecamatan Peninjauan.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK Jiwa JUMLAH Jiwa
LAKI-LAKI PEREMPUA
Baturaja Timur 55.321
53.362 108.683
Baturaja Barat 20.028
19.404 39.432
Lubuk Batang 16.806
15.905 32.711
Peninjauan 26.236
24694 50.930
Semidang Aji 15.765
14.772 30.537
Pengandonan 5.432
5.305 10.737
Ulu Ogan 5.243
4.902 10.145
Muara Jaya 3.917
3.637 7.554
Lengkiti 16.751
15.267 32.018
Sosoh Buay Rayap 7.642
7.112 14.754
Sinar Peninjauan 12.165
11.403 23.568
Lubuk Raja 17.017
15.944 32.960
JUMLAH 202.322
191.707 394.029
Sumber: Profil Kabupaten Ogan Komering Ulu 2010
Untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada sejulah masyarakatnya tersebut Kabupaten Ogan Komering Ulu dilengkapi dengan Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, 17 dinas, 14 lembaga teknis, dan 3 lembaga teknis kantor.
98
B. GAMBARAN UMUM MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
Pengisian jabatan sekretaris desa oleh Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Ogan Komering Ulu secara resmi telah dilakukan sejak disahkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil. Sejak
tahun 2007 secara bertahap telah ada 91 sekretaris desa yang diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, namun saat ini tinggal 54 desa yang posisi
sekretaris desanya masih berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Hal ini dikarenakan banyak mutasi yang dilakukan sekretaris desa ke instansi lain
dengan berbagai alasan. Padahal, seharusnya sekretaris desa boleh mutasi setelah enam tahun mengabdi di desa.
Secara pasti, perubahan status sekretaris desa menjadi Pegawai Negeri Sipil
menimbulkan pro dan kontra diberbagai kalangan. Terlepas dari persoalan pro kontra tersebut, secara umum di Kabupaten Ogan Komering Ulu pasca
pengangkatan sekretaris desa sebagai Pegawai Negeri Sipil, manajemen pemerintahan desa baik dari aspek pola komunikasi pemerintahnya, sumber
daya manusia, hingga ke kinerja pemerintahan desa dapat digambarkan sebagai berikut.
99 Pola komunikasi merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu organisasi.
Melalui pola komunikasi yang baik, miss understanding diantara penyelenggara organisasi akan semakin kecil dan pastinya akan berdamoak
positif bagi penyelenggaraan tujuan organisasi tersebut, tak terkecuali organisasi pemerintahan desa. Berbagai faktor memang berperan besar dalam
pola komunikasi tersebut. Secara umum, pola komunikasi yang terjadi antara penyelenggara pemerintahan desa di Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah
komunikasi secara verbal. Artinya, penyampaian informasi dilakukan secara langsung melalui lisan oleh aparatur “pemilik” informasi kepada aparatur
yang lain. Tidak banyak komunikasi non verbal yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Sarana pendukung komunikasi yang kurang menjadikan antara kepala desa,
sekretaris desa, dan perangkat desa lainnya hanya berkomunikasi jika akan adanya kegiatan-kegiatan tertentu saja. Interaksi diantara mereka pun jarang
terjadi diarenakan ketiadaan kantor desa di sebagian besar desa di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Akibatnya, koordinasi dan komunikasi antara
pemerintah desa sering tersumbat atau tidak optimal. Selain pola komunikasi, manajemen pemerintahan juga meliputi kondisi
sumber daya manusia dan kinerja yang menjadi output penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Secara umum, sumber daya manusia penyelenggara
pemerintahan desa di desa Tanjung Baru jika dilihat dari aspek pendidikan sudah relatif baik, kepala desa dan sekretaris desa Tanjung Baru telah
mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi S1, meski masih terdapat
100 beberapa perangkat desa yang hanya sampai pada pendidikan menengah
pertama. Berbeda dengan kondisi sumber daya manusia di desa Tanjung Baru, kepala desa dan sekretaris desa di desa Raksa Jiwa dan Batang Hari
saat ini masih dengan latar belakang pendidikan menengah atas. Sedangkan untuk perangkat desa lainnya di kedua desaini, masih ada yang berpendidikan
sekolah dasar. Selain tingkat pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari
keahlian yang dimiliki. Baik keahlian dalam penyelenggaraan tugas, maupun keahlian yang menjadikan individu tersebut memiliki kemampuan berbeda
dari yang kebanyakan. Secara umum, keahlian yang dimiliki oleh penyelenggara pemerintahan desa di ketiga desa tersebut masih relatif kurang
atau dengan kata lain masih membutuhkan bimbingan dari pihak terkait guna peningkatan keahlian penunjang profesi mereka, seperti peningkatan
kemampuan dalam operasional teknologi komputer yang jelas berpengaruh besar terhadap kinerja administratif sekretaris desa.
Berbicara mengenai kinerja, banyak hal yang memberikan pengaruh terhadap
kinerja seorang individu maupun organisasi. Termasuk pola komunikasi dan sumber daya manusia juga memberikan pengaruh terhadap kinerja
penyelenggaraan pemerintahan desa. Kinerja merupakan kualitas hasil kerja. Secara umu kinerja aparatur pemerintah desa Tanjung Baru, Raksa Jiwa, dan
Batang Hari belum dapat dikatakan profesional. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai hal yang belum terlaksana dengan baik di ketiga desa tersebut.
101 Seperti belum tertatanya administrasi desa yang baik sesuai dengan peraturan
perundangan yang ada. Pelayanan yang dilakukan terbagi di tempat yang berbeda dan pelayanan
belum terjadwal secara profesional, keseluruhan bersifat sangat fleksibel tergantung waktu yang dimiliki aparatur dan masyarakat. Hal ini memang
lazim terjadi di desa, mengingat rasa kekeluargaan yang masih begitu kental yang menyebabkan pelayanan tidak harus mengenal jam kerja tertentu.