Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG
BEROBAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2008
TESIS
Oleh :
MELVA
047023013/AKK
E
K O L A
S
H
S
C
A
N
PA
.
0000
ASARJA
00000
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di
RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG
BEROBAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2008
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
MELVA
047023013/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
2
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Magister
Konsentrasi
: FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
KEJADIAN
KANKER
LEHER RAHIM PADA
PENDERITA YANG DATANG BEROBAT DI RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008
: Melva
: 047023013
: Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
: Epidemiologi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof.dr.H.M.Nadjib Dahlan Lubis, Sp.PA(K))
Ketua
(dr. Deri Edianto, Sp.OG(K))
Anggota
Ketua Program Studi
Direktur
(Dr.Drs. Surya Utama, MS)
(Prof. Dr. Ir.T.Chairun Nisa B, MSc)
Tanggal lulus : 16 Desember 2008
Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di
RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Telah diuji
Pada tanggal : 16 Desember 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
:
Prof.dr.H.M. Nadjib Dahlan Lubis Sp.PA(K)
Anggota
:
1. dr. Deri Edianto, Sp.OG(K)
2. dr. Rahayu Lubis, M.Kes
3. dr. Ria Masniari, M.Si
4. dr. Jules H. Hutagalung, MPH
Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang
Berobat Di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG
DATANG BEROBAT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang sepengatahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Medan, 16 Desemder 2008
Melva
i
ABSTRAK
Kanker leher rahim (KLR) masih menjadi problema kesehatan bagi
masyarakat Indonesia , karena kanker ini masih merupakan salah satu keganasan
yang paling banyak pada wanita. Di Indonesia terjadi peningkatan penyakit KLR
dan menjadi salah satu penyebab kematian pada usia produktif
Untukmengetahui factor yang mempengaruhi terjadinya KLR telah
dilakukan penelitian dengan rancangan studi Cross Sectional terhadap penderita
KLR sebanyak 60 kasus dan 60 tidak penderita KLR. Sampel diambil pada
penderita yang datang berobat dan rawat inap bulan Februari – Maret 2008 di
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam MalikMedan. Data primer dikumpulkan
dengan teknik wawancara menggunakan kuestioner. Data dianalisis secara
Univariat, Bivariat, Multivariat
Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara 4 faktor yang menentukan kejadian KLR: usia pertama
hubungan seks (p=0.000), paritas (p=0.034), ganti pasangan (p=0,020), infeksi
kelamin (p=0.000). Hasil analisis Multivariat melalui uji Regresi Logistik Ganda
menunjukkan ada pengaruh usia pertama melakukan hubungan seks
(p=0.005;Rasio Prevalens 2.3), infeksi kelamin (p=0.000; Ratio prevalens 2.5)
Berdasarkan hasil penelitian ini maka petugas kesehatan perlu melakukan
sosialisasi KLR secara terpadu oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas, Departemen
Agama, Tokoh Masyarakat, melalui Komunikasi Informasi Edukasi (KIE).
Pelaksanaan Deteksi Dini menjadi suatu Program Penanggulangan KLR, baik di
tingkat daerah maupun tingkat Puskesmas.
Kata kunci : Kanker Leher Rahim
ii
ABSTRACT
Cervical cancer is still a major health problem for Indonesian women , as
the cancer is the first rank incidence of malignancy in Indonesian. The incidence
of cervical cancer is increasing in Indonesian that it becomes one of the causes of
death of women in their productive age
To find out the influencing risk factor of the incidence of the cervical
cancer, it is done a cross sectional study to sixty patiens suffering of cervical
cancer and sixty people not surffering .The sample for this study are those who
came to H.Adam Malik General Hospital Medan in period of February to March
2008.The datas were achieved by enterviewing, fulfilling the questionnaire and
analysed by univariate, bivariate and multivariate analysis.
Chi Square test shows that there were four factors that significantly
determine the incidence of cervical cancer i.e, the age of under twenty year, the
first time committed sexual intercourse (p=0,000), parity of more than three
(p=0,000), Changing of sexual patner (p=0,020), being ever get cervical infection
(p=0,000). Multivariate (logic Regression) analysis showed that the most
determining factor influencing were the first time of commiting sexual
intercourse (p=0.005; ratio prevalence 2,3) cervical infection (p=0,000; ratio
prevalens 2,5).
Based the result it is suggested that health service, personnels, primary
health center, Department of Religious Affairs, prominent community leaders
joinly do an intergrated socialitation of cervical cancer through education
information communication. The implemation of early detection has become a
cervical cancer prevention program either at district or Puskesmas levels.
Key words : Cervical Cancer
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena HidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul : “FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim pada Penderita
yang Datang Berobat di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2008”.
Dalam penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada Bapak/ibu : Prof.dr, H.M. Nadjib Dahlan Lubis, Sp.PA(K) sebagai
Ketua Komisi Pembimbing, dr. Deri Edianto, Sp.OG(K) selaku anggota komisi
pembimbing serta dr. Rahayu Lubis, M.Kes. selaku anggota komisi pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing penulis
mulai dari pembuatan proposal hingga selesainya penulisan tesis ini. Tidak lupa
ucapan terimakasih kepada Ibu Ria Masniari, MS,. dr. Jules H. Hutagalung, MPH
dan yang telah menyediakan waktu, menjadi Dosen Pembanding dan tim penguji
tesis ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih
kepada Bapak/Ibu :
1. Bapak Prof., Charuddin P. Lubis, DTM&H,SpA(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr, Ir. T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
v
3. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Wakil direktur Medis dan Penelitian RSUP. H. Adam Malik Medan
dan staff yang telah memberi izin dan membantu penulis dalam melakukan
penelitian ini.
5. Ibu Prof. Dr.Dra. Ida Yustina, MSi. selaku Sekretaris Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi yang telah memberikan
pengajaran, bimbingan dan pengarahan serta bantuan selama pendidikan.
7. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes. selaku Direktur Poltekkes Depkes Medan
yang telah memberikan izin belajar kepada penulis.
8. Kepada suami tercinta dan anak-anak tersayang serta seluruh keluarga, Bapak,
Kakak dan Adik-adik serta teman-teman di Institusi Prodi D-III & D-IV
Kebidanan Medan yang selalu memberikan dorongan moril maupun materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
Penulis yakin dalam tesis ini terdapat kekurangan, untuk itu penulis
menerima masukan, kritik dan saran demi perbaikan tesis ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa membalas kebaikan Bapak/Ibu.
Medan,
Penulis
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Melva
Tempat/tanggal Lahir
: Pematang Siantar, 23April 1961
Pekerjaan
: Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Jurusan
Kebidanan Medan
Alamat
: Jalan Sido Mulyo Dusun VI Pasar IX Tembung
Riwayat Pendidikan
1967 – 1973
: SD TP Mardi Lestari Medan
1973 – 1976
: SMP TP Mardi Lestari Medan
1976 – 1980
: SMA Negeri IV Medan
1980 – 1983
: Fakultas Non Gelar Kesehatan Program D III
Keperawatan Universitas Darma Agung Medan
1999 – 2000
: D IV Perawat Pendidik USU Medan
2004 – 2008
: Sekolah Pascasarjana USU Medan
Riwayat Pekerjaan
1986 – Sekarang
: Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Medan
vii
DAFTAR ISI
Halaman.
ABSTRAK........................................................................................................... i
ABSTRACT......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. v
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................
1.1. Latar Belakang ............................................................................
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................
1.4. Hipotesis Penelitian.....................................................................
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................
1
1
6
6
6
7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
2.1. Pengertian Kanker Leher Rahim.................................................
2.2. Epidemiologi Kanker Leher Rahim ............................................
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kanker Leher
Rahim ..........................................................................................
2.4. Patologi .......................................................................................
2.5. Gambaran Klinis .........................................................................
2.6. Tindakan Pengobatan ..................................................................
2.7. Prognosis Kanker Leher Rahim .................................................
2.8. Landasan Teori............................................................................
2.9. Kerangka Konsep ........................................................................
8
8
8
11
20
21
25
26
27
28
BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................
3.1. Jenis Penelitian............................................................................
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .....................................
3.3. Populasi dan Sampel ...................................................................
3.4. Metode Pengumpulan Data .........................................................
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ..............................................
3.6. Metode Pengukuran ....................................................................
3.7. Metode Analisis Data...................................................................
29
29
29
30
30
33
35
36
viii
BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 39
4.1. Deskripsi Rumah Sakit Umum Pusat. H.Adam Malik................ 39
4.2. Hasil Penelitian ........................................................................... 41
BAB 5. PEMBAHASAN ..................................................................................
5.1. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks dengan Kejadian
KLR.............................................................................................
5.2. Paritas (Jumlah Anak) dengan Kejadian KLR ............................
5.3. Ganti Pasangan dengan Kejadian KLR.......................................
5.4. Infeksi dengan Kejadian KLR....................................................
5.5. Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian KLR ...........................
5.6. Merokok dengan Kejadian KLR .................................................
52
53
54
55
57
58
60
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 62
6.1. Kesimpulan ................................................................................. 62
6.2. Saran............................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 65
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman.
2.1
Stadium KLR menurut FIGO tahun 2000…………………........
24
3.1
Metode Pengukuran ....................................................................
35
4.1
Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Leher Rahim di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008. ................................
41
Gambaran Faktor yang mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP
H. Adam Malik Medan tahun 2008. ...........................................
43
Distribusi proporsi penderita KLR berdasarkan variabel
independen, nilai p, RP dengan 95% CI di RSUP H. Adam
Malik Tahun 2008. ......................................................................
45
Hasil Analisis Uji regressi logistik ganda untuk identifikasi
variabel yang akan masuk dalam model dengan nilai p ≤ 0.05 ..
51
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2008.......................................................................
51
4.2
4.3
4.4
4.5
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1
Kerangka Teori ........................................................................
27
2
Kerangka Konsep Penelitian ....................................................
28
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Daftar Pertanyaaan Penelitian............................................
70
2.
Hasil uji validitas Kuesionerdi Ruang Rindu B RSUP.
HAM Medan Tahun 2008 (n.30) ............................
75
3.
Hasil uji Reliabilitas Kuesionerdi Ruang Rindu B RSUP.
HAM Medan Tahun 2008.(n.30) .......................
76
4.
Master tabel data penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada
penderita yang datang berobat di RS. H. Adam Malik
Medan................................................................................
77
5.
Hasil uji univariat, bivariat, dan multivariat data
penelitian...........................................................................
79
6.
Surat Permintaan Izin dari Program Pasca Sarjana USU
86
7.
Pernyataan Setuju Menjadi Responden
87
8.
Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di RSUP. H.
Adam Malik medan
88
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Azis(2001). Muslim(2003) Kanker Leher Rahim (KLR)
merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita setelah kanker
payudara dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita. Diperkirakan
500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi setiap tahunnya di dunia, 80% dari
kasus tersebut terdapat di Negara – Negara yang sedang berkembang.
Menurut data Organisasi Kesehatan Sedunia,( WHO) setiap tahun jumlah
penderita kanker didunia bertambah 6,25 juta orang atau setiap 11 menit ada satu
penduduk meninggal dunia karena kanker dan setiap 3 menit ada satu penderita
kanker baru. Dalam 10 tahun mendatang
di perkirakan 9 juta orang akan
meninggal setiap tahun akibat kanker, 2/3 dari penderita kanker tersabut berada
di Negara – Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia ( Bustan,1997.
Ratna 2004).
Menurut Riono(1999) di Amerika Selatan, Afrika dan beberapa di negara
Asia ditemukan kejadian kanker leher rahim sebanyak 40/100.000 penduduk,
sedangkan di wilayah Australia Barat, tercatat setiap tahunnya sebanyak 85 orang
wanita didiagnosa positif menderita kanker leher rahim.
Menurut Hacker & Moore(2001) di Amerika Serikat pada tahun 1990
KRL menduduki urutan ke 8 diantara kanker pada wanita , dengan angka kejadian
xiii
sebesar 13.500 kasus. Di Asia pada tahun 2000 incidence rate KLR di temukan
sebanyak 510/ 100.000.wanita dengan case fatality rate ( CFR ) sebesar 39,8 %.
Menurut Wiknjosastro, Saefudin, Rachimhadhi (1999) di Asia dijumpai
insiden KLR sebanyak 20-30/100.000 wanita dengan angka kematian 510/100.000.wanita, penderita KLR terutama banyak dijumpai pada usia 45-50
tahun, puncak kejadian pada usia 35-39 tahun dan 60-64 tahun, dengan usia ratarata 52 tahun.
Data Departemen Kesehatan di Indonesia saat ini ada sekitar 200.000
kasus KLR setiap tahunnya, atau 100 kasus per 100.000.wanita., 70 % kasus yang
datang kerumah sakit ditemukan dalam stadium lanjut. Di Indonesia penderita
KLR saat ini
masih menempati urutan pertama setelah kanker payudara.
Incidence kanker saat ini di perkirakan 100 per 1000.000 ribu pertahun atau
sekitar 180.000 ribu penderita pertahun (Sahil, 2003. Mustari, 2006).
Penyakit kanker merupakan hal yang sangat menakutkan, karena penyakit
ini ganas bahkan kerap diibaratkan sebagai lonceng kematian. Di Indonesia terjadi
peningkatan penyakit kanker dan menjadi salah satu penyebab kematian usia
produktif. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)menunjukkan proporsi
penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3 % pada tahun
1976, menjadi 3,4 % pada tahun 1980. Pada tahun 1986, meningkat menjadi 4,3
% dan 4,8 % pada tahun 1992 (Nuranna,1992).
xiv
Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi jumlah
penderita kanker leher rahim pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahuan 2000
sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 683 kasus.
Data RS dr. Pirngadi Medan tahun 2000 menunjukkan bahwa
KLR
menempati peringkat teratas dari seluruh kanker pada wanita. Pada tahun 1999
terdapat 57 kasus, tahun 2000 sebanyak 66 kasus, dan tahun 2001 sebanyak 85
kasus, 2002 sebanyak 62 kasus dan tahun 2003 sebanyak 92 kasus, tahun 2004
sebanyak 72 kasus, dan 2005 sebanyak 98 kasus. Data dari RSUP. Haji Adam
Malik Medan penderita KLR tahun 2001 sebanyak 55 kasus,tahun 2002 sebanyak
53 kasus dan tahun 2003 sebanyak 56 kasus, tahun 2004 sebanyak 62 kasus, tahun
2005 (111 kasus) dan tahun 2006 (140 kasus), 2007 (215 kasus).
Kematian karena KLR di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam
waktu 5 tahun terakhir sangat tinggi yaitu sebanyak 66,1% dari 327 kasus
kematian kanker ginekologik, disusul oleh Ovarium 22,6%, uterus 2,4%, vulva
0,9% dan vagina 0,6% (Ramli, 2005).
Menurut Edianto (2006) lebih dari 90% penyebabnya KLR saat ini akibat
Human Papilloma Virus (HPV) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Selain HPV, ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya KLR yaitu (1)
Insidens lebih tinggi pada yang kawin dari yang tidak kawin, (2) Perempuan
kawin usia muda atau koitus pertama usia < 16 tahun, (3) Insidens meningkat
dengan tingginya paritas, (4) Golongan sosial ekonomi rendah yang berkaitan
dengan pendidikan yang rendah, kawin usia muda, hygiene seksual jelek, paritas
xv
tinggi serta pekerjaan dan penghasilan yang tidak tetap, (6) Aktivitas seksual
sering berganti pasangan (promiskuitas), (7) Hubungan seks dengan lelaki yang
memiliki penderita kanker leher rahim uteri, sering pada wanita yang mengalami
infeksi HPV serta kebiasaan merokok baik pasif maupun aktif.
Menurut Bustan(1997), Wiknjosastro(1999) kanker dapat disembuhkan
jika dideteksi dan ditanggulangi sejak dini, namun dikarenakan minimnya gejala
yang ditimbulkan oleh KLR, maka penanganan terhadap penyakit ini sering kali
terlambat yang menyebabkan kematian.
Penanganan kanker sering
terlambat akibat minimnya gejala yang
ditimbulkannya,sehingga terjadi peningkatan kasus dari tahun ketahun bahkan
cenderung mengalami pergeseran kearah usia yang lebih muda(Jonathan, 2000).
Pemeriksaan yang
paling utama dalam deteksi dini KLR adalah
pemeriksaan Papaniculou Smear (Papsmear) khususnya perempuan yang sudah
aktif melakukan hubungan seks. (Bastaman,1999.Aziz,2002)
Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi , sederhana , cepat dan tidak
sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong murah. Papsmear
efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan oleh kanker
leher rahim.
Menurut Heru(2000) tiga puluh persen dari penderita neoplasma, kasus
ditemukan pada saat skrining dengan Papsmear. Melalui papsmaer KLR dapat
disembuhkan bahkan dapat dicegah (preventable disease).Di beberapa negara
maju yang telah cukup lama melakukan program penyaringan (screening), melalui
xvi
papsmear dapat menemukan penyakit pada tingkat pra kanker , dan angka
kematiam turun secara drastis sekitar 50 – 60%.
Di Kanada insidens kanker serviks turun dari 28,4 menjadi 6,9 per 1000
wanita dan angka kematian turun dari 11,4 menjadi 3,3 per 1000 wanita selama 20
tahun program penyarigan.( Scaberg,1985.Sianturi,1996)
Menurut Hacker & Moore (2001) di Amerika Serikat tahun 1990 KLR
menduduki rangking ke delapan diantara penyakit kanker pada wanita. Insidensi
telah banyak berkurang sejak tahun 1930. Sebagian penurunan KLR berhubungan
dengan adanya sediaan apus Papanicolau yang memungkinkan pendeteksian
penyakit sebelum invasif.
Tingginya angka kematian penderita KLR di Indonesia disebabkan
sebagian besar penderita KLR, baru datang berobat setelah stadium lanjut, sekitar
70% penderita datang dalam stadium lanjut , hal ini karena masih kurangnya
kesadaran wanita
Indonesia untuk mencegah dan mendeteksi secara dini
kanker leher rahim ( Ratna,2004 ).
Data Rumah Sakit Kanker Dharmais 1993-1997 dari 710 kasus baru,
sebesar 65 % pasien datang pada stadium lanjut ( IIB-IV )dengan angka ketahanan
hidup, dalam dua tahun stadium lanjut berkisar 53,2% dan untuk stadium awal
hampir 90% (Hidayani, 2003).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada
penderita rawat inap di RSUP. Haji Adam Malik Medan.
xvii
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka yang menjadi
permasalahan adalah masih tingginya angka kejadian kanker leher rahim, dan
ingin diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim,dan
deteksi dini yang dilakukan pada penderita yang datang berobat dan rawat inap di
RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik penderita kanker leher rahim (umur, pendidikan,
pekerjaan dan deteksi dini) yang datang berobat dan rawat inap di RSUP
Haji Adam Malik Medan.
2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi (usia pertama kali kawin/
melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, riwayat pemakaian
kontrasepsi, merokok) dengan kejadian kanker leher rahim pada penderita
yang datang berobat dan rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh usia pertama kali kawin dengan kejadian kanker leher rahim
2. Ada pengaruh paritas dengan kejadian kanker leher rahim
3. Ada pengaruh ganti pasangan dengan kejadian kanker leher rahim
4. Ada pengaruh riwayat pemakaian kontrasepsi dengan kejadian kanker
leher rahim
xviii
5. Ada pengaruh merokok dengan kejadian kanker leher rahim
6. Ada pengaruh penyakit/ infeksi kelamin dengan kejadian kanker leher
rahim
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi petugas
kesehatan dalam memahami faktor resiko terjadinya kanker leher rahim.
2. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan resiko terjadinya kanker leher rahim.
xix
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kanker Leher Rahim
Menurut Sarjadi (1995) Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada
serviks uteri, suatu daerah pada organ perempuan yang merupakan pintu masuk
kearah rahim yang terletak antar rahim dan liang senggama.
2.2 Epidemiologi kanker leher rahim
2.2.1 Kejadian Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian utama kanker pada
wanita di negara
berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000
kasus KLR baru di seluruh dunia , 77 % berada di Negara sedang berkembang
( Sjamsudin, 2001 ).
Data Insidensi rate KLR (Age standardized cancer incidence rate /
ASR). Di negara Thailand didapatkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun ( 1983 –
1987 ) sebesar 33,2 % , Korea Selatan dalam kurun waktu 2 tahun sebesar 23,2 %
, India dalam kurun waktu 1 tahun ( 1982 ) sebesar 41,7 %, sedangkan Myanmar
dalam kurun waktu 3 tahun ( 1978 - !980 ) sebesar 31,3 % ( Sarjadi,1995 ).
Secara umum di seluruh dunia, baik insiden dan mortalitas KLR berada
pada urutan kedua setelah kanker payudara , sedangkan pada negara berkembang
xx
KLR masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita
(Sarjadi , 1995 ).
Di Indonesia, KLR menempati urutan kedua setelah kanker payudara.
Diantara tumor ganas ginekologi sebesar 68,90 % , diperkirakan terdapat 200 ribu
kasus baru pertahunnya. Insidens rate penderita kanker di Indonesia berjumlah
100 orang per 100.000 (Ratna, 2004).
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) proporsi
kematian meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 4,8 % tahun 1989 menjadi 5 %
tahun 1992 serta 4,9 % tahun 1995, dan 6,0 % tahun 2001, dimana kanker
merupakan urutan kelima terbanyak penyebab kematian. KLR menempati urutan
pertama dari kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker
pada wanita ( SKRT 2002 ).
Berdasarkan data dari 13 pusat Patologi di Indonesia tahun 1990. Insiden
KLR menempati urutan pertama dengan persentasi sebanyak 27 % disusul kanker
payudara 11,22 %, Sedangkan data dari beberapa gabungan rumah sakit di
Indonesia proporsi KLR menduduki peringkat tertinggi yaitu 16,0 %, disusul oleh
kanker hati / hepatoma (12,0 %), payudara (10,0%), kanker paru (9,0 %), kanker
kulit (7,5 %), kanker nasofaring (7,0 %0, leukemia (5,0 %), kanker usus besar (4,5
%) dan lain-lain (1,7 %) (Fauzi, 2002.Aziz, 1996).
Data dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 1717 kasus kanker
ginekologi dalam kurun waktu 1989 – 1992 (3 tahun) terdapat 76,2 % diantaranya
adalah KLR. Kematian karena KLR di RSCM tahun (1990-1994 ) sangat tinggi
xxi
yaitu sebanyak 66,1 % dari 327 kasus kematian kanker ginekologik , disusul oleh
kanker ovarium 22,6 % ,penyakit trofoblas ganas 7,3 % , kanker uterus 2,4 %
,kanker vulva 0,9 % dan kanker Vagina 0,6 % ( Sahil ,2002 ).
Penelitian lain di Amerika dilakukan oleh Sidibe Kassim (2000)
memperkirakan setiap tahun terjadi 13.000 kasus KLR . 31,54 % diantaranya
berada pada stadium lanjut . Diperkirakan sekitar 10 -15 % displasia ringan
hingga sedang berkembang menjadi kanker invasif .dan membutuhkan waktu 3 20 tahun untuk menjadi kanker invasif ( Tambunan ,1996 ).
KLR jarang terjadi sebelum umur 20 tahun, umur rerata dari kejadian ini
47 tahun. Di beberapa daerah geografis , umur rerata dilaporkan 39 tahun dan
yang terbanyak antara 45 – 50 tahun ( Hacker dan Moore, 2001 ).
Periode laten dari fase pra invasif menjadi invasif memakan waktu sekitar
10 tahun, hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR invasif
pada saat didiagnosis sedangkan 53 % dari Karsinoma insitu terdapat pada wanita
di bawah usia 35 tahun. Hasil penelitian dari beberapa laboratorium Patologi
Anatomi di Indonesia (2000), KLR ditemukan pada wanita yang berusia antara 25
– 34 tahun dengan puncaknya pada usia 45 – 54 tahun. Sedangkan menurut Hatch,
umur rata-rata penderita KLR 52 tahun dengan puncaknya diantara umur 35 – 39
tahun dan 60 – 64 tahun. Sebenarnya pada usia di bawah 15 tahun pun kanker ini
sudah berkembang akan tetapi baru tampak gejala setelah 10 sampai 30 tahun
kemudian. Pada wanita kulit putih dan kulit hitam paling sering terjadi pada usia
25 dan 35 tahun ( Novaks and Jonathan ,1996 . Sahil, 2003 ).
xxii
2.3 Faktor – Faktor Yang mempengaruhi terjadinya Kanker Leher Rahim
Penyebab KLR belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan
2.3.1
predisposisi yang menonjol :
Umur
Kanker leher rahim sering ditemukan antara umur 30 – 60 tahun dimana
insiden terbanyak pada umur 40 – 50 tahun, dan akan menurun drastis sesudah
berumur 60 tahun (Parson). Sedangkan menurut Bendson, penderita KLR rata-rata
dijumpai pada umur 45 tahun serta menurut Davis dan banyak peneliti lainnya
mengemukakan dalam 1000 per 100.000 dari kanker intra epitalia dijumpai pada
wanita 30 – 45 tahun ( Yakub,1993 ).
Periode laten dan fase pra invasif untuk menjadi invasif memakan waktu
sekitar 10 tahun. Hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR
yang invasif pada saat didiagnosa, sedangkan 35 % dari KLR terdapat pada wanita
di bawah usia 35 tahun. Sedangkan menurut Aziz(1996), umumnya insidens KLR
sangat rendah di bawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan
menetap pada usia 50 tahun. Sedangkan KLR mulai naik pada umur lebih awal,
dan puncaknya pada umur 30 – 34 tahun, dan mencapai puncak menetap pada usia
35 – 55 tahun dan terus menurun sesudah usia tersebut.
Menurut Riono(1999), KLR biasanya terjadi pada wanita yang berumur
tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa KLR dapat juga menyerang wanita
yang berumur antara 20 – 30 tahun.
xxiii
2.3.2 Pendidikan
Penelitian Harahap 1983 di RSCM antara tingkat pendidikan dengan
kejadian KLR terdapat hubungan yang kuat, dimana KLR cenderung lebih banyak
terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah dibanding wanita yang
berpendidikan tinggi(88,9%). Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan
tingkat sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Surbakti E ( 2004 ) pendidikan mempunyai hubungan bermakna
dengan kejadian KLR OR= 2,012 dengan kata lain penderita KLR yang
berpendidikan rendah merupakan factor resiko yang mempengaruhi terjadinya
KLR .
2.3.3 Pekerjaan
Menurut Teheru(1998) dan Hidayati(1999) terdapat hubungan antara KLR
dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar, seperti buruh, petani
memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena KLR dibandingkan wanita pekerja
ringan atau bekerja di kantor. Dua kejadian yang terpisah memperlihatkan adanya
hubungan antara KLR dengan pekerjaan. Para istri pekerja kasar 4 kali lebih
mungkin terkena KLR dibandingkan para istri pekerja kantor atau pekerja ringan,
kebanyakan dari kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam
kelompok sosial ekonomi rendah, mungkin standard kebersihan yang tidak baik
pada umumnya factor sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktifitas seksual
pada usia lebih muda.
xxiv
Wanita dengan sosio ekonomi tinggi dengan wanita dari masyarakat urban
sebagai kelompok resiko rendah, dan wanita dengan status sosial ekonomi yang
rendah dengan wanita dari masyarakat rural sebagai wanita yang beresiko tinggi
terhadap terjadinya KLR, biasanya dikaitkan dengan hygiene, sanitasi dan
pemeliharaan kesehatan masih kurang. Pendidikan rendah, kawin usia muda,
jumlah anak yang tinggi, pekerjaan dan penghasilan tidak tetap, serta faktor gizi
yang kurang akan memudahkan terjadinya infeksi yang menyebabkan daya
imunitas tubuh menurun
sehingga
menimbulkan resiko terjadinya KLR
(Teheru,1998. Hidayati,1999 ).Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Hibridawati ( 2001 ) ditemukan proporsi terbesar penderita KLR adalah pekerjaan
Ibu rumah tangga sebesar 73,7 %.
2.3.4 Deteksi Dini.
Di beberapa Negara maju yang telah cukup lama melakukan program
penyaringan (screening), melalui Papsmear dapat menemukan penyakit pada
tingkat pra kanker, dan angka kematian turun secara dratis 50-60%. Di Kanada
insidenkanker leher rahim turun dari 28,4 menjadi 6,9 sedang mortalitas turun dari
11,4
menjadi
3,3,
per
1000
wanita
selama
20
tahun
program
penyaringan(screening).Di negara maju, seperti Jepang , angka penderita KLR
dapat ditekan dengan adanya kesadaran melakukan deteksi dini.Beberapa peneliti
mengemukakan dari 4467 kasus kanker ,sebesar 1800 kasus ditemukan pada
xxv
stadium lanjut.,dari keseluruhan
wanita yang menderita KLR tidak pernah
melakukan Papsmear sebanyak 85 %(Aziz,2000.Evennett 2003 ).
Di negara-negara Skandinavia dengan melakukan deteksi dini sejak
pertengahan tahun enam puluhan selama 20 tahun (1965 – 1978) angka kematian
KLR menurun sebesar 50 – 60 % di Kanada insidens KLR turun dari 28,4%
menjadi 6,9% dan mortalitas turun dari 11,4% menjadi 3,3 per 100.000
wanita.Sedangkan penelitian di Australia pada penderita dengan kanker invasif
sebesar 35 % dimana tidak pernah melakukan deteksi dini, sebesar 19,4 %, tidak
melakukan deteksi dini paling sedikit 4 tahun sebesar 21,5 % (Aziz, 2000).
Di Indonesia , terjadi peningkatan kejadian kanker dalam jangka waktu
10 tahun terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari
peringkat 12 menjadi peringkat 6.Setiap tahun diperkirakan terdapat 190.000
penderita baru dan 1/5 akan meninggal akibat penyakit kanker.Namun angka
kematian akibat kanker ini bisa dikurangi 3 – 35% bila dilakukan tindakan
perventif, screening dan deteksi dini.Misalnya dengan melakukan tes pap smear
bagi mereka yang telah aktif secara seksual dapat menurunkan angka kematian
(Dalimartha, 2004).
Menurut Aziz(2003) tingginya angka kematian penderita KLR di
Indonesia disebabkan karena sebagian besar penderita KLR atau 70 % penderita
KLR ditemukan pada stadium lanjut.
xxvi
Pemeriksaan yang paling utama dan deteksi dini kenker leher rahim
adalah pemeriksaan Papaniculou Smear (Papsmear) khususnya pada perempuan
yang sudah aktif melakukan hubungan seks (Canavan T at.all, 2000).
Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (1989 – 1992), penderita KLR
kebanyakan datang pada stadium lanjut (II dan IV )sekitar 80 % dimana,stadium I
19,9 %, stadium II 32,0 %, stadium III 40,7 % dan stadium IV 7,4 % keadaan ini
dapat terjadi karena kurangnya kesadaran wanita Indonesia untuk mencegah dan
mendeteksi secara dini KLR (Hidayati, 2001 ).
Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi, sederhana cepat dan tidak
sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong relatif
murah,efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan oleh
KLR. Tiga puluh persen dari penderita KLR, kasus ditemukan pada saat skrining
Papsmear. Melalui Papsmear kanker leher Rahim dapat dicegah (preventable
disease) Walaupun hasil test Papsmear telah terbukti bermanfaat bagi penemuan
dini KLR namun penggunaannya secara nasional masih merupakan masalah
besar.(Aziz , 2002 ).
2.3.5 Usia Pertama Kawin/ Melakukan Hubungan Seksual
Kawin muda berpengaruh terhadap terjadinya KLR. Penelitian Sandra
Van Loon di RSHS (1996), wanita penderita KLR kawin pertama kali antara
umur 15 – 19 tahun. Beberapa sarjana melihat adanya hubungan erat antara KLR
xxvii
dengan kawin muda. Wanita yang kawin muda atau
pertama kali koitus pada
umur 15- 20 tahun lebih sering terkena KLR (Lussat ).
Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang
cukup penting. Dimana makin muda seorang perempuan melakukan hubungan
seksual semakin besar resiko yang harus ditanggungnya, karena terjadinya KLR
dengan masa laten KLR memerlukan waktu 30 tahun sejak melakukan hubungan
seksual pertama, sehingga hubungan seksual pertama dianggap awal dari mula
proses munculnya KLR pada wanita (Yakub ,1993 ).
Menurut Riono (1999 ), Edward (2001), Aziz ( 2002) Wanita menikah di
bawah usia 16 tahun biasanya 10 – 12 kali lebih besar kemungkinan terjadi KLR
daripada mereka yang menikah setelah berusia 20 tahun ke atas. Pada usia
tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitive. Serviks remaja lebih
rentan terhadap stimulus karsinogenik karena terdapat proses metaplasia
skuamosa yang aktif, yang terjadi di dalam zona transformasi selama periode
perkembangan. Metaplasia skuamosa ini biasanya merupakan suatu proses
fisiologi tetapi di bawah pengaruh karsinogen, perubahan sel dapat terjadi
sehingga mengakibatkan suatu zona transformasi yang tidak patologik. Perubahan
yang tidak khas ini menginisiasi suatu proses yang disebut neoplasia intraepitel
serviks (Cervic Intraepithel Neoplasma = CIN) yang merupakan fase prainvasif
dari KLR.
xxviii
2.3.6 Paritas
KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan .
Kategori partus sering belum ada keseragaman akan tetapi menurut beberapa
pakar berkisar
.
3 – 5 kali melahirkan .(Tambunan,1996 .Harjono,1996).
Green menemukan penderita KLR 7,9 % adalah multi para dan 51 %
pada nulli para. Dimana bila persalinan pervaginam banyak maka KLR cenderung
akan timbul (Harahap, 1997).
KLR banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana
hubungan jumlah persalinan dengan kejadian KLR, karena pada wanita yang tidak
melahirkan juga dapat terjadi KLR ( Yakub,1993 ).
2.3.7 Ganti pasangan
Telaah pada berbagai penelitian epidemiologi KLR berhubungan kuat
dengan perilaku seksual seperti multiple mitra seks, dan usia saat melakukan
hubungan seks yang pertama. Resiko meningkat lebih dari 10 X bila bermitra seks
6 atau lebih. Juga resiko meningkat bila berhubungan dengan pria beresiko tinggi
pria yang melakukan hubungan seks
dengan multiple mitra seks atau yang
mengidap kondiloma akuminatum (Aziz, 2000).
Menurut Aziz (2000) Wanita yang melakukan hubungan seksual pada
usia < 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual berganti-ganti lebih beresiko
untuk
terjadi
KLR.
Berganti-ganti
pasangan
dalam
hubungan
seksual
memperbesar kemungkinan terinfeksi HPV.
xxix
Penelitian Corscoden ditemukan faktor koitus dengan seringnya berganti
pasangan, merupakan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya KLR. Benson
menemukan
kasus KLR 4 kali lebih banyak pada wanita yang melakukan
prostitusi ( Yakub, 1993).
Menurut Rortkin, pergantian pasangan lebih dua kali akan meningkatkan
resiko terjadinya KLR., resiko meningkat 10 x lipat pada wanita yang mempunyai
mitra seksual enam atau lebih atau bila aktivitas seksual dimulai sebelum 15 tahun
(Evennett, 2003).
2.3.8 Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap
sebagai rokok atau yang dikunyah. Wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah
serviks 56 x lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan
tersebut pada leher rahim akan menurunkan status immun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen. Hasil penelitian bila merokok 20 batang setiaphari resiko
untuk terkena kanker adalah 7 kali dibanding orang yang tidak merokok. Atau
bila merokok 40 batang setiap hari, resiko untuk terkena kanker adalah 14 kali
dibanding orang yang tidak perokok.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin tinggi resiko untuk
terkena KLR (Hidayati,2001.Evennett,2003).
xxx
2.3.9 Infeksi
Penyebab utama KLR adalah adalah infeksi virus Human Vapiloma
Virus (HPV) lebih dari 90 kanker serviksjenis skuamosa mengandung DNA
VirusHPV dan 50 % KLR berhubungan dengan HPV tipe 16 . Infeksi virus HPV
telah terbukti menjadi penyebab lesi prakanker, kondiloma akuminatum, dan
kanker. Terdapat lebih dari 200 tipe virus HPV dari tipe tersebut tipe 16 dan 18
mempunyai peranan yang penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan
mengkode pembentukan protein – protein yang penting dengan replikasi virus.
Tipe virus resiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein E6 dan
E7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb epitel seviks ,
p53dan pRb adalh protein penekan tumor yang berperan menghambat
kelangsungan siklus sel, dengan tidak aktifnya p53 dan pRb sel yang bermutasi
akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus tanpa harus memperbaiki kelainan
DNA nya, ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama
terjadinya kanker, dengan mengkode pembentukan protein – protein yang penting
dalam replikasi virus. virus HPV ini menginfeksi membran basalis pada daerah
metaplasia dan zona transformasi serviks, setelah menginfeksi sel epitel sebagai
upaya untuk berkembang biak, virus ini akan meninggalkan sekuensi genomnya
pada sel inang. Genom HPV dijumpai pada CIN dan berintegrasi dengan DNA
inang pada kanker infasif dimana Infeksi terjadi melalui kontak langsung
(Edianto,2006)
xxxi
2.3.1 Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama lebih dari 4 atau 5 tahun
dapat meningkatkan resiko terkena KLR sebesar 1,5 – 2,5 kali. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitive
terhadap HPV yang dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia
sehingga berisiko untuk terjadinya KLR (Hidayati, 2001).Pil kontrasepsi oral
diduga akan menyebabkan defisiensi asam folat yang mengurangi metabolisme
mutagen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu kofaktor yang
membuat replikasi DNA HPV
2.4 Patologi
Kanker Leher Rahim timbul dibatas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis servikalis yang disebut sambungan
skuamo kolumnar (SSK), histologik antara epitel gepeng berlapis (skuamos
komplek) dari porsio dengan epitel kuboid/ silindris pendek selapis bersilia dari
endoserviks, sedangkan pada wanita muda SSK ini berada di luar ostium uteri
eksternum, pada wanita usia lebih dari 35 tahun SSK berada di dalam kanalis
servikalis. Tumor dapat tumbuh : (1) exophitie mulai dari SSK kearah lumen
vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis ;
(2) endophititie mulai dari SSK tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus ; (3) Ulseratif mulai dari SSK dan cenderung
merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal forniks vagina untuk
xxxii
menjadi ulkus yang luas.Serviks yang normal, secara alamiah mengalami proses
metaplasia (erosi) akibat saling desak mendesak kedua jenis epitel yang melapisi.
Dengan masuknya mutagen porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang
semula faali/ fisiologik dapat berubah menjadi patologik(displasia dikariotik)
melalui NIS-I,II,III dan KIS dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. (Hacker &
Moore,2001.Wiknjosastro,1999 ).
2.5 Gambaran Klinis
2.5.1 Keputihan
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium preklinik (Karsinoma insitu
dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering
tidak mempunyai gejala. Tetapi awalnya keluaran cairan mucus yang encer,
keputihan seperti krem tidak gatal. Kemudian menjadi merah muda lalu
kecoklatan seperti air kotoran dan sangat berbau bahkan sampai dapat tercium
oleh seisi rumah penderita, bau ini timbul karena ada jaringan nekrosis (Hacker &
Moore, 2001. Wiknjosastro, 2002)
2.5.2 Pendarahan Pervaginam
Awal stadium invasif keluhan yang timbul pada penderita KLR adalah
pendarahan di luar siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama
makin banyak atau pendarahan terjadi di antara 2 masa haid. Pendarahan terjadi
akibat terbukanya pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret berbau
busuk. Bila pendarahan berlanjut lama dan semakin sering akan menyebabkan
xxxiii
penderita menjadi anemis dan dapat terjadi shock, biasanya dijumpai pada
penderita kanker serviks uteri stadium lanjut (Hacker & Moore, 2001.
Wiknjosastro , 2002)
2.5.3 Pendarahan Kontak.
Keluhan ini sering dijumpai pada penderita kanker serviks uteri pada awal
stadium invasif, biasanya timbul pendarahan setelah bersenggama. Hal ini terjadi
akibat trauma pada permukaan serviks uteri yang telah mengalami lesi (Hacker &
Moore, 2001. Wiknjosastro, 2002)
2.5.4 Nyeri
Nyeri bukanlah suatu gejala dari kanker serviks uteri stadium lanjut dan
tidak selamanya serius ataupun keadaan parah. Rasa nyeri ini dirasakan di bawah
perut di bagian bawah sekitar panggul yang biasanya unilateral yang terasa
menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri bersifat progresif sering dimulai
dengan Low Back Pain di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah
(Wiknjosastro, 2002. Tambunan, 1996)
2.5.5 Penyebaran
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh darah getah bening
menuju 3 arah yaitu :
1. ke arah fornises dan dinding vagina.
2. ke arah korpus uteri.
xxxiv
3. ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lebih lanjut mengilfritrasi
septum retrovaginal dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel
tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak dalam (hipogastrika). Karsinoma servik
umumnya terbatas pada daerah panggul saja tetapi tergantung dari kondisi
immunologi tubuh penderita, KIS akan berkembang menjadi mikro invasif dengan
menembus membrane basalis. Jika sel tumor sudah berada dalam pembuluh limfa
atau darah maka prosesnya sudah invasif, sesudah tumor menjadi invasif
penyebaran secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornises vagina, korpus
uterus rectum atau kandung kemih yang pada tingkat akhir (terminaltage) dapat
menimbulkan fistula rectum atau kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional
melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar illiak, obturator, hipogastrika,
parasakral, paraaorta, melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia kiri
mencapai paru, hati, ginjal, tulang dan otak (Jonathan, Neville, Hacker, 2000)
xxxv
2.5.6 Stadium Klinik Kanker Leher Rahim
Tabel.2.1 Stadium KLR menurut FIGO tahun 2000
Stage
0
I
IA
IA1
IA2
IB
IB1
IB2
II
IIA
IIB
III
Stage
IIIA
IIIB
IV
IVA
IVB
Description
Carcinoma in situ, intraephitelial carcinoma (Cases of stage 0 should
not be included in any therapeutic statistics for invasive carcinoma
Carcinoma strictly confined to the cervic (Extension to the corpus
should be disregarded)
Invasive cancer identified only microscopically. All gross lesion even
with superficial invasion are stage IB cancers. Invasion is limited to
measured stromal invasion with maximum depth of 5,0 mm dan no
wider than 7,00 mm
Measured invasion of stroma no greater than 3,00 mm in depth and no
wider than 7,00 mm
Measured invasion of stroma greater than 3,00 mm and no greater
than 5,0 mm and no wider than 7,00 mm
Clinical lession confined to the cervix or preclinical lession greater
than stage IA
Clinical lession no greater than 4,0 cm
Clinical lession greater than 4,0 cm
Carcinoma extends beyond the cervix but has not extended onto the
pelvic wall. Carcinoma involves the vagina, but not as far as the lower
third
No obvious parametrial involvement
Obvious parametrial involvement
Carcinoma has extended to the pelvic wall. On rctal examination,
there is no cancer-free space between the tumor and pelvic wall.
Tumor involves the lower third of the vagina. All cases with
hydronephrosis or a non-functioning kidney are included, uncless they
are known to be due to another cause
Description
No extension onto the pelvic wall, but involvement of the lower third
of the vagina, with no extension to the pelvic wall
Extension to the pelvic wall or hydronephrosis or non-functioning
kidney
Carcinoma has extended beyond the trues pelvis or has clinically
involved the mucosa or the bladder or rectum
Spread to adjacent organs
Spread to distant organs
xxxvi
2.6 Tindakan Pengobatan
Bila diagnosa hispatologik telah dibuat maka pengobatan harus segera
dilakukan dan pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor yaitu: letak
dan luas lesi, usia dan jumlah anak serta keinginan menambah jumlah anak,
adanya patologi lain dalam uterus, keadaan sosial ekonomi, fasilitas
Pengobatan KLR tergantung pada tingkatan stadium klinis, secara umum
dapat digolongkan kedalam tiga golongan terapi yaitu:
2.6.1 Operasi
Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II, meliputi histerektomi
radikal, histerektomi ekstrafasial dan limpadenoktomi. Pada stadium klinis Ii
disamping operasi, dilakukan juga terapi radiasi (Riono, 1999. Hacker dan Moore,
2001).
2.6.2
Radioterapi
Terapi radiasi yaitu dengan menggunakan sinar peugion berkekuatan
tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun ekternal. Tetapi radiasi
dilakukan pada stadium klinis Ib. Selain radiasi terkadang diberikan pula
kemoterapi sebagai kombinasi terapi (Riono, 1999. Wiknjosastro, 1999. Hacker
dan Moore, 2001)
xxxvii
2.6.3
Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan bila terapi radiasi tidak mungkin diberikan karena
metastase sudah sangat jauh. Umumnya diberikan pada stadium klinis IV B dan
hanya bersifat paliatif (Wiknjosastro, 1999. Hacker dan Moore, 2001).
2.7 Prognosis Kanker Leher Rahim
Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah penderita, keadaan
umum fisik, tingkat klinik, ciri-ciri histologik sel-sel tumor, kemampuan ahli atau
tim yang menangani dan sarana pengobatan yang tersedia. Kemampuan
mempertahankan kelangsungan hidup pasien (survival live) 5 tahun setelah
pengobatan adalah sebagai berikut:
Untuk tingkat klinik I
: lebih kurang 85%
Untuk tingkat klinik II
: antara 42% dan 70%
Untuk tingkat klinik III
: antara 26% dan 42%
Untuk tingkat klinik IV
: antara 0% dan 12%
xxxviii
2.8 Landasan Teori
Penyakit kanker leher rahim dapat disebabkan ole banyak faktor seperti
terlihat diwah ini ( Aziz, 1996).
Faktor Etiologi
Faktor resiko
Virus
Perilaku Seksual:
- Kawin usia muda
- Banyak anak
- Multi Partner
- Merokok
- Infeksi mulut
rahim
- Kontrasepsi
Kanker Leher
Rahim
Gambar 1. Kerangka Teori
xxxix
2.9 Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas serta kerangka teori
yang ada,maka penyusun membuat kerangka ko
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG
BEROBAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2008
TESIS
Oleh :
MELVA
047023013/AKK
E
K O L A
S
H
S
C
A
N
PA
.
0000
ASARJA
00000
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di
RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG
BEROBAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2008
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
MELVA
047023013/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
2
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Magister
Konsentrasi
: FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
KEJADIAN
KANKER
LEHER RAHIM PADA
PENDERITA YANG DATANG BEROBAT DI RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008
: Melva
: 047023013
: Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
: Epidemiologi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof.dr.H.M.Nadjib Dahlan Lubis, Sp.PA(K))
Ketua
(dr. Deri Edianto, Sp.OG(K))
Anggota
Ketua Program Studi
Direktur
(Dr.Drs. Surya Utama, MS)
(Prof. Dr. Ir.T.Chairun Nisa B, MSc)
Tanggal lulus : 16 Desember 2008
Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di
RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Telah diuji
Pada tanggal : 16 Desember 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
:
Prof.dr.H.M. Nadjib Dahlan Lubis Sp.PA(K)
Anggota
:
1. dr. Deri Edianto, Sp.OG(K)
2. dr. Rahayu Lubis, M.Kes
3. dr. Ria Masniari, M.Si
4. dr. Jules H. Hutagalung, MPH
Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang
Berobat Di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG
DATANG BEROBAT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang sepengatahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Medan, 16 Desemder 2008
Melva
i
ABSTRAK
Kanker leher rahim (KLR) masih menjadi problema kesehatan bagi
masyarakat Indonesia , karena kanker ini masih merupakan salah satu keganasan
yang paling banyak pada wanita. Di Indonesia terjadi peningkatan penyakit KLR
dan menjadi salah satu penyebab kematian pada usia produktif
Untukmengetahui factor yang mempengaruhi terjadinya KLR telah
dilakukan penelitian dengan rancangan studi Cross Sectional terhadap penderita
KLR sebanyak 60 kasus dan 60 tidak penderita KLR. Sampel diambil pada
penderita yang datang berobat dan rawat inap bulan Februari – Maret 2008 di
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam MalikMedan. Data primer dikumpulkan
dengan teknik wawancara menggunakan kuestioner. Data dianalisis secara
Univariat, Bivariat, Multivariat
Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara 4 faktor yang menentukan kejadian KLR: usia pertama
hubungan seks (p=0.000), paritas (p=0.034), ganti pasangan (p=0,020), infeksi
kelamin (p=0.000). Hasil analisis Multivariat melalui uji Regresi Logistik Ganda
menunjukkan ada pengaruh usia pertama melakukan hubungan seks
(p=0.005;Rasio Prevalens 2.3), infeksi kelamin (p=0.000; Ratio prevalens 2.5)
Berdasarkan hasil penelitian ini maka petugas kesehatan perlu melakukan
sosialisasi KLR secara terpadu oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas, Departemen
Agama, Tokoh Masyarakat, melalui Komunikasi Informasi Edukasi (KIE).
Pelaksanaan Deteksi Dini menjadi suatu Program Penanggulangan KLR, baik di
tingkat daerah maupun tingkat Puskesmas.
Kata kunci : Kanker Leher Rahim
ii
ABSTRACT
Cervical cancer is still a major health problem for Indonesian women , as
the cancer is the first rank incidence of malignancy in Indonesian. The incidence
of cervical cancer is increasing in Indonesian that it becomes one of the causes of
death of women in their productive age
To find out the influencing risk factor of the incidence of the cervical
cancer, it is done a cross sectional study to sixty patiens suffering of cervical
cancer and sixty people not surffering .The sample for this study are those who
came to H.Adam Malik General Hospital Medan in period of February to March
2008.The datas were achieved by enterviewing, fulfilling the questionnaire and
analysed by univariate, bivariate and multivariate analysis.
Chi Square test shows that there were four factors that significantly
determine the incidence of cervical cancer i.e, the age of under twenty year, the
first time committed sexual intercourse (p=0,000), parity of more than three
(p=0,000), Changing of sexual patner (p=0,020), being ever get cervical infection
(p=0,000). Multivariate (logic Regression) analysis showed that the most
determining factor influencing were the first time of commiting sexual
intercourse (p=0.005; ratio prevalence 2,3) cervical infection (p=0,000; ratio
prevalens 2,5).
Based the result it is suggested that health service, personnels, primary
health center, Department of Religious Affairs, prominent community leaders
joinly do an intergrated socialitation of cervical cancer through education
information communication. The implemation of early detection has become a
cervical cancer prevention program either at district or Puskesmas levels.
Key words : Cervical Cancer
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena HidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul : “FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim pada Penderita
yang Datang Berobat di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2008”.
Dalam penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada Bapak/ibu : Prof.dr, H.M. Nadjib Dahlan Lubis, Sp.PA(K) sebagai
Ketua Komisi Pembimbing, dr. Deri Edianto, Sp.OG(K) selaku anggota komisi
pembimbing serta dr. Rahayu Lubis, M.Kes. selaku anggota komisi pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing penulis
mulai dari pembuatan proposal hingga selesainya penulisan tesis ini. Tidak lupa
ucapan terimakasih kepada Ibu Ria Masniari, MS,. dr. Jules H. Hutagalung, MPH
dan yang telah menyediakan waktu, menjadi Dosen Pembanding dan tim penguji
tesis ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih
kepada Bapak/Ibu :
1. Bapak Prof., Charuddin P. Lubis, DTM&H,SpA(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr, Ir. T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
v
3. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Wakil direktur Medis dan Penelitian RSUP. H. Adam Malik Medan
dan staff yang telah memberi izin dan membantu penulis dalam melakukan
penelitian ini.
5. Ibu Prof. Dr.Dra. Ida Yustina, MSi. selaku Sekretaris Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi yang telah memberikan
pengajaran, bimbingan dan pengarahan serta bantuan selama pendidikan.
7. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes. selaku Direktur Poltekkes Depkes Medan
yang telah memberikan izin belajar kepada penulis.
8. Kepada suami tercinta dan anak-anak tersayang serta seluruh keluarga, Bapak,
Kakak dan Adik-adik serta teman-teman di Institusi Prodi D-III & D-IV
Kebidanan Medan yang selalu memberikan dorongan moril maupun materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
Penulis yakin dalam tesis ini terdapat kekurangan, untuk itu penulis
menerima masukan, kritik dan saran demi perbaikan tesis ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa membalas kebaikan Bapak/Ibu.
Medan,
Penulis
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Melva
Tempat/tanggal Lahir
: Pematang Siantar, 23April 1961
Pekerjaan
: Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Jurusan
Kebidanan Medan
Alamat
: Jalan Sido Mulyo Dusun VI Pasar IX Tembung
Riwayat Pendidikan
1967 – 1973
: SD TP Mardi Lestari Medan
1973 – 1976
: SMP TP Mardi Lestari Medan
1976 – 1980
: SMA Negeri IV Medan
1980 – 1983
: Fakultas Non Gelar Kesehatan Program D III
Keperawatan Universitas Darma Agung Medan
1999 – 2000
: D IV Perawat Pendidik USU Medan
2004 – 2008
: Sekolah Pascasarjana USU Medan
Riwayat Pekerjaan
1986 – Sekarang
: Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Medan
vii
DAFTAR ISI
Halaman.
ABSTRAK........................................................................................................... i
ABSTRACT......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. v
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................
1.1. Latar Belakang ............................................................................
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................
1.4. Hipotesis Penelitian.....................................................................
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................
1
1
6
6
6
7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
2.1. Pengertian Kanker Leher Rahim.................................................
2.2. Epidemiologi Kanker Leher Rahim ............................................
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kanker Leher
Rahim ..........................................................................................
2.4. Patologi .......................................................................................
2.5. Gambaran Klinis .........................................................................
2.6. Tindakan Pengobatan ..................................................................
2.7. Prognosis Kanker Leher Rahim .................................................
2.8. Landasan Teori............................................................................
2.9. Kerangka Konsep ........................................................................
8
8
8
11
20
21
25
26
27
28
BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................
3.1. Jenis Penelitian............................................................................
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .....................................
3.3. Populasi dan Sampel ...................................................................
3.4. Metode Pengumpulan Data .........................................................
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ..............................................
3.6. Metode Pengukuran ....................................................................
3.7. Metode Analisis Data...................................................................
29
29
29
30
30
33
35
36
viii
BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 39
4.1. Deskripsi Rumah Sakit Umum Pusat. H.Adam Malik................ 39
4.2. Hasil Penelitian ........................................................................... 41
BAB 5. PEMBAHASAN ..................................................................................
5.1. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks dengan Kejadian
KLR.............................................................................................
5.2. Paritas (Jumlah Anak) dengan Kejadian KLR ............................
5.3. Ganti Pasangan dengan Kejadian KLR.......................................
5.4. Infeksi dengan Kejadian KLR....................................................
5.5. Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian KLR ...........................
5.6. Merokok dengan Kejadian KLR .................................................
52
53
54
55
57
58
60
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 62
6.1. Kesimpulan ................................................................................. 62
6.2. Saran............................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 65
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman.
2.1
Stadium KLR menurut FIGO tahun 2000…………………........
24
3.1
Metode Pengukuran ....................................................................
35
4.1
Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Leher Rahim di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008. ................................
41
Gambaran Faktor yang mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP
H. Adam Malik Medan tahun 2008. ...........................................
43
Distribusi proporsi penderita KLR berdasarkan variabel
independen, nilai p, RP dengan 95% CI di RSUP H. Adam
Malik Tahun 2008. ......................................................................
45
Hasil Analisis Uji regressi logistik ganda untuk identifikasi
variabel yang akan masuk dalam model dengan nilai p ≤ 0.05 ..
51
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2008.......................................................................
51
4.2
4.3
4.4
4.5
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1
Kerangka Teori ........................................................................
27
2
Kerangka Konsep Penelitian ....................................................
28
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Daftar Pertanyaaan Penelitian............................................
70
2.
Hasil uji validitas Kuesionerdi Ruang Rindu B RSUP.
HAM Medan Tahun 2008 (n.30) ............................
75
3.
Hasil uji Reliabilitas Kuesionerdi Ruang Rindu B RSUP.
HAM Medan Tahun 2008.(n.30) .......................
76
4.
Master tabel data penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada
penderita yang datang berobat di RS. H. Adam Malik
Medan................................................................................
77
5.
Hasil uji univariat, bivariat, dan multivariat data
penelitian...........................................................................
79
6.
Surat Permintaan Izin dari Program Pasca Sarjana USU
86
7.
Pernyataan Setuju Menjadi Responden
87
8.
Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di RSUP. H.
Adam Malik medan
88
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Azis(2001). Muslim(2003) Kanker Leher Rahim (KLR)
merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita setelah kanker
payudara dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita. Diperkirakan
500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi setiap tahunnya di dunia, 80% dari
kasus tersebut terdapat di Negara – Negara yang sedang berkembang.
Menurut data Organisasi Kesehatan Sedunia,( WHO) setiap tahun jumlah
penderita kanker didunia bertambah 6,25 juta orang atau setiap 11 menit ada satu
penduduk meninggal dunia karena kanker dan setiap 3 menit ada satu penderita
kanker baru. Dalam 10 tahun mendatang
di perkirakan 9 juta orang akan
meninggal setiap tahun akibat kanker, 2/3 dari penderita kanker tersabut berada
di Negara – Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia ( Bustan,1997.
Ratna 2004).
Menurut Riono(1999) di Amerika Selatan, Afrika dan beberapa di negara
Asia ditemukan kejadian kanker leher rahim sebanyak 40/100.000 penduduk,
sedangkan di wilayah Australia Barat, tercatat setiap tahunnya sebanyak 85 orang
wanita didiagnosa positif menderita kanker leher rahim.
Menurut Hacker & Moore(2001) di Amerika Serikat pada tahun 1990
KRL menduduki urutan ke 8 diantara kanker pada wanita , dengan angka kejadian
xiii
sebesar 13.500 kasus. Di Asia pada tahun 2000 incidence rate KLR di temukan
sebanyak 510/ 100.000.wanita dengan case fatality rate ( CFR ) sebesar 39,8 %.
Menurut Wiknjosastro, Saefudin, Rachimhadhi (1999) di Asia dijumpai
insiden KLR sebanyak 20-30/100.000 wanita dengan angka kematian 510/100.000.wanita, penderita KLR terutama banyak dijumpai pada usia 45-50
tahun, puncak kejadian pada usia 35-39 tahun dan 60-64 tahun, dengan usia ratarata 52 tahun.
Data Departemen Kesehatan di Indonesia saat ini ada sekitar 200.000
kasus KLR setiap tahunnya, atau 100 kasus per 100.000.wanita., 70 % kasus yang
datang kerumah sakit ditemukan dalam stadium lanjut. Di Indonesia penderita
KLR saat ini
masih menempati urutan pertama setelah kanker payudara.
Incidence kanker saat ini di perkirakan 100 per 1000.000 ribu pertahun atau
sekitar 180.000 ribu penderita pertahun (Sahil, 2003. Mustari, 2006).
Penyakit kanker merupakan hal yang sangat menakutkan, karena penyakit
ini ganas bahkan kerap diibaratkan sebagai lonceng kematian. Di Indonesia terjadi
peningkatan penyakit kanker dan menjadi salah satu penyebab kematian usia
produktif. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)menunjukkan proporsi
penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3 % pada tahun
1976, menjadi 3,4 % pada tahun 1980. Pada tahun 1986, meningkat menjadi 4,3
% dan 4,8 % pada tahun 1992 (Nuranna,1992).
xiv
Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi jumlah
penderita kanker leher rahim pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahuan 2000
sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 683 kasus.
Data RS dr. Pirngadi Medan tahun 2000 menunjukkan bahwa
KLR
menempati peringkat teratas dari seluruh kanker pada wanita. Pada tahun 1999
terdapat 57 kasus, tahun 2000 sebanyak 66 kasus, dan tahun 2001 sebanyak 85
kasus, 2002 sebanyak 62 kasus dan tahun 2003 sebanyak 92 kasus, tahun 2004
sebanyak 72 kasus, dan 2005 sebanyak 98 kasus. Data dari RSUP. Haji Adam
Malik Medan penderita KLR tahun 2001 sebanyak 55 kasus,tahun 2002 sebanyak
53 kasus dan tahun 2003 sebanyak 56 kasus, tahun 2004 sebanyak 62 kasus, tahun
2005 (111 kasus) dan tahun 2006 (140 kasus), 2007 (215 kasus).
Kematian karena KLR di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam
waktu 5 tahun terakhir sangat tinggi yaitu sebanyak 66,1% dari 327 kasus
kematian kanker ginekologik, disusul oleh Ovarium 22,6%, uterus 2,4%, vulva
0,9% dan vagina 0,6% (Ramli, 2005).
Menurut Edianto (2006) lebih dari 90% penyebabnya KLR saat ini akibat
Human Papilloma Virus (HPV) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Selain HPV, ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya KLR yaitu (1)
Insidens lebih tinggi pada yang kawin dari yang tidak kawin, (2) Perempuan
kawin usia muda atau koitus pertama usia < 16 tahun, (3) Insidens meningkat
dengan tingginya paritas, (4) Golongan sosial ekonomi rendah yang berkaitan
dengan pendidikan yang rendah, kawin usia muda, hygiene seksual jelek, paritas
xv
tinggi serta pekerjaan dan penghasilan yang tidak tetap, (6) Aktivitas seksual
sering berganti pasangan (promiskuitas), (7) Hubungan seks dengan lelaki yang
memiliki penderita kanker leher rahim uteri, sering pada wanita yang mengalami
infeksi HPV serta kebiasaan merokok baik pasif maupun aktif.
Menurut Bustan(1997), Wiknjosastro(1999) kanker dapat disembuhkan
jika dideteksi dan ditanggulangi sejak dini, namun dikarenakan minimnya gejala
yang ditimbulkan oleh KLR, maka penanganan terhadap penyakit ini sering kali
terlambat yang menyebabkan kematian.
Penanganan kanker sering
terlambat akibat minimnya gejala yang
ditimbulkannya,sehingga terjadi peningkatan kasus dari tahun ketahun bahkan
cenderung mengalami pergeseran kearah usia yang lebih muda(Jonathan, 2000).
Pemeriksaan yang
paling utama dalam deteksi dini KLR adalah
pemeriksaan Papaniculou Smear (Papsmear) khususnya perempuan yang sudah
aktif melakukan hubungan seks. (Bastaman,1999.Aziz,2002)
Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi , sederhana , cepat dan tidak
sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong murah. Papsmear
efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan oleh kanker
leher rahim.
Menurut Heru(2000) tiga puluh persen dari penderita neoplasma, kasus
ditemukan pada saat skrining dengan Papsmear. Melalui papsmaer KLR dapat
disembuhkan bahkan dapat dicegah (preventable disease).Di beberapa negara
maju yang telah cukup lama melakukan program penyaringan (screening), melalui
xvi
papsmear dapat menemukan penyakit pada tingkat pra kanker , dan angka
kematiam turun secara drastis sekitar 50 – 60%.
Di Kanada insidens kanker serviks turun dari 28,4 menjadi 6,9 per 1000
wanita dan angka kematian turun dari 11,4 menjadi 3,3 per 1000 wanita selama 20
tahun program penyarigan.( Scaberg,1985.Sianturi,1996)
Menurut Hacker & Moore (2001) di Amerika Serikat tahun 1990 KLR
menduduki rangking ke delapan diantara penyakit kanker pada wanita. Insidensi
telah banyak berkurang sejak tahun 1930. Sebagian penurunan KLR berhubungan
dengan adanya sediaan apus Papanicolau yang memungkinkan pendeteksian
penyakit sebelum invasif.
Tingginya angka kematian penderita KLR di Indonesia disebabkan
sebagian besar penderita KLR, baru datang berobat setelah stadium lanjut, sekitar
70% penderita datang dalam stadium lanjut , hal ini karena masih kurangnya
kesadaran wanita
Indonesia untuk mencegah dan mendeteksi secara dini
kanker leher rahim ( Ratna,2004 ).
Data Rumah Sakit Kanker Dharmais 1993-1997 dari 710 kasus baru,
sebesar 65 % pasien datang pada stadium lanjut ( IIB-IV )dengan angka ketahanan
hidup, dalam dua tahun stadium lanjut berkisar 53,2% dan untuk stadium awal
hampir 90% (Hidayani, 2003).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada
penderita rawat inap di RSUP. Haji Adam Malik Medan.
xvii
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka yang menjadi
permasalahan adalah masih tingginya angka kejadian kanker leher rahim, dan
ingin diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim,dan
deteksi dini yang dilakukan pada penderita yang datang berobat dan rawat inap di
RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik penderita kanker leher rahim (umur, pendidikan,
pekerjaan dan deteksi dini) yang datang berobat dan rawat inap di RSUP
Haji Adam Malik Medan.
2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi (usia pertama kali kawin/
melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, riwayat pemakaian
kontrasepsi, merokok) dengan kejadian kanker leher rahim pada penderita
yang datang berobat dan rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh usia pertama kali kawin dengan kejadian kanker leher rahim
2. Ada pengaruh paritas dengan kejadian kanker leher rahim
3. Ada pengaruh ganti pasangan dengan kejadian kanker leher rahim
4. Ada pengaruh riwayat pemakaian kontrasepsi dengan kejadian kanker
leher rahim
xviii
5. Ada pengaruh merokok dengan kejadian kanker leher rahim
6. Ada pengaruh penyakit/ infeksi kelamin dengan kejadian kanker leher
rahim
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi petugas
kesehatan dalam memahami faktor resiko terjadinya kanker leher rahim.
2. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan resiko terjadinya kanker leher rahim.
xix
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kanker Leher Rahim
Menurut Sarjadi (1995) Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada
serviks uteri, suatu daerah pada organ perempuan yang merupakan pintu masuk
kearah rahim yang terletak antar rahim dan liang senggama.
2.2 Epidemiologi kanker leher rahim
2.2.1 Kejadian Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian utama kanker pada
wanita di negara
berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000
kasus KLR baru di seluruh dunia , 77 % berada di Negara sedang berkembang
( Sjamsudin, 2001 ).
Data Insidensi rate KLR (Age standardized cancer incidence rate /
ASR). Di negara Thailand didapatkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun ( 1983 –
1987 ) sebesar 33,2 % , Korea Selatan dalam kurun waktu 2 tahun sebesar 23,2 %
, India dalam kurun waktu 1 tahun ( 1982 ) sebesar 41,7 %, sedangkan Myanmar
dalam kurun waktu 3 tahun ( 1978 - !980 ) sebesar 31,3 % ( Sarjadi,1995 ).
Secara umum di seluruh dunia, baik insiden dan mortalitas KLR berada
pada urutan kedua setelah kanker payudara , sedangkan pada negara berkembang
xx
KLR masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita
(Sarjadi , 1995 ).
Di Indonesia, KLR menempati urutan kedua setelah kanker payudara.
Diantara tumor ganas ginekologi sebesar 68,90 % , diperkirakan terdapat 200 ribu
kasus baru pertahunnya. Insidens rate penderita kanker di Indonesia berjumlah
100 orang per 100.000 (Ratna, 2004).
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) proporsi
kematian meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 4,8 % tahun 1989 menjadi 5 %
tahun 1992 serta 4,9 % tahun 1995, dan 6,0 % tahun 2001, dimana kanker
merupakan urutan kelima terbanyak penyebab kematian. KLR menempati urutan
pertama dari kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker
pada wanita ( SKRT 2002 ).
Berdasarkan data dari 13 pusat Patologi di Indonesia tahun 1990. Insiden
KLR menempati urutan pertama dengan persentasi sebanyak 27 % disusul kanker
payudara 11,22 %, Sedangkan data dari beberapa gabungan rumah sakit di
Indonesia proporsi KLR menduduki peringkat tertinggi yaitu 16,0 %, disusul oleh
kanker hati / hepatoma (12,0 %), payudara (10,0%), kanker paru (9,0 %), kanker
kulit (7,5 %), kanker nasofaring (7,0 %0, leukemia (5,0 %), kanker usus besar (4,5
%) dan lain-lain (1,7 %) (Fauzi, 2002.Aziz, 1996).
Data dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 1717 kasus kanker
ginekologi dalam kurun waktu 1989 – 1992 (3 tahun) terdapat 76,2 % diantaranya
adalah KLR. Kematian karena KLR di RSCM tahun (1990-1994 ) sangat tinggi
xxi
yaitu sebanyak 66,1 % dari 327 kasus kematian kanker ginekologik , disusul oleh
kanker ovarium 22,6 % ,penyakit trofoblas ganas 7,3 % , kanker uterus 2,4 %
,kanker vulva 0,9 % dan kanker Vagina 0,6 % ( Sahil ,2002 ).
Penelitian lain di Amerika dilakukan oleh Sidibe Kassim (2000)
memperkirakan setiap tahun terjadi 13.000 kasus KLR . 31,54 % diantaranya
berada pada stadium lanjut . Diperkirakan sekitar 10 -15 % displasia ringan
hingga sedang berkembang menjadi kanker invasif .dan membutuhkan waktu 3 20 tahun untuk menjadi kanker invasif ( Tambunan ,1996 ).
KLR jarang terjadi sebelum umur 20 tahun, umur rerata dari kejadian ini
47 tahun. Di beberapa daerah geografis , umur rerata dilaporkan 39 tahun dan
yang terbanyak antara 45 – 50 tahun ( Hacker dan Moore, 2001 ).
Periode laten dari fase pra invasif menjadi invasif memakan waktu sekitar
10 tahun, hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR invasif
pada saat didiagnosis sedangkan 53 % dari Karsinoma insitu terdapat pada wanita
di bawah usia 35 tahun. Hasil penelitian dari beberapa laboratorium Patologi
Anatomi di Indonesia (2000), KLR ditemukan pada wanita yang berusia antara 25
– 34 tahun dengan puncaknya pada usia 45 – 54 tahun. Sedangkan menurut Hatch,
umur rata-rata penderita KLR 52 tahun dengan puncaknya diantara umur 35 – 39
tahun dan 60 – 64 tahun. Sebenarnya pada usia di bawah 15 tahun pun kanker ini
sudah berkembang akan tetapi baru tampak gejala setelah 10 sampai 30 tahun
kemudian. Pada wanita kulit putih dan kulit hitam paling sering terjadi pada usia
25 dan 35 tahun ( Novaks and Jonathan ,1996 . Sahil, 2003 ).
xxii
2.3 Faktor – Faktor Yang mempengaruhi terjadinya Kanker Leher Rahim
Penyebab KLR belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan
2.3.1
predisposisi yang menonjol :
Umur
Kanker leher rahim sering ditemukan antara umur 30 – 60 tahun dimana
insiden terbanyak pada umur 40 – 50 tahun, dan akan menurun drastis sesudah
berumur 60 tahun (Parson). Sedangkan menurut Bendson, penderita KLR rata-rata
dijumpai pada umur 45 tahun serta menurut Davis dan banyak peneliti lainnya
mengemukakan dalam 1000 per 100.000 dari kanker intra epitalia dijumpai pada
wanita 30 – 45 tahun ( Yakub,1993 ).
Periode laten dan fase pra invasif untuk menjadi invasif memakan waktu
sekitar 10 tahun. Hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR
yang invasif pada saat didiagnosa, sedangkan 35 % dari KLR terdapat pada wanita
di bawah usia 35 tahun. Sedangkan menurut Aziz(1996), umumnya insidens KLR
sangat rendah di bawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan
menetap pada usia 50 tahun. Sedangkan KLR mulai naik pada umur lebih awal,
dan puncaknya pada umur 30 – 34 tahun, dan mencapai puncak menetap pada usia
35 – 55 tahun dan terus menurun sesudah usia tersebut.
Menurut Riono(1999), KLR biasanya terjadi pada wanita yang berumur
tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa KLR dapat juga menyerang wanita
yang berumur antara 20 – 30 tahun.
xxiii
2.3.2 Pendidikan
Penelitian Harahap 1983 di RSCM antara tingkat pendidikan dengan
kejadian KLR terdapat hubungan yang kuat, dimana KLR cenderung lebih banyak
terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah dibanding wanita yang
berpendidikan tinggi(88,9%). Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan
tingkat sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Surbakti E ( 2004 ) pendidikan mempunyai hubungan bermakna
dengan kejadian KLR OR= 2,012 dengan kata lain penderita KLR yang
berpendidikan rendah merupakan factor resiko yang mempengaruhi terjadinya
KLR .
2.3.3 Pekerjaan
Menurut Teheru(1998) dan Hidayati(1999) terdapat hubungan antara KLR
dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar, seperti buruh, petani
memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena KLR dibandingkan wanita pekerja
ringan atau bekerja di kantor. Dua kejadian yang terpisah memperlihatkan adanya
hubungan antara KLR dengan pekerjaan. Para istri pekerja kasar 4 kali lebih
mungkin terkena KLR dibandingkan para istri pekerja kantor atau pekerja ringan,
kebanyakan dari kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam
kelompok sosial ekonomi rendah, mungkin standard kebersihan yang tidak baik
pada umumnya factor sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktifitas seksual
pada usia lebih muda.
xxiv
Wanita dengan sosio ekonomi tinggi dengan wanita dari masyarakat urban
sebagai kelompok resiko rendah, dan wanita dengan status sosial ekonomi yang
rendah dengan wanita dari masyarakat rural sebagai wanita yang beresiko tinggi
terhadap terjadinya KLR, biasanya dikaitkan dengan hygiene, sanitasi dan
pemeliharaan kesehatan masih kurang. Pendidikan rendah, kawin usia muda,
jumlah anak yang tinggi, pekerjaan dan penghasilan tidak tetap, serta faktor gizi
yang kurang akan memudahkan terjadinya infeksi yang menyebabkan daya
imunitas tubuh menurun
sehingga
menimbulkan resiko terjadinya KLR
(Teheru,1998. Hidayati,1999 ).Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Hibridawati ( 2001 ) ditemukan proporsi terbesar penderita KLR adalah pekerjaan
Ibu rumah tangga sebesar 73,7 %.
2.3.4 Deteksi Dini.
Di beberapa Negara maju yang telah cukup lama melakukan program
penyaringan (screening), melalui Papsmear dapat menemukan penyakit pada
tingkat pra kanker, dan angka kematian turun secara dratis 50-60%. Di Kanada
insidenkanker leher rahim turun dari 28,4 menjadi 6,9 sedang mortalitas turun dari
11,4
menjadi
3,3,
per
1000
wanita
selama
20
tahun
program
penyaringan(screening).Di negara maju, seperti Jepang , angka penderita KLR
dapat ditekan dengan adanya kesadaran melakukan deteksi dini.Beberapa peneliti
mengemukakan dari 4467 kasus kanker ,sebesar 1800 kasus ditemukan pada
xxv
stadium lanjut.,dari keseluruhan
wanita yang menderita KLR tidak pernah
melakukan Papsmear sebanyak 85 %(Aziz,2000.Evennett 2003 ).
Di negara-negara Skandinavia dengan melakukan deteksi dini sejak
pertengahan tahun enam puluhan selama 20 tahun (1965 – 1978) angka kematian
KLR menurun sebesar 50 – 60 % di Kanada insidens KLR turun dari 28,4%
menjadi 6,9% dan mortalitas turun dari 11,4% menjadi 3,3 per 100.000
wanita.Sedangkan penelitian di Australia pada penderita dengan kanker invasif
sebesar 35 % dimana tidak pernah melakukan deteksi dini, sebesar 19,4 %, tidak
melakukan deteksi dini paling sedikit 4 tahun sebesar 21,5 % (Aziz, 2000).
Di Indonesia , terjadi peningkatan kejadian kanker dalam jangka waktu
10 tahun terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari
peringkat 12 menjadi peringkat 6.Setiap tahun diperkirakan terdapat 190.000
penderita baru dan 1/5 akan meninggal akibat penyakit kanker.Namun angka
kematian akibat kanker ini bisa dikurangi 3 – 35% bila dilakukan tindakan
perventif, screening dan deteksi dini.Misalnya dengan melakukan tes pap smear
bagi mereka yang telah aktif secara seksual dapat menurunkan angka kematian
(Dalimartha, 2004).
Menurut Aziz(2003) tingginya angka kematian penderita KLR di
Indonesia disebabkan karena sebagian besar penderita KLR atau 70 % penderita
KLR ditemukan pada stadium lanjut.
xxvi
Pemeriksaan yang paling utama dan deteksi dini kenker leher rahim
adalah pemeriksaan Papaniculou Smear (Papsmear) khususnya pada perempuan
yang sudah aktif melakukan hubungan seks (Canavan T at.all, 2000).
Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (1989 – 1992), penderita KLR
kebanyakan datang pada stadium lanjut (II dan IV )sekitar 80 % dimana,stadium I
19,9 %, stadium II 32,0 %, stadium III 40,7 % dan stadium IV 7,4 % keadaan ini
dapat terjadi karena kurangnya kesadaran wanita Indonesia untuk mencegah dan
mendeteksi secara dini KLR (Hidayati, 2001 ).
Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi, sederhana cepat dan tidak
sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong relatif
murah,efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan oleh
KLR. Tiga puluh persen dari penderita KLR, kasus ditemukan pada saat skrining
Papsmear. Melalui Papsmear kanker leher Rahim dapat dicegah (preventable
disease) Walaupun hasil test Papsmear telah terbukti bermanfaat bagi penemuan
dini KLR namun penggunaannya secara nasional masih merupakan masalah
besar.(Aziz , 2002 ).
2.3.5 Usia Pertama Kawin/ Melakukan Hubungan Seksual
Kawin muda berpengaruh terhadap terjadinya KLR. Penelitian Sandra
Van Loon di RSHS (1996), wanita penderita KLR kawin pertama kali antara
umur 15 – 19 tahun. Beberapa sarjana melihat adanya hubungan erat antara KLR
xxvii
dengan kawin muda. Wanita yang kawin muda atau
pertama kali koitus pada
umur 15- 20 tahun lebih sering terkena KLR (Lussat ).
Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang
cukup penting. Dimana makin muda seorang perempuan melakukan hubungan
seksual semakin besar resiko yang harus ditanggungnya, karena terjadinya KLR
dengan masa laten KLR memerlukan waktu 30 tahun sejak melakukan hubungan
seksual pertama, sehingga hubungan seksual pertama dianggap awal dari mula
proses munculnya KLR pada wanita (Yakub ,1993 ).
Menurut Riono (1999 ), Edward (2001), Aziz ( 2002) Wanita menikah di
bawah usia 16 tahun biasanya 10 – 12 kali lebih besar kemungkinan terjadi KLR
daripada mereka yang menikah setelah berusia 20 tahun ke atas. Pada usia
tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitive. Serviks remaja lebih
rentan terhadap stimulus karsinogenik karena terdapat proses metaplasia
skuamosa yang aktif, yang terjadi di dalam zona transformasi selama periode
perkembangan. Metaplasia skuamosa ini biasanya merupakan suatu proses
fisiologi tetapi di bawah pengaruh karsinogen, perubahan sel dapat terjadi
sehingga mengakibatkan suatu zona transformasi yang tidak patologik. Perubahan
yang tidak khas ini menginisiasi suatu proses yang disebut neoplasia intraepitel
serviks (Cervic Intraepithel Neoplasma = CIN) yang merupakan fase prainvasif
dari KLR.
xxviii
2.3.6 Paritas
KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan .
Kategori partus sering belum ada keseragaman akan tetapi menurut beberapa
pakar berkisar
.
3 – 5 kali melahirkan .(Tambunan,1996 .Harjono,1996).
Green menemukan penderita KLR 7,9 % adalah multi para dan 51 %
pada nulli para. Dimana bila persalinan pervaginam banyak maka KLR cenderung
akan timbul (Harahap, 1997).
KLR banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana
hubungan jumlah persalinan dengan kejadian KLR, karena pada wanita yang tidak
melahirkan juga dapat terjadi KLR ( Yakub,1993 ).
2.3.7 Ganti pasangan
Telaah pada berbagai penelitian epidemiologi KLR berhubungan kuat
dengan perilaku seksual seperti multiple mitra seks, dan usia saat melakukan
hubungan seks yang pertama. Resiko meningkat lebih dari 10 X bila bermitra seks
6 atau lebih. Juga resiko meningkat bila berhubungan dengan pria beresiko tinggi
pria yang melakukan hubungan seks
dengan multiple mitra seks atau yang
mengidap kondiloma akuminatum (Aziz, 2000).
Menurut Aziz (2000) Wanita yang melakukan hubungan seksual pada
usia < 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual berganti-ganti lebih beresiko
untuk
terjadi
KLR.
Berganti-ganti
pasangan
dalam
hubungan
seksual
memperbesar kemungkinan terinfeksi HPV.
xxix
Penelitian Corscoden ditemukan faktor koitus dengan seringnya berganti
pasangan, merupakan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya KLR. Benson
menemukan
kasus KLR 4 kali lebih banyak pada wanita yang melakukan
prostitusi ( Yakub, 1993).
Menurut Rortkin, pergantian pasangan lebih dua kali akan meningkatkan
resiko terjadinya KLR., resiko meningkat 10 x lipat pada wanita yang mempunyai
mitra seksual enam atau lebih atau bila aktivitas seksual dimulai sebelum 15 tahun
(Evennett, 2003).
2.3.8 Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap
sebagai rokok atau yang dikunyah. Wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah
serviks 56 x lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan
tersebut pada leher rahim akan menurunkan status immun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen. Hasil penelitian bila merokok 20 batang setiaphari resiko
untuk terkena kanker adalah 7 kali dibanding orang yang tidak merokok. Atau
bila merokok 40 batang setiap hari, resiko untuk terkena kanker adalah 14 kali
dibanding orang yang tidak perokok.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin tinggi resiko untuk
terkena KLR (Hidayati,2001.Evennett,2003).
xxx
2.3.9 Infeksi
Penyebab utama KLR adalah adalah infeksi virus Human Vapiloma
Virus (HPV) lebih dari 90 kanker serviksjenis skuamosa mengandung DNA
VirusHPV dan 50 % KLR berhubungan dengan HPV tipe 16 . Infeksi virus HPV
telah terbukti menjadi penyebab lesi prakanker, kondiloma akuminatum, dan
kanker. Terdapat lebih dari 200 tipe virus HPV dari tipe tersebut tipe 16 dan 18
mempunyai peranan yang penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan
mengkode pembentukan protein – protein yang penting dengan replikasi virus.
Tipe virus resiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein E6 dan
E7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb epitel seviks ,
p53dan pRb adalh protein penekan tumor yang berperan menghambat
kelangsungan siklus sel, dengan tidak aktifnya p53 dan pRb sel yang bermutasi
akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus tanpa harus memperbaiki kelainan
DNA nya, ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama
terjadinya kanker, dengan mengkode pembentukan protein – protein yang penting
dalam replikasi virus. virus HPV ini menginfeksi membran basalis pada daerah
metaplasia dan zona transformasi serviks, setelah menginfeksi sel epitel sebagai
upaya untuk berkembang biak, virus ini akan meninggalkan sekuensi genomnya
pada sel inang. Genom HPV dijumpai pada CIN dan berintegrasi dengan DNA
inang pada kanker infasif dimana Infeksi terjadi melalui kontak langsung
(Edianto,2006)
xxxi
2.3.1 Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama lebih dari 4 atau 5 tahun
dapat meningkatkan resiko terkena KLR sebesar 1,5 – 2,5 kali. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitive
terhadap HPV yang dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia
sehingga berisiko untuk terjadinya KLR (Hidayati, 2001).Pil kontrasepsi oral
diduga akan menyebabkan defisiensi asam folat yang mengurangi metabolisme
mutagen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu kofaktor yang
membuat replikasi DNA HPV
2.4 Patologi
Kanker Leher Rahim timbul dibatas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis servikalis yang disebut sambungan
skuamo kolumnar (SSK), histologik antara epitel gepeng berlapis (skuamos
komplek) dari porsio dengan epitel kuboid/ silindris pendek selapis bersilia dari
endoserviks, sedangkan pada wanita muda SSK ini berada di luar ostium uteri
eksternum, pada wanita usia lebih dari 35 tahun SSK berada di dalam kanalis
servikalis. Tumor dapat tumbuh : (1) exophitie mulai dari SSK kearah lumen
vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis ;
(2) endophititie mulai dari SSK tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus ; (3) Ulseratif mulai dari SSK dan cenderung
merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal forniks vagina untuk
xxxii
menjadi ulkus yang luas.Serviks yang normal, secara alamiah mengalami proses
metaplasia (erosi) akibat saling desak mendesak kedua jenis epitel yang melapisi.
Dengan masuknya mutagen porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang
semula faali/ fisiologik dapat berubah menjadi patologik(displasia dikariotik)
melalui NIS-I,II,III dan KIS dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. (Hacker &
Moore,2001.Wiknjosastro,1999 ).
2.5 Gambaran Klinis
2.5.1 Keputihan
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium preklinik (Karsinoma insitu
dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering
tidak mempunyai gejala. Tetapi awalnya keluaran cairan mucus yang encer,
keputihan seperti krem tidak gatal. Kemudian menjadi merah muda lalu
kecoklatan seperti air kotoran dan sangat berbau bahkan sampai dapat tercium
oleh seisi rumah penderita, bau ini timbul karena ada jaringan nekrosis (Hacker &
Moore, 2001. Wiknjosastro, 2002)
2.5.2 Pendarahan Pervaginam
Awal stadium invasif keluhan yang timbul pada penderita KLR adalah
pendarahan di luar siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama
makin banyak atau pendarahan terjadi di antara 2 masa haid. Pendarahan terjadi
akibat terbukanya pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret berbau
busuk. Bila pendarahan berlanjut lama dan semakin sering akan menyebabkan
xxxiii
penderita menjadi anemis dan dapat terjadi shock, biasanya dijumpai pada
penderita kanker serviks uteri stadium lanjut (Hacker & Moore, 2001.
Wiknjosastro , 2002)
2.5.3 Pendarahan Kontak.
Keluhan ini sering dijumpai pada penderita kanker serviks uteri pada awal
stadium invasif, biasanya timbul pendarahan setelah bersenggama. Hal ini terjadi
akibat trauma pada permukaan serviks uteri yang telah mengalami lesi (Hacker &
Moore, 2001. Wiknjosastro, 2002)
2.5.4 Nyeri
Nyeri bukanlah suatu gejala dari kanker serviks uteri stadium lanjut dan
tidak selamanya serius ataupun keadaan parah. Rasa nyeri ini dirasakan di bawah
perut di bagian bawah sekitar panggul yang biasanya unilateral yang terasa
menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri bersifat progresif sering dimulai
dengan Low Back Pain di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah
(Wiknjosastro, 2002. Tambunan, 1996)
2.5.5 Penyebaran
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh darah getah bening
menuju 3 arah yaitu :
1. ke arah fornises dan dinding vagina.
2. ke arah korpus uteri.
xxxiv
3. ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lebih lanjut mengilfritrasi
septum retrovaginal dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel
tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak dalam (hipogastrika). Karsinoma servik
umumnya terbatas pada daerah panggul saja tetapi tergantung dari kondisi
immunologi tubuh penderita, KIS akan berkembang menjadi mikro invasif dengan
menembus membrane basalis. Jika sel tumor sudah berada dalam pembuluh limfa
atau darah maka prosesnya sudah invasif, sesudah tumor menjadi invasif
penyebaran secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornises vagina, korpus
uterus rectum atau kandung kemih yang pada tingkat akhir (terminaltage) dapat
menimbulkan fistula rectum atau kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional
melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar illiak, obturator, hipogastrika,
parasakral, paraaorta, melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia kiri
mencapai paru, hati, ginjal, tulang dan otak (Jonathan, Neville, Hacker, 2000)
xxxv
2.5.6 Stadium Klinik Kanker Leher Rahim
Tabel.2.1 Stadium KLR menurut FIGO tahun 2000
Stage
0
I
IA
IA1
IA2
IB
IB1
IB2
II
IIA
IIB
III
Stage
IIIA
IIIB
IV
IVA
IVB
Description
Carcinoma in situ, intraephitelial carcinoma (Cases of stage 0 should
not be included in any therapeutic statistics for invasive carcinoma
Carcinoma strictly confined to the cervic (Extension to the corpus
should be disregarded)
Invasive cancer identified only microscopically. All gross lesion even
with superficial invasion are stage IB cancers. Invasion is limited to
measured stromal invasion with maximum depth of 5,0 mm dan no
wider than 7,00 mm
Measured invasion of stroma no greater than 3,00 mm in depth and no
wider than 7,00 mm
Measured invasion of stroma greater than 3,00 mm and no greater
than 5,0 mm and no wider than 7,00 mm
Clinical lession confined to the cervix or preclinical lession greater
than stage IA
Clinical lession no greater than 4,0 cm
Clinical lession greater than 4,0 cm
Carcinoma extends beyond the cervix but has not extended onto the
pelvic wall. Carcinoma involves the vagina, but not as far as the lower
third
No obvious parametrial involvement
Obvious parametrial involvement
Carcinoma has extended to the pelvic wall. On rctal examination,
there is no cancer-free space between the tumor and pelvic wall.
Tumor involves the lower third of the vagina. All cases with
hydronephrosis or a non-functioning kidney are included, uncless they
are known to be due to another cause
Description
No extension onto the pelvic wall, but involvement of the lower third
of the vagina, with no extension to the pelvic wall
Extension to the pelvic wall or hydronephrosis or non-functioning
kidney
Carcinoma has extended beyond the trues pelvis or has clinically
involved the mucosa or the bladder or rectum
Spread to adjacent organs
Spread to distant organs
xxxvi
2.6 Tindakan Pengobatan
Bila diagnosa hispatologik telah dibuat maka pengobatan harus segera
dilakukan dan pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor yaitu: letak
dan luas lesi, usia dan jumlah anak serta keinginan menambah jumlah anak,
adanya patologi lain dalam uterus, keadaan sosial ekonomi, fasilitas
Pengobatan KLR tergantung pada tingkatan stadium klinis, secara umum
dapat digolongkan kedalam tiga golongan terapi yaitu:
2.6.1 Operasi
Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II, meliputi histerektomi
radikal, histerektomi ekstrafasial dan limpadenoktomi. Pada stadium klinis Ii
disamping operasi, dilakukan juga terapi radiasi (Riono, 1999. Hacker dan Moore,
2001).
2.6.2
Radioterapi
Terapi radiasi yaitu dengan menggunakan sinar peugion berkekuatan
tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun ekternal. Tetapi radiasi
dilakukan pada stadium klinis Ib. Selain radiasi terkadang diberikan pula
kemoterapi sebagai kombinasi terapi (Riono, 1999. Wiknjosastro, 1999. Hacker
dan Moore, 2001)
xxxvii
2.6.3
Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan bila terapi radiasi tidak mungkin diberikan karena
metastase sudah sangat jauh. Umumnya diberikan pada stadium klinis IV B dan
hanya bersifat paliatif (Wiknjosastro, 1999. Hacker dan Moore, 2001).
2.7 Prognosis Kanker Leher Rahim
Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah penderita, keadaan
umum fisik, tingkat klinik, ciri-ciri histologik sel-sel tumor, kemampuan ahli atau
tim yang menangani dan sarana pengobatan yang tersedia. Kemampuan
mempertahankan kelangsungan hidup pasien (survival live) 5 tahun setelah
pengobatan adalah sebagai berikut:
Untuk tingkat klinik I
: lebih kurang 85%
Untuk tingkat klinik II
: antara 42% dan 70%
Untuk tingkat klinik III
: antara 26% dan 42%
Untuk tingkat klinik IV
: antara 0% dan 12%
xxxviii
2.8 Landasan Teori
Penyakit kanker leher rahim dapat disebabkan ole banyak faktor seperti
terlihat diwah ini ( Aziz, 1996).
Faktor Etiologi
Faktor resiko
Virus
Perilaku Seksual:
- Kawin usia muda
- Banyak anak
- Multi Partner
- Merokok
- Infeksi mulut
rahim
- Kontrasepsi
Kanker Leher
Rahim
Gambar 1. Kerangka Teori
xxxix
2.9 Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas serta kerangka teori
yang ada,maka penyusun membuat kerangka ko