Penatalaksanaan Kanker Lidah dengan Teknik Diseksi Leher Radikal

(1)

PENATALAKSANAAN KANKER LIDAH DENGAN

TEKNIK DISEKSI LEHER RADIKAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh :

NIM : 070600132 WINDA WIRENTARI

DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2011

Winda Wirentari

Penatalaksanaan Kanker Lidah dengan Teknik Diseksi Leher Radikal. ix + 38 halaman

Dalam dunia kedokteran gigi khususnya bagian bedah mulut dan maksilofasial banyak teknik pembedahan yang dapat digunakan untuk melakukan pengangkatan kanker lidah, salah satunya adalah teknik diseksi leher radikal. Diseksi leher radikal merupakan suatu tindakan bedah berupa pengangkatan kelenjar limfe leher dan jaringan sekitarnya untuk menanggulangi metastasis yang terjadi di leher dalam rangka penatalaksanaan kanker.

Kanker lidah merupakan kanker yang berasal dari suatu neoplasma malignant yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya yang berbentuk karsinoma sel skuamosa dan terjadi akibat rangsangan menahun. Insidensi kanker lidah meningkat sejalan peningkatan usia.

Daftar rujukan 31 (1975-2011)

Teknik ini memiliki keuntungan yaitu mendapatkan akses kerja yang luas dalam melakukan pengangkatan kanker lidah, namun teknik ini juga memiliki kerugian yaitu dapat menimbulkan trauma yang besar. Komplikasi merupakan hal yang lazim dalam suatu tindakan perawatan bedah. Secara umum komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, hematoma, flep yang nekrosis, drop shoulder, gangguan sensoris leher, dan lainnya.


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 18 Juli 2011

Pembimbing : Tanda tangan

Indra Basar Siregar, drg., M.Kes NIP : 19470206 197603 1 003


(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 18 Juli 2011

TIM PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM ANGGOTA : 1. Indra Basar Siregar, drg., M.Kes

2. Hendry Rusdy, drg., Sp.BM., M.Kes 3. Gostry Aldica Dohude, drg


(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, Sang Mahahati dan Sang Maha segalanya, sehingga skripsi ini dapat selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat.

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D, Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM., selaku kepala Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Indra Basar Siregar, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Yati Roesnawi, drg., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sejak awal semester kuliah di FKG USU.

5. Seluruh staf pengajar FKG USU khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.


(6)

tiada henti, doa yang selalu terucap disetiap ucapannya, tatapan penuh rasa bangga setiap melihatnya, inspirasi terbaik dalam hidup penulis dan semua pengorbanan yang telah dilakukan dan hanya Allah saja yang dapat membalasnya.

7. Adik-adik penulis, Astri Amaliasari dan Muhammad Reza Rayhan yang selalu memberikan dukungan tiada hentinya kepada penulis.

8. Sebuah senyuman penuh kasih sayang dan rasa bangga yang tidak terucapkan dengan kata-kata dan rasa terima kasih kepada Rony Afrizal, SKG atas setiap waktu yang diluangkan untuk membantu penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini, selalu setia mendoakan dan memberikan motivasi dengan caranya sendiri kepada penulis.

9. Sahabat penulis, Tasha Citra, Dessy Nandasari, Hanifah Maryani Ahmad, Rheni Nazlita, Andrew Armand, Frida Maya R, Ali Akbar, Herryadi Ashari, dan teman-teman lainnya angkatan 2007 yang ikut membantu penulis.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 02 Juli 2011 Penulis,

(Winda Wirentari) NIM : 070600132


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 LIDAH 2.1 Anatomi Lidah ... 3

2.1.1 Persarafan Lidah... 4

2.1.2 Vaskularisasi Lidah ... 4

BAB 3 KANKER LIDAH 3.1 Definisi ... 6

3.2 Etiologi ... 7

3.3 Gambaran Klinis ... 7

3.4 Gambaran Radiografis ... 10

3.3 Gambaran Histopatologis ... 11

BAB 4 DISEKSI LEHER RADIKAL 4.1 Definisi ... 13

4.2 Indikasi ... 15

4.3 Kontraindikasi ... 16

BAB 5 PERAWATAN KANKER LIDAH DENGAN TEKNIK DISEKSI LEHER RADIKAL 5.1 Persiapan Prabedah ... 17


(8)

5.3 Perawatan Pasca Bedah ... 28

5.4 Komplikasi ... 30

BAB 6 KESIMPULAN ... 33


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Dorsum lidah ... 3

2 Gambaran klinis kanker lidah ... 8

3 Adanya masa yang besar di sisi kiri pangkal lidah ... 10

4 Gambaran radiografis kanker lidah ... 11

5 Karsinoma sel skuamosa ... 11

6 Diseksi leher radikal ... 13

7 Hemiglosektomi ... 18

8 Desain flep apron ... 19

9 Diseksi bilateral ... 20

10 Pengangkatan flep subplatismal ... 21

11 Kelenjar submandibular subplatismal ... 21

12 Pembedahan otot sternomastoideus, aksesori saraf transeksi anterior ke otot trapezius dan seluruh isi segitiga posterior yang ditarik ke medial ... 22

13 Pemotongan otot omohioid di dekat klavikula... 23

14 Pembedahan di belakang perbatasan inferior otot sternomastoideus otot, ligasi vena jugularis internal dan bedah antara karotid arteri dan vena jugularis interna ... 24


(10)

15 Penjepitan dan insisi vena jugularis internal ... 25 16 Diseksi selesai pada posterior segitiga, segitiga inferior, dan sudut

rahang bawah ... 29 17 Diseksi submandibular dilakukan dengan mencabut otot milohioid

18 Perbatasan dari pembedahan leher telah terlihat jelas ... 27 26


(11)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2011

Winda Wirentari

Penatalaksanaan Kanker Lidah dengan Teknik Diseksi Leher Radikal. ix + 38 halaman

Dalam dunia kedokteran gigi khususnya bagian bedah mulut dan maksilofasial banyak teknik pembedahan yang dapat digunakan untuk melakukan pengangkatan kanker lidah, salah satunya adalah teknik diseksi leher radikal. Diseksi leher radikal merupakan suatu tindakan bedah berupa pengangkatan kelenjar limfe leher dan jaringan sekitarnya untuk menanggulangi metastasis yang terjadi di leher dalam rangka penatalaksanaan kanker.

Kanker lidah merupakan kanker yang berasal dari suatu neoplasma malignant yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya yang berbentuk karsinoma sel skuamosa dan terjadi akibat rangsangan menahun. Insidensi kanker lidah meningkat sejalan peningkatan usia.

Teknik ini memiliki keuntungan yaitu mendapatkan akses kerja yang luas dalam melakukan pengangkatan kanker lidah, namun teknik ini juga memiliki kerugian yaitu dapat menimbulkan trauma yang besar. Komplikasi merupakan hal yang lazim dalam suatu tindakan perawatan bedah. Secara umum komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, hematoma, flep yang nekrosis, drop shoulder, gangguan sensoris leher, dan lainnya.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

Kanker adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti banyak orang karena persentase kematiannya sangat tinggi. Salah satu contoh adalah kanker lidah, yang merupakan kanker yang berasal dari suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk karsinoma sel skuamosa (sel epitel gepeng berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun.

Selain kemoterapi, radioterapi, pembedahan juga merupakan jenis perawatan bagi pasien yang terkena kanker lidah. Salah satu teknik pembedahannya adalah diseksi leher radikal, yang merupakan pengangkatan kelenjar limfe leher dan jaringan sekitarnya dalam rangka penatalaksanaan kanker yang memiliki tujuan untuk menghilangkan sel kanker yang berada pada kelenjar limfe serta untuk melakukan diagnostik pemeriksaan kelenjar limfe yang diambil.

1

Untuk melakukan diseksi leher yang benar, mutlak dibutuhkan pemahaman anatomi leher, insidensi dan pola metastase kanker lidah, faktor prognostik pada metastase kelenjar limfe leher, serta kombinasi terapi yang dibutuhkan antara bedah, radiasi dan kemoterapi.

2

Indikasi tindakan diseksi leher radikal dan tipe diseksi yang akan dilaksanakan harus dipersiapkan dengan baik dan memerlukan pertimbangan dari berbagai aspek, tidak hanya pertimbangan dari oncology safety namun morbiditas serta prognosis pasien setelah tindakan harus benar-benar dipikirkan, untuk


(13)

mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan dan terhindar dari berbagai komplikasi yang mungkin terjadi.

Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang dokter gigi berkenaan dengan penatalaksanaan kanker lidah dengan teknik diseksi leher radikal, dimana teknik ini merupakan operasi standar dalam penatalaksanaan kanker rongga mulut.

2

Manfaat penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi tentang cara penatalaksanaan kanker lidah dengan teknik diseksi leher radikal, sehingga nantinya dapat memberikan perawatan dental yang professional dan dengan pedoman yang jelas.


(14)

BAB 2 LIDAH

2.1 Anatomi Lidah

Lidah adalah suatu organ muskular yang berhubungan dengan pengunyahan, pengecapan dan pengucapan yang terletak pada sebagian di rongga mulut dan faring. Lidah berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut kita.

Lidah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu radiks, korpus, dan apeks. Radiks lidah melekat pada tulang hioid dan mandibula, di bagian bawah kedua tulang terdapat otot geniohioid dan otot milohioid. Korpus lidah bentuknya cembung dan bersama apeks membentuk duapertiga anterior lidah. Radiks dan korpus dipisahkan oleh alur yang berbentuk ”V” yang disebut sulkus terminalis (gambar 1).

1

1


(15)

2.1.1 Persarafan Lidah

1.

Persarafan pada lidah dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 4,5

a.

Saraf sensoris, utuk mempersarafi :

b.

Duapertiga anterior oleh nervus lingualis.

2.

Sepertiga posterior oleh nervus lingualis, glosofaring dan vagus.

a.

Saraf pengecap, untuk mempersarafi :

b.

Duapertiga anterior oleh serabut-serabut nervus fasialis.

3.

Satupertiga posterior oleh nervus glosofaring. Saraf motorik

Mempersarafi otot-otot lidah yaitu otot stiloglosus, hioglosus dan genioglosus.

2.1.2 Vaskularisasi Lidah 2.1.2.1 Arteri Lingualis

1.

Arteri lingualis merupakan cabang dari arteri karotis eksterna. Arteri ini terus berjalan melewati otot-otot pengunyahan bagian posterior menuju ke tulang hioid, kemudian bersama-sama dengan nervus hipoglosus dan vena lingualis menuju otot hioglosus.3,4 Setelah melewati otot hioglosus arteri lingualis ini bercabang, yaitu rami dorsalis lingual dan di ujung anterior terbagi lagi menjadi dua cabang terminalis :

Arteri sublingualis berjalan diantara otot genioglosus dan glandula

2. sublingual.


(16)

2.1.2.2 Vena-vena pada Lidah

Vena lingualis profunda terletak pada membran mukosa bagian lateral bawah lidah. Vena lingualis profunda dan vena sublingualis bergabung dengan dorsal lingualis di daerah posterior dari otot hioglossus, lalu berjalan menuju vena jugularis.4,6

2.1.3 Pembuluh Limfe

1.

Pembuluh limfe berjalan di belakang papila sirkumvalata menuju posterior menembus dinding faring dan memasuki nodus limfatikus di daerah servikal yang terletak di sebelah lateral vena jugularis interna:

Pembuluh marginal

2.

Pembuluh marginal terdapat pada satupertiga luar dari permukaan atas lidah. Pembuluh marginal terbagi menjadi dua bagian, bagian anterior berjalan dari ujung lidah dan berakhir di nodus limfatikus submaksilaris, bagian posterior berjalan di belakang otot milohioid dan berakhir di nodus jugulo omohioiedeus.6

Pembuluh sentral

Pembuluh ini berjalan dari ujung lidah ke bawah melalui otot miloihioid dan berakhir pada nodus submental.6


(17)

BAB 3 KANKER LIDAH

3.1 Definisi

Kanker lidah merupakan penyakit kanker pada rongga mulut yang paling sering terjadi dan termasuk dalam sepuluh jenis kanker yang berbahaya dan paling banyak diderita.

Kanker lidah merupakan kanker yang berasal dari suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya yang berbentuk karsinoma sel skuamosa (sel epitel gepeng berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun. Kanker lidah yang sering terjadi adalah tipe karsinoma sel skuamosa, sedangkan untuk jenis lainnya jarang terjadi. Karsinoma sel skuamosa pada lidah seringkali tampak seperti luka terbuka dan cenderung tumbuh ke dalam jaringan di bawahnya.

Insidensi kanker lidah meningkat sejalan peningkatan usia. Umumnya terjadi pada usia sekitar 60 tahun, tetapi saat ini telah terjadi pergeseran usia, sehingga banyak ditemukan pada usia lebih muda.7,9

Kanker lidah hampir 80% terletak pada duapertiga anterior lidah, umumnya berada pada tepi lateral dan bawah lidah. Dan sangat jarang terjadi pada bagian posterior lidah, kecuali pada penderita yang pernah menderita sifilis yang tidak diobati selama beberapa tahun.7,9,10


(18)

3.2 Etiologi

Penyebab terjadinya kanker lidah yang paling utama adalah alkohol, merokok dan cara penggunannya, terutama yang lebih dari dua pack perharinya. Asap rokok yang mengepul lama di dalam rongga mulut dan yang mengenai lidah bisa mengering akibat paparan asap rokok tersebut. Dan jika lidah sering terpapar asap rokok maka mekanisme bekerjanya akan menjadi berlebihan, sehingga sel-selnya dapat berubah menjadi ganas yang perlahan-lahan dapat memicu terjadinya kanker lidah.10

Bercak perokok terlihat bintik-bintik berwarna kecoklatan yang mendatar, bercak ini bisa timbul di sisi dimana sebuah sigaret atau pipa rokok diletakkan di bibir. Resiko tersebut akan meningkat jika mengonsumsi alkohol secara terus-menerus. Merokok didominasi oleh kaum pria sehingga pria lebih banyak menderita kanker lidah dibandingkan wanita, dimana perbandingannya sebesar 3:2 atau 2:1.7,10

Selain faktor-faktor diatas, kanker lidah juga dapat dipicu oleh pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai, iritasi kronis dari restorasi, gigi yang mengalami karies, kebersihan gigi dan mulut yang buruk, radang kronis dan genetik pun dapat menjadi penyebab timbulnya kanker lidah. Faktor-faktor etiologi tersebut tidak bekerja secara terpisah, tetapi kombinasi dari berbagai faktor juga sering dijumpai bersama-sama.7,10

3.3 Gambaran Klinis

Pada umumnya penderita kanker lidah dan kanker rongga mulut lainnya mempunyai riwayat lesi atau keadaan prekanker mulut sebelumnya, seperti


(19)

leukoplakia, eritroplakia, submukus fibrosis dan lain-lainnya. Untuk itu para dokter gigi seharusnya mengetahui dan mengenali gejala-gejalanya dan gambaran klinis lesi-lesi tersebut.7

Gejala pada penderita kanker lidah tergantung pada lokasi kanker itu sendiri. Bila kanker terletak pada bagian duapertiga anterior lidah mempunyai keluhan yaitu dimana timbulnya suatu masa atau benda yang seringkali tidak terasa sakit, dan pada bagian ini kanker lidah lebih mudah untuk dideteksi dini daripada kanker yang terletak pada sepertiga posterior lidah. Hal ini disebabkan karena metastase kelenjar limfe regional merupakan indikasi pertama dari kanker kecil pada lidah. Sedangkan bila kanker terletak pada bagian sepertiga posterior, kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh penderita dan rasa sakit yang dialami biasanya dihubungkan dengan rasa sakit pada tenggorokan (gambar 2) .7,8

Gambar 2. Gambaran klinis kanker lidah (Moffit, HL. Cancer control. Cancer Center

and Research Institute Inc. 2002) (

Pada stadium dini, secara klinis kanker lidah dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, dapat berupa bercak leukoplakia, dan penebalan. Pertumbuhan


(20)

karsinoma berbentuk ulkus tersebut yang sering disebut sebagai pertumbuhan endofitik. Sedangkan karsinoma mulut juga terlihat sebagai pertumbuhan eksofitik atau lesi superficial yang dapat berbentuk seperti bunga kol dan mudah berdarah. perkembangan eksofitik atau endofitik berbentuk ulkus. Lesi eksofitik ini lebih mudah diketahui keberadaannya dan memiliki prognosa yang jauh lebih baik.8

Sebagian besar gejala yang sering terjadi berupa bentuk ulkus, yang perlahan-lahan ulkus ini akan mengalami infiltrasi lebih dalam dan pada tepi jaringan akan mengalami indurasi atau lebih keras. Pada stadium ini kanker lidah tidak menimbulkan gejala, mempunyai diameter kurang dari 2 cm, berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen putih, permukaannya licin dan memperlihatkan elevasi yang minimal.

Pada umumnya kanker lidah tahap dini tidak menimbulkan rasa sakit kecuali apabila terdapat infeksi sekunder. Seringkali awal dari keganasan kanker lidah ditandai dengan adanya ulkus atau luka seperti sariawan yang tidak kunjung sembuh dalam waktu lebih dari satu minggu sampai dengan satu bulan dengan pengobatan yang adekuat, ulkus yang tidak sakit, tepinya yang bergulung, lokasinya yang lebih tinggi dari sekitarnya, menjadi indurasi, dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas.8,9

Luka yang awalnya seperti sariawan biasa ini, perlahan-lahan akan menggerogoti seluruh jaringan di dalam mulut, lidah dan gigi yang mengakibatkan rongga mulut menjadi kebal dan tidak mampu merasakan apapun. Terdapat juga gejala-gejala kanker lidah lainnya seperti mudah berdarah, nyeri lokal, nyeri yang


(21)

menjalar sampai ke telinga, nyeri saat menelan, sulit untuk menelan dan pergerakan lidah menjadi sangat terbatas.9,10

3.4

Cara lain untuk menentukan adanya atau luasnya kanker lidah adalah dengan radiografis disebut juga dengan nama x-ray yang dapat membantu dalam menentukan potensi pertumbuhan tumor ke tulang. Sementara kanker lidah tidak seperti keganasan lainnya biasanya dapat dilihat dengan mata telanjang, beberapa kanker terletak internal dalam tubuh, membuat deteksi mereka sulit (gambar 3).

Gambaran radiografis

Gambar 3. Adanya masa yang besar di sisi kiri pangkal lidah (Neurosurg F. Emerging application of radiotherapy in head and

neck cancer. 2009)

Gambaran radiografis menunjukkan tidak hanya visualisasi yang baik dari karsinoma primer di dasar lidah, tetapi penyebaran yang tidak biasa ke jaringan lunak bersebelahan dinding faring dan metastasis kelenjar getah bening (gambar 4). Prosedur ini hanya mampu mendeteksi keberadaan masa yang sebenarnya dan masih


(22)

Gambar 4. Gambaran radiografis kanker lidah. (Neurosurg F.Emerging application of

radiotherapy in head and neck cancer.2009)

3.5 Gambaran Histopatologis

Sebagian besar kanker lidah berasal dari karsinoma sel skuamosa dengan diferensiasi baik, tetapi dapat pula berdiferensiasinya sedang atau jelek. Metastasis pada lesi ditandai dengan adanya keratinisasi (gambar 5). Bila gambaran histopatologis menunjukkan suatu tumor ganas jaringan lunak lainnya, perlu diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu tumor ganas atau suatu tumor ganas jaringan lunak pipi, kulit atau tulang yang mengadakan invasi ke rongga mulut.

Gambar 5. Karsinoma sel skuamosa

radiotherapy in head and neck cancer.2009) (20 April 2011)


(23)

Tingkatan Kanker Rongga Mulut Secara Klinis

Sistem yang dipakai adalah dari American Join Commite For Cancer Staging and End Result Reporting (AJCCS) sistem yang dipakai adalah T.N.M yaitu, T :

Primary Tumor, N : Regional lymph Nodes, M : Distant metatase dan dipakai untuk karsinoma pada rongga mulut.

T - primary Tumor

7,9,10

T o : Tidak ada bukti tumor primer. T 1S : Karsinoma insitu.

T 1 : Tumor besarnya 2 cm atau lebih kecil.

T 2 : Tumor lebih besar dari 2 cm tetapi lebih kecil dari 4 cm. T 3 : Tumor lebih besar dari 4 cm.

N – regional Lymph Nodes

N.O. : Secara klinis pada palpasi kelenjar limfe tidak teraba atau kelenjar limfe teraba tetapi tidak terjadi metastasis.

N.1. : Secara klinis pada palpasi teraba homolateral servikal kelenjar limfe dan tidak melekat, suspek terjadi metastasis.

N.2. : Kontra lateral atau bilateral servikal kelenjar limfe dapat diraba dan tidak melekat, suspek terjadi metastasis.

N.3. : Kelenjar limfe teraba dan melekat, suspek terjadi metastasis.

M – Distant metastasis

M.O. : Tidak ada metastasis yang jauh.


(24)

BAB 4

DISEKSI LEHER RADIKAL

1.1 Definisi

Diseksi leher radikal merupakan suatu tindakan bedah berupa pengangkatan kelenjar limfe leher dan jaringan sekitarnya untuk menanggulangi metastasis yang terjadi di leher dalam rangka penatalaksanaan kanker. Diseksi leher radikal adalah sebuah operasi standar yang diciptakan untuk memecahkan masalah penyakit leher metastasis yang dirancang dengan baik dan relatif mudah untuk dilakukan oleh para ahli bedah selama 75 tahun terakhir ini (gambar 6).11

Gambar 6. Diseksi leher radikal (Maret AR. Radical neck dissection. 2009)


(25)

Tujuan diseksi leher radikal adalah untuk menghilangkan sel-sel kanker yang berada pada kelenjar limfe serta untuk melakukan diagnostik pada pemeriksaan kelenjar limfe yang diangkat. Jaringan-jaringan yang akan diangkat akan dipertimbangkan sesuai kondisi klinis pasien.

Sejarah perkembangan tindakan bedah untuk penanggulangan metastasis pada kelenjar limfe leher telah dimulai sejak awal abad ke-20 oleh George W Crile di Amerika pada tahun 1906. George W Crile adalah orang pertama yang menggambarkan diseksi leher radikal, yang meliputi operasi pengangkatan metastasis leher terkandung antara lapisan fasia superfisialis dan profunda leher.

11,12

George W Crile melakukan teknik diseksi leher dengan membuang kelenjar saliva, vena jugularis interna, nervus spinalis aksesori, muskulus digastrikus, muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus stiloideus, tindakan bedah ini merupakan diseksi leher yang biasa dilakukan pada pasien dengan benjolan leher karena metastasis.

11

Teknik ini mulai dipopulerkan oleh Hayes Martin pada tahun 1950, yang mulai dikenal dengan istilah diseksi leher radikal. Hayes Martin mempunyai teori bahwa pembesaran kelenjar limfe leher yang asimetri baik tunggal maupun multipel pada usia dewasa kemungkinan besar adalah penyebaran kanker dari lesi primer pada mulut atau faring.

11,12

Beberapa ahli bedah melakukan tindakan diseksi leher ini sebagai profilaksis, tetapi hal ini tidak disetujui oleh Hayes Martin. Beliau menyatakan bahwa prosedur diseksi leher profilaksis dianggap tidak logis dan tidak dapat diterima terutama bila


(26)

diseksi leher radikal merupakan suatu teknik yang terlalu radikal, hal ini disebabkan ternyata morbiditas akibat diseksi leher radikal ini cukup berat karena tidak mempertimbangkan sisi fungsional dan sisi kosmetik, tetapi hanya mempertimbangkan sisi oncology safety.

Pada 20 tahun terakhir ini seiring dengan berkembangnya Ilmu Biologi Tumor, terjadi perubahan mendasar dalam penanganan metastasis kelenjar limfe leher, sehingga diseksi leher radikal bukanlah satu-satunya tindakan bedah yang diperlukan. Untuk melakukan diseksi leher yang benar dibutuhkan pemahaman anatomi leher, insidensi dan pola metastase kanker rongga mulut, faktor prognostik pada metastase kelenjar limfe leher, serta kombinasi terapi yang dibutuhkan antara bedah, radiasi dan kemoterapi.

11

11

1.2Indikasi

Indikasi untuk pembedahan diseksi leher radikal telah berevolusi selama dua dekade terakhir ini. Ada beberapa indikasi yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukannya teknik ini, antara lain: 13,14

1. Diseksi leher radikal efektif dilakukan dalam membersihkan metastasis

kanker lidah pada leher untuk kasus karsinoma nasofaring. 2. Secara klinis, kelenjar getah bening dapat diraba. 3. Kelenjar getah bening residu paska radiasi.

4. Kelenjar getah bening muncul kembali setelah mendapatkan radiasi. 5. Tumor primer dapat diangkat secara radikal.


(27)

1.3Kontraindikasi

Karena pengembangan prosedur bedah yang lebih baru meminimalkan morbiditas bedah, sehingga kontraindikasi diseksi leher telah menjadi kontroversial. Namun, pasien yang mempunyai resiko bedah yang terlalu besar karena penyakit

cardiopulmonary dan yang kondisinya tidak bisa dioptimalkan sebelum dilakukannya operasi tidak boleh dipertimbangkan untuk menjalani operasi ini.

Kontraindikasi secara umum adalah resiko yang harus dipertimbangkan, misalnya pada penyakit-penyakit yang dapat mengganggu jalannya operasi. Bila dipastikan para ahli bedah tidak mampu mengontrol tumor primernya atau metastasisnya jauh dari kanker sebaiknya tidak dilakukan teknik diseksi leher. Adapun kontraindikasi dari teknik ini, antara lain:

14,15

13,14

1. Apabila tumor primer tidak dapat dikendalikan.

2. Terdapatnya kanker lidah yang bermetastasis sampai fasia leher bagian dalam. 3. Terdapatnya metastasis kelenjar getah bening dibawah klavikula.

4. Terdapatnya infiltrasi ke dasar otak.

5. Terdapatnya masa tumor yang luas yang terfiksir di bawah angulus mandibula.

6. Ketidakmampuan ahli bedah untuk membersihkan tumor yang sudah menyebar di seluruh leher atau mencapai basis kranii, fasia vertebra servikalis, arteri karotis, nervus frenikus, pleksus brakialis dan otot-otot bagian dalam.


(28)

BAB 5

PERAWATAN KANKER LIDAH DENGAN TEKNIK DISEKSI LEHER RADIKAL

5.1 Persiapan Prabedah

Sebelum dilakukan pembedahan, terlebih dahulu melakukan anamnesa dan memberitahukan kepada pasien mengenai maksud dan tujuan perawatan yang akan dilakukan sesuai dengan yang diinginkan pasien dan harapan apa yang diinginkan sebagai hasil perawatan. Hal ini penting untuk mempersamakan persepsi dalam menunjang keberhasilan perawatan selanjutnya. Agar pemeriksaannya akurat, maka perlu data-data pasien dikumpulkan dengan cara melakukan pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium dan konsultasi dengan ahli yang terkait. Biopsi juga penting dilakukan, teknik biopsy yang sering digunakan didalam bedah mulut, antara lain:

a. Biopsi insisional : Apabila lesi permukaan melebihi 1 cm dalam segala

16,19

arah dan eksisi total sulit dilakukan. Untuk lesi-lesi yang besar sebaiknya mengirimkan spesimen yang benar-benar mewakili dan menyertakan tepi jaringan normal. Tidak ada ketentuan yang menyatakan bahwa daerah tertentu dari suatu lesi yang besar dapat dipergunakan semuanya sebagai sampel dengan menggunakan teknik insisi.


(29)

b. Biopsi eksisional : Yaitu insisi lesi secara in toto adalah pendekatan yang umum untuk lesi yang kecil. Eksisi diddesain dengan melibatkan jaringan normal dan memungkinkan dilakukan penutupan kembali. Lesi mulut yang paling sering adalah fibroma dan ukuran serta lokasinya memungkinkan lesi diambil secara total atau eksisi.

c. Aspirasi : Teknik ini dilakukan apabila diduga terdapat cairan, dan cairan ini tidak sesuai untuk diagnosis lesi oral yang solid. Aspirasi yang didapatkan, diantarkan ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan sitologi dan bakteriologi.

5.2 Teknik Pembedahan 5.2.1 Hemiglosektomi

Sebelum dilakukannya teknik diseksi leher radikal, terlebih dahulu dilakukan hemiglosektomi untuk mengangkat kanker lidah dan jaringan disekitarnya dengan batas yang adekuat yaitu 1-2 cm dari tepi jaringan yang sehat. Sebelum operasi dilakukan, pasien diberikan anastesi umum. Prosedur dimulai dengan membuat sayatan di bawah mandibula pada sisi yang terkena dan dapat juga sayatan diperpanjang ke dagu atau bibir bawah.

Mulut pasien dibuka dengan menggunakan spreder dan lidah ditarik keluar oleh asisten dengan bantuan kasa agar tidak licin. Mandibula dapat dipotong untuk memungkinkan akses kerja yang baik dan luas. Kemudian tumor difiksir oleh dokter, lalu lakukan insisi secara adekuat pada 1-2 cm dari batas indurasi kanker (gambar 7).


(30)

Gambar 7. (a) Hemiglosektomi (b) 1 tahun setelah dilakukannya hemiglosektomi (Anand VK. Gastro-omental free flap reconstruction of the head and neck. 2008) (www. Archievesoffacialplasticsurgery.com) (24 Juni 2011)

Setelah tumor diangkat, luka operasi ditutup dengan menggunakan benang yang bisa diserap. Dalam membuat simpul harus cukup kuat karena lidah adalah struktur yang banyak bergerak, bila simpul kurang kuat akan mudah lepas. Jika terjadi pendarahan, lakukan tindakan hemostasis yang baik pada saat sebelum menutup luka.23,26

5.2.2 Diseksi Leher Radikal

a.

Berbagai macam insisi yang berbeda-beda telah dipopulerkan selama abad terakhir ini. Pada dasarnya insisi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :

b.

Semilunar

c.

Trapesium Segitiga


(31)

Insisi yang sering digunakan pada diseksi leher radikal ini adalah desain flep apron yang dimulai dari ujung prosesus mastoideus, dua jari di bawah sudut rahang bawah dan memanjang ke ujung tulang hioid dan medial ke garis tengah area dagu. Garis biru menunjukkan sayatan yang akan direncanakan(gambar 8).19,21

Gambar 8. Desain Flep Apron (Shaha AR, Werning J. Radical neck dissection. 2004)

(18 Mei 2011)

Sayatan ini dapat diperpanjang melalui garis tengah dagu dan bibir untuk mengangkat tumor rongga mulut atau untuk pembukaan flep pada daerah pipi. Pasien yang memiliki karsinoma sel skuamosa hingga orofaring, maka pembedahan leher bilateral dengan insisi memanjang dari satu ujung mastoid ke ujung yang lain (gambar 9).19,21


(32)

Gambar 9. Diseksi bilateral. (Werning J. Modified radical neck dissection.

2010) (18 Mei 2011)

Awalnya sayatan dibuat di daerah posterior dan meluas hampir ke arteri karotis dengan teknik sayatan vertikal. Insisi submandibular awalnya tidak dibuat untuk menghindari perdarahan yang berlebihan pada kulit. Insisi vertikal dimulai dari aspek posterior, insisi dilanjutkan ke belakang arteri karotis dan diperluas ke daerah inferior ke klavikula dalam bentuk huruf S.

Insisi vertikal umumnya dilakukan dengan sudut 90° dan angulasi akut pada insisi ini harus dihindari untuk mencegah terjadinya nekrosis kulit lokal dan paparan dari struktur yang lebih dalam. Ini sangat penting untuk pasien yang telah menjalani terapi radiasi sebelumnya karena terapi radiasi kemungkinan menghambat penyembuhan luka karena kurangnya pasokan darah ke kulit dan jaringan subkutan.18,23

Subplatismal superior diangkat ke perbatasan rahang bawah dengan menaikkan flep posterior dan lakukan pembedahan di fosa supraklavikula, kemudian


(33)

subplatismal inferior diangkat ke daerah supraklavikula. Saraf mandibula marginal dapat dilestarikan dengan meninggikan flep(gambar 10).18,23

Gambar 10. Pengangkatan flep subplatismal (Werning J. Modified radical neck

dissection. 2010) (

(18 Mei 2011)

Setelah itu diberikan lidokain 1% dan epinefrin untuk menghindari perdarahan yang berlebihan. Daerah submental diangkat dari perbatasan mandibula pada daerah inferior. Retraksi dari otot milohioid anterior memungkinkan untuk identifikasi saluran submandibular yang diinsisi, dan saraf lingual yang memasok persarafan ke kelenjar submandibularis (gambar 11).18,23


(34)

Pembedahan dapat dilakukan antara platisma dan struktur yang lebih dalam. Bagian posterior diangkat dengan pengait kulit di bawah platisma, lalu lakukan pembedahan sampai ke belakang otot trapezius, dengan eksposur yang baik dari otot sternokleidomastoid. Dalam standar diseksi leher radikal, tidak ada upaya dilakukan untuk mengidentifikasi saraf aksesori.18,23

Pembedahan dimulai di dekat daerah mastoid yang berasal dari otot sternomastoideus dan paparan dari otot kapitis splenius. Pembedahan ini dilakukan pada permukaan otot splenius untuk menghindari cedera pada bagian occipitalis

(gambar 12).18,23

Gambar 12. Pembedahan otot sternomastoideus, aksesori saraf transeksi anterior ke otot trapezius dan seluruh bagian posterior yang ditarik ke medial. (Shaha AR. Radical neck

dissection. 2004) (18 Mei 2011)

Pembedahan diperpanjang dari perbatasan anterior otot trapezius sampai klavikula. Hal ini penting untuk menghindari pembedahan mendalam di belakang otot trapezius karena ada jaringan pembuluh darah yang dapat menyebabkan


(35)

perdarahan yang berlebihan. Bagian inferior dari otot omohioid tersebut dipotong di dekat klavikula (gambar 13).18,23

Gambar 13. Pemotongan otot omohioid di dekat klavikula (Shaha AR. Radical neck

dissection. 2004) ( (18 Mei 2011)

Pembedahan ini berguna untuk menghindari cedera pada pleksus brakialis, yang terletak di daerah inferior dari otot omohioid. Pembedahan ini dilakukan di daerah

Pembedahan dilakukan ke arah medial sampai ke saraf frenikus pada permukaan otot skaleni. Vena jugularis harus diidentifikasi di bagian inferior. Sangat penting untuk mengidentifikasi urat nadi dan melakukan insisi dengan sangat hati-hati. Sebuah insisi ganda mungkin diperlukan jika urat nadi eksternal besar (gambar 14).

inferior dari otot omohioid dan meluas ke bagian anterior otot sternomastoideus. Seperti pembedahan lanjutan pada bagian sebelumnya, setiap usaha dilakukan untuk menghindari cedera baik untuk pleksus brakialis dan saraf frenikus.


(36)

Gambar 14. Pembedahan di belakang perbatasan inferior otot sternomastoideus otot, insisi vena jugularis internal dan bedah antara karotis arteri dan vena jugularis internal. (Shaha AR.

Radical neck dissection. 2004) ( (18 Mei 2011)

Sebuah manset minimal 1 cm dari otot sternomastoideus harus dibiarkan melekat pada klavikula untuk menghindari perdarahan yang berlebihan dari otot sternomastoideus dan menghindari cedera pada periosteum klavikula. Setelah transeksi seluruh otot sternomastoideus inferior, vena jugularis internal yang sudah terkena metastasis juga dibedah dari selubung karotis. Sementara pembedahan pada bagian bawah dari vena jugularis internal, sangat penting untuk mengidentifikasi saraf vagus terlebih dahulu dan hati-hati dalam melakukan pembedahannya untuk menghindari cedera pada pembuluh darah. Setiap cedera pada vena ini dapat mengakibatkan perdarahan yang berlebihan.

Vena jugularis internal dijepit dan dilakukan insisi. Pada bagian inferior, sebuah jahitan umumnya digunakan untuk menghindari tergelincirnya dari ligatur tersebut. Jika vena jugularis internal secara tidak sengaja transeksi selama


(37)

pembedahan, mungkin menyebabkan perdarahan yang berlebihan pada leher, terputusnya pembuluh darah internal dari leher ke dada atau bahkan emboli udara (gambar 15).23

Gambar 15. Penjepitan dan insisi vena jugularis internal. (Werning J. Modified radical

neck dissection. 2010) ( (18 Mei 2011)

Pembedahan dilanjutkan pada daerah superior vena jugularis internal dan daerah medial dari otot sternomastoideus, vena tiroid diidentifikasi terlebih dahulu, dijepit dan dilakukan insisi. Pembedahan harus dilakukan dengan teliti terutama di bagian kiri sisi leher dimana mungkin ada beberapa saluran limfatik atau bahkan duktus toraks. Saluran limfatik di daerah ini dilakukan insisi untuk melihat apakah ada perdarahan yang berlebihan di daerah ini atau kebocoran saluran limfatik. Jika tidak dapat diidentifikasikan kebocoran limfatik pada daerah ini, penusukan sebuah jahitan di jaringan lunak leher mungkin dilakukan untuk mengontrol kebocoran saluran limfatik ini.20,23,31


(38)

Pembedahan dilanjutkan ke bagian superior yang dilakukan di dekat karotis. Seluruh otot sternomastoideus adalah transeksi superior, dan pembedahan yang dilakukan ke arah medial dari otot sternomastoideus (gambar 16).23

Gambar 16. Diseksi selesai pada posterior segitiga, segitiga inferior, dan sudut rahang bawah.

(Shaha AR.Radical neck dissection. 2004) ((18 Mei 2011)

Pembedahan diperpanjang sepanjang perbatasan bebas dari mandibula, untuk melihat lebih dalam kelenjar ludah submandibular. Ada banyak cabang kecil arteri wajah di daerah ini yang perlu diligasi. Jika tidak, akan tertarik kembali rahang bawah yang menyebabkan perdarahan yang berlebihan (gambar 17).23

Gambar 17. Diseksi submandibular dilakukan dengan mencabut otot milohyoid. (Shaha


(39)

Jika kanker melekat di bagian posterior dari otot digastrik, sebagian atau seluruh otot digastrik harus diangkat bersama dengan otot lain seperti stilohioid dan stiloglosus. Dalam standar teknik diseksi leher radikal, seluruh spesimen leher dimobilisasi dan terpisah dari bagian sisa otot skapulae levator (gambar 18).23,30

Gambar 18. Perbatasan dari pembedahan leher telah terlihat jelas. (Werning J. Modified

radical neck dissection. 2010)

Dokter bedah dapat mempertimbangkan membawa spesimen ke departemen patologi dan mengidentifikasi berbagai tingkatan kelenjar linfe leher. Setelah pengangkatan seluruh spesimen leher, luka diirigasi dan setiap tempat perdarahan pada permukaan otot dilakukan insisi. Setiap luka diirigasi dengan deras, dan daerah supraklavikula divisualisasikan untuk melihat setiap kebocoran limfatik. Bagian tengah trifurcation harus dijahit dengan nilon. Hal ini penting, untuk memastikan bahwa saluran tersebut melekat pada dinding suction ketika pasien dalam pemulihan.23,24,29


(40)

menyebabkan cairan di leher yang menumpuk yang mengarah ke hematoma subkutan dan membutuhkan re-eksplorasi. Sangat sering terjadi pasien extubated dalam ruang operasi.23,24

Jika ada perpanjangan operasi ke dalam rongga mulut dengan ekstensif reseksi tumor di rongga mulut, trakeostomi mungkin diperlukan. Jika tidak ada kontaminasi, umumnya tidak ada kebutuhan akan antibiotik. Namun jika ada kemungkinan kontaminasi oral atau operasi faring, preoperative antibiotik dan 24 jam antibiotik perioperatif umumnya dipertimbangkan. Luas spektrum antibiotika seperti sefalosporin perlu digunakan. Namun, jika pasien alergi terhadap penisilin, klindamisin dapat dipertimbangkan.24

5.3 Perawatan Pasca Bedah

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa kanker lidah merupakan penyakit yang paling sering dijumpai. Kanker lidah juga perlu mendapatkan perawatan dan perhatian lebih karena dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius apabila tidak dilakukan perawatan yang tepat.

Selain pembedahan, perawatan lainnya yang dapat di gunakan seperti radioterapi dan kemoterapi. Radioterapi tambahan diberikan pada kasus yang terapi utamanya operasi. Sedangkan kemoterapi diberikan pada kasus yang terjadi kontaminasi lapangan operasi oleh sel kanker, kanker stadium III atau IV atau timbul residif setelah operasi atau radioterapi.

24,26,27

22,27

Indikasi perlu tidaknya diberikan radioterapi atau kemoterapi biasanya pada pasien yang tidak ingin dioperasi dan kanker yang belum bermetastasis yang


(41)

lokasinya masih di pangkal lidah. Jadi perlu atau tidaknya perawatan radioterapi dan kemoterapi tergantung dari keadaan kanker itu sendiri apakah termasuk di dalam indikasi perawatan tersebut atau tidak.

Secara umum, perawatan kanker lidah setelah dilakukan diseksi leher radikal terdiri dari :

1. Pemberian antibiotika

Pembersihan daerah operasi dilakukan dengan menggunakan liquid saline normal : peroksida hidrogen dengan perbandingan 1:1. Setelah dilakukan pembedahan , maka dianjurkan untuk memberikan antibiotik selama 3 sampai 7 hari. Pemberian antibiotik ini dapat juga dikombinasikan dengan analgesik agar diperoleh hasil yang maksimal.

2. Terapi Suportif

Terapi suportif terdiri dari :

a. Menambah stamina dan memperkuat daya tahan tubuh dengan memberikan makanan yang bergizi tinggi, seperti ikan, telur, susu, vitamin B, C dan sebagainya.

b. Istirahat yang baik dan cukup.

Terapi suportif ini terus dilakukan sampai pasien merasakan keadaan staminanya membaik dan tidak merasakan sakit lagi. Selama masa pemulihan pasien juga harus mengikuti diet lunak selama 6 minggu.


(42)

5.4 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat dilakukannya teknik diseksi leher radikal dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Pada saat operasi, komplikasi yang dapat terjadi berupa :

25,28

a. Pendarahan akibat adanya cedera pembuluh darah atau hemostasis yang tidak sempurna.

b. Terjadinya emboli udara akibat vena yang mengalami luka yang tidak diketahui dan udara dapat masuk sampai ke jantung.

c. Cedera pada duktus torasikus akan menyebabkan terjadinya khilous fistel

dan penyembuhan luka yang terhambat.

d. Cedera pada persarafan, diantaranya adalah cedera pada nervus frenikus dapat menyebabkan kelumpuhan pada diafragma, cedera pada nervus rekuren dapat menyebabkan kelumpuhan pita suara, nervus fasialis dapat menyebabkan kelumpuhan otot-otot di sekitar mulut, sedangkan cedera pada nervus spinalis aksesori dapat menyebabkan drop shoulder.

e. Perangsangan pada carotid body dapat menyebabkan tekanan darah turun secara mendadak. Untuk menghindarinya, sebelum melakukan diseksi pada daerah tersebut sebaiknya diteteskan prokain 1%.

2. Komplikasi yang dapat terjadi setelah dilakukannya operasi, berupa : a. Haematoma : terjadi akibat hemostasis yang tidak sempurna dan drainase yang tidak lancar, sehingga dapat mengakibatkan jalan napas yang tersumbat. Jika hal ini terjadi, lakukan evakuasi haematoma dan lokasi sumber perdarahan jika bias.


(43)

Terkadang diperlukan intubasi atau trakheostomi untuk menghilangkan jalan nafas yang tersumbat.

b. Infeksi : dapat diatasi dengan memberikan antibiotik.

c. Trakheomalecia : dapat terjadi akibat cara kerja yang terlalu kasar hingga traumatis terhadap trakea atau akibat adanya tumor yang menginvasi ke trakea. Untuk menghilangkan terjadinya sumbatan jalan nafas, maka perlu dilakukan pemasangan trakheostomi.

d. Ruptur arteri karotis : Hal ini dapat terjadi pada diseksi leher radikal pasca radiasi akibat adanya trauma atau kulit penutup yang nekrosis, biasanya terjadi pada hari ke 12 sampai 24. Untuk pencegahannya yang perlu dilakukan adalah dengan menutup arteri karotis dengan flep otot skapulae levator.

e. Flep yang nekrosis: Flep kulit memegang peranan yang sangat penting dalam bedah rekonstruksi. Nekrosis flep, tentu saja akan menyebabkan gagalnya program rekonstruksi disamping meningkatkan morbiditas penderita, biaya perawatan dan lama perawatan.

3. Komplikasi yang bersifat lama, yaitu berupa :

a. Drop shoulder : Hal ini dapat terjadi jika dibuang nervus spinalis aksesori akan mengakibatkan ketidakmampuan mengangkat struktur pundak, yang juga dapat mengakibatkan kesulitan menggerakkan lengan dari posisi horizontal ke depan. Sehingga struktur pundak menjadi drop atau turun.


(44)

b. Deformitas secara kosmetik : Pembedahan dengan teknik ini banyak membuang saraf-saraf yang bisa ikut terluka saat pembedahan, sehingga dapat menyebabkan perubahan bentuk secara kosmetik.

c. Gangguan sensoris leher: Akibat banyaknya struktur yang berada di leher yang bisa ikut terluka saat pembedahan, maka tidak jarang leher sering mengalami gangguan sensoris.

d. Oedema yang menetap di daerah wajah, submandibula, submental: Pembedahan dengan teknik ini juga dapat menimbulkan oedema yang berkepanjangan pada daerah di sekitar wajah, submandibula dan submental.


(45)

BAB 6 KESIMPULAN

Kanker lidah merupakan kanker yang berasal dari suatu neoplasma malignant yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya yang berbentuk karsinoma sel skuamosa (sel epitel gepeng berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun. Kanker lidah merupakan penyakit kanker pada rongga mulut yang paling sering terjadi dan termasuk dalam sepuluh jenis kanker yang berbahaya dan paling banyak diderita. Insidensi kanker lidah meningkat sejalan peningkatan usia. Umumnya terjadi pada usia sekitar 60 tahun, tetapi saat ini telah terjadi pergeseran usia, sehingga banyak ditemukan pada usia lebih muda.

Diseksi leher radikal merupakan suatu tindakan bedah berupa pengangkatan kelenjar limfe leher dan jaringan sekitarnya untuk menanggulangi metastasis yang terjadi di leher dalam rangka penatalaksanaan kanker. Diseksi leher radikal adalah Penyebab terjadinya kanker lidah yang paling utama adalah alkohol, merokok dan cara penggunannya. Dan jika lidah sering terpapar asap rokok maka mekanisme bekerjanya akan menjadi berlebihan, sehingga sel-selnya dapat berubah menjadi ganas yang perlahan-lahan dapat memicu terjadinya kanker lidah. Kanker lidah juga dapat dipicu oleh pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai, iritasi kronis dari restorasi, gigi yang mengalami karies, kebersihan gigi dan mulut yang buruk, radang kronis dan genetik pun dapat menjadi penyebab timbulnya kanker lidah.


(46)

metastasis yang dirancang dengan baik dan relatif mudah untuk dilakukan oleh para ahli bedah selama 75 tahun terakhir ini.

Komplikasi merupakan hal yang lazim dalam suatu tindakan perawatan bedah. Komplikasi yang dapat terjadi akibat dilakukannya teknik diseksi leher radikal dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: pada saat operasi, setelah dilakukannya operasi dan komplikasi yang bersifat lama. Kriteria keberhasilan dapat dievaluasi dengan pemeriksaan klinis dan radiologis.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Johnston TB, Davies DV, Davies F. Gray’s anatomy descriptive and applied. 32nd

2. Dubrul EL. Oral anatomy. 8

ed. London: Longmans Com. 1985. 207-9.

th

3. Sicher H. Oral anatomy 3

ed. America: Ishiyaku Euro America, 1980: 168-72.

th

4. Sabiston DC. Bedah (essential of surgery). 2

ed. St. Louis: The CV. Mosby Company, 1980: 126-7.

nd

5. Scoop IW. Oral medicine a clinical approach with basic science correlation. 2 ed. Philadelphia: WB. Saunders Company, 1994: 315-6.

nd

6. Hollinshead WH. The head and neck: anatomy for surgeon. 1 ed. St. Louis: The CV. Mosby Company, 1975:126-7.

st

7. Balaram P, Meenattoor G. Immunology of oral cancer a review. Singapore Dental Journal, 1996: Vol 21. No 1. 36.

ed. Minnesota: A Hoeber-Harper International, 1975: 394.

8. Lynch MA. Burket’s oral medicine. Diagnosis and treatment. 9th

9. Williams JH. Oral cancer and precancer: clinical features. British Dental Journal, 1990; 168: 13-7.

ed. Philadelphia: JB. Lippincott Company, 1994: 203-13.


(48)

10.Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral pathology : clinical pathologic correlations. 5th

11.Myers EN, Gastman BR. Neck dissection: an operation in evolution. American Cancer Society, 2003; 129: 14-25.

ed. St. Louise : Saunders, 2008: 56-60.

12.Werning J, Modified Radical Neck Dissection, cited from

13.Beahrs OH. Surgical anatomy and technique of radical neck dissection. SCONA, 1977; 101-4.

14.Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Pathologic basis of disease. 7th

15.Killey HC, Seward GR, Kay LW. An outline of oral surgery, part 1. Briston: John Wright AND Son, 1976: 6-7.

ed. Pennsylvania: Elsevier Saunders, 2005: 774-90.

16.Dolowitz DA. Basic otolaryngology. New York: Mc Graw-Hill, 1964: 187. 17.Boyd W. A textbook of pathology structure and function in disease. 7th

18.Waite DE. Textbook of practical oral and maxillofacial surgery. 3 ed. Philadelphia: Lea and Febiger, 1978: 534-6.

rd

19.Bailey BJ, Biller HF. Surgery of the larynx. Canada: WB Saunders Company, 1985: 322-31.

ed. Philadelphia: Lea and Febiger, 1987: 15-21.


(49)

20.Ibsen OAC,Phelan JA. Oral pathology for the dental hygienist. 4th

21.Laskin DM. Oral and maxillofacial surgery. St. Louis: The C.V. Mosby Company, 2000: 258-62.

ed. St. Louis: Elsevier, 2004: 337-40.

22.Fehrenbach MJ, Herring SW, Thomas P. Anatomy of the head and neck. 3rd

23.Lee KJ. Essential otolaryngology: head and neck surgery. 8

ed. St. Louis: Saunders, 2007: 153-8.

th

24.Lalwani AK. Current diagnosis and treatment in otolaryngology: head and neck surgery. 2

ed. United States of America: The Mc Graw-Hill, 2003; 605-6.

nd

25.Byers RM. Management of the no neck, head cancer. Vol 2. New York: BC. Decker Inc. 1990: 13.

ed. United States of America: The Mc Graw-Hill, 2008; 412-5.

26.Somartono SH. Mikrognati dan mikroglosi kongenital. Jurnal Kedokteran Gigi, 1997: 4 (2): 15-9.

27.Narlan Sumawinata, dkk. Kumpulan makalah ilmiah. Jakarta; 1994: 37-42.

28.Jakarta Press. Kanker rongga mulut, awalnya seperti sariawan. 2009.


(50)

29.PDGI Online Masyarakat Dental Indonesia. Awal kanker rongga mulut: jangan sepelekan sariawan. ( 22 Februari 2011).

30.Kaban LB. Diagnosis and treatment of fractures of the facial bones in children 1943-1993. Journal of Oral Maxillofacial Surgery. 1993; 51: 722-29.

31.Detik Forum. Waspadai kanker rongga mulut.


(1)

BAB 6 KESIMPULAN

Kanker lidah merupakan kanker yang berasal dari suatu neoplasma malignant yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya yang berbentuk karsinoma sel skuamosa (sel epitel gepeng berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun. Kanker lidah merupakan penyakit kanker pada rongga mulut yang paling sering terjadi dan termasuk dalam sepuluh jenis kanker yang berbahaya dan paling banyak diderita. Insidensi kanker lidah meningkat sejalan peningkatan usia. Umumnya terjadi pada usia sekitar 60 tahun, tetapi saat ini telah terjadi pergeseran usia, sehingga banyak ditemukan pada usia lebih muda.

Diseksi leher radikal merupakan suatu tindakan bedah berupa pengangkatan kelenjar limfe leher dan jaringan sekitarnya untuk menanggulangi metastasis yang terjadi di leher dalam rangka penatalaksanaan kanker. Diseksi leher radikal adalah Penyebab terjadinya kanker lidah yang paling utama adalah alkohol, merokok dan cara penggunannya. Dan jika lidah sering terpapar asap rokok maka mekanisme bekerjanya akan menjadi berlebihan, sehingga sel-selnya dapat berubah menjadi ganas yang perlahan-lahan dapat memicu terjadinya kanker lidah. Kanker lidah juga dapat dipicu oleh pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai, iritasi kronis dari restorasi, gigi yang mengalami karies, kebersihan gigi dan mulut yang buruk, radang kronis dan genetik pun dapat menjadi penyebab timbulnya kanker lidah.


(2)

metastasis yang dirancang dengan baik dan relatif mudah untuk dilakukan oleh para ahli bedah selama 75 tahun terakhir ini.

Komplikasi merupakan hal yang lazim dalam suatu tindakan perawatan bedah. Komplikasi yang dapat terjadi akibat dilakukannya teknik diseksi leher radikal dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: pada saat operasi, setelah dilakukannya operasi dan komplikasi yang bersifat lama. Kriteria keberhasilan dapat dievaluasi dengan pemeriksaan klinis dan radiologis.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Johnston TB, Davies DV, Davies F. Gray’s anatomy descriptive and applied. 32nd

2. Dubrul EL. Oral anatomy. 8

ed. London: Longmans Com. 1985. 207-9.

th

3. Sicher H. Oral anatomy 3

ed. America: Ishiyaku Euro America, 1980: 168-72.

th

4. Sabiston DC. Bedah (essential of surgery). 2

ed. St. Louis: The CV. Mosby Company, 1980: 126-7.

nd

5. Scoop IW. Oral medicine a clinical approach with basic science correlation. 2 ed. Philadelphia: WB. Saunders Company, 1994: 315-6.

nd

6. Hollinshead WH. The head and neck: anatomy for surgeon. 1 ed. St. Louis: The CV. Mosby Company, 1975:126-7.

st

7. Balaram P, Meenattoor G. Immunology of oral cancer a review. Singapore Dental Journal, 1996: Vol 21. No 1. 36.

ed. Minnesota: A Hoeber-Harper International, 1975: 394.

8. Lynch MA. Burket’s oral medicine. Diagnosis and treatment. 9th

9. Williams JH. Oral cancer and precancer: clinical features. British Dental ed. Philadelphia: JB. Lippincott Company, 1994: 203-13.


(4)

10.Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral pathology : clinical pathologic correlations. 5th

11.Myers EN, Gastman BR. Neck dissection: an operation in evolution. American Cancer Society, 2003; 129: 14-25.

ed. St. Louise : Saunders, 2008: 56-60.

12.Werning J, Modified Radical Neck Dissection, cited from

13.Beahrs OH. Surgical anatomy and technique of radical neck dissection. SCONA, 1977; 101-4.

14.Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Pathologic basis of disease. 7th

15.Killey HC, Seward GR, Kay LW. An outline of oral surgery, part 1. Briston: John Wright AND Son, 1976: 6-7.

ed. Pennsylvania: Elsevier Saunders, 2005: 774-90.

16.Dolowitz DA. Basic otolaryngology. New York: Mc Graw-Hill, 1964: 187.

17.Boyd W. A textbook of pathology structure and function in disease. 7th

18.Waite DE. Textbook of practical oral and maxillofacial surgery. 3 ed. Philadelphia: Lea and Febiger, 1978: 534-6.

rd

19.Bailey BJ, Biller HF. Surgery of the larynx. Canada: WB Saunders Company, 1985: 322-31.

ed. Philadelphia: Lea and Febiger, 1987: 15-21.


(5)

20.Ibsen OAC,Phelan JA. Oral pathology for the dental hygienist. 4th

21.Laskin DM. Oral and maxillofacial surgery. St. Louis: The C.V. Mosby Company, 2000: 258-62.

ed. St. Louis: Elsevier, 2004: 337-40.

22.Fehrenbach MJ, Herring SW, Thomas P. Anatomy of the head and neck. 3rd

23.Lee KJ. Essential otolaryngology: head and neck surgery. 8

ed. St. Louis: Saunders, 2007: 153-8.

th

24.Lalwani AK. Current diagnosis and treatment in otolaryngology: head and neck surgery. 2

ed. United States of America: The Mc Graw-Hill, 2003; 605-6.

nd

25.Byers RM. Management of the no neck, head cancer. Vol 2. New York: BC. Decker Inc. 1990: 13.

ed. United States of America: The Mc Graw-Hill, 2008; 412-5.

26.Somartono SH. Mikrognati dan mikroglosi kongenital. Jurnal Kedokteran Gigi, 1997: 4 (2): 15-9.

27.Narlan Sumawinata, dkk. Kumpulan makalah ilmiah. Jakarta; 1994: 37-42.

28.Jakarta Press. Kanker rongga mulut, awalnya seperti sariawan. 2009.


(6)

29.PDGI Online Masyarakat Dental Indonesia. Awal kanker rongga mulut: jangan sepelekan sariawan. ( 22 Februari 2011).

30.Kaban LB. Diagnosis and treatment of fractures of the facial bones in children 1943-1993. Journal of Oral Maxillofacial Surgery. 1993; 51: 722-29.

31.Detik Forum. Waspadai kanker rongga mulut.