Analisis Proksimat TINJAUAN PUSTAKA

22 lignoselulosa dan lignohemiselulosa tidak dapat dihidrolisis oleh enzim selulase dan hemiselulase kecuali bila ikatan kompleks ini bisa direnggangkan. a. Selulosa Selulosa adalah senyawa yang termasuk golongan karbohidrat dengan rumus molekul C 6 H 10 O 5 n dan merupakan unsur utama pembentuk dinding sel. Setiap satu molekul selulosa dapat terdiri lebih dari seribu molekul glukosa. Selulosa pada dinding sel yang tidak berlignin akan dapat dicerna dengan lebih mudah didalam rumen. Menurut Sutardi 1980 kristal selulosa merupakan bagian yang penting dari kerangka dinding sel tanaman. Selulosa dalam tanaman sering terdapat sebagai senyawa bersama lignin, membentuk ligno-selulosa yang merupakan kristal yang kompak. Selanjutnya Van Soest dan Jones 1968 membuktikan bahwa silika dapat menurunkan kecernaan hijauan, sehingga semakin tinggi kandungan silika pada hijauan, koefisien cernanya cenderung menurun. Selulosa adalah polimer yang tersusun atas unit-unit glukosa melalui ikatan α -1,4-glikosida. Bentuk polimer ini memungkinkan selulosa saling menumpukterikat menjadi bentuk serat yang sangat kuat. Panjang molekul selulosa ditentukan oleh jumlah unit 4 glukan di dalam polimer, disebut dengan derajat polimerisasi. Derajat polimerisasi selulosa tergantung pada jenis tanaman dan umumnya dalam kisaran 200 – 27.000 unit glukosa. Selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan menggunakan asam atau enzim Safan, 2008. 23 b. Lignin Lignin adalah molekul kompleks yang tersusun dari unit phenylphropane yang terikat di dalam struktur tiga dimensi dan umumnya berwarna coklat. Unit phenylpropene tersebut yaitu: unit guaiacyl G dari prekusor trans-coniferyl- alcohol ; syringyl S unit dari trans-sihapyl-alcohol; dan p-hydroxyphenyl H unit dari prekursor trans-p-coumaryl alcohol Lundquist and Parkas, 2011. Lignin adalah material yang paling kuat dalam biomassa, namun sangat resisten terhadap degradasi, baik secara biologi, enzimatis, maupun kimia. Karena kandungan karbon yang relatif tinggi dibandingkan denga selulosa, lignin memiliki kandungan energi yang tinggi Safan, 2008. Lignin merupakan suatu zat kompleks yang sulit dicerna Anggorodi, 1990. Konsentrasi inti lignin lebih besar pada jaringan batang dari pada jaringan daun. Ikatan lignin merupakan penghambat kecernaan dinding sel tanaman. Semakin banyak lignin terdapat dalam dinding sel koefisien cerna hijauan tersebut semakin rendah. Lignin sebagai komponen kimia dinding sel hijauan sering dihubungkan dengan pengurangan kecernaan serat kasar Jung, 1989. Struktur kimia asal lignin mengalami perubahan di bawah kondisi suhu yang tinggi dan asam, seperti pada pretreatment dengan uap panas. Reaksi pada temperature tinggi di atas 200 o C, lignin terpecah menjadi partikel yang lebih kecil dan terlepas dari selulosa Lundquist and Parkas, 2011. 24 Prinsip analisis kadar serat kasar adalah semua zat yang hilang pada waktu pemijaran di dalam tanur pada suhu 600 o C selama 2 jam, sesudah mengalami pencucian dengan asam kuat dan basa kuat encer Fathul, 1999. Berikut adalah rumus untuk menghitung kadar serat kasar : Kadar serat kasar = x 100 Keterangan : A : Bobot kertas g D : Bobot whatman ashless berisi residu g B : Bobot kertas berisi sampel analisis g E : Bobot cawan porselein g C : Bobot whatman ashless g F : Bobot cawan porselein berisi abu g 2.3.3. Kadar Abu Kadar abu merupakan sisa pembakaran dalam tanur pada suhu 600 o C. Pada suhu yang sangat tinggi, semua bahan organik karbohidrat, lemak, dan protein, serta serat kasar akan terbakar habis dan sisanya berupa abu yang merupakan bahan anorganik yang banyak mengandung mineral Fathul, 1999. Maka, dengan mengetahui kadar abu, akan diketahui pula seberapa banyak bahan organik dalam sampel tersebut. Bila kadar abu setelah dilakukan perlakuan penambahan urea nilainya lebih tinggi dibandingkan nilai kadar abu sebelum diberi perlakuan penambahan urea, berarti bahwa kandungan bahan organik termasuk serat kasar nilainya akan berkurang. Nilai tersebut menunjukkan bahwa perlakuan penambahan urea terbukti dapat mengurangi nilai kadar serta kasar yang tinggi. Prinsip dalam analisis kadar abu, yaitu semua zat yang tersisa setelah pengabuanpemijaran dalam tanur pada suhu 600 o C selama 2 jam. Tetapi, pada suhu yang terlalu tinggi 600 o C, kemungkinan terjadi penguapan pada chlorine, 25 zinc, selenium, dan iodin. Hal ini akan berpengaruh pada hasil analisis kadar abu tersebut sehingga nilai kadar abu lebih rendah dari yang sebenarnya, maka pada beberapa literatur kadar abu disebut ash bukan mineral. Bila abu yang tertinggal akan digunakan untuk analisis kandungan mineral, suhu yang digunakan adalah 590 o C saat pemijaran Fathul, 1999. Rumus untuk menghitung kadar abu adalah sebagai berikut : Kadar abu = x 100 Keterangan : A : Bobot cawan porselein g B : Bobot cawan porselein berisi sampel sebelum diabukan g C : Bobot cawan porselein berisi sampel setelah diabukan g 26

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Sampel daun nenas diperoleh dari PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun nenas segar varietas Smooth cayene yang telah dipotong-potong ± 2 cm sebanyak 18 kg yang diperoleh dari PT. Great Giant Pineapple dan ditimbang menggunakan timbangan analitik merek Oxone OX – 315 dengan ketelitian 0,1 g. Kemudian dilakukan penambahan urea total 60,78 g urea yang diperoleh dari toko pertanian Tani Makmur, Bandar Jaya Plaza. Selanjutnya, dilakukan inkubasi selama 7 hari dalam kantong plastik kapasitas 5 kg berwarna bening dengan ketebalan 0,4 mm yang diperoleh dari poultry shop Jujur Sentosa, Bandar Jaya sebanyak 24 kantong. 27 Setelah panen, daun nenas ditimbang, kemudian dikeringkan dan ditimbang kembali. Setelah itu digiling menjadi tepung lolos saring 40 mash. Kemudian dilakukan analisis proksimat kadar air menggunakan timbangan analitik merek AND GR – 200 ketelitian 0,001 g dan oven merek Heraerus pada suhu 105 o C selama 6 jam. Dilanjutkan analisis kadar abu menggunakan timbangan analitik merek AND GR – 200 dan tanur produksi PT. Multi Ahrindo pada suhu 600 o C selama 2 jam. Selanjutnya, analisis kadar serat kasar menggunakan zat kimia berupa H 2 SO 4 0,25 N dan NaOH 0,313 N yang diperoleh dari Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung serta kondensor, oven merek Heraerus pada suhu 105 o C selama 6 jam, dan tanur produksi PT. Multi Ahrindo pada suhu 600 o C selama 2 jam.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Perlakuan Sampel daun nenas segar varietas Smooth cayene memiliki kandungan nutrisi seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan nutrisi daun nenas segar Smooth cayene BK Komponen Air BS BK BS Abu LK SK PK BETN Daun Segar 85,00 15,00 5,64 5,08 29,12 9,05 39,60 Keterangan: BK : Bahan Kering BS : Bahan Segar LK : Lemak kasar SK : Serat kasar SK : Serat kasar BETN : Bahan ekstrak tanpa nitrogen 28 Perlakuan dalam penelitian ini berupa penambahan urea dengan berbagai dosis, yaitu : P0 : 0 urea dari BK jumlah daun nenas P1 : 1,5 urea dari BK jumlah daun nenas P2 : 3 urea dari BK jumlah daun nenas P3 : 4,5 urea dari BK jumlah daun nenas 3.3.2. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Tata letak percobaan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Tata letak percobaan P1 U2 P0 U1 P1 U1 P3 U1 P3 U2 P1 U3 P2 U1 P2 U3 P2 U2 P3 U3 P0 U3 P0 U2 Keterangan : P0 : 0 urea dari BK jumlah daun nenas U1 : ulangan pertama P1 : 1,5 urea dari BK jumlah daun nenas U2 : ulangan kedua P2 : 3 urea dari BK jumlah daun nenas U3 : ulangan ketiga P3 : 4,5 urea dari BK jumlah daun nenas 3.3.3. Peubah yang diukur a. Organoleptik meliputi warna, tekstur, aroma; b. Kadar air; c. Kadar bahan kering; d. Kadar abu; e. Kadar serat kasar. 29 3.3.4. Analisis data Data yang diperoleh dianalisis ragam dengan taraf nyata 5 dan atau 1, jika hasil yang diperoleh nyata maka analisis dilanjutkana dengan uji BNT atau beda nyata terkecil Steel dan Torrie, 1993.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Tahap persiapan Mengambil sampel daun nenas segar varietas Smooth cayene dari lahan perkebunan PT. Great Giant Pineapple dengan cara menentukan area tanam pasca panen setelah pengambilan buah dan bibit, kemudian menentukan petak area ukuran 5 m x 5 m untuk pengambilan cuplikan. Pada petak area tersebut diambil 5 cuplikan, yaitu pada 4 sisi pojok petak area dan 1 sisi tengah petak area. Setiap cuplikan merupakan helaian daun dalam 1 tanaman yang kondisinya tidak rusak dan masih segar serta dipotong ± 5 cm dari pangkal batang. Petakan area dan cuplikan berikutnya ditentukan dengan cara yang sama hingga semua cuplikan dianggap dapat mewakili luasan area tanam pasca panen tersebut. Daun nenas segar kemudian dicacah dengan ukuran ± 2 cm dan ditimbang sebanyak 18 kg. Kemudian melakukan penimbangan bobot plastik dan tali yang akan digunakan. Setiap satuan percobaan menggunakan daun nenas cacah sebanyak 1,5 kg.