Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN

32 Penelitian ini menerapkan cara amoniasi basah sehingga urea yang digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air. Untuk menentukan jumlah air pada setiap perlakuan digunakan perbandingan urea berbanding air, yaitu 1 : 6 sesuai dengan ketentuan dari Direktorat Pakan, Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehata Hewan 2012. Jumlah air untuk masing-masing perlakuan yaitu : Jumlah air = Bobot urea x 6 P1 = 3,38 g x 6 = 20,28 cc air P2 = 6,75 g x 6 = 40,50 cc air P2 = 10,13 g x 6 = 60,78 cc air Untuk menghindari galat pada nilai kadar air setiap perlakuan akibat penambahan jumlah air yang berbeda, maka jumlah air yang digunakan ditentukan dari rata- rata kebutuhan air untuk melarutkan urea, yaitu 40,50 cc air untuk setiap perlakuan. 3.4.2. Tahap pelaksanaan Menimbang daun nanas segar yang telah dicacah, masing-masing 1,5 kg untuk setiap percobaan. 1,5 kg daun yang telah dicacah diletakkan dalam wadah ember dan ditambahkan larutan urea sesuai perlakuan. Daun nanas dan larutan urea diaduk hingga homogen. Selanjutnya memasukkan sedikit demi sedikit daun nenas yang sudah tercampur dengan larutan urea ke dalam kantong plastik yang sudah ditimbang sambil di padatkan anaerob. Kemudian kantong plastik tersebut diikat rapat dengan tali rafia yang telah ditimbang bobotnya dan dilapisi lagi dengan kantong plastik lapisan kedua yang telah diketahui bobotnya untuk mencegah kebocoran. Kantong plastik kedua juga harus diikat rapat dengan tali 33 rafia yang telah diketahui bobotnya. Selanjutnya setiap kantong berisi daun nenas tersebut ditimbang kembali kemudian diinkubasi selama 7 hari di ruang suhu kamar. 3.4.3. Panen Setelah 7 hari inkubasi, setiap kantong berisi daun nenas teramoniasi tersebut ditimbang, kemudian kantong plastik dibuka dan diamati organoleptiknya warna, tekstur, aroma. Nilai asumsi untuk penilaian organoleptik disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Asumsi penilaian organoleptik warna, tekstur, aroma Organoleptik Nilai Asumsi 1 2 3 Warna Hijau sedikit coklat Hijau kecoklatan Coklat merata Tekstur Kaku sedikit renyah Agak lunak Lunak Aroma Hijauan segar sedikit asam Sedikit asam Asam Tahap selanjutnya, masing-masing sampel perlakuan berupa daun nenas teramoniasi tersebut dijemur hingga kering kadar air 5 dan ditimbang bobotnya. Kemudian sampel perlakuan tersebut digiling hingga berukuran 40 mash. Selanjutnya, dilakukan pengambilan sampel analisa dari setiap perlakuan dengan cara menuangkan sampel perlakuan tersebut kedalam kantong yang lebih besar dan digoyang-goyang agar homogen. Kemudian sampel perlakuan tersebut dituangkan kedalam nampan dan dibagi menjadi 4 bagian. Selanjutnya diambil seperempat bagian dan dimasukkan dalam kantong plastik dan digoyang-goyangkan kembali agar homogen. Tuang kembali dalam nampan 34 dan dibagi 4 bagian. Seperempat bagian tersebut diambil sebagai sampel analisa dari sampel perlakuan tersebut. Sampel analisa tersebut dimasukkan dalam kantong dan diberi label. Tahap selanjutnya yaitu melakukan analisis kadar bahan kering, kadar abu dan serat kasar di laboratorium. Prosedur analisis kadar bahan kering yaitu dengan menghitung kadar airnya terlebih dahulu. Cawan petri dipanaskan dalam oven suhu 135 o C selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Timbang bobot cawan petri, kemudian memasukkan sampel sebanyak 1 gram dan dicatat bobotnya. Selanjutnya cawan petri berisi sampel dipanaskan dalam oven suhu 135 o C selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Selanjutnya cawan petri berisi sampel tersebut di timbang bobotnya, kemudian dihitung kadar airnya untuk kemudian menghitung kadar bahan keringnya. Prosedur analisis kadar abu yaitu memanaskan cawan porselein dalam oven suhu 135 o C selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Timbang bobot cawan porselein, kemudian memasukkan sampel sebanyak 1 gram dan dicatat bobotnya. Selanjutnya cawan porselein berisi sampel diabukan dalam tanur suhu 600 o C selama 2 jam terhitung sejak tanur menunjukkan suhu 600 o C, kemudian didiamkan ± 1 jam dalam tanur tersebut sambil menunggu tanur dingin. Selanjutnya cawan porselein berisi abu didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Kemudian timbang bobotnya dan hitung kadar abunya. Prosedur analisis serat kasar yaitu memasukkan sampel sebanyak 0,5 gr kedalam gelas erlenmeyer dan dituangkan 200 ml H 2 SO 4 0,25 N. Hubungkan gelas 35 erlenmeyer dengan kondensor. Selanjutnya dilakukan pemanasan selama 30 menit terhitung sejak awal mendidih. Kemudian disaring dengan corong kaca beralaskan kertas whatman ashles yang telah diketahui bobotnya. Bilas dengan air hangat hingga bebas asam. Residu dimasukkan kembali dalam gelas erlenmeyer dan ditambahkan 200 ml NaOH 0,313 N, dihubungkan kembali dengan kondensor dan dipanaskan selama 2 jam terhitung sejak awal mendidih. Kemudian disaring dengan corong kaca beralaskan kertas whatman ashles yang telah digunakan sebelumnya. Bilas dengan air hangat hingga bebas basa. Selanjutnya kertas whatman ashles berisi residu dilipat dan dipanaskan dalam oven suhu 135 o C selama 2 jam kemudian didinginkan dalam desikator 15 menit dan ditimbang bobotnya. Kertas whatman ashles tersebut dimasukkan dalam cawan porselein yang telah diketahui bobotnya dan diabukan dalam tanur suhu 600 C selama 2 jam sejak angka 600 o C. Kemudian didiamkan ± 1 jam dalam tanur tersebut sambil menunggu tanur dingin. Selanjutnya cawan porselein berisi kertas whatman ashles didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Kemudian timbang bobotnya dan hitung kadar serat kasarnya. 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Perlakuan penambahan urea dalam amoniasi daun nenas varietas Smooth cayene tidak berpengaruh nyata P0,05 terhadap uji organoleptik warna, tekstur, aroma dan kadar serat kasar, tetapi berpengaruh nyata P0,05 terhadap kadar abu dan berpengaruh sangat nyata P0,01 terhadap kadar bahan kering; 2. Perlakuan terbaik pada amoniasi daun nenas varietas Smooth cayene yaitu penambahan urea dengan dosis sebesar 1,5 dari bahan kering jumlah daun nenas.

5.2. Saran

Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji struktur daun nenas teramoniasi dengan analisis Scanning Electron Microscopy SEM, uji kecernaan pakan, dan uji kandungan antinutrisi daun nenas varietas Smooth cayene sebelum diaplikasikan pada ternak; 2. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, daun nenas varietas Smooth cayene teramoniasi dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif pengganti rumput. 52 DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta Banerjee, G.C. 1978. Animal Nutrition. Oxford IBM Pub. Co Calcutta Bappenas. 1999. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. www.iptek.net.id. Diakses pada Kamis, 130912 pukul 21:34 Belasco, J.C. 1954. New Nitrogen Compound for Ruminant A Laboratory Evaluation. J. Anim. Sci. Chalupa, W. 1975. Rumen By Pass and Protection of Protein and Amino Acids. J. Dairy Sci. Davies, Z.S., Mason, A.E. Brooks, G.W. Griffith, Merry, and M.K. Theodora. 2000. An Automated System For Measuring Gas Production From Forages Innoculated With Rumen Fluid and Its Use In Determining The Effect Of Enzymes On Grass Silage. Animal Feed Sci. Technol. 83 15 : 205-221 Devendra, C. 1980. Utilization of Feedingstuffs from the Oil Palm. Interaksi: Feedingstuffs for Livestock in South East Asia. Malaysia Society of Animal Production. Serdang Selangor. Malaysia Direktorat Pakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Teknologi Pengolahan Pakan Amoniasi. Jakarta Fath, V. 2009. Nenas Pineapple Ingg., Anenas comosus L.. Merr. Latin. http:agrohort.blogspot.com. Diakses pada Jumat, 220213 pukul 11:37 Fathul, F. 1999. Penentuan Kualitas dan Kuantitas Zat Makanan Dalam bahan Makanan Ternak Penentuan Bahan Makanan Ternak. Universitas Lampung. Bandar Lampung Hanafi, N.D. 2004. Perlakuan Silase dan Amoniasi Daun Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Pakan Domba. Skripsi. Fakultas Pertanian Program Studi Produksi Ternak Universitas Sumatera Utara. Medan ----------------. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. USU Repository. Medan 53 Hesty, N. 2012. Berbagai Metode Pengolahan Pakan Berserat. www.elibrary.ub.ac.id. Diakses pada Kamis, 130912 pukul 20.17 Isroi. 2008. Karakteristik Lignoselulosa. http:isroi.com. Diakses pada Selasa, 010113 pukul 13.49 Jackson, M.G. 1977. The Alkali Treatment of Straw. Anim. Feed Sci and Tech. 2 :105 – 130 Jung, H.G. 1989. Forage Lignins and Their Effect on Feed Digestibility. Agron. J. Vol. 81 : 33 – 38 Kartasudjana, R. 2001. Mengawetkan Hijauan Makanan Ternak. Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Depdiknas. Jakarta Kementrian Perindustrian. 2004. Pemanfaatan Serat Nanas Ananas comosus. http:www.bbt.kemenperin.go.id. Diakses pada Kamis, 130912 pukul 22:21 Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak. Yayasan Dian Grahita. Bandung Leng, R.A. 1991. Application of Biotechnology to Nutrition of Animals in Developing Countries. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. 126 p. Lubis. D.A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta --------------. 1992. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Pembangunan. Jakarta Lundquist, K. and J. Parkas. 2011. Different Types of Phenolic Units In Lignins Bioresources 62, 920-926 Mc.Donald, P. and B.K. Whittenbury. 1973. The Ensilage Process. Chemistry and Biochemistry of Herbage. 3. G.W. Butter and R.W. Bailey, eds. London, Academic Press Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B.L. Ginting. 2008. Metode Pengolahan Limbah Untuk Pakan Ternak. Universitas Jambi. Jambi Onggo, H. dan T. Jovita, 2003. Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen Peroksida Terhadap Rendemen dan Warna Pulp Dari Serat Nanas. LIPI. Bandung Owen, E., E. Klopfenstein, and N.A. Urio. 1984. Treatment with other chemicals, In: Straw and Other Fibrous By-Products as Feed. Ed.: Sundstol and E. Owen. Elsevier. pp: 248-275. Pathak, N. 1977. Textbook of Feed Processing Technology. Vikas Publishing House. New Delhi 54 Permata, A.T. 2012. Pengaruh Amoniasi Dengan Urea Pada Ampas Tebu Terhadap Kandungan Bahan Kering, Serat Kasar Dan Protein Kasar Untuk Penyediaan Pakan Ternak. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya Pigden, W.J. and F. Bender. 1978. Utilization of Lignocellulosic by Ruminant. World. Anim. Rev Rahardi, S. 2009. Pembuatan Amoniasi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak. http:ilmuternak.wordpress.comnutrisiteknik-pembuatanamoniasi-urea-jerami- padi-sebagai-pakan-ternak. Diakses pada Jumat, 220213 pukul 15:37 Reksohadiprodjo, S. 1998. Pakan Ternak Gembala. BPFE. Yogyakarta Safan. 2008. Produksi Enzim Selulase oleh Aspergillus niger dengan Substrat Jerami dalam Solid State Fermentation. Wordpress.com. Diakses pada Kamis, 130912 pukul 22:50 Setyono, H., Kusriningrum, Mustikoweni, T. Nurhayati, R. Sidik, M. Anam, M. Lamid, dan W.P. Lokapirnasari. 2009. Teknologi Pakan Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya Siregar, S.B. 1995. Pengawetan Pakan Ternak. PT. Penebar Swadaya. Jakarta Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta Sumarsih, S. dan B.I.M. Tampoebolon. 2003. Pengaruh Aras Urea dan Lama Pemeraman yang Berbeda Tehadap Sifat Fisik Eceng Gondok Teramoniasi. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 4: 298-301. Sundstol, F. and E. Coxworth. 1984. Ammonia Treatment. In : Straw and Other Fibrous Byproducts as Feeds. Ed. By Sundstol and E. Owen. Elsevier.: 196-247 Suparjo. 2008. Pemanfaatan Limbah Sebagai Bahan Pakan Ternak. Wordpress.com. Diakses pada Kamis, 130912 pukul 22:53 Sutardi, T. 1977. Ikhtisar Ruminologi. Bahan Penataran Khusus Peternakan Sapi Perah di Kayu Ambon. Lembang. BPLPP. Direktorat Jenderal Peternakan. Bogor ------------. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi I. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor Sutardi, T., D. Sastradipraja, T. Toharmat, S. Anita, T. Jakadidjaja, dan I.G. Permana. 1993. Peningkatan Produksi Ternak Ruminansia melalui Amoniasi Pakan Serat Bermutu Rendah, Defaunasi dan Suplementasi Sumber Protein Tahan Degradasi dalam Rumen. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor