Pindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba. Putrayasa:2006:12

a. Dalam operasi tersebut ikut terciduk beberapa anak perempuan. b. Naskah-naskah yang semata-mata berupa cerita umumnya tertulis dalam huruf Arab atau Jawa. Bandingkan kedua kalimat di atas dengan kalimat di bawah ini. a. Dalam operasi tersebut ikut diciduk beberapa anak perempuan. b. Naskah-naskah yang semata-mata berupa cerita, umunya ditulis dalam huruf Arab atau Jawa. 3. Pasif ter- menyatakan ketidak-sengajaan dan ketiba-tibaan, sedangkan pasif di menyatakan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja. Misalnya: a. Menurut para wartawan, kira-kira seribu rumah di sekitar jembatan PBB dan sebuah pasar di dekatnya terbakar. b. Di kota seperti Jakarta itu kita akan terdorong untuk bekerja dengan kekuatan yang berlipat. Bandingkan kedua kalimat di atas dengan kalimat di bawah ini. a. Menurut para wartawan, kira-kira seribu rumah di sekitar jembatan PBB dan sebuah pasar di dekatnya dibakar. b. Di kota seperti Jakarta itu kita akan didorong untuk bekerja dengan kekuatan yang berlipat. 4. Pasif ter- menyatakan „kemungkinan‟, sedangkan pasif di- tidak demikian. Bandingkn tak terbaca dengan tak dibaca, tidak terbawa dengan tidak dibawa, tidak terlihat dengan tak dilihat, tidak terselesaikan dengan tidak diselesaikan, dan maih banyak lagi. Akibat pertemuan afiks ter- dengan bentuk dasarnya timbulah berbagai-bagai makna yang dapat digolongkan sebagai berikut. 1. Menyatakan makna „aspek perfektif‟. Supaya makna tersebut jelas maksudnya, perhatikan kata terbagi pada kalimat berikut. Dengan demikian, kerajaan Mataram yang sudah sangat jauh susutnya itu kini terbagi menjadi empat buah kerajaan, yakni Yogyakarta, Pakualaman, Surakarta, dan Mangkunegaran. Kata terbagi pada kalimat di atas berarti „sudah dibagi‟, atu dengan kata lain, meny atakan „aspek perfektif‟. Demikian pula kata-kata terjepit, tertutup, terbuka, tercetak, terhukum, terbelenggu, terikat, tertanam, tersimpan, dan masih banyak lagi. 2. Afiks ter- menyatakan makna „ketidaksengajaan‟. Kalau dibandingkan kata terpijak dalam kalimat Kakiku terpijak teman dengan kata dipijak dalam kalimat Kakiku dipijak teman, akan jelaslah bahwa afiks ter- pada terpijak menyatakan makna „ketidaksengajaan‟. Demikian pula afiks ter- pada kata- kata terbawa, tersinggung, terjahit, tercoret, tertusuk, terpegang, dan masih banyak lagi. 3. Afiks ter- menyatakan makna „ketiba-tibaan‟. Bandingkan kata terbangun pada kalimat Ia terbangun dari tidurnya dengan kata bangun pada kalimat Ia bangun dari tidurnya. Jelaslah bahwa pada kata terbangun terdapat makn a „tiba-tiba‟ yang dinyatakan leh afiks ter-. Demikian juga pada kata- kata terjatuh, terperosok, teringat, tertidur, terduduk, dan sebagainya. 4. Afiks ter- menyatakan makna „kemungkinan‟. Afiks ter- yang menyatakan makna ini pada umumnya didahului kata negatif tidak atau tak. Misalnya : tidak ternilai : „tidak dapat dinilai‟ tidak terselami : „tidak dapat diselami‟ tidak terbaca : „tidak dapat dibaca‟ tak terduga : „tidak dapat diduga‟ tak terpahami : „tidak dapat dipahami‟ Demikian juga afiks ter- pada kata-kata tak terkatakan, tak tercapai, tak terlihat, tidak terdengar, tidak terselesaikan, tidak terlaksana, taak terkejar, tidak terjangkau, dan masih banyak lagi. 5. Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat, fiks ter- menyatakan makna „paling‟. Misalnya : tertinggi : „paling tinggi‟ terluas : „paling luas‟ terpandai : „paling pandai‟ tercakap : „paling cakap‟ terjauh : „paling jauh‟ Demikian juga afiks ter- pada kata-kata tersempit, tergelap, termiskin, terkuat, terlemah, terbesar, termahal, termurah, termalas, tertua, termuda, dan sebagainya. Dalam lingkungan pengadilan terdapat istilah yang berupa kata- kata yang berafiks ter-, seperti terdakwa, tertuduh, terhukum, dan tersangka. Kata-kata itu sebagai istilah di lingkungan pengadilan, termasuk golongan kata nominal. Hal itu terlihat jelas dari kalimat-kalimat berikut ini. Terdakwa didakwa menggunakan uang negara. Tertuduh dituduh menggunakan uang negara. Tersangka dituduh menggunakan uang negara Terhukum dihukum lima tahun. Hakim menemui terdakwa. Hakim menemui tertuduh. Hakim menemui tersangka. Hakim menemui terhukum. Adanya kata-kata berafiks ter- yang termasuk golongan kata nminal seperti kata-kata tersebut di atas mungkin sekali karena hilangnya kata si yang seharusnya terletak di muka kata-kata itu. si terdakwa  terdakwa si tertuduh  tertuduh si tersangka  tersangka si terhukum  terhukum BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta fact finidig sebagaimana keadaan sebenarnya Nawawi, 1996:73. Penelitian dekriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sehubungan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas X MAMA Gisting tahun pelajaran 20122013 dalam mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif. 3.2 Populasi Penelitian Dalam metode penelitian, kata populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi masalah sasaran penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAMA Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 20122013. Jumlah populasi seluruhnya adalah 170 siswa yang tersebar dalam 5 kelas yakni kelas X1, X2, X3, X4, dan X5. Jumlah siswa tiap kelas berjumlah 34 orang. Berikut daftar populasi siswa kelas X MAMA Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 20122013. Tabel 3.1 Daftar Populasi Siswa Kelas X MAMA Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 20122013 Kelas Jumlah populasi X1 34 X2 34 X3 34 X4 34 X5 34 Jumlah 170 sumber : Data siswa kelas X MAMA Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 20122013

3.3 Sampel Penelitian

Subjek penelitian ini tergolong banyak, oleh karena itu dilakukan penelitian sampel. Penetapan sampel penelitian ini didasarkan pada pendapat Arikunto 2002:112, “Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya banyak dapat diambil 10-15 atau 20-25 atau lebih bergantung pada kemampuan peneliti, sempit luasnya wilayah pengamatan, dan besarnya resiko peneliti.” Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik proportional cluster random sampling. Berdasarkan pendapat di atas, sampel penelitian ini ditentukan sebanyak 35 responden mengingat jumlah subjeknya banyak. Jumlah 35 responden didapat dari 20 jumlah subjek. Pengambilan sampel 20 di Sampel tersebut diambil secara acak pada lima kelas paralel. Dengan demikian, setiap kelas diambil 20 sebagai sampel penelitian. Adapun distribusi sampel dipaparkan dalam tabel berikut. Tabel 3.2 Penghitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas X MAMA Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 20122013 No Kelas Jumlah Siswa 20 dari Jumlah Siswa Sampel yang Ditetapkan 1 X1 34 6,8 7 2 X2 34 6,8 7 3 X3 34 6,8 7 4 X4 34 6,8 7 5 X5 34 6,8 7 Jumlah 170 34 35 Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan teknik undian. Langkah-langkah penyampelan dengan teknik undian adalah sabagai berikut. 1. Membuat daftar nama semua objek penelitian menjadi populasi penelitian dan memberi kode nomor urut untuk masing-masing subjek penelitian. 2. Memberi kode nomor urut yang ditulis pada kertas kecil dan digulung rapi. 3. Memasukkan gulungan kertas ke dalam kotak kemudian mengocok kotak tersebut dan mengambil satu per satu gulungan kertas sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan pada setiap kelasnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes tertulis. Jenis tes yang digunakan adalah tes kemampuan mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Objek penelitian ini adalah kalimat siswa. Siswa diberi tugas mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dengan waktu yang telah ditentukan yaitu 90 menit. Instrumen yang digunakan adalah kalimat aktif yang berjumlah 20 kalimatsoal. Seluruh kalimat tersebut dapat diubah menjadi kalimat pasif dengan dua cara seperti yang diuraikan dalam indikator penelitian. Kalimat aktif yang telah diubah menjadi kalimat pasif diberi penilaian berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan. Aspek penilaian tersebut adalah 1 ketepatan struktur pembentukan kalimat pasif, dan 2 ejaan.

3.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode yang telah dilakukan, prosedur analisis data ditempuh melalui sejumlah tahapan berikut ini. 1. Memeriksa kalimat yang telah diubah siswa berdasarkan aspek penilaian yang telah ditentukan. 2. Memberikan skor pada aspek yang diperiksa sesuai dengan ketentuan penskoran yang telah ditetapkan. Skor yang diperoleh oleh setiap siswa dihitung sebagai nilai kemampuan siswa yang bersangkutan. 3. Merekap data penilaian yang diperoleh siswa untuk setiap aspek yang diteliti. Indikator Penilaian Indikator penilaian meliputi ketepatan struktur pembentukan kalimat pasif, dan Ejaan Yang Disempurnakan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.3 Indikator Penskoran Kemampuan Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif No Indikator Deskriptor Skor Skor Maksimal 1. Ketepatan struktur pembentukan kalimat pasif. 1 Kaidah Pertama a. Pengisi subjek S telah dipertukarkan letaknya dengan pengisi objek O. b. Prefiks meng-, telah diganti dengan di- atau ter- pada predikatnya P. c. Kata oleh telah ditambahkan di muka objek O, terutama jika objek O terpisah oleh kata lain dari predikat P. Atau 2 Kaidah Kedua a. Objek O telah dipindahkan ke awal kalimat. b. Prefiks meng- dari verba telah dihapus. c. Subjek S telah dipindahkan ke tempat yang tepat sebelum verba. Sumber : Putrayasa 2006:11 1 1 1 1 1 1 3 3 2 EYD a. Tidak terdapat kesalahan ejaan b. Terdapat 1-5 kesalahan ejaan c. Terdapat 5 kesalahan ejaan 3 2 1 3 Jumlah Skor Maksimal 6