a. Dalam operasi tersebut ikut terciduk beberapa anak perempuan.
b. Naskah-naskah yang semata-mata berupa cerita umumnya tertulis dalam
huruf Arab atau Jawa. Bandingkan kedua kalimat di atas dengan kalimat di bawah ini.
a. Dalam operasi tersebut ikut diciduk beberapa anak perempuan.
b. Naskah-naskah yang semata-mata berupa cerita, umunya ditulis dalam huruf
Arab atau Jawa. 3. Pasif ter- menyatakan ketidak-sengajaan dan ketiba-tibaan, sedangkan pasif di
menyatakan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja. Misalnya: a.
Menurut para wartawan, kira-kira seribu rumah di sekitar jembatan PBB dan sebuah pasar di dekatnya terbakar.
b. Di kota seperti Jakarta itu kita akan terdorong untuk bekerja dengan
kekuatan yang berlipat. Bandingkan kedua kalimat di atas dengan kalimat di bawah ini.
a. Menurut para wartawan, kira-kira seribu rumah di sekitar jembatan PBB dan
sebuah pasar di dekatnya dibakar. b.
Di kota seperti Jakarta itu kita akan didorong untuk bekerja dengan kekuatan yang berlipat.
4. Pasif ter- menyatakan „kemungkinan‟, sedangkan pasif di- tidak demikian.
Bandingkn tak terbaca dengan tak dibaca, tidak terbawa dengan tidak dibawa, tidak terlihat dengan tak dilihat, tidak terselesaikan dengan tidak diselesaikan,
dan maih banyak lagi. Akibat pertemuan afiks ter- dengan bentuk dasarnya timbulah berbagai-bagai
makna yang dapat digolongkan sebagai berikut.
1. Menyatakan makna „aspek perfektif‟. Supaya makna tersebut jelas
maksudnya, perhatikan kata terbagi pada kalimat berikut. Dengan demikian, kerajaan Mataram yang sudah sangat jauh susutnya
itu kini terbagi menjadi empat buah kerajaan, yakni Yogyakarta, Pakualaman, Surakarta, dan Mangkunegaran.
Kata terbagi pada kalimat di atas berarti „sudah dibagi‟, atu dengan kata
lain, meny atakan „aspek perfektif‟. Demikian pula kata-kata terjepit,
tertutup, terbuka, tercetak, terhukum, terbelenggu, terikat, tertanam, tersimpan, dan masih banyak lagi.
2. Afiks ter- menyatakan makna „ketidaksengajaan‟. Kalau dibandingkan kata
terpijak dalam kalimat Kakiku terpijak teman dengan kata dipijak dalam kalimat Kakiku dipijak teman, akan jelaslah bahwa afiks ter- pada terpijak
menyatakan makna „ketidaksengajaan‟. Demikian pula afiks ter- pada kata- kata terbawa, tersinggung, terjahit, tercoret, tertusuk, terpegang, dan masih
banyak lagi. 3. Afiks ter-
menyatakan makna „ketiba-tibaan‟. Bandingkan kata terbangun pada kalimat Ia terbangun dari tidurnya dengan kata bangun pada kalimat
Ia bangun dari tidurnya. Jelaslah bahwa pada kata terbangun terdapat makn
a „tiba-tiba‟ yang dinyatakan leh afiks ter-. Demikian juga pada kata- kata terjatuh, terperosok, teringat, tertidur, terduduk, dan sebagainya.
4. Afiks ter- menyatakan makna „kemungkinan‟. Afiks ter- yang menyatakan
makna ini pada umumnya didahului kata negatif tidak atau tak. Misalnya : tidak ternilai
: „tidak dapat dinilai‟
tidak terselami :
„tidak dapat diselami‟
tidak terbaca :
„tidak dapat dibaca‟ tak terduga
: „tidak dapat diduga‟
tak terpahami :
„tidak dapat dipahami‟ Demikian juga afiks ter- pada kata-kata tak terkatakan, tak tercapai, tak
terlihat, tidak terdengar, tidak terselesaikan, tidak terlaksana, taak terkejar, tidak terjangkau, dan masih banyak lagi.
5. Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat, fiks ter- menyatakan makna
„paling‟. Misalnya : tertinggi
: „paling tinggi‟
terluas :
„paling luas‟ terpandai
: „paling pandai‟
tercakap :
„paling cakap‟ terjauh
: „paling jauh‟
Demikian juga afiks ter- pada kata-kata tersempit, tergelap, termiskin, terkuat, terlemah, terbesar, termahal, termurah, termalas, tertua, termuda, dan
sebagainya. Dalam lingkungan pengadilan terdapat istilah yang berupa kata- kata yang berafiks ter-, seperti terdakwa, tertuduh, terhukum, dan tersangka.
Kata-kata itu sebagai istilah di lingkungan pengadilan, termasuk golongan kata nominal. Hal itu terlihat jelas dari kalimat-kalimat berikut ini.
Terdakwa didakwa menggunakan uang negara. Tertuduh dituduh menggunakan uang negara.
Tersangka dituduh menggunakan uang negara Terhukum dihukum lima tahun.
Hakim menemui terdakwa.
Hakim menemui tertuduh. Hakim menemui tersangka.
Hakim menemui terhukum. Adanya kata-kata berafiks ter- yang termasuk golongan kata nminal seperti
kata-kata tersebut di atas mungkin sekali karena hilangnya kata si yang seharusnya terletak di muka kata-kata itu.
si terdakwa
terdakwa si tertuduh
tertuduh
si tersangka tersangka
si terhukum terhukum
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta fact finidig sebagaimana
keadaan sebenarnya Nawawi, 1996:73. Penelitian dekriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sehubungan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas X
MAMA Gisting tahun pelajaran 20122013 dalam mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif.
3.2 Populasi Penelitian Dalam metode penelitian, kata populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun
atau sekelompok objek yang menjadi masalah sasaran penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAMA Gisting Kabupaten Tanggamus
Tahun Pelajaran 20122013. Jumlah populasi seluruhnya adalah 170 siswa yang tersebar dalam 5 kelas yakni kelas X1, X2, X3, X4, dan X5. Jumlah siswa tiap kelas
berjumlah 34 orang. Berikut daftar populasi siswa kelas X MAMA Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 20122013.
Tabel 3.1 Daftar Populasi Siswa Kelas X MAMA Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 20122013
Kelas Jumlah populasi
X1 34
X2 34
X3 34
X4 34
X5 34
Jumlah 170
sumber : Data siswa kelas X MAMA Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 20122013
3.3 Sampel Penelitian
Subjek penelitian ini tergolong banyak, oleh karena itu dilakukan penelitian sampel. Penetapan sampel penelitian ini didasarkan pada pendapat Arikunto
2002:112, “Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua,
sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya banyak dapat diambil 10-15 atau 20-25 atau lebih bergantung pada
kemampuan peneliti, sempit luasnya wilayah pengamatan, dan besarnya resiko peneliti.” Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik proportional
cluster random sampling. Berdasarkan pendapat di atas, sampel penelitian ini ditentukan sebanyak 35
responden mengingat jumlah subjeknya banyak. Jumlah 35 responden didapat dari 20 jumlah subjek. Pengambilan sampel 20 di Sampel tersebut diambil secara
acak pada lima kelas paralel. Dengan demikian, setiap kelas diambil 20 sebagai sampel penelitian. Adapun distribusi sampel dipaparkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.2 Penghitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas X MAMA Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 20122013
No Kelas
Jumlah Siswa
20 dari Jumlah Siswa
Sampel yang Ditetapkan
1 X1
34 6,8
7 2
X2 34
6,8 7
3 X3
34 6,8
7 4
X4 34
6,8 7
5 X5
34 6,8
7
Jumlah 170
34 35
Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan teknik undian. Langkah-langkah penyampelan dengan teknik undian adalah
sabagai berikut.
1. Membuat daftar nama semua objek penelitian menjadi populasi penelitian dan
memberi kode nomor urut untuk masing-masing subjek penelitian. 2.
Memberi kode nomor urut yang ditulis pada kertas kecil dan digulung rapi. 3.
Memasukkan gulungan kertas ke dalam kotak kemudian mengocok kotak tersebut dan mengambil satu per satu gulungan kertas sesuai dengan jumlah
sampel yang dibutuhkan pada setiap kelasnya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes tertulis. Jenis tes yang digunakan adalah tes kemampuan mengubah kalimat aktif menjadi kalimat
pasif. Objek penelitian ini adalah kalimat siswa. Siswa diberi tugas mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dengan waktu yang telah ditentukan yaitu 90
menit. Instrumen yang digunakan adalah kalimat aktif yang berjumlah 20 kalimatsoal. Seluruh kalimat tersebut dapat diubah menjadi kalimat pasif dengan
dua cara seperti yang diuraikan dalam indikator penelitian. Kalimat aktif yang telah diubah menjadi kalimat pasif diberi penilaian berdasarkan aspek-aspek yang
telah ditentukan. Aspek penilaian tersebut adalah 1 ketepatan struktur pembentukan kalimat pasif, dan 2 ejaan.
3.5 Teknik Analisis Data
Sesuai dengan metode yang telah dilakukan, prosedur analisis data ditempuh melalui sejumlah tahapan berikut ini.
1. Memeriksa kalimat yang telah diubah siswa berdasarkan aspek penilaian yang
telah ditentukan. 2.
Memberikan skor pada aspek yang diperiksa sesuai dengan ketentuan penskoran yang telah ditetapkan. Skor yang diperoleh oleh setiap siswa dihitung sebagai
nilai kemampuan siswa yang bersangkutan. 3.
Merekap data penilaian yang diperoleh siswa untuk setiap aspek yang diteliti.
Indikator Penilaian
Indikator penilaian meliputi ketepatan struktur pembentukan kalimat pasif, dan Ejaan Yang Disempurnakan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Indikator Penskoran Kemampuan Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif
No Indikator Deskriptor
Skor Skor
Maksimal 1.
Ketepatan struktur
pembentukan kalimat pasif.
1 Kaidah Pertama a.
Pengisi subjek S telah dipertukarkan letaknya dengan pengisi objek O.
b. Prefiks meng-, telah diganti dengan
di- atau ter- pada predikatnya P. c.
Kata oleh telah ditambahkan di muka objek O, terutama jika objek O
terpisah oleh kata lain dari predikat P.
Atau 2 Kaidah Kedua
a. Objek O telah dipindahkan ke awal
kalimat. b.
Prefiks meng- dari verba telah dihapus.
c. Subjek S telah dipindahkan ke
tempat yang tepat sebelum verba. Sumber : Putrayasa 2006:11
1
1
1
1
1
1 3
3
2 EYD
a. Tidak terdapat kesalahan ejaan
b. Terdapat 1-5 kesalahan ejaan
c. Terdapat 5 kesalahan ejaan
3 2
1 3
Jumlah Skor Maksimal
6