Ruang Lingkup Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

b. Penghukuman punishment Jika ada pelanggar hukum yang tidak memungkinkan untuk diberikan perlakuan treatment, mungkin karena kronisnya atau terlalu beratnya kesalahan yang telah dilakukan, maka perlu diberikan penghukuman yang sesuai dengan perundang- undangan dalam hukum pidana. Indonesia sudah menganut sistem pemasyarakatan, bukan lagi sistem kepenjaraan yang penuh dengan penderitaan, maka dengan sistem pemasyarakatan hukuman dijatuhkan kepada pelanggar hukum adalah hukuman yang semaksimal mungkin bukan pembalasan dengan berorientasi pada pembinaan dan perbaikan pelaku kejahatan. Seiring dengan tujuan dari pidana penjara sekarang, Sahardjo mengemukakan seperti yang dikutip oleh Abdul Syani menyatakan bahwa tujuan dari pemasyarakatan yang mengandung makna bahwa tidak hanya masyarakat yang diayomi terhadap diulanginya perbuatan jahat oleh terpidana, tetapi juga orang- orang yang menurut Sahardjo telah tersesat diayomi oleh pohon beringin dan diberikan bekal hidup sehingga menjadi kaula yang berfaedah di dalam masyarakat Indonesia. 9 Dengan sistem pemasyarakatan, di samping narapidana harus menjalani hukumannya di lembaga pemasyarakatan, mereka pun dididik dan dibina serta dibekali oleh suatu keterampilan agar kelak setelah keluar menjadi orang yang berguna di dalam masyarakat dan bukan lagi menjadi seorang narapidana yang meresahkan masyarakat karena segala perbuatan jahat mereka di masa lalu yang sudah banyak merugikan masyarakat, sehingga kehidupan yang mereka jalani 9 Abdulsyani, Op.cit. hlm. 141 setelah mereka keluar dari penjara menjadi lebih baik karena kesadaran mereka untuk melakukan perubahan didalam dirinya maupun bersama dengan masyarakat di tempat dia bertempat tinggal. Upaya dari penegakan hukum oleh aparat penegak hukum seperti kepolisian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor-faktor yang secara umum mempengaruhi penegakan hukum di masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto ada 5 lima faktor yang dapat mendukung dan dapat juga menghambat berjalannya proses penegakan hukum di masyarakat, sebagai berikut: a. Faktor hukumnya sendiri, yaitu peraturan perundang-undangan yang menjamin pelaksanaan suatu aturan hukum; b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membuat atau membentuk maupun yang menerapkan hukum; c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum; d. Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan; e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. 10

2. Konseptual Menurut Soerjono Soekanto, kerangka konseptual adalah suatu kerangka yang

menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti, baik dalam penelitian normatif maupun empiris. 11 10 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada: 2007, hlm. 5 11 Soerjono Soekanto, Op. cit. hlm. 124 Hal ini dilakukan dan dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam melakukan penelitian, maka di sini akan dijelaskan tentang pengertian pokok yang dijadikan konsep dalam penelitian, sehingga akan memberikan batasan yang tetap dalam penafsiran terhadap beberapa istilah. Istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Penanggulangan adalah suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah. 12 b. Kejahatan adalah perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut dan merupakan perbuatan yang anti sosial. 13 c. Pencabulan adalah persetubuhan di luar perkawinan yang dilarang oleh norma atau peraturan yang berlaku. 14 d. Anak berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang ada dalam kandungan.

E. Sistematika Penelitian

Sistematika mempermudah dan memahami Penelitian ini secara keseluruhan, maka Penelitian ini dibagi menjadi 5 lima bab dengan sistematika sebagai berikut: 12 Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustakaa Utama, 2008, hlm. 714 13 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara, 1993, Hlm. 9. 14 Moeljatno. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 106 I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul yang akan diangkat dalam Penelitian skripsi. Kemudian permasalahan-permasalahan yang dianggap penting disertai pembatasan ruang lingkup penelitian. Selanjutnya juga membuat tujuan dan kegunaan penelitian yang dilengkapi dengan kerangka teori dan konseptual serta sistematika Penelitian. II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang pengertian-pengertian dari istilah sebagai latar belakang pembuktian masalah dan dasar hukum dalam membahas hasil penelitian yang terdiri dari: a. Pengertian Kejahatan; b. Tindak pidana pencabulan; dan c. Pengertian Anak . III. METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian berupa langkah-langkah yang akan digunakan dalam melakukan pendekatan masalah, penguraian tentang sumber data dan jenis data, serta prosedur analisis data yang telah didapat. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat pokok bahasan mengenai hasil penelitian, yang terdiri dari a. Karakteristik Responden; b. Upaya Penanggulangan Kejahatan Pencabulan Terhadap Anak; dan c. Faktor-Faktor Penghambat Upaya Penanggulangan Kejahatan Pencabulan Terhadap Anak. V. PENUTUP Merupakan bab penutup dari Penelitian skripsi yang secara singkat berisikan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan serta saran-saran yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas bagi aparat penegak hukum terkait. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kejahatan

Kejahatan bukan merupakan peristiwa hereditas bawaan sejak lahir, warisan, juga bukan merupakan warisan biologis. Tindak kejahatan bisa dilakukan siapapun, baik wanita maupun pria, dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu difikirkan, direncanakan dan diarahkan pada maksud tertentu secara sadar benar. Kejahatan merupakan suatu konsepsi yang bersifat abstrak, dimana kejahatan tidak dapat diraba dan dilihat kecuali akibatnya saja. 1 Definisi kejahatan menurut Kartono bahwa secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan immoril, merupakan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Kejahatan secara sosiologis menurut adalah semua ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosial- psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat baik yang telah tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana. 2 1 Kartini Kartono. Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 125-126 2 Ibid. hlm. 126 Kejahatan dalam kehidupan bermasyarakat adaberbagai macam jenisnya tergantung pada sasaran kejahatannya. Sebagaimana dikemukakan oleh Mustofa bahwa jenis kejahatan menurut sasaran kejahatannya, yaitu kejahatan terhadap badan pembunuhan, perkosaan, penganiayaan, kejahatan terhadap harta benda perampokan, pencurian, penipuan, kejahatan terhadap ketertiban umum pemabukan, perjudian, kejahatan terhadap keamanan negara. Sebagian kecil dari bertambahnya kejahatan dalam masyarakat disebabkan karena beberapa faktor luar, sebagian besar disebabkan karena ketidakmampuan dan tidak adanya keinginan dari orang-orang dalam masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. 3 Menurut Budianto bahwa salah satu penyebab tingginya tingkah kejahatan di Indonesia adalah tingginya angka pengangguran, maka kejahatan akan semakin bertambah jika masalah pengangguran tidak segera diatasi. Sebenarnya masih banyak penyebab kejahatan yang terjadi di Indonesia, misalnya: kemiskinan yang meluas, kurangnya fasilitas pendidikan, bencana alam, urbanisasi dan industrialisasi, serta kondisi lingkungan yang memudahkan orang melakukan kejahatan. 4 Menurut Sutrisno dan Sulis bahwa penyebab kejahatan dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu bakat si penjahat, alam sekitarnya, dan unsur kerohanian. 5 Bakat seorang penjahat dapat dilihat menurut kejiwaankerohanian, ada penjahat yang pada lahirnya kejiwaannya lekas marah, jiwanya tidak berdaya menahan tekanan- 3 Muhammad Mustofa. Kriminologi: Kajian Sosiologi Terhadap Kriminalitas, Prilaku Menyimpang, dan Pelanggaran Hukum, Jakarta: Fisip UI Press, 2005, hlm. 47 4 Ibid. 5 Ibid.