Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin PT Alkarin Mariendal

(1)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Program S1 Ekstensi Medan

SKRIPSI

PENERAPAN METODE PROCESS COSTING SYSTEM

DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI

BAN VULKANISIR SISTEM DINGIN

PT ALKARIN MARIENDAL

Oleh :

Nama : Dewi Amorita

NIM : 060522171

Departemen : Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sarjana Ekonomi


(2)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN………...……….. i

KATA PENGANTAR………...………... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... DAFTAR ISI... v

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1

B.Perumusan Masalah... 3

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian... 3

D.Kerangka Konseptual……….. 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teoritis……….. 5

1. Biaya……… 5

2. Biaya Produksi………. 10

3. Harga Pokok Produksi... 16

4. Penerapan Metode Process Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi... 25


(3)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 32

B. Jenis Data... 32

C. Teknik Pengumpulan Data... 33

D. Metode Analisa Data... 34

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN A.Data Penelitian... 36

1. PT Alkarin Mariendal... 36

2. Biaya Produksi PT Alkarin Mariendal... 42

3. Penerapan Metode Process Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi………… 48

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Biaya Produksi... 50

2. Analisis Penerapan Metode Process Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi... 52

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 53

B. Saran... 54


(4)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

“Penerapan Metode Process Costing System dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin pada PT Alkarin Mariendal”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, Desember 2009 Yang membuat pernyataan \

Dewi Amorita Sitangga ng NIM 060522171


(5)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

ABSTRAK

PT Alkarin Mariendal merupakan perusahaan yang bergerak dibidan industri yang menghasilkan ban vulkanisir yang dimasak dengan sistem dingin. PT Alkarin Mariendal terletak di Jalan Raya Tanjung Morawa Km.6,7 No.10 Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan Metode Process Costing System dalam Penentuan Harga Pokok Produksi telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum.

Dalam melaksanakan penelitian, penulis mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara, teknik observasi, studi literatur dan studi dokumentasi. Analisa data yang digunakan adalah metode Deskriptif yaitu metode yang menganalisa dan menginterpretasikan data sehingga memberikan informasi dan gambaran yang lengkap sehubungan dengan masalah yang dihadapi, dan juga menggunakan metode Komparatif yaitu dengan membandingkan teori – teori dengan prakterk yang terjadi pada perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dalam membuat laporan harga pokok produksinya masih belum sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum, karena masih ada biaya yang seharusnya dialokasikan kedalam harga pokokp roduksi, tetapi dialokasikan kedalam beban operasional yang mengakibatkan harga pokok produksi yang disajikan oleh perusahaan lebih rendah dibanding yang sebenarnya.

Kata kunci : Biaya, Metode Process Costing System dan Perhitungan Harga Pokok Produksi


(6)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan baik materil maupun moril dari berbagai pihak. Dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, SE, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Fahmi Natigor Nasution SE, M.Acc, Ak selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Iskandar Muda, SE,M.Si,Ak selaku Dosen Pembanding II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Staf Pengajar yang telah mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan serta seluruh Staf Administrasi dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(7)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

6. Bapak Pimpinan dan seluruh pegawai PT Alkarin Mariendal atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Kedua Orang tua penulis (Drs. H. Sitanggang dan R. Limbong, SH) dan adik – adik untuk doa, dukungan, dan bantuan yang tidak pernah putus kepada penulis. 8. Seluruh rekan – rekan PT Bank Sumut Cabang Utama Medan dan semua teman –

teman penulis yang tak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini belum sempurna, untuk itu diharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca serta semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Desember 2009 Penulis,

Dewi Amorita Sitangga ng NIM 060522171


(8)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan memperluas perusahaan.

Sehingga bagi seorang pimpinan akan terus meningkatkan laba yang akan diperoleh, karena jumlah yang dihasilkan dapat digunakan sebagai ukuran kemajuan perusahaan dan juga sebagai gambaran keberhasilan seorang pimpinan dalam memanajemen perusahaan.

Laba dapat diperoleh apabila perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan yang sejenis. Persaingan ini selain dari mutu yang dihasilkan, juga persaingan dalam menentukan harga jual. Konsumen biasanya akan mencari produk dengan harga yang wajar dengan kualitas yang tinggi.

Harga jual juga akan menentukan pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga untuk mendapatkan laba yang maksimal, maka perusahaan akan menekan harga pokok produksi untuk produk yang akan dijual.

Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan industri, karena selama proses masukan (bahan mentah) menjadi keluaran (bahan jadi) begitu banyak biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan, misalnya : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya pabrik tidak


(9)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

langsung. Biaya-biaya tersebut harus diperhitungkan untuk menentukan besarnya biaya produksi untuk memproduksi suatu jenis produk pada unit tertentu, atau dapat dikatakan untuk penentuan harga pokok produksi pada suatu produk yang diproduksi.

Dalam kebanyakan bisnis manufaktur, biaya produksi dipertanggungjawabkan menggunakan salah satu dari dua jenis sistem akumulasi biaya, yaitu sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing system) dan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing system). Tujuan penting dari sistem perhitungan biaya manapun adalah untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa juga pusat pemrosesan dalam satu departemen.

Dalam penentuan harga pokok produksi, perusahaan sering mengalami kesulitan dalam penentuan dan pengklasifikasian biaya produksi, terutama biaya overhead pabrik. Hal ini disebabkan karena sifat dan tingkah laku biaya overhead pabrik yang berbeda-beda untuk setiap jenis biaya. Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami perhitungan dan pengklasifikasian biaya, siklus kegiatan produksi yang dimulai pada pencatatan harga atau biaya (cost) bahan baku yang


(10)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

dimasukkan dalam proses produksi sampai dengan penyajian harga pokok produksi.

Melalui penelitian ini ingin dibahas penerapan sistem harga pokok proses dalam penentuan harga pokok produksi ban yang dilakukan oleh PT Alkarin Mariendal, sehingga dipilih judul:

”Penerapan Metode Process Costing System dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pada PT Alkarin Mariendal”.

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari skripsi ini yaitu : ”Apakah Penerapan Metode Process Costing System dalam Penentuan Harga Pokok Produksi telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) ?”.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi adalah untuk mengetahui apakah penerapan process costing system dalam penentuan harga pokok produksi telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU).

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam mengatasi kekurangan dan kelemahan pada perusahaan, khususnya mengenai penerapan metode process costing system dalam penentuan harga pokok produksi.


(11)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti antara teori dalam metode process costing system dalam menentukan harga pokok produksi yang diterima di perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya yang terjadi di perusahaan.

D. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1

Kerangka Konseptual Penelitian

PT Alkarin Mariendal

Jalan Raya Tanjung Morawa Km. 6,7 No.10

Metode Process Costing System

Skedul Kuantitas

Alokasi Biaya

Pertanggungjawab an biaya

Penentuan Harga Pokok Produksi

a. Proses Produksi b. Biaya Produksi c. Laporan Harga Pokok Produksi, berdasarkan data yang diperoleh penulis dalam bulan Mei 2009


(12)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Biaya

a. Pengertian Biaya

Dalam menjalankan usahanya setiap perusahaan memerlukan biaya. Secara umum masyarakat mengartikan biaya adalah pengeluaran uang untuk memiliki sesuatu. Dalam akuntansi di Indonesia, biaya sering kali diartikan rancu antara beban dengan biaya.

Secara spesifik biaya dan beban sebenarnya sama-sama merupakan pengembangan nilai dari sumber-sumber ekonomi atau faktor-faktor produksi. Walaupun keduanya merupakan pengorbanan nilai-nilai sumber ekonomi namun tujuannya tidak sama. Tujuan dari biaya adalah untuk menghasilkan barang atau produk.

b. Penggolongan Biaya

Biaya dapat digolongkan dalam berbagai macam cara. Penggolongan biaya umumnya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai, karena untuk tujuan yang berbeda diperlukan suatu cara penggolongan yang berbeda pula atau dengan kata lain tidak ada satu konsep biaya yang memenuhi berbagai tujuan. Biaya yang terjadi dalam perusahaan perlu


(13)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

digolongkan secara sistematis kedalam golongan yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih punya arti bagi manajemen.

Biaya – biaya dapat dikelompokkan menjadi 5 golongan yaitu: 1. Penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran

Penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran merupakan penggolongan biaya yang lebih sederhana, dimana nama objek pengeluaran yang merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut ”biaya bahan bakar” 2. Penggolongan biaya berdasarkan fungsi – fungsi pokok dalam

perusahaan

Fungsi – fungsi pokok yang terdapat dalam perusahaan manufaktur adalah biaya pabrik dan biaya non pabrik. Biaya – biaya yang terjadi selalu berhubungan dengan masing – masing fungsi tersebut, maka sesuai dengan fungsinya masing – masing biaya dapat digolongkan menjadi :

• Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya – biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dengan menggunakan fasilitas – fasilitas pabrik.


(14)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

• Biaya non pabrik

Biaya non pabrik adalah biaya yang terjadi dalam perusahaan tetapi tidak berhubungan dengan proses produksi, atau tujuan utama terjadinya bukan dalam rangka proses produksi. Biaya non pabrik terdiri dari biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum.

Biaya penjualan terdiri dari biaya untuk mendapatkan dan memenuhi pesanan pelanggan. Contohnya : biaya iklan, biaya promosi, dan biaya angkutan.

Sedangkan biaya administrasi terdiri dari semua biaya eksekutif, organisasi dan biaya tulis menulis yang menunjang kebijaksanaan dan pengarahan secara keseluruhan. Contohnya : biaya gaji karyawan, gaji direksi, gaji biaya pemeriksaan akuntan, dan sebagainya.

3. Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.


(15)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

• Biaya langsung

Biaya langsung terdiri dari biaya – biaya bahan dan tenaga kerja langsung, yang secara langsung dan tanpa banyak kesulitan dapat dihubungkan dengan kesatuan – kesatuan suatu produk.

• Biaya Tidak Langsung

Biaya yang terjadi atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasi pada objek atau sub biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek atau pusat biaya.

4. Penggolongan biaya sesuai dengan tingkah lakunya terhadap perubahan volume kegiatan

Untuk kepentingan pengendalian biaya, biaya dapat digolongkan sesuai dengan tingkah lakunya dalam hubungannya dengan volume produksi, yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel.

• Biaya Tetap

Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak akan mengalami perubahan walaupun volume produksi mengalami perubahan sampai kepada batas kapasitas maksimum, dimana semakin besar produksi maka biaya per unit semakin kecil.


(16)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Biaya ini berhubungan dengan kapasitas atas volume, karena pemisahan biaya dan karakteristiknya diperlukan dalam membuat keputusan.

Biaya tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :

- Biaya total yang tidak berubah atau tidak dipengaruhi oleh periode yang ditentukan atau kegiatan tertentu.

- Biaya per unitnya berbanding terbalik dengan perubahan volume, pada volume terendah biaya tetap per unitnya tinggi, sebaliknya pada volume yang tinggi biaya per unitnya rendah,

• Biaya Variabel

Biaya Variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah – ubah secara optimal dengan berubahnya volume produksi, akan tetapi secara unit atau kesatuan jumlahnya tetap.

Biaya ini memiliki pola sebagai berikut :

- Total biaya variabel berubah proporsional dengan perubahan volume atau kapasitas, makin besar kapasitas yang digunakan semakin besar pula total biaya variabel, demikian sebaliknya. - Per unit biaya variabel konstan / tetap

• Biaya Semi Variabel

Biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung unsur biaya tetap dan variabel. Biaya ini akan berubah – ubah jumlah


(17)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

totalnya sesuai dengan perubahan aktivitas produksi tetapi perubahannya tidak sebanding dengan perubahan volume produksi. 5. Penggolongan biaya atas dasar waktunya

Agar perhitungan laba / rugi dan penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan secara teliti, maka biaya – biaya digolongkan sesuai dengan pembebanannya ke dalam periode akuntansi atas dasar waktunya.

Biaya dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu pengeluaran modal (Capital Expenditure) dan pengeluaran penghasilan / pendapatan ( Revenue Expenditure) .

 Pengeluaran Modal adalah biaya yang dapat dinikmati lebih dari satu periode akuntansi. Pada saat terjadinya pengeluaran modal tersebut dicatat sebagai harga pokok aktiva yang akan dialokasikan sesuai dengan periode dimana pengeluaran tersebut dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan yang diperoleh.

 Pengeluaran Pendapatan adalah biaya yang dinikmati oleh periode akuntansi saat biaya tersebut terjadi yang disajikan dalam laporan laba – rugi.

2. Biaya Produksi

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku menjadi barang jadi, atau dengan kata lain untuk memberikan nilai tambah terhadap barang yang diolah sebagai bahan baku..


(18)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Proses pengolahan bahan baku pada perusahaan manufaktur hingga menjadi barang jadi tidaklah terjadi dengan sendirinya. Proses pengolahan ini melibatkan secara fisik tenaga kerja (buruh) dan overhead pabrik yang berfungsi merubah bahan baku menjadi barang jadi.

Oleh karena itu unsur bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik merupakan unsur – unsur utama didalam proses produksi.

Menurut Carter dan Usry (2002 : 40) : ” Biaya produksi atau biaya pabrik adalah biaya untuk mengolah bahan baku menjadi barang atau produk jadi, yang terdiri dari 3 elemen biaya, yaitu biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.”

a. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah merupakan biaya yang jumlahnya relatif sangat besar dalam rangka menghasilkan suatu jenis output. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan industri dapat diperoleh dari pembelian atau pengolahan sendiri.

Contoh bahan baku langsung : Karet dalam pembuatan ban, tepung terigu dalam pembuatan roti.

Apabila perusahaan memperoleh bahan baku dari pembelian maka selain harga pembelian juga diperhitungkan unsur – unsur lainnya yaitu : potongan pembelian, biaya angkut bahan baku dan biaya penyimpanan. Untuk biaya angkut bahan baku perusahaan dapat mengalokasikan sebagai


(19)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli dan sebagai unsur biaya overhead pabrik.

Untuk mencatat besarnya biaya bahan baku yang dipakai dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu :

1. Sistem Periodik

Pada sistem ini setiap pencatatan persediaan hanya dilakukan pada akhir periode.

2. Sistem Perpetual

Dalam sistem perpetual setiap mutasi persediaan selalu dicatat pada kartu persediaan. Dalam sistem ini bahan baku yang dipergunakan dan yang tersedia dapat dilihat dari kartu persediaan sedangkan untuk sistem periodik terlebih dahulu harus dilakukan

inventory taking untuk mengetahui besarnya bahan baku yang dipakai.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga Kerja Langsung adalah tenaga kerja yang langsung terlibat dalam proses produksi, serta dapat ditelusuri dengan mudah terhadap produk yang dihasilkan dan merupakan tenaga kerja utama untuk menghasilkan suatu produk.

Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) adalah upah atau kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung yang bekerja di bagian produksi.


(20)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Contoh tenaga kerja langsung adalah para perkerja yang langsung mengoperasikan alat di pabrik.

Unsur – unsur dalam biaya tenaga kerja langsung meliputi gaji pokok, upah lembur, premi shift, bonus, dan tunjangan lainnya.

c. Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik merupakan elemen biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang terdiri dari macam biaya yang semuanya tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk atau aktivitas lainnya dalam upaya perusahaan untuk merealisasi pendapatan.

Walaupun biaya overhead pabrik tidak langsung pada produk yang dihasilkan, tetapi tetap diperlukan karena sebagian biaya overhead pabrik seringkali berubah –ubah dari waktu ke waktu, baik karena faktor musiman, perubahan kapasitas produksi, maupun sejenisnya.

Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan yaitu : penggolongan biaya overhead pabrik menurut jenisnya, menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi, dan hubungannya dengan departemen.

1. Penggolongan Biaya Overhead pabrik menurut jenisnya

• Biaya bahan penolong

Biaya bahan penolong adalah biaya bahan yang diolah menjadi bagian dari produk jadi tetapi kadang – kadang sulit teridentifikasi


(21)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

keberadaannya pada produk yang dihasilkan. Dengan kata lain, biaya bahan penolong merupakan biaya bahan baku penunjang agar produk jadi yang dihasilkan lebih sempurna.

• Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

Berupa biaya suku cadang, biaya bahan baku habis pakai dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan. Untuk perbaikan dan pemeliharaan perumahan, bangunan pabrik, mesin – mesin dan aktiva lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

• Biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dipehitungakan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Contoh : upah lembur, tunjangan, dan biaya kesejahteraan.

• Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap Mencakup biaya – biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, peralatan mesin – mesin, dan perkakas laboratorium dan aktiva lainnya yang digunakan pabrik.

• Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

Mencakup biaya asuransi gedung, asuransi mesin dan peralatan, asuransi kecelakaan karyawan.


(22)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

• Biaya overhead pabrik lainnya

Mencakup biaya yang secara langsung memerlukan pengeluaran tunai mencakup biaya reparasi yang diserahkan pada pihak luar perusahaan musalnya biaya listrik PLN, air, dan sebagainya.

2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi, dapat digolongkan menjadi 3 bagian :

• Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah sebanding dengan perubahan kegiatan tertentu.

• Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah – ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

• Biaya overhead pabrik semi variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan

departemen

 Biaya overhead pabrik departemen, merupakan biaya overhead pabrik yang dinikmati oleh satu departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen itu sendiri, contohnya : biaya gaji dari departemen itu sendiri.


(23)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

 Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen merupakan biaya overhead yang dinikmati oleh lebih dari satu departemen. 3. Harga Pokok Produksi

Menurut Supriyono (2000 : 288) : ” Harga Pokok Produksi adalah semua elemen biaya yang diproduksi baik tetap maupun variabel”.

Menurut Bustami dan Nurlela (2008 : 40) : Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja.”

a. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Metode perhitungan harga pokok produksi suatu barang merupakan tujuan pokok akuntansi biaya. Harga pokok produksi tersebut diperoleh melalui pengumpulan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut.

Ada tiga metode perhitungan harga pokok produksi yaitu : 1. Metode harga pokok sesungguhnya (actual cost)

Dalam metode ini perhitungan harga pokok produksi per unit berdasarkan biaya bahan baku sesungguhnya, biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Metode perhitungan harga pokok produksi sesungguhnya biasanya digunakan pada metode harga pokok proses yang


(24)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

menggunakan pencatatan persediaan produk jadi dengan metode periodik.

2. Metode harga pokok normal ( normal costing)

Pada metode inio, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan biaya sesungguhnya karena biaya tersebut mudah untuk ditelusuri kepada produk tertentu, dan baiya overhead pabrik menggunakan tarif pembebanan di muka.

Metode ini biasanya digunakan pada metode harga pokok pesanan (job order costing) yang menggunakan pencatatan persediaan produk jadi dengan metode perpetual.

3. Metode harga pokok standar ( standard costing)

Dalam metode ini, perusahaan terlebih dahulu menetapkan harga pokok produk per unit dengan menggunakan standar tertentu, sehingga harga pokok produk per unit bukan harga pokok sesungguhnya, tetapi harga pokok yang seharusnya.

Metode harga pokok standar ini biasanya digunakan pada perusahaan yang memproduksi secara massal dan menggunakan pencatatan persediaan produk jadi dengan metode perpetual.

Dalam suatu sistem harga pokok semua biaya lebih dahulu ditetapkan dimuka sebelum produksi dimulai. Produk – produk dalam operasi – operasi atau proses – proses dihitung biayanya dengan menggunakan standar baik mutu maupun untuk jumlah uangnya.


(25)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

b. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Ada dua cara yang digunakan untuk menentukan harga pokok yaitu metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses.

1. Metode Harga Pokok Pesanan ( Job Order Costing )

Harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya.

Metode harga pokok pesanan biasanya digunakan oleh perusahaan – perusahaan yang membuat produksinya berdasarkan pesanan, bentuk dan kualitas produk dibuat sesuai dengan keinginan pemesan seperti industri pesawat terbang, industri galang kapal, industri percetakan, industri mebel, dan industri mesin – mesin pesanan.

Karakteristik perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan adalah :

 Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai spesifikasi pemesanan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.

 Untuk meringkas data dan biaya yang dikeluarkan, dibuatkan kartu harga pokok untuk setiap pesanan.

 Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung


(26)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan berdasarkan tarif yang ditentukan terlebih dahulu.

2. Metode Harga Pokok Proses ( Process Costing )

Menurut Bustami (2008 : 99) : Dalam penentuan biaya proses, semua biaya yang dibebankan ke setiap departemen produksi dapat diiktisarkan dalam laporan biaya produksi untuk masing – masing departemen.”

Ada lima langkah yang perlu dilakukan untuk metode harga pokok proses, ( process costing system ) yaitu :

a. Mengidentifikasi masing pusat pengolahan

b. Mengakumulasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik untuk masing – masing pengolahan yang terpisah selama beberapa periode tertentu.

c. Mengukur keluaran masing – masing pusat pengolahan yang terpisah yang dinyatakan dalam satuan produksi ekuivalen.

d. Membagi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

overhead pabrik dengan satuan ekuivalen untuk mendapatkan harga pokok produksi satuan masing – masing pusat pengolahan yang terpisah.


(27)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

e. Menjumlahkan harga pokok satuan masing – masing pusat

pengolahan yang terpisah untuk mendapatkan total harga pokok suatu produk yang sudah jadi sepenuhnya.

Dalam penerapan metode process costing system dalam penentuan harga pokok produksi harus diperhatikan faktor – faktor sebagai berikut :

1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan 2. Jangka Waktu Proses Produksi

3. Jumlah tahap – tahap operasi atau departemen produksinya

4. Jumlah departemen dimana bahan harus ditambahkan serta akibat tambahan terhadap produk yang dihasilkan

5. Ada atau tidaknya produk yang hilang, rusak selama proses produksi berlangsung

6. Ada atau tidaknya produk dalam proses awal periode

Karakteristik perusahaan yang menggunakan metode harga pokok proses :

 Produk yang dihasilkan merupakan produk standar

 Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, tahun, dan sebagainya.

 Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah


(28)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

 Tujuan produksi tidak dimaksudkan untuk memenuhi permintaan khusus dari pelanggan tertentu. Produksi dilaksanakan untuk mengisi persediaan yang selanjutnya dijual dengan mengingat permintaan pasar yang sudah diperkirakan terlebih dahulu untuk suatu jangka waktu tertentu.

c. Langkah - langkah penyusunan laporan harga pokok produksi adalah sebagai berikut :

1. Menyusun skedul kuantitas

Skedul kuantitas mencatat unit yang menjadi tanggung jawab dari masing – masing departemen yang menunjukkan arus fisik, mulai dari persediaan awal, unit yang mulai diproses pada periode berjalan, unit yang dikeluarkan baik yang ditransfer maupun yang hilang dan persediaan akhir.

2. Menghitung unit ekuivalen dan biaya per unit

Dalam proses produksi tertentu, biasanya pada akhir periode terdapat unit yang belum selesai menjadi produk yang lazim disebut persediaan barang dalam proses. Untuk itu, total biaya produksi yang terjadi pada periode itu harus dialokasikan kepada dua jenis persediaan yaitu barang jadi dan barang dalam proses.

Oleh karena itu barang dalam proses mengkonsumsi lebih sedikit sumber daya dibandingkan unit selesai, maka pembagian total biaya dengan unit fisik tidaklah tetap. Oleh karena itu unit persediaan


(29)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

dalam proses perlu dikonversi kedalam unit yang ekuivalen dengan barang jadi, sehingga diperlukan penaksiran tingkat penyelesaian masing – masing unsur biaya produksi.

3. Pertanggungjawaban biaya departemen

Biaya yang dibebankan ke departemen menunjukkan penggabungan biaya antara persediaan awal, biaya dari unit yang diterima dari departemen terdahulu dan biaya yang terjadi pada periode yang dilaporkan.

4. Rekapitulasi biaya

Total biaya yang dikeluarkan sampai pada suatu departemen akan dialokasikan agar dapat diketahui berapa besar biaya per unit yang ditransfer dan berapa nilai persediaan yang tinggal.

Perbedaan kalkulasi harga pokok pesanan dengan kalkulasi harga pokok proses yaitu :

 Pengumpulan biaya

Kalkulasi biaya pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan kalkulasi biaya proses mengumpulkan biaya produksi per periode.

 Perhitungan harga pokok persatuan

Kalkulasi biaya pesanan menghitung harga pokok produk per unit yang dihasilkan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan


(30)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

pada pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan selesai diproduksi.

Kalkulasi biaya proses menghitung harga pokok per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah unit produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap satuan periode, biasanya akhir bulan.

d. Tujuan Perhitungan Harga Pokok Produksi

Menurut Kardinata (2000 : 80) ” Perhitungan harga pokok dalam produksi dilakukan untuk setiap tahapan proses produksi.”

Adapun tujuan perhitungan harga pokok produksi adalah : 1. Pengendalian biaya

Tujuan penentuan harga pokok produksi adalah untuk mengawasi biaya – biaya yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Suatu pengawasan berarti mencegah terjadinya penyimpangan yang akan menyebabkan perusahaan tidak berjalan dengan efisien. Dengan adanya perhitungan harga pokok untuk produk, akan diketahui biaya – biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut, sehingga pada masa yang akan datang, biaya tersebut dapat dievaluasi agar biaya dapat digunakan secara efektif dan efisien.


(31)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

2. Penetapan harga jual

Harga pokok produksi per unit adalah merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan harga jual. Dalam hal penentuan harga jual per unit, maka harga pokok produksi per unit harus diketahui dan perusahaan juga harus dapat menaksir biaya lain yang akan terjadi dalam hubungannya dengan produk serta laba yang diinginkan sehingga harga jual per unit dapat ditetapkan. Harga produk yang akan dijual harus diatas harga pokok produksi per unit sehingga laba dapat dicapai.

3. Perencanaan dan Pengukuran Prestasi

Umumnya sebelum operasi perusahaan dimulai akan dibuat terlebih dahulu suatu perencanaan mengenai kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan. Perencanaan ini dinyatakan dalam anggaran yaitu suatu rencana menyeluruh terhadap kegiatan perusahaan dan dinyatakan dalam bentuk kuantitatif per unit moneter untuk jangka waktu tertentu. Dari laporan harga pokok produksi akan diketahui bagaimana kinerjja dari para karyawan dalam menghasilkan suatu produk. Misalnya untuk menghasilkan suatu produk dengan kualitas tertentu, apakah sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Apabila perusahaan dapat memenuhi keinginan dari masyarakat atau konsumen, kemungkinan untuk pencapaian laba akan semakin besar.


(32)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

4. Penilaian persediaan

Ada beberapa jenis persediaan dalam perusahaan manufaktur, yaitu persediaan barang jadi (produk), persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan bahan penolong, dan persediaan perlengkapan. Dengan adanya laporan harga pokok produksi dapat diketahui berapa banyak persediaan dari masing – masing jenis persediaan tersebut.

Selain tujuan – tujuan tersebut ada beberapa lagi tujuan penetapan harga pokok produksi yaitu :

1. Alat perencanaan laba sehingga dapat diketahui berapa laba yang akan diperoleh dan pada tingkat harga berapa dan unit berapa tercapai break event point atau titik pulang pokok.

2. Membantu manajemen untuk mengambil keputusan khusus seperti keadaan pasar, pengadaan pesanan atau perluasan produk.

4. Penerapan Metode Process Costing System dalam Penentuan Harga Pokok Produksi

Laporan biaya produksi setiap departemen memiliki format yang beragam, dengan informasi menunjukkan:

a. Skedul kuantitas, memuat informasi produk dalam proses awal, produk masuk proses pada periode bersangkutan, produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang, produk dalam proses akhir, produk hilang, produk rusak, dan produk cacat.


(33)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

b. Biaya dibebankan, memuat informasi biaya produk dalam proses awal, biaya yang dibebankan dari departemen sebelumnya, biaya dibebankan periode bersangkutan, unit ekuivalen, dan biaya per unit masing – masing elemen biaya.

c. Pertanggungjawaban biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang, biaya produk yang hilang akhir proses, biaya produk rusak, biaya produk cacat.

Pada metode process costing, umumnya tidak semua produk yang dimasukkan dalam produk selesai pada akhir periode bersangkutan, seringkali adanya persediaan awal dan akhir dari produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian yang beragam.

Untuk pembebanan biaya apabila terdapat produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian tertentu, perlu dilakukan penyetaraan produk dalam proses tersebut menjadi produk jadi yang disebut dengan unit ekuivalen produksi atau ekuivalen produksi. Jadi unit ekuivalen produksi menunjukkan unit produk jadi dan unit produk dalam proses yang disetarakan dengan produk jadi.

Ada dua metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk dalam proses yaitu :

a. Aliran Biaya Rata – rata Tertimbang

Dengan merata – ratakan biaya penyelesaian persediaan awal produk dalam proses periode sebelumnya dengan menambahkan biaya periode


(34)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

berjalan untuk mendapatkan biaya per unit. Unit persediaan awal menerima biaya per unit yang besarnya sama dengan unit yang baru dimulai dan diselesaikan selama periode bersangkutan, sehingga semua unit yang ditransfer akan memiliki biaya per unit yang sama.

Unit ekuivalen produksi = Produk Selesai + (PDP Akhir x Tingkat Penyelesaian)

Contoh :

PT X adalah perusahaan pengolahan nanas yang dikemas dalam kaleng untuk dipasarkan didalam negeri, pengolahan dilakukan melalui satu tahapan pengolahan yaitu melalui departemen pengolahan. Pada awal Oktober perusahaan baru mulai beroperasi, dengan mengolah nanas sebanyak 8.000 kg, pada akhir Oktober produk selesai yang ditransfer ke gudang sebanyak 7600 kg, sedangkan yang 400 kg masih dalam proses dengan tingkat penyerapan bahan baku 100%, biaya tenaga kerja 70%, dan biaya overhead pabrik 75%. Biaya yang dikeluarkan untuk mengolah nanas tersebut adalah : Biaya bahan baku sebesar Rp. 6.000.000,- biaya tenaga kerja Rp.4.728.000,- dan biaya overhead pabrik Rp.3.160.000,- Diminta :


(35)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Penyelesaian :

PT X

Departemen Pengolahan Laporan Biaya Produksi Untuk bulan Oktober 2008 Skedul kuantitas

Produk Masuk Proses = 8.000 kg Produk selesai = 7.600 kg Produk Dalam Proses Akhir

(100% Bahan, 70% Tenaga Kerja, 80% BOP) =

= 8.000 kg 400 kg

Biaya dibebankan

Elemen biaya Total Unit Ekuivalen*

Bahan baku Rp 6.000.000 8.000 kg Rp 750 Biaya/kg Tenaga Kerja Rp 4.728.000 7.880 kg Rp 600 BOP Rp 3.160.000 7.900 kg

Total Rp 13.888.000 Rp 1.750 Rp 400

*Unit Ekuivalen = Produk Selesai + (PDP Akhir x Tingkat penyelesaian) Bahan baku = 7.600 kg + (400 kg x 100%) = 8.000 kg

Tenaga kerja = 7.600 kg + (400 kg x 70 %) = 7.880 kg BOP = 7.600 kg + (400 kg x 75 %) = 7.900 kg Pertanggungjawaban biaya

Biaya produk selesai ditransfer = 7.600 kg x Rp 1.750 = Rp 13.300.000 Produk dalam proses akhir:

Bahan baku = 400 kg ( 100%) x Rp 750 = Rp 300.000 Tenaga kerja = 400 kg ( 70%) x Rp 600 = Rp 168.000 BOP = 400 kg ( 75%) x Rp 400 =

Rp 120.000 +

Total Rp 13.888.000 Rp 588.000 +


(36)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Kebaikan dari metode ini adalah sederhana, dengan memperlakukan unit pada persediaan awal produk dalam proses sebagai produk periode berjalan, semua unit ekuivalen akan termasuk dalam kategori yang sama pada saat perhitungan biaya per unit. Sedangkan kelemahan metode ini mengurangi keakuratan perhitungan biaya per unit untuk output periode berjalan dan untuk unit pada persediaan awal produk dalam proses. Jika biaya per unit dalam suatu proses relatif stabil dari periode berikutnya, metode rata – rata tertimbang ini cukup akurat. Akan tetapi, jika input pabrikasi meningkat secara signifikan dari periode satu ke periode lainnya, biaya per unit output saat ini dinyatakan terlalu rendah, dan biaya per unit pada awal produk dalam proses dinyatakan terlalu tinggi. Jika menginginkan keakuratan yang lebih dalam perhitungan biaya per unit, perusahaan sebaiknya menggunakan metode FIFO.

b. Aliran Biaya FIFO (First In First Out)

Aliran biaya ini dilakukan dengan memisahkan biaya per unit yang terdapat pada persediaan awal dari biaya per unit produk yang dimasukkan dan diselesaikan pada suatu periode tertentu. Biaya produk yang ditransfer terdiri dari biaya produk dalam proses awal dari periode sebelumnya, dan biaya produk dari produk yang dimulai dan diselesaikan selama periode berjalan.

Unit Ekuivalen Produksi = Produk Selesai + (PDP Akhir x Tingkat Penyelesaian) – (PDP Awal x Tingkat Penyelesaian)


(37)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Contoh :

Persediaan awal PDP = 1.000 unit

(Tingkat penyelesaian : 100% bahan baku, 80% biaya konversi)

Produk masuk proses = 38.200 unit

Produk selesai ditransfer = 38.000 unit

Persediaan akhir PDP = 1.200 unit

(Tingkat penyelesaian : 80% bahan baku, 75% biaya konversi)

Bahan Baku Biaya Konversi (Tenaga Kerja & OHP)

Produk selesai 38.000 unit 38.000 unit

PDP Akhir

1.200x 80% 960 unit

1.200x 75% - 900 unit

PDP Awal

1000 x 100% (1000 unit)

1000 x 80%

Unit Ekuivalen 37.960 unit 38.100 unit

(800 unit)

Bahan baku :

38.000 unit + (1.200 unit x 80%) – (1.000 unit x 100%) = 37.960 unit Biaya Konversi (Tenaga Kerja dan BOP)


(38)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya dengan judul Penentuan Harga Pokok Produksi Pada PT Amal Tani Medan.

Permasalahan yang diteliti adalah apakah perhitungan harga pokok produksi telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum? Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara secara langsung kepada pihak – pihak yang terkait dengan perhitungan harga pokok produksi yaitu dengan staf keuangan, selain itu juga digunakan metode observasi, dengan pengamatan langsung terhadap aktivitas yang berhubungan dengan perhitungan harga pokok produksi.

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian tersebut perusahaan dalam menghitung harga pokok produksinya belum sesuai dengan Prinsip yang Berlaku Umum (PABU), karena semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan langsung menjadi unsur harga pokok produksi sehingga harga pokok produksi yang disajikan lebih tinggi dibanding dengan yang sebenarnya.


(39)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan langsung dengan studi deskriptif dan dengan secara langsung mendatangi objek penelitian yaitu PT Alkarin Mariendal, untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan di PT. Alkarin Mariendal yang terletak di Jl. Raya Medan Tj. Morawa Km. 6,7 No.10 Medan. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Desember 2009.

B. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini ialah : 1. Data Sekunder

Supranto (2002 : 21) mendefinisikan data sekunder adalah “data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi.”

Jenis dari data ini adalah literatur yang terdapat di perpustakaan, yang berisikan teori-teori dan keterangan-keterangan dari para pakar yang berkompeten.


(40)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

2. Data Primer

Menurut Supranto (2002 : 20) data primer adalah “ data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan / suatu organisasi langsung melalui objeknya, yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut.”

Data ini secara langsung diperoleh penulis dari objek penelitian dalam hal ini PT Alkarin Mariendal. Untuk memperoleh data ini dilakukan penelitian langsung ke perusahaan. Data-data yang diperoleh antara lain : sejarah dan struktur organisasi perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, proses produksi yang dilakukan perusahaan, serta keterangan-keterangan yang diperlukan dalam menyusun laporan harga pokok produksi produknya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Perolehan data primer tersebut dilakukan dengan cara: 1. Wawancara

Penelitian ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada pegawai yang berkaitan langsung dengan data yang dibutuhkan seperti bagian produksi, administrasi, dan pembukuan.

2. Pengamatan atau observasi

Menurut Supranto (2002 : 87),

Cara observasi ini dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan – pertanyaan, sering dipergunakan di dalam penelitian antropologi atau di dalam bidang – bidang sosial, dan ekonomi dan terutama sekali untuk penelitian dimana obyeknya tidak bisa diajak wawancara atau walaupun obyeknya orang tujuan penyelidikan dirahasiakan. Di dalam bidang ekonomi misalnya, untuk melihat


(41)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

kesibukan para karyawan yang bekerja di pabrik, sehingga bisa diketahui, apakah banyak karyawan yang menganggur atau idle. Observasi di dalam keadaan yang sebenarnya bisa dilakukan dengan atau tanpa sepengetahuan obyek yang diteliti biasanya lebih baik sebab lebih obyektif sifatnya, sedangkan apabila obyek itu tahu bahwa akan diselidiki maka kemungkinan akan memberikan jawaban – jawaban atau melakukan tindakan – tindakan yang tidak sebenarnya.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengamati langsung objek yang diteliti seperti proses produksi yang dilakukan.

3. Studi Literatur

Penulis melakukan penelitian dengan mengambil referensi dari buku-buku akuntansi dan buku-buku-buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. 4. Studi Dokumentasi

Penulis melakukan penelitian terhadap tulisan-tulisan perusahaan dan dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan judul penelitian, seperti Struktur Organisasi Perusahaan dan harga pokok perolehan.

D. Metode Analisa Data

Metode yang digunakan untuk menganalisa data pada penelitian ini adalah: 1. Metode Deskriptif

Dengan metode ini dikumpulkan data-data yang diperoleh dari perusahaan yang kemudian dianalisa guna mendapatkan keterangan yang lengkap untuk menjawab rumusan permasalahan.


(42)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

2. Metode komparatif

Metode analisis ini dilakukan dengan membandingkan teori-teori dengan praktek yang terjadi pada perusahaan.


(43)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. PT Alkarin Mariendal

a. Sejarah Singkat Pendirian Perusahaan

Perusahaan didirikan pertama sekali pada tanggal 27 Juli 1990 di Medan tepatnya di Jl. Raya Medan Tanjung Morawa Km. 6,7 No. 10.

Nama Alkarin Mariendal adalah gabungan nama – nama yang mempunyai andil besar dalam merintis perusahaan tersebut, yang terdiri dari : Alphine, Cipta Karya, dan Sumbarine. Sedangkan merk yang digunakan PT Alkarin Mariendal adalah Bandag.

Bandag berasal dari negara Amerika Serikat, yang merupakan gabungan dari nama – nama orang yang pertama kali memperkenalkan proses vulkanisir ban di USA, yaitu Bernard, Anton, Nowack, dan Darnstoedt.

PT Alkarin Mariendal menjalankan kegiatan usahanya dengan melakukan vulkanisir ban sistem dingin. Vulkanisir merupakan suatu proses reparasi ban bekas untuk memperpanjang pemakaian ban dengan mengganti bagian telapak ban yang aus (pola ban telah habis). Vulkanisir ban dapat dilakukan dengan sistem panas maupun dengan sistem dingin.


(44)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Vulkanisir sistem panas dilakukan dengan memasak ban pada suhu diatas 100˚ C, sedangkan sistem dingin dilakukan pada suhu kurang dari 100˚ C.

Proses vulkanisir sistem dingin tidak mempunyai efek samping terhadap ban dasar sehingga dapat divulkanisir berkali – kali, berbeda dengan sistem panas yang hanya dapat divulkanisir ulang sebanyak 2 – 3 kali.

Wilayah pemasaran PT Alkarin Mariendal di Sumatera adalah Aceh, Medan, Tebing Tinggi, Pekan Baru, Siantar, Kisaran, Sumatera Selatan, dan Riau.

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi didatangkan langsung dari Amerika Serikat.

Motto dari perusahaan ini adalah ” Mengolah ban lama lebih tahan dari ban baru.” Oleh karena itu motto diatas seiring dengan tujuan perusahaan yaitu menjamin kualitas produk jasa yang dikeluarkannya. b. Struktur Organisasi

Dengan memperhatikan struktur organisasi (lihat pada lampiran 1) dan membaca uraian tugas dan tanggung jawab yang telah disusun perusahaan, maka penulis dapat menjelaskan secara singkat fungsi utama dan tanggung jawab masing – masing bagian pokok dalam organisasi.


(45)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Adapun tugas dan tanggung jawab yang dimaksud adalah : 1. Direktur Utama

Direktur Utama mempunyai tugas sebagai pengatur dan pengambil keputusan yang berhubungan dengan kebijaksanaan perusahaan. Direktur utama PT Alkarin Mariendal saat ini adalah Sumbarine.

2. Direktur

Tugas dan tanggung jawab direktur adalah menyusun program kerja jangka pendek dan jangka panjang serta bersama – sama kepala bagian menyusun rencana anggaran pendapatan / pengeluaran tahunan untuk dibawa dalam rapat kerja. Jabatan direktur saat ini dipegang oleh Sadikin.

3. Sekretaris

Tugas dari sekretaris adalah menyusun dan memberikan laporan kerja karyawan kepada direktur serta menyusun jadwal direktur. Jabatan sekretaris saat ini dipegang oleh Susi.

4. Kepala Bagian Pembukuan dan Pembelian

Kepala bagian pembukuan dan pembelian memiliki tugas sebagai penilai pembukuan yang ada di perusahaan serta yang memutuskan kapan perusahaan mengadakan pembelian. Kepala bagian pembukuan dan pembelian saat ini dipegang oleh Suk Chien.


(46)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

5. Kepala Bagian Pemasaran dan Keuangan

Kepala bagian pemasaran dan keuangan disini mempunyai tugas sebagai pengatur dan perencanaan pemasaran yang ada di perusahaan serta sebagai pengatur keuangan perusahaan, yaitu sebagai pengatur segala urusan keuangan perusahaan secara internal.

6. Staf Pembelian

Staf pembelian berada langsung di bawah pengawasan kepala bagian pembukuan dan pembelian. Tugas dari staf pembelian adalah melakukan kontrak pembelian persediaan yang dibutuhkan perusahaan dengan pemasok yang mana persediaan bahan baku ini didatangkan langsung dari Amerika Serikat.

7. Staf Pembukuan

Staf pembukuan ini berada di bawah kepala bagian pembukuan dan keuangan. Tugas dari staf pembukuan ini adalah mencatat transaksi harian yang terjadi di perusahaan.

8. Kepala Produksi

Kepala produksi bertanggung jawab dan berada langsung dibawah pengawasan kepala bagian pemasaran dan keuangan. Tugas dari kepada produksi yaitu sebagai pengawas produksi di perusahaan.


(47)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

9. Salesman

Salesman bertanggung jawab dan berada langsung dibawah pengawasan kepala bagian pemasaran dan keuangan. Tugas dari salesman ini adalah mencari pelanggan, dan memasarkan jasa vulkanisir ban kepada pelanggan.

10. Staf Pemasaran

Staf pemasaran bertanggung jawab dan berada langsung di bawah pengawasan kepala bagian pemasaran dan keuangan. Tugas dari staf pemasaran ini sebenarnya hampir sama dengan salesman.

c. Proses Produksi Ban Vulkanisir

Vulkanisir ban sistem dingin oleh PT Alkarin Mariendal akan melewati tahapan – tahapan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Awal ( Initial Inspection)

Proses ini dilakukan dengan menyeleksi ban untuk menguji kelayakan apakah ban dapat divulkanisir atau tidak, sekaligus untuk menjamin hasil vulkanisir yang terbaik. Tahap ini dilakukan oleh teknisi yang telah dilatih dan mendapat sertifikat dari Bandag USA. 2. Pemarutan ( Buffing)

Pada tahapan ini sisa telapak ban diparut sesuai dengan kondisi pemakaian, sehingga menjamin pemakaian telapak ban yang merata. Pemarutan dilakukan dengan mesing yang dirancang khusus oleh Bandag USA.


(48)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

3. Skivving dan Cementing

Pada tahap ini ban diperiksa untuk menjamin ban benar – benar bersih dari kotoran sehingga dapat menjamin pemakaian bahan kimia yang merata pada ban. Selanjutnya dilakukan penyemprotan bahan kimia yakni campuran cement, solvent, dan hexane untuk meratakan permukaan ban sekaligus sebagai perekat pada ban.

4. Perbaikan ( Repairing )

Pada tahap perbaikan ini, ban yang mempunyai luka ditambal dengan menggunakan bahan repair untuk mengembalikan kekuatan ban seperti semula.

5. Pemasangan Telapak ( Building )

Pemasangan telapak ban menggunakan perekat khusus (cushion gum), dan dikerjakan dengan mesin yang dirancang khusus sehingga menjamin penempatan telapak ban yang sempurna. Setelah itu ban dibungkus dengan plastik kemudian dengan amplop ban (envelope) yang terbuat dari karet fleksibel untuk membungkus ban dan telapak sehingga tidak merubah bentuk ban asli.

6. Pemasakan Sistem Dingin ( Curing )

Proses pemasakan dilakukan di dalam mesin chamber dengan suhu kurang dari 100˚ C. Dalam sebuah chamber dapat dimasak sebanyak 22 ban. Proses pemasakan diatur dan dimonitor secara elektronik, dengan waktu memasak selama 5 jam.


(49)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Suhu yang rendah (kurang dari 100˚ C) tidak merusak ban dalam sehingga jangka waktu pemakaian lebih panjang, dan dapat divulkanisir hingga 5 kali.

7. Pemeriksaan Akhir ( Final Inspection )

Tahap akhir ini dilakukan oleh teknisi untuk menjamin hasil vulkanisir dengan mutu yang terbaik.

Pada PT Alkarin Mariendal setiap bahan yang diproduksi akan selalu diproses menjadi produk jadi setiap harinya, sehingga tidak terdapat barang dalam proses.

Ban vulkanisir yang telah dihasilkan oleh PT Alkarin Mariendal dijual seharga Rp. 650.000 sampai Rp. 750.000.

Kuantitas yang dihasilkan per bulan berkisar antara 1200 sampai 1500 ban vulkanisir.

2. Biaya Produksi PT Alkarin Mariendal

Berdasarkan data yang telah penulis peroleh di perusahaan, maka yang menjadi biaya produksi pada PT Alkarin Mariendal terbagi atas tiga, yaitu biaya bahan bakun langsung, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. a. Biaya bahan baku

Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi ban ini terdiri dari 2 jenis yaitu bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung.


(50)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

• Biaya bahan baku langsung

Bahan baku langsung yang digunakan terdiri dari tiga jenis yaitu : 1. Tapak karet

Tapak karet yang digunakan terbuat dari bahan bermutu tinggi, sintetis 100% lebih kenyal, kokoh, lebih tahan dari ban baru dan jauh lebih tahan dari vulkanisir biasa.

Adapun jenis – jenis tapak karet yang digunakan adalah : Radial Plus, Highway, Lug Trac, Rock Lug Modified, Lug Logger, Grader, Build Up, Brawny Rib, Brawny Rib with MilEdges, Brawny Lug, PA 6 with MilEdges, dan Cross Bar.

2. Cushion Gum

Cushion gum merupakan perekat khusus yang digunakan untuk pemasangan telapak ban.

3. Cement, Solvent, dan Hexane

Merupakan zat kimia yang digunakan sebagai campuran perekat agar ban tidak terkontaminasi dengan bahan – bahan lain.

• Biaya bahan baku tidak langsung

Bahan baku tidak langsung dalam vulkanisir ban sistem dingin terdiri dari ban dalam, selendang ban, plastik ban, dan pembungkus karet.


(51)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Berikut ini adalah tabel jumlah bahan yang diperlukan dalam vulkanisir ban untuk bulan Mei 2009 beserta daftar harga dari masing – masing bahan.

Tabel 4.1 Bahan yang digunakan bulan Mei 2009

No Jenis Bahan Jumlah (Kg) Harga / Kg

(Rp)

Total harga (Rp) Bahan baku Langsung

1 Telapak Ban 14000 40,000 560,000,000

2 Cushion Gum 2500 25,000 62,500,000

3 Cement 4 200,000 800,000

4 Solvent 1 2,000,000 2,000,000

5 Hexane 1 2,000,000 2,000,000

Total 627,300,000

Bahan Baku Tidak Langsung

1 Ban Dalam 30 200,000 6,000,000

2 Selendang Ban 30 20,000 600,000

3 Pembungkus Karet 30 40,000 1,200,000


(52)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

PT Alkarin Mariendal melakukan sistem pencatatan persediaan dengan menggunakan sistem perpetual, dimana setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Bahan – bahan tersebut memiliki kartu persediaan masing – masing, sehingga penggunaannya dapat diawasi dan pihak manajemen dapat mengetahui berapa persediaan bahan baku yang masih tersisa.

Kartu persediaan tersebut terdiri atas kolom tanggal, keterangan, masuk,dan sisa. Kolom tanggal digunakan untuk mencatat tanggal transaksi yang terjadi, kolom keterangan berfungsi untuk menjelaskan kemana atau untuk keperluan apa bahan tersebut digunakan. Kolom masuk berisikan jumlah bahan yang masuk, dan biasanya berhubungan dengan pembelian. Kolom keluar berisikan jumlah bahan yang dikeluarkan atau digunakan dalam proses produksi, dan kolom sisa berisikan jumlah saldo dari bahan tersebut.

b. Biaya Tenaga Kerja

Pemberian gaji karyawan pada PT Alkarin Mariendal ditentukan berdasarkan jabatan masing – masing serta lamanya bekerja. Pemberian gaji dilakukan secara bulanan.

Jumlah karyawan dalam proses produksi ban vulkanisir berjumlah 14 orang, yang terdiri dari 12 orang tenaga kerja langsung dan 2 orang mandor.


(53)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Berikut adalah ketentuan mengenai biaya tenaga kerja pada PT Alkarin Mariendal :

a. Gaji pokok untuk tenaga kerja langsung Rp 45.000,00 per hari dan untuk mandor sebesar Rp 60.000,00 per hari.

b. Tunjangan – tunjangan yang diberikan untuk setiap karyawan adalah sebagai berikut :

 Tunjangan asuransi sebesar Rp 37.500,00 per bulan

 Tunjangan transport dan makan sebesar Rp 20.000,00 per hari

Sehingga dapat dihitung biaya tenaga kerja pada PT Alkarin Mariendal untuk bulan Mei 2009 adalah sebagai berikut :

Biaya tenaga kerja langsung (12 orang) a. Gaji pokok @ Rp 45.000 (25 hari)

Rp 45.000,00 x 12 orang x 25 hari Rp 13.500.000,00 b. Tunjangan asuransi

Rp 37.500,00 x 12 orang Rp 450.000,00

c. Tunjangan transport dan makan Rp 20.000,00 x 12 orang x 25 hari

Jumlah Rp 19.950.000,00

Rp 6.000.000,00

Biaya gaji mandor :

a. Gaji pokok @ Rp 60.000,00 (25 hari)


(54)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

b. Tunjangan asuransi

Rp 30.000,00 x 2 orang Rp 60.000,00

c. Tunjangan transport dan makan

Rp 20.000,00 x 2 orang x 25 hari Rp 1.000.000,00

Jumlah Rp 4.060.000,00

c. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik yang ada pada PT Alkarin Mariendal adalah biaya bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik, biaya air, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya penyusutan mesin, dan biaya perlengkapan pabrik.

Total biaya listrik yang dibayarkan pada bulan Mei 2009 sebagaimana diperoleh dari PT Alkarin Mariendal adalah sebesar Rp 14.812.210,00. Pada PT Alkarin Mariendal, produksi ban vulkanisir meliputi 70% dari aktivitas perusahaan, sehingga dari persentase biaya tersebut, maka biaya listrik yang diperkirakan untuk memproduksi ban adalah :

Biaya listrik = 70% x Rp 14.812.210,00 = Rp 10.368.547,00

Total biaya air untuk bulan Mei 2009 adalah sebesar Rp 512.100,00 yang dialokasikan seluruhnya dalam produksi ban vulkanisir.

Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang, dan biaya jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan mesin – mesin dan kendaraan.


(55)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin pada bulan Mei 2009 adalah sebesar Rp 5.877.850,00

Biaya penyusutan mesin ditetapkan tiap bulan sebesar Rp 11.725.000,00

Yang termasuk dalam biaya perlengkapan pabrik adalah biaya solar, biaya oli, dan biaya rupa – rupa. Total biaya perlengkapan pabrik untuk bulan Mei 2009 adalah sebesar Rp 14.376.503,00

Jadi total biaya overhead pabrik selama bulan Mei 2009 adalah Rp 54.720.000

3. Penerapan Metode Process Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Perusahaan ini menghitung harga pokok produksi berdasarkan biaya – biaya yang benar terjadi dan dihitung pada akhir periode. Penentuan harga pokok produksi pada PT Alkarin Mariendal adalah dengan metode process costing, dimana harga pokok per unit diperoleh dengan membagi semua biaya produksi dengan jumlah unit produksi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis dan berdasarkan data pada perusahaan, untuk harga pokok produksi per unit perusahaan membagi seluruh biaya – biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi ban vulkanisir dengan jumlah ban vulkanisir yang diproduksi.

Pada bulan Mei 2009, perusahaan melakukan vulkanisir ban sebanyak 1500 unit ban, pada akhir Mei produk selesai yang ditransfer ke gudang sebanyak 1200 unit, sedangkan yang 300 unit masih dalam proses dengan


(56)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

tingkat penyerapan biaya bahan baku 100%, biaya tenaga kerja 75%, dan biaya overhead pabrik 80%.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat kita lihat perhitungan harga pokok produksi pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Laporan Biaya Produksi Bulan Mei 2009 PT Alkarin Mariendal

Laporan Biaya Produksi Untuk bulan Mei 2009 Produk masuk proses = 1500 unit

Produk selesai = 1200 unit Produk dalam proses akhir = 300 unit (100% Bahan, 75% Tenaga kerja, 80 % BOP) = 1500 unit

Biaya Dibebankan

Elemen Biaya Total Unit Ekuivalen* Biaya/kg Bahan baku Rp. 627.300.000 1.500 unit Rp. 418.200

Tenaga Kerja Rp. 19.950.000 1.425 unit Rp. 14.000

Overhead Pabrik Rp. 54.720.000 1.440 unit Rp. 38.000 Total Rp 701.970.000 Rp. 470.200 *Unit Ekuivalen

Bahan Baku = 1200 unit + (300 unit x 100%) = 1.500 unit Tenaga kerja = 1200 unit + (300 unit x 75%) = 1.425 unit Overhead Pabrik = 1200 unit + (300 unit x 80%) = 1.440 unit Pertanggungjawaban biaya

Biaya produk selesai = 1.200 x Rp 470.200 Rp 564.240.000 Produk Dalam Proses Akhir :


(57)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Tenaga kerja = 300 unit ( 75%) x Rp 14.000 = Rp 3.150.000 BOP = 300 unit ( 80%) x Rp 38.000 =

Rp 9.120.000

Rp 137.730.000+ Total Rp 701.970.000

Harga pokok produksi per unit adalah harga pokok produksi dibagi jumlah produksi, dimana jumlah produksi pada bulan Mei 2009 adalah 1500 ban vulkanisir, maka harga pokok produksi per unit dapat dihitung Rp 695.232.497,00 : 1500 unit menjadi Rp 463.489,00.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Biaya Produksi dalam Penentuan Harga Pokok Produksi

Berdasarkan penggolongan dan pengalokasian unsur – unsur harga pokok produksi yang dibuat PT Alkarin Mariendal dalam menghitung harga pokok produksi, maka dapat disimpulkan bahwa pengalokasian biaya – biaya masih belum sesuai dikarenakan masih adanya biaya yang tidak dimasukkan dalam harga pokok produksi. Sehingga harga pokok produksi menjadi lebih kecil, dimana biaya – biaya tersebut dimasukkan kedalam beban operasional.


(58)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Berdasarkan data – data yang diperoleh penulis dari perusahaan maka biaya produksi yang termasuk dalam harga pokok produksi adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. a. Biaya bahan baku langsung

Menurut perhitungan perusahaan biaya pembelian, pengangkutan, dan impor masuk dibebankan kedalam beban operasional, seharusnya sebagian biaya pembelian, pengangkutan dan impor masuk dialokasikan kedalam kelompok biaya overhead pabrik.

b. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung telah sesuai dialokasikan dalam penentuan harga pokok produksi, yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan asuransi, tunjangan transport dan uang makan, dimana tenaga kerja langsung tersebut adalah karyawan – karyawan yang langsung terlibat dalam proses produksi ban vulkanisir.

c. Biaya Overhead pabrik

Setelah dianalisa ternyata masih banyak biaya – biaya yang seharusnya dialokasikan kedalam harga pokok produksi, tetapi pada perusahaan dialokasikan kedalam beban operasional, misalnya biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya impor masuk, dan harus ditambahkan adalah biaya penyusutan bangunan perusahaan.

2. Analisa Penerapan Metode Process Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi


(59)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada Bab II, disebutkan bahwa dalam metode perhitungan harga pokok produksi sesungguhnya (actual cost) biasanya digunakan pada metode process costing yang menggunakan pencatatan persediaan dengan sistem periodic, namun pada perusahaan menggunakan sistem pencatatan persediaan perpetual yang lebih tepat digunakan pada job order costing.

Perhitungan harga pokok produksi pada PT Alkarin Mariendal adalah dengan cara menjumlahkan semua biaya – biaya yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik dengan membagikan kepada volume produksi pada bulan yang sama. Perhitungan yang dibuat oleh perusahaan menurut penulis belum tepat karena pembebanan dan pengalokasian yang belum wajar, hal ini dapat dilihat dari biaya – biaya yang seharusnya dialokasikan pada harga pokok produksi, tetapi dialokasikan kedalam beban operasional, seperti biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya impor masuk.

Menurut penulis, perusahaan juga perlu menambahkan biaya penyusutan gedung perusahaan, bukan hanya memperhitungkan biaya penyusutan mesin dan kendaraan.


(60)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah menganalisa penerapan zmetode process costing dalam penentuan harga pokok produksi yang disajikan oleh perusahaan, maka penulis sampai kepada kesimpulan yang mungkin berguna dan bermanfaat terutama bagi PT Alkarin Mariendal dalam menyajikan laporan harga pokok produksi yang lebih tepat dan wajar.

Adapun kesimpulan yang diambil penulis adalah :

1. PT Alkarin Mariendal merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri vulkanisir ban, yang melakukan proses reparasi ban bekas untuk memperpanjang masan pemakaian ban dengan system dingin.

2. Perusahaan dalam menghitung harga pokok produksinya masih belum sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum sehingga harga pokok produksi yang disajikan oleh perusahaan belum wajar atau tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dimana masih ada biaya yang seharusnya dialokasikan kedalam harga pokok produksi, tetapi dialokasikan kedalam beban operasional.

3. Pengalokasian pembebanan biaya yang tidak wajar mengakibatkan harga pokok produksi yang disajikan oleh perusahaan lebih rendah dibanding yang sebenarnya.


(61)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan adalah :

1. Dalam menghitung harga pokok produksi perusahaan hendaknya mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga perhitungan harga pokok produksi yang disajikan lebih tepat dan wajar.

2. Dalam pembebanan biaya, unsur – unsur biaya yang seharusnya dibebankan kedalam biaya produksi agar dipisahkan dengan tegas dari unsur biaya operasi. Dalam hal ini perusahaan harus dapat membedakan mana yang berhubungan dengan biaya produksi dan mana yang berhubungan dengan biaya operasi.


(62)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Bastian dan Nurlela, 2008, Akuntansi Biaya, Jakarta : Mitra Wacana Media Carter and Usry, 2002, Cost Accounting, 13th Edition, Singapore : Thomson

Carter dan Usry, 2002. Akuntansi Biaya, Edisi Tiga Belas, Jakarta : Salemba Empat Jurusan Akuntansi, 2004, Buku Petunjuk Penulisan Proposal Penelitian dan

Penulisan Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Kholmi, Masiyah dan Yuningsih, 2007, Akuntansi Biaya, Jakarta : UMM Press LaolyYulifati, 2004, Akuntansi Biaya, Diktat Kuliah, Medan : Politeknik Negeri


(1)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Tenaga kerja = 300 unit ( 75%) x Rp 14.000 = Rp 3.150.000 BOP = 300 unit ( 80%) x Rp 38.000 =

Rp 9.120.000

Rp 137.730.000+ Total Rp 701.970.000

Harga pokok produksi per unit adalah harga pokok produksi dibagi jumlah produksi, dimana jumlah produksi pada bulan Mei 2009 adalah 1500 ban vulkanisir, maka harga pokok produksi per unit dapat dihitung Rp 695.232.497,00 : 1500 unit menjadi Rp 463.489,00.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Biaya Produksi dalam Penentuan Harga Pokok Produksi

Berdasarkan penggolongan dan pengalokasian unsur – unsur harga pokok produksi yang dibuat PT Alkarin Mariendal dalam menghitung harga pokok produksi, maka dapat disimpulkan bahwa pengalokasian biaya – biaya masih belum sesuai dikarenakan masih adanya biaya yang tidak dimasukkan dalam harga pokok produksi. Sehingga harga pokok produksi menjadi lebih kecil, dimana biaya – biaya tersebut dimasukkan kedalam beban operasional.


(2)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Berdasarkan data – data yang diperoleh penulis dari perusahaan maka biaya produksi yang termasuk dalam harga pokok produksi adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. a. Biaya bahan baku langsung

Menurut perhitungan perusahaan biaya pembelian, pengangkutan, dan impor masuk dibebankan kedalam beban operasional, seharusnya sebagian biaya pembelian, pengangkutan dan impor masuk dialokasikan kedalam kelompok biaya overhead pabrik.

b. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung telah sesuai dialokasikan dalam penentuan harga pokok produksi, yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan asuransi, tunjangan transport dan uang makan, dimana tenaga kerja langsung tersebut adalah karyawan – karyawan yang langsung terlibat dalam proses produksi ban vulkanisir.

c. Biaya Overhead pabrik

Setelah dianalisa ternyata masih banyak biaya – biaya yang seharusnya dialokasikan kedalam harga pokok produksi, tetapi pada perusahaan dialokasikan kedalam beban operasional, misalnya biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya impor masuk, dan harus ditambahkan adalah biaya penyusutan bangunan perusahaan.

2. Analisa Penerapan Metode Process Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi


(3)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada Bab II, disebutkan bahwa dalam metode perhitungan harga pokok produksi sesungguhnya (actual cost) biasanya digunakan pada metode process costing yang menggunakan pencatatan persediaan dengan sistem periodic, namun pada perusahaan menggunakan sistem pencatatan persediaan perpetual yang lebih tepat digunakan pada job order costing.

Perhitungan harga pokok produksi pada PT Alkarin Mariendal adalah dengan cara menjumlahkan semua biaya – biaya yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik dengan membagikan kepada volume produksi pada bulan yang sama. Perhitungan yang dibuat oleh perusahaan menurut penulis belum tepat karena pembebanan dan pengalokasian yang belum wajar, hal ini dapat dilihat dari biaya – biaya yang seharusnya dialokasikan pada harga pokok produksi, tetapi dialokasikan kedalam beban operasional, seperti biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya impor masuk.

Menurut penulis, perusahaan juga perlu menambahkan biaya penyusutan gedung perusahaan, bukan hanya memperhitungkan biaya penyusutan mesin dan kendaraan.


(4)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah menganalisa penerapan zmetode process costing dalam penentuan harga pokok produksi yang disajikan oleh perusahaan, maka penulis sampai kepada kesimpulan yang mungkin berguna dan bermanfaat terutama bagi PT Alkarin Mariendal dalam menyajikan laporan harga pokok produksi yang lebih tepat dan wajar.

Adapun kesimpulan yang diambil penulis adalah :

1. PT Alkarin Mariendal merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri vulkanisir ban, yang melakukan proses reparasi ban bekas untuk memperpanjang masan pemakaian ban dengan system dingin.

2. Perusahaan dalam menghitung harga pokok produksinya masih belum sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum sehingga harga pokok produksi yang disajikan oleh perusahaan belum wajar atau tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dimana masih ada biaya yang seharusnya dialokasikan kedalam harga pokok produksi, tetapi dialokasikan kedalam beban operasional.

3. Pengalokasian pembebanan biaya yang tidak wajar mengakibatkan harga pokok produksi yang disajikan oleh perusahaan lebih rendah dibanding yang sebenarnya.


(5)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan adalah :

1. Dalam menghitung harga pokok produksi perusahaan hendaknya mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga perhitungan harga pokok produksi yang disajikan lebih tepat dan wajar.

2. Dalam pembebanan biaya, unsur – unsur biaya yang seharusnya dibebankan kedalam biaya produksi agar dipisahkan dengan tegas dari unsur biaya operasi. Dalam hal ini perusahaan harus dapat membedakan mana yang berhubungan dengan biaya produksi dan mana yang berhubungan dengan biaya operasi.


(6)

Dewi Amorita : Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin Pt Alkarin Mariendal, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Bastian dan Nurlela, 2008, Akuntansi Biaya, Jakarta : Mitra Wacana Media Carter and Usry, 2002, Cost Accounting, 13th Edition, Singapore : Thomson

Carter dan Usry, 2002. Akuntansi Biaya, Edisi Tiga Belas, Jakarta : Salemba Empat Jurusan Akuntansi, 2004, Buku Petunjuk Penulisan Proposal Penelitian dan

Penulisan Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Kholmi, Masiyah dan Yuningsih, 2007, Akuntansi Biaya, Jakarta : UMM Press LaolyYulifati, 2004, Akuntansi Biaya, Diktat Kuliah, Medan : Politeknik Negeri