EFEKTIVITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) UNTUK MEMBUNUH LARVA NYAMUK Anopheles aconitus INSTAR III
EFEKTIVITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) UNTUK
MEMBUNUH LARVA NYAMUK Anopheles aconitus INSTAR III
Surya Nopianti, Dwi Astuti dan Sri Darnoto
Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstract
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) contains akaloids and saponins, which possess larvacidal
properties. This study was aimed to find out the effectiveness of Averrhoa bilimbi L. juice to kill Anopheles
aconitus instar III larvae. It was an experimental study with post-test-only-with-control-group design, in which
the subjects were divided into two groups, i.e. a treatment and control groups. Each treatment as well as
control group consisted of 25 mosquito larvae, and the treatments were given in quadruplicate. The death
rates of larvae treated with 2.0%, 2,5%, 3,0%, 3,5%, 4,0%, 4,5%, and 5% of Averrhoa bilimbi L. juice were
71%, 79%, 84%, 92%, 96%, 100% and 100%. Kruskall-Wallis analysis to the data revealed that there was
significant influence between the treatment and the larvae death at the dose 4,5%, with p=0,000 < α = 0,01.
Keywords: Averrhoa bilimbi L., Averrhoa bilimbi L. juice, Larvacide, Anopheles aconitus instar III larvae
Berdasarkan
hasil
pencatatan
dan
Penyakit malaria adalah penyakit yang
pelaporan Dinas Kesehatan pada tahun
disebabkan oleh parasit protozoa yang
1998 di pulau jawa dan Bali dari 18 kasus
disebut
, yang hanya dapat
per
mikroskop.
Penyakit
peningkatan pada tahun 2000 yaitu 48
malaria ditularkan dari penderita ke
kasus per 100 ribu penduduk. Di luar
orang yang sehat oleh nyamuk
.
Jawa dan Bali peningkatan terjadi dari
suatu
1.750 per 100 ribu penduduk pada tahun
penyakit ekologis. Penyakit ini sangat
1998 menjadi 2.800 per 100 ribu penduduk
dipengaruhi
kondisi kondisi
pada tahun 2000. Dari hasil pencatatan
lingkungan yang memungkinkan nyamuk
dan pelaporan Dinas Kesehatan tahun
untuk berkembang biak dan berpotensi
1993, API 2 (
melakukan kontak dengan manusia dan
rata rata mencapai 63% Menurut Dinas
menularkan parasit malaria. Oleh karena
Kesehatan saat ini tercacat 107 juta
itu, pemberantasan malaria tetap menjadi
penduduk Indonesia yang tinggal di
salah satu prioritas dalam pemberantasan
daerah beresiko tertular malaria yang
penyakit menular yang dilakukan oleh
tersebar di 310 kabupaten/kota atau
dilihat
Penyakit
dengan
malaria
Departemen
oleh
merupakan
Kesehatan
100
ribu
penduduk
!
mengalami
" #
#)
Indonesia.
Averrhoa bilimbi
103
sekitar 70,3% dari total kabupaten di
juga
Indonesia. (Depkes, 2007).
penyakit malaria.
Kasus luar
biasa
malaria
diperhatikan
dalam
Shanmugam
dapat
pencegahan
(2006)
melaporkan
dicegah meskipun pada tahun 2006 dan
bahwa berdasarkan penelitian ekstrak jus
2007 telah terjadi kejadian luar biasa dan
asam jawa (4
peningkatan
daya larvasida yang efektif terhadap larva
kasus
malaria
pada
8
# ) mempunyai
kabupaten di 8 propinsi yang meliputi
nyamuk
. Sehingga semakin
20.331 jiwa penduduk, 12 desa dengan
tinggi konsentrasi ekstrak jus asam jawa
1.051 kasus positif, dan 23 diantaranya
maka mortalitasnya meningkat.
Berdasarkan
berakhir dengan kematian (Depkes, 2007).
dari
penelitian
Tengah pada tahun 2005 kasus klinis
penggunaan bahan bahan yang terdapat
malaria berjumlah 222.704 yang tersebar
di alam yang lebih aman untuk manusia
di 28 kabupaten/kota. Dibanding pada
dan lingkungan, serta sumbernya tersedia
tahun 2004 jumlah kasus klinis maupun
di alam dalam jumlah besar. Berbagai
positif malaria di Jawa Tengah mengalami
jenis tumbuhan berfungsi sebagai sumber
penurunan. Berdasarkan data dari DKK
hayati
Sukoharjo di bagian Penanggulangan dan
diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai
Pemberantasan
insektisida.
(P2P),
pada
penting
kepada
bagi
manusia,
Tanaman belimbing wuluh (
tahun 2005 terdapat 3 kasus penyakit
L.) telah dimanfaatkan sebagai obat
malaria. Sedangkan pada tahun 2006
tradisional. Adapun kandungan kimia
terdapat 2 kasus.
Upaya
yang
mengarah
hasil
Berdasarkan data dari provinsi Jawa
penyakit
terlihat
beberapa
yang
dilakukan
dalam
dari belimbing wuluh (
L.)
pemberantasan penyakit malaria adalah
yaitu alkaloid, saponin, dan flavonoid
pencarian
penderita,
(Litbangkes, 2001). Saponin merupakan
memutus
golongan senyawa triterpennoid yang
dan
pengendalian
pengobatan
vektor
untuk
mata rantai penularan, serta peningkatan
dapat
digunakan
sebagai
insektisida
pengetahuan
(Mawuntyas dan Tjandra, 2006).
masyarakat
tentang
penyakit
malaria
Tujuan penelitian ini adalah: (1)
(Achmadi, 2005). Pemberantasan nyamuk
untuk mengetahui pengaruh pemberian
meliputi
air
pemberantasan
pengendalian
tempat
perasan
buah
perindukan, larva dan nyamuk dewasa.
(
Larva diberantas dengan menggunakan
larva nyamuk
insektisida,
dengan
(2)
pemangsa
larva.
diberantas
memelihara
Nyamuk
dengan
ikan
dewasa
104
$
%
&"
wuluh
L.) terhadap kematian
untuk
#
mengetahui
instar III;
efektivitas
air
perasan buah belimbing wuluh (
L.)
insektisida.
Perlindungan 3 orang orang yang rentan
belimbing
terhadap
nyamuk
'()(*)+,'& -.
"&
#
. ,& /
0
kematian
larva
instar III dan
1 ,223 , Hal 103 114
(3) untuk mengetahui dosis penambahan
B2P2VRP Salatiga dengan usia yang sama.
air
Larva
perasan
buah
(
belimbing
wuluh
L.) yang efektif untuk
membunuh
larva
III
berukuran
45
mm
berumur ± 2 hari setelah telur menetas.
Larva
nyamuk
instar III dipilih
#
karena ukurannya sudah cukup besar dan
instar III.
#
instar
Manfaat dari penelitian ini adalah
mudah untuk diidentifikasi serta belum
kepada
akan menjadi pupa selama penelitian
masyarakat mengenai pengendalian larva
dilakukan Besar sampel yang digunakan
yaitu dengan air perasan buah belimbing
adalah 25 ekor larva setiap perlakuan
wuluh (
pada
memberikan
informasi
L.) sehingga
masyarakat
dapat
terlindung
dari
masing masing
dosis
maupun
kontrol. Dilakukan pengulangan sebanyak
empat kali. Sehingga jumlah sampel larva
penyakit malaria
keseluruhan
yang
dibutuhkan
adalah
sebanyak 800 ekor larva karena metode
Jenis
adalah
penelitian
jenis
yang
penelitian
dilakukan
yang digunakan dalam penelitian ini
eksperimental
adalah metode Rancang Acak Kelompok
quasi dengan rancangan penelitian
*
(RAK) yaitu penelitian dilakukan dengan
, dimana
menggunakan 7 macam dosis perlakuan,
objek penelitian ini dibagi menjadi dua
untuk setiap perlakuan masing masing
kelompok perlakuan. Kelompok pertama
dilakukan 4 kali replikasi.
5
disebut
#
sebagai
kelompok
perlakuan,
Pemilihan sampel dilakukan dengan
yaitu kelompok yang diberi air perasan
cara
buah belimbing wuluh (
subjek
L.) dengan dosis yang berbeda. Kelompok
kesempatan yang sama terpilih ataupun
yang kedua disebut sebagai kelompok
dipilih sebagai sampel, setiap elemen
kontrol, yaitu kelompok yang tidak diberi
diseleksi
air
Kontrol dalam penelitian ini adalah larva
perasan
(
buah
belimbing
wuluh
yaitu setiap
dalam
secara
L.).
bulan
Juli
2008.
Tempat
penelitian
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua larva hasil pembiakan
#
instar III di B2P2VRP Salatiga.
Sedangkan sampel adalah larva
#
diberi
random
mempunyai
atau
acak.
instar III yang tidak
#
Waktu penelitian dilaksanakan pada
populasi
tambahan
air
perasan
belimbing wuluh (
buah
L.)
pada air (media) atau pada #
nya.
Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menyebabkan
berubahnya nilai dari variabel terikat dan
merupakan
variabel
pengaruh
yang
paling diutamakan dalam penelitian ini
instar III hasil pembiakan di
Averrhoa bilimbi
105
adalah dosis air perasan buah belimbing
dengan air mengalir. Kemudian dipotong
wuluh (
potong
L.).
Variabel terikat adalah variabel yang
untuk
memperoleh
mempermudah
hasil
sarian.
dalam
Langkah
diduga nilainya akan berubah karena
selanjutnya potongan buah belimbing
adanya pengaruh dari variabel bebas
wuluh (
dalam penelitian ini adalah jumlah larva
untuk memperoleh larutan uji. Hasil dari
nyamuk
blenderan disaring dengan menggunakan
yang mati
#
sebagai objek perlakuan.
Variabel
yang
kendali
diduga
L.) diblender
kertas saring, agar didapatkan hasil yang
adalah
berpengaruh
variabel
bagus dan tidak terdapat endapan. Cara
terhadap
kerja pada penelitian ini meliputi: (1)
variabel terikat, tetapi dalam penelitian ini
Menyiapkan gelas plastik (#
) yang akan
diupayakan
digunakan
empat
agar
pengaruhnya
sama
terhadap
variabel
terikat,
dalam
penelitian
ini
adalah
jumlah
sebanyak
32,
#
digunakan untuk kontrol dan 28 #
larva
untuk perlakuan yang berisi berbagai
nyamuk, umur larva nyamuk, jenis larva,
dosis air perasan buah belimbing wuluh
waktu kontak larva, suhu, kelembaban
(
ruangan dan asal air.
perasan buah belimbing wuluh (
L.), (2) Memasukkan air
Variabel pengganggu adalah variabel
L.) dengan dosis: (a) Dosis 0% : 0
pengaruh yang tidak termasuk kelompok
ml air perasan ditambah 100 ml air, (b)
variabel bebas dan variabel kendali, yang
Dosis 2,0% : 2,0 ml air perasan ditambah
diduga berpengaruh terhadap variabel
98 ml air, (c) Dosis 2,5% : 2,5 ml air
terikat namun dalam penelitian ini tidak
perasan ditambah 97,5 ml air, (d) Dosis
diutamakan yaitu pH.
3,0% : 3,0 ml air perasan ditambah 97 ml
Langkah langkah penelitian meliputi:
air, (e) Dosis 3,5% : 3,5 ml air perasan
Pembuatan larutan uji, pembuatan larutan uji
ditambah 96,5 ml air, (f) Dosis 4,0% : 4,0
dilakukan dengan cara perasan. Cara perasan
ml air perasan ditambah 96 ml air, (g)
digunakan untuk memperoleh sari perasan
Dosis 4,5% : 4,5 ml air perasan ditambah
sebagai material awal digunakan tumbuhan
segar yang dihaluskan. Sari perasan adalah
larutan dalam air dan memiliki seluruh bahan
yang terkandung dalam tumbuhan segarnya,
95,5 ml air, dan (h) Dosis 5,0% : 5,0 ml air
perasan
ditambah
95
ml
air.
(3)
Menghomogenkan atau mencampurkan
sebanding dengan material awalnya yang
air perasan buah belimbing wuluh dengan
tetap tinggal hanyalah bahan yang tidak
aquadest sesuai dosis, (4) Mengukur pH,
terlarut (Voight, 1995).
suhu larutan dan kelembaban ruangan, (5)
Menaruh larva nyamuk ke dalam #
Buah belimbing wuluh (
L.) dikupas, dicuci bersih untuk
menghilangkan kotoran yang menempel
masing masing
25
ekor
larva,
,
(6)
Percobaan no (1) sampai (5) dilakukan
pengulangan sebanyak 4 kali, dan (7)
106
$
%
&"
'()(*)+,'& -.
"&
. ,& /
0
1 ,223 , Hal 103 114
Mencatat jumlah larva yang mati setelah
Dari hasil pengamatan pada saat
kontak selama 24 jam.
Pengolahan data dilakukan dengan
penelitian yang telah dilakukan pada 4
yaitu mengoreksi data
kali pengulangan perlakuan selama 24
yang diperoleh dari hasil pengamatan
jam terhadap dosis yang digunakan pada
dengan mengulang perhitungan observasi
air
pada masing masing perlakuan untuk
(
menghitung jumlah larva yang mati, (2)
kematian larva pada Tabel 2 :
cara: (1)
perasan
buah
belimbing
wuluh
L.) diperoleh jumlah
yaitu memberikan kode pada
Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui
masing masing sampel dan perlakuan, (3)
bahwa pada kelompok control tidak
yaitu menyusun data ke dalam
ditemukan adanya kematian larva pada
6
4
bentuk
tabel,
dan
(4)
yaitu
memasukkan data dalam komputer.
empat kali ulangan. Pada kelompok
perlakukan
rata rata
kematian
larva
Analisis data dilakukan secara deskriptif
terendah terjadi pada konsentrasi 2%
untuk menggambarkan kondisi kontrol dan
yaitu dengan rata rata jumlah kematian
masing masing perlakuan. Sedang
larva
analisis
analitik dilakukan untuk menguji hipotesis
yang dilakukan dengan uji Anova dengan
SPSS V. 13. 0.
17,75
Sedangkan
dengan
prosentase
71%.
rata rata
kematian
larva
tertinggi terjadi pada konsentrasi 4,5%
yaitu dengan rata rata jumlah kematian
larva 25 dengan prosentase 100%.
$ $ $
Hasil
!
"
#
uji
homogenitas
varians
disajikan pada Tabel 3 :
Berdasarkan hasil uji homogenitas
larutan,
data diperoleh hasil bahwa p= 0,000 < α =
kelembaban ruangan dan pH larutan dapat
0,01 yang berarti bahwa data tersebut
dilihat pada Tabel 1.
tidak
Hasil
pengukuran
suhu
homogen.
Oleh
karena
itu
Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui
selanjutnya dilakukan uji normalitas data
bahwa suhu larutan dan kelembaban ruangan
dengan uji Kolmogorov Smirnov yang
pada kelompok kontrol dan perlakuan adalah
hasilnya disajikan pada Tabel 4.
260C dan 76%. Sedangkan pH larutan pada
kelompok kontrol dan perlakuan berkisar
antara 5,3 7 selama 24 jam pengamatan
Kematian larva
#
instar III.
Averrhoa bilimbi
107
Tabel 1. Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban Ruangan, dan pH Larutan Uji
%
%
#
&
'()
*(
*
'
&
'()
*(
*
+
&
'()
*(
*
,
&
'()
*(
*
-
'
'()
*(
-.
(
'
'()
*(
-.
*
'
'()
*(
-.
.
'
'()
*(
-.
/
'-
'()
*(
-*
&
'-
'()
*(
-*
'-
'()
*(
-*
'
'-
'()
*(
-*
+
+
'()
*(
-(
,
+
'()
*(
-(
-
+
'()
*(
-(
(
+
'()
*(
-(
*
+-
'()
*(
-(
.
+-
'()
*(
-(
/
+-
'()
*(
-(
'&
+-
'()
*(
-(
'
,
'()
*(
--
''
,
'()
*(
--
'+
,
'()
*(
--
',
,
'()
*(
--
'-
,-
'()
*(
-,
'(
,-
'()
*(
-,
'*
,-
'()
*(
-,
'.
,-
'()
*(
-,
'/
-
'()
*(
-+
+&
-
'()
*(
-+
+
-
'()
*(
-+
+'
-
'()
*(
-+
Tabel 2. Jumlah Rata rata Kematian Larva
#
Instar III
setelah Perlakuan dengan Perasan Belimbing Wuluh
%
3)4
0
5 3
&
'
'+
+,
,-
108
$
%
'''''''-
&"
2
%4
0
$ 1 $
2
$
%
&
* */ *'
'+
',
'-
'()(*)+,'& -.
)
&
*
*/
.,
/'
/(
&&
"&
. ,& /
0
1 ,223 , Hal 103 114
'
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas
Levence
Statistic
7,714
Df1
Df2
0,000
"
Kematian
larva
0,000
0,1534
Berdasarkan
diketahui
Normal Parametersa,b
Most
Extreme
Absolute
32
19.44
7.61
mean
Std.
Deviation
Absolute
positive
negative
Differences Positive
bahwa
suhu
air
tempat
pada
awal
dan
akhir
kelompok
kontrol
maupun
kelompok
perlakuan.
Besar
L.) tidak mempengaruhi suhunya.
Suhu air merupakan salah satu
faktor
Berdasarkan Tabel 4. hasil pengujian
Kolmogorov
Smirnov diperoleh p = 0,018 > α = 0,01
bahwa
data
tersebut
yang
perkembangan
Kolmogorov Smirnov variable kematian
nilai
kecilnya
buah belimbing wuluh (
018
memperoleh
pada
dosis yang digunakan dalam air perasan
2.71
240
271
1.534
Kolmogorov Smirnov
Z
Asymp. Sig. (2 tailed)
berarti
dapat
perlakuan adalah sama, baik itu pada
Jumlah kematian larva
yang
1.
perindukan
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data
larva
Tabel
dapat
dan
#
mempengaruhi
kehidupan
larva
, suhu air yang sesuai
untuk perkembangan larva
antara 20 300C dan kelembaban
#
udara tempat perindukan berkisar 60
berdistribusi normal. Karena data tidak
80% (Harijanto, 2000). Berdasarkan hasil
homogen
normal
penelitian Ermi (2005) diketahui bahwa
(syarat anova tidak terpenuhi) maka
larva tumbuh normal dalam air pada
penelitian ini dilanjutkan dengan metode
suhu 20 270C dan kelembaban udara
statistic non parametrik yaitu dengan uji
ruangan
dan
berdistribusi
.
%
Hasil
%
*
sebesar
60 80%.
Pada
saat
penelitian dapat dilihat hasil pengukuran
terdapat pada Tabel 5 :
yang telah dilakukan yaitu suhu air pada
kelompok kontrol dan perlakuan adalah
Tabel 5. Hasil Uji %
Jumlah kematian larva
Chi square
dF
Asymp.Sig.
Berdasarkan
Tabel
Test
*
sama sebesar 260C. Hal ini berarti suhu
24.829
3
000
35
5.
hasil
air yang digunakan berada dalam suhu
yang normal untuk kehidupan larva
nyamuk
uji
diperoleh p = 0,000 < α =
%
0,01 yang berarti bahwa ada pengaruh
yang sangat signifikan antara perlakuan
dengan kematian larva nyamuk
#
.
#
. Pada hasil
pengukuran kelembaban udara pada saat
penelitian juga berada dalam kelembaban
yang normal yaitu 76% untuk kehidupan
larva
nyamuk
#
(Harijanto, 2000).
Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa
berbagai macam dosis yang digunakan.
Averrhoa bilimbi
109
Yaitu 0 pada kontrol dan perlakuan
ditemukan kematian hingga kelompok
dengan dosis mulai dari 2,0%, 2,5%, 3,0%,
perlakuan dosis tertinggi 4,5%
3,5%,
menunjukkan rata rata kematian secara
4,0%
4,5%
dan
5,0%
tidak
mempengaruhi besarnya pH, yaitu 7 (pH
keseluruhan.
netral) yang berarti dimana kondisi pH air
pendapat
yang digunakan dalam penelitian adalah
menyatakan bahwa semakin tinggi dosis
normal.
larvasida yang diberikan maka semakin
Sedangkan
pada
perlakuan
Hal
ini
yang
sesuai
dengan
(2006)
yang
Fitmaya
penelitian pH yang didapat pada dosis
tinggi
yang tertinggi yaitu sebesar 5,8 dimana
nyamuk
pH air dalam kondisi asam. Menurut hasil
dikatakan bahwa kematian pada larva uji
penelitian Munif dkk (1997) larva dapat
dikarenakan kandungan senyawa kimia
hidup dengan pH air 5,0 6,0. Rata rata pH
yang berada di dalam air perasan buah
pada penelitian ini adalah 5,7. Pada
belimbing wuluh (
penelitian yang dilakukan ini pH yang
Kandungan senyawa kimia yang berada
digunakan masih berada pada keadaan
di dalam belimbing wuluh (
normal
untuk
pertumbuhan
pula
dan
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat
kematian
.
#
larva
Dapat
L.).
L.) terdiri dari alkaloid, saponin,
larva
nyamuk yaitu pada pH 5 6.
rata rata
flavonoid
(Litbangkes,
2001).
Berdasarkan hasil penelitian Mawuntyas
saat
dan Tjandra (2006) menyebutkan bahwa
penelitian tidak adanya kematian larva
alkaloid juga dapat digunakan sebagai
nyamuk
.
insektisida. Alkaloid dalam daun atau
buah
buah segar berasa pahit di lidah, alkaloid
bahwa
pada
kelompok
kontrol
#
Keefektivitasan
air
perasan
belimbing wuluh (
terhadap
kematian
#
dosis
L.)
paling
larva
nyamuk
setelah 24 jam dengan
rendah
2,0%
rata rata
berupa
garam
sehingga
bisa
mendegradasi dinding sel masuk ke
dalam
dan
merupakan
merusak
sel.
golongan
Saponin
senyawa
kematian larva nyamuk sebesar 71%,
triterpennoid yang dapat juga digunakan
dosis 2,5% sebesar 79%, dosis 3,0% sebesar
sebagai
insektisida.
84%, dosis 3,5% sebesar 92%, dosis 4,0%
pada
tanaman
sebesar 96%, dosis 4,5% sebesar 100% dan
dikonsumsi
serangga,
mempunyai
dosis 5,0% sebesar 100%. Adapun dosis
mekanisme kerja dapat
menurunkan
yang paling efektif yaitu 4,5%,
aktivitas
Saponin
yang
enzim
terdapat
kemudian
pencernaan
dan
Pada gambar 3. dapat dilihat, ada
penyerapan makanan, sehingga saponin
kenaikan antara kematian larva nyamuk
bersifat sebagai racun perut. Flavonoid
dengan peningkatan penambahan jumlah
merupakan senyawa fenol sebagai anti
dosis
mikroba, antivirus, antijamur dan kerja
yang
diberikan.
Diawali
dari
kelompok kontrol yang sama sekali tidak
110
$
%
&"
terhadap serangga.
'()(*)+,'& -.
"&
. ,& /
0
1 ,223 , Hal 103 114
Penelitian ini menggunakan larva
larva nyamuk nyamuk
#
instar III, larva
terdapat pada dosis 4,5%. Menurut komisi
instar III mempunyai alat alat tubuh yang
pestisida Departemen Pertanian (1995)
sudah lengkap terbentuk dan struktur
penggunaan larvasida dikatakan efektif
dinding
apabila dapat mematikan 90
nyamuk
#
tubuhnya
pengerasan
belum
sehingga
mengalami
sesuai
untuk
uji.
Berdasarkan
uji
100% larva
%
perlakuan dengan senyawa alkaloid dan
diperoleh p=0,000 < α = 0,01 yang berarti
saponin.
bahwa
Pada
penelitian
ini
ada
pengaruh
menggunakan air perasan buah belimbing
signifikan
wuluh (
kematian larva nyamuk
L.) dimana
dilakukan
dengan
metode
perasan.
antara
yang
perlakuan
sangat
dengan
#
.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
Pembuatan larutan uji dilakukan dengan
tidak
cara perasan. Cara perasan digunakan
kemampuan air perasan buah belimbing
untuk memperoleh sari perasan sebagai
wuluh
material awal digunakan tumbuhan segar
mempunyai daya bunuh. Peneliti tidak
yang dihaluskan. Sari perasan adalah
mengukur lamanya air perasan buah
larutan dalam air dan memiliki seluruh
belimbing wuluh yang digunakan dapat
bahan yang terkandung dalam tumbuhan
bertahan atau bekerja dalam membunuh
segarnya,
larva nyamuk.
sebanding
dengan
material
diteliti
sampai
berapa
(
lama
L.)
masih
awalnya yang tetap tinggal hanyalah
!
bahan yang tidak terlarut (Voight, 1995).
Air
perasan
buah
belimbing
wuluh
#
L.) yang digunakan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dalam penelitian ini dilarutkan dengan
dapat disimpulkan hal hal sebagai berikut
menggunakan 7
: (1) Ada pengaruh pemberian air perasan
(
.
Hasil pengamatan pada penelitian
yang telah dilakukan terhadap larva
nyamuk
air
buah
(
L.) terhadap kematian larva nyamuk
belimbing
wuluh
L.), larva menunjukkan
perubahan terhadap warna
tubuhnya
instar III, (2) Kematian
#
setelah diberi
#
perasan
buah belimbing wuluh (
larva nyamuk
#
setelah
penambahan berbagai dosis air perasan
buah belimbing wuluh (
menjadi pucat dan gerakannya lambat.
L.)antara
Larva
apabila
kematian, dosis 2,0% rata rata kematian
disentuh terlihat gerakan tubuh yang
larva nyamuk sebesar 71%, dosis 2,5%
lemah kemudian mati.
sebesar 79%, dosis 3,0% sebesar 84%,
kelihatan
Berdasarkan
mati
Tabel
tetapi
2.
diketahui
bahwa dosis yang dapat mematikan 100%
Averrhoa bilimbi
lain
dosis 3,5%
dosis
0%
tidak
ada
sebesar 71%, dosis 2,5%
sebesar 79%, dosis
3,0% sebesar 84%,
111
dosis 3,5% sebesar 92%, dosis 4,0% sebesar
peneletian
96% dan dosis 4,5% sebesar 100%.
perasan buah belimbing wuluh (
(3)
Dosis penambahan air perasan buah
belimbing wuluh (
dan
yang paling efektif untuk mematikan
(2)
Bagi
4,5%.
wuluh
'
membunuh
Berdasarkan
hasil
penelitian
air
masyarakat
dapat
memanfaatkan perasan buah belimbing
adalah
#
kemampuan
L.) dengan nyamuk spesies lain
L.)
larva nyamuk
tentang
ini
sebagai
larva
untuk
#
larvasida
untuk
nyamuk
mencegah
penularan
dapat disarankan hal hal sebagai berikut :
penyakit malaria yang murah, mudah dan
(1) Bagi peneliti lain dapat melakukan
ramah pada lingkungan sekitar kita.
6
!
Achmadi U, 2005, 0
Depkes.
Ermi
8
, Jakarta : Kompas Media Nusantara.
!
2007,
9
%
*
"
, Diakses:11 Januari
ML. 2005, 0
& !
4
8
, Diakses:
Fitmaya A, 2006. :8
4
Fakultas Farmasi UMS.
#
Harijanto. 2000, 0
Kedokteran EGC.
&!
Komisi Pestisida, 1995, 0
&0
!
Litbangkes, 2001, "
4
(+; /
"""
%
"
.
%
8
"
0 #
Shanmugam JT, 2006,
/
Voight R, 1995,
112
!
0
0
&
4
$
, Jakarta : Buku
!
Edisi ke 1 Jilid 1, Jakarta : Depkes RI.
:
!
!
!
Diakses:
8
1",
13
!
%
September
2008,
, Jakarta : Puspa Swara Anggota IKAPI.
"
"""
, Yogyakarta : UGM Press.
=
%
2008,
#
, Skripsi, Surakarta:
4
$
$ 5 4
" # 4
& Skripsi, Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.
8
September
, Jakarta : Departemen Pertanian.
!
Munif dkk. 1997, !
%
0
<
#
!
5
1 8
&
!
!
/
Prabowo A. 2007, 0
13
2008,
&"
'()(*)+,'& -.
"&
. ,& /
0
1 ,223 , Hal 103 114
MEMBUNUH LARVA NYAMUK Anopheles aconitus INSTAR III
Surya Nopianti, Dwi Astuti dan Sri Darnoto
Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstract
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) contains akaloids and saponins, which possess larvacidal
properties. This study was aimed to find out the effectiveness of Averrhoa bilimbi L. juice to kill Anopheles
aconitus instar III larvae. It was an experimental study with post-test-only-with-control-group design, in which
the subjects were divided into two groups, i.e. a treatment and control groups. Each treatment as well as
control group consisted of 25 mosquito larvae, and the treatments were given in quadruplicate. The death
rates of larvae treated with 2.0%, 2,5%, 3,0%, 3,5%, 4,0%, 4,5%, and 5% of Averrhoa bilimbi L. juice were
71%, 79%, 84%, 92%, 96%, 100% and 100%. Kruskall-Wallis analysis to the data revealed that there was
significant influence between the treatment and the larvae death at the dose 4,5%, with p=0,000 < α = 0,01.
Keywords: Averrhoa bilimbi L., Averrhoa bilimbi L. juice, Larvacide, Anopheles aconitus instar III larvae
Berdasarkan
hasil
pencatatan
dan
Penyakit malaria adalah penyakit yang
pelaporan Dinas Kesehatan pada tahun
disebabkan oleh parasit protozoa yang
1998 di pulau jawa dan Bali dari 18 kasus
disebut
, yang hanya dapat
per
mikroskop.
Penyakit
peningkatan pada tahun 2000 yaitu 48
malaria ditularkan dari penderita ke
kasus per 100 ribu penduduk. Di luar
orang yang sehat oleh nyamuk
.
Jawa dan Bali peningkatan terjadi dari
suatu
1.750 per 100 ribu penduduk pada tahun
penyakit ekologis. Penyakit ini sangat
1998 menjadi 2.800 per 100 ribu penduduk
dipengaruhi
kondisi kondisi
pada tahun 2000. Dari hasil pencatatan
lingkungan yang memungkinkan nyamuk
dan pelaporan Dinas Kesehatan tahun
untuk berkembang biak dan berpotensi
1993, API 2 (
melakukan kontak dengan manusia dan
rata rata mencapai 63% Menurut Dinas
menularkan parasit malaria. Oleh karena
Kesehatan saat ini tercacat 107 juta
itu, pemberantasan malaria tetap menjadi
penduduk Indonesia yang tinggal di
salah satu prioritas dalam pemberantasan
daerah beresiko tertular malaria yang
penyakit menular yang dilakukan oleh
tersebar di 310 kabupaten/kota atau
dilihat
Penyakit
dengan
malaria
Departemen
oleh
merupakan
Kesehatan
100
ribu
penduduk
!
mengalami
" #
#)
Indonesia.
Averrhoa bilimbi
103
sekitar 70,3% dari total kabupaten di
juga
Indonesia. (Depkes, 2007).
penyakit malaria.
Kasus luar
biasa
malaria
diperhatikan
dalam
Shanmugam
dapat
pencegahan
(2006)
melaporkan
dicegah meskipun pada tahun 2006 dan
bahwa berdasarkan penelitian ekstrak jus
2007 telah terjadi kejadian luar biasa dan
asam jawa (4
peningkatan
daya larvasida yang efektif terhadap larva
kasus
malaria
pada
8
# ) mempunyai
kabupaten di 8 propinsi yang meliputi
nyamuk
. Sehingga semakin
20.331 jiwa penduduk, 12 desa dengan
tinggi konsentrasi ekstrak jus asam jawa
1.051 kasus positif, dan 23 diantaranya
maka mortalitasnya meningkat.
Berdasarkan
berakhir dengan kematian (Depkes, 2007).
dari
penelitian
Tengah pada tahun 2005 kasus klinis
penggunaan bahan bahan yang terdapat
malaria berjumlah 222.704 yang tersebar
di alam yang lebih aman untuk manusia
di 28 kabupaten/kota. Dibanding pada
dan lingkungan, serta sumbernya tersedia
tahun 2004 jumlah kasus klinis maupun
di alam dalam jumlah besar. Berbagai
positif malaria di Jawa Tengah mengalami
jenis tumbuhan berfungsi sebagai sumber
penurunan. Berdasarkan data dari DKK
hayati
Sukoharjo di bagian Penanggulangan dan
diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai
Pemberantasan
insektisida.
(P2P),
pada
penting
kepada
bagi
manusia,
Tanaman belimbing wuluh (
tahun 2005 terdapat 3 kasus penyakit
L.) telah dimanfaatkan sebagai obat
malaria. Sedangkan pada tahun 2006
tradisional. Adapun kandungan kimia
terdapat 2 kasus.
Upaya
yang
mengarah
hasil
Berdasarkan data dari provinsi Jawa
penyakit
terlihat
beberapa
yang
dilakukan
dalam
dari belimbing wuluh (
L.)
pemberantasan penyakit malaria adalah
yaitu alkaloid, saponin, dan flavonoid
pencarian
penderita,
(Litbangkes, 2001). Saponin merupakan
memutus
golongan senyawa triterpennoid yang
dan
pengendalian
pengobatan
vektor
untuk
mata rantai penularan, serta peningkatan
dapat
digunakan
sebagai
insektisida
pengetahuan
(Mawuntyas dan Tjandra, 2006).
masyarakat
tentang
penyakit
malaria
Tujuan penelitian ini adalah: (1)
(Achmadi, 2005). Pemberantasan nyamuk
untuk mengetahui pengaruh pemberian
meliputi
air
pemberantasan
pengendalian
tempat
perasan
buah
perindukan, larva dan nyamuk dewasa.
(
Larva diberantas dengan menggunakan
larva nyamuk
insektisida,
dengan
(2)
pemangsa
larva.
diberantas
memelihara
Nyamuk
dengan
ikan
dewasa
104
$
%
&"
wuluh
L.) terhadap kematian
untuk
#
mengetahui
instar III;
efektivitas
air
perasan buah belimbing wuluh (
L.)
insektisida.
Perlindungan 3 orang orang yang rentan
belimbing
terhadap
nyamuk
'()(*)+,'& -.
"&
#
. ,& /
0
kematian
larva
instar III dan
1 ,223 , Hal 103 114
(3) untuk mengetahui dosis penambahan
B2P2VRP Salatiga dengan usia yang sama.
air
Larva
perasan
buah
(
belimbing
wuluh
L.) yang efektif untuk
membunuh
larva
III
berukuran
45
mm
berumur ± 2 hari setelah telur menetas.
Larva
nyamuk
instar III dipilih
#
karena ukurannya sudah cukup besar dan
instar III.
#
instar
Manfaat dari penelitian ini adalah
mudah untuk diidentifikasi serta belum
kepada
akan menjadi pupa selama penelitian
masyarakat mengenai pengendalian larva
dilakukan Besar sampel yang digunakan
yaitu dengan air perasan buah belimbing
adalah 25 ekor larva setiap perlakuan
wuluh (
pada
memberikan
informasi
L.) sehingga
masyarakat
dapat
terlindung
dari
masing masing
dosis
maupun
kontrol. Dilakukan pengulangan sebanyak
empat kali. Sehingga jumlah sampel larva
penyakit malaria
keseluruhan
yang
dibutuhkan
adalah
sebanyak 800 ekor larva karena metode
Jenis
adalah
penelitian
jenis
yang
penelitian
dilakukan
yang digunakan dalam penelitian ini
eksperimental
adalah metode Rancang Acak Kelompok
quasi dengan rancangan penelitian
*
(RAK) yaitu penelitian dilakukan dengan
, dimana
menggunakan 7 macam dosis perlakuan,
objek penelitian ini dibagi menjadi dua
untuk setiap perlakuan masing masing
kelompok perlakuan. Kelompok pertama
dilakukan 4 kali replikasi.
5
disebut
#
sebagai
kelompok
perlakuan,
Pemilihan sampel dilakukan dengan
yaitu kelompok yang diberi air perasan
cara
buah belimbing wuluh (
subjek
L.) dengan dosis yang berbeda. Kelompok
kesempatan yang sama terpilih ataupun
yang kedua disebut sebagai kelompok
dipilih sebagai sampel, setiap elemen
kontrol, yaitu kelompok yang tidak diberi
diseleksi
air
Kontrol dalam penelitian ini adalah larva
perasan
(
buah
belimbing
wuluh
yaitu setiap
dalam
secara
L.).
bulan
Juli
2008.
Tempat
penelitian
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua larva hasil pembiakan
#
instar III di B2P2VRP Salatiga.
Sedangkan sampel adalah larva
#
diberi
random
mempunyai
atau
acak.
instar III yang tidak
#
Waktu penelitian dilaksanakan pada
populasi
tambahan
air
perasan
belimbing wuluh (
buah
L.)
pada air (media) atau pada #
nya.
Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menyebabkan
berubahnya nilai dari variabel terikat dan
merupakan
variabel
pengaruh
yang
paling diutamakan dalam penelitian ini
instar III hasil pembiakan di
Averrhoa bilimbi
105
adalah dosis air perasan buah belimbing
dengan air mengalir. Kemudian dipotong
wuluh (
potong
L.).
Variabel terikat adalah variabel yang
untuk
memperoleh
mempermudah
hasil
sarian.
dalam
Langkah
diduga nilainya akan berubah karena
selanjutnya potongan buah belimbing
adanya pengaruh dari variabel bebas
wuluh (
dalam penelitian ini adalah jumlah larva
untuk memperoleh larutan uji. Hasil dari
nyamuk
blenderan disaring dengan menggunakan
yang mati
#
sebagai objek perlakuan.
Variabel
yang
kendali
diduga
L.) diblender
kertas saring, agar didapatkan hasil yang
adalah
berpengaruh
variabel
bagus dan tidak terdapat endapan. Cara
terhadap
kerja pada penelitian ini meliputi: (1)
variabel terikat, tetapi dalam penelitian ini
Menyiapkan gelas plastik (#
) yang akan
diupayakan
digunakan
empat
agar
pengaruhnya
sama
terhadap
variabel
terikat,
dalam
penelitian
ini
adalah
jumlah
sebanyak
32,
#
digunakan untuk kontrol dan 28 #
larva
untuk perlakuan yang berisi berbagai
nyamuk, umur larva nyamuk, jenis larva,
dosis air perasan buah belimbing wuluh
waktu kontak larva, suhu, kelembaban
(
ruangan dan asal air.
perasan buah belimbing wuluh (
L.), (2) Memasukkan air
Variabel pengganggu adalah variabel
L.) dengan dosis: (a) Dosis 0% : 0
pengaruh yang tidak termasuk kelompok
ml air perasan ditambah 100 ml air, (b)
variabel bebas dan variabel kendali, yang
Dosis 2,0% : 2,0 ml air perasan ditambah
diduga berpengaruh terhadap variabel
98 ml air, (c) Dosis 2,5% : 2,5 ml air
terikat namun dalam penelitian ini tidak
perasan ditambah 97,5 ml air, (d) Dosis
diutamakan yaitu pH.
3,0% : 3,0 ml air perasan ditambah 97 ml
Langkah langkah penelitian meliputi:
air, (e) Dosis 3,5% : 3,5 ml air perasan
Pembuatan larutan uji, pembuatan larutan uji
ditambah 96,5 ml air, (f) Dosis 4,0% : 4,0
dilakukan dengan cara perasan. Cara perasan
ml air perasan ditambah 96 ml air, (g)
digunakan untuk memperoleh sari perasan
Dosis 4,5% : 4,5 ml air perasan ditambah
sebagai material awal digunakan tumbuhan
segar yang dihaluskan. Sari perasan adalah
larutan dalam air dan memiliki seluruh bahan
yang terkandung dalam tumbuhan segarnya,
95,5 ml air, dan (h) Dosis 5,0% : 5,0 ml air
perasan
ditambah
95
ml
air.
(3)
Menghomogenkan atau mencampurkan
sebanding dengan material awalnya yang
air perasan buah belimbing wuluh dengan
tetap tinggal hanyalah bahan yang tidak
aquadest sesuai dosis, (4) Mengukur pH,
terlarut (Voight, 1995).
suhu larutan dan kelembaban ruangan, (5)
Menaruh larva nyamuk ke dalam #
Buah belimbing wuluh (
L.) dikupas, dicuci bersih untuk
menghilangkan kotoran yang menempel
masing masing
25
ekor
larva,
,
(6)
Percobaan no (1) sampai (5) dilakukan
pengulangan sebanyak 4 kali, dan (7)
106
$
%
&"
'()(*)+,'& -.
"&
. ,& /
0
1 ,223 , Hal 103 114
Mencatat jumlah larva yang mati setelah
Dari hasil pengamatan pada saat
kontak selama 24 jam.
Pengolahan data dilakukan dengan
penelitian yang telah dilakukan pada 4
yaitu mengoreksi data
kali pengulangan perlakuan selama 24
yang diperoleh dari hasil pengamatan
jam terhadap dosis yang digunakan pada
dengan mengulang perhitungan observasi
air
pada masing masing perlakuan untuk
(
menghitung jumlah larva yang mati, (2)
kematian larva pada Tabel 2 :
cara: (1)
perasan
buah
belimbing
wuluh
L.) diperoleh jumlah
yaitu memberikan kode pada
Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui
masing masing sampel dan perlakuan, (3)
bahwa pada kelompok control tidak
yaitu menyusun data ke dalam
ditemukan adanya kematian larva pada
6
4
bentuk
tabel,
dan
(4)
yaitu
memasukkan data dalam komputer.
empat kali ulangan. Pada kelompok
perlakukan
rata rata
kematian
larva
Analisis data dilakukan secara deskriptif
terendah terjadi pada konsentrasi 2%
untuk menggambarkan kondisi kontrol dan
yaitu dengan rata rata jumlah kematian
masing masing perlakuan. Sedang
larva
analisis
analitik dilakukan untuk menguji hipotesis
yang dilakukan dengan uji Anova dengan
SPSS V. 13. 0.
17,75
Sedangkan
dengan
prosentase
71%.
rata rata
kematian
larva
tertinggi terjadi pada konsentrasi 4,5%
yaitu dengan rata rata jumlah kematian
larva 25 dengan prosentase 100%.
$ $ $
Hasil
!
"
#
uji
homogenitas
varians
disajikan pada Tabel 3 :
Berdasarkan hasil uji homogenitas
larutan,
data diperoleh hasil bahwa p= 0,000 < α =
kelembaban ruangan dan pH larutan dapat
0,01 yang berarti bahwa data tersebut
dilihat pada Tabel 1.
tidak
Hasil
pengukuran
suhu
homogen.
Oleh
karena
itu
Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui
selanjutnya dilakukan uji normalitas data
bahwa suhu larutan dan kelembaban ruangan
dengan uji Kolmogorov Smirnov yang
pada kelompok kontrol dan perlakuan adalah
hasilnya disajikan pada Tabel 4.
260C dan 76%. Sedangkan pH larutan pada
kelompok kontrol dan perlakuan berkisar
antara 5,3 7 selama 24 jam pengamatan
Kematian larva
#
instar III.
Averrhoa bilimbi
107
Tabel 1. Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban Ruangan, dan pH Larutan Uji
%
%
#
&
'()
*(
*
'
&
'()
*(
*
+
&
'()
*(
*
,
&
'()
*(
*
-
'
'()
*(
-.
(
'
'()
*(
-.
*
'
'()
*(
-.
.
'
'()
*(
-.
/
'-
'()
*(
-*
&
'-
'()
*(
-*
'-
'()
*(
-*
'
'-
'()
*(
-*
+
+
'()
*(
-(
,
+
'()
*(
-(
-
+
'()
*(
-(
(
+
'()
*(
-(
*
+-
'()
*(
-(
.
+-
'()
*(
-(
/
+-
'()
*(
-(
'&
+-
'()
*(
-(
'
,
'()
*(
--
''
,
'()
*(
--
'+
,
'()
*(
--
',
,
'()
*(
--
'-
,-
'()
*(
-,
'(
,-
'()
*(
-,
'*
,-
'()
*(
-,
'.
,-
'()
*(
-,
'/
-
'()
*(
-+
+&
-
'()
*(
-+
+
-
'()
*(
-+
+'
-
'()
*(
-+
Tabel 2. Jumlah Rata rata Kematian Larva
#
Instar III
setelah Perlakuan dengan Perasan Belimbing Wuluh
%
3)4
0
5 3
&
'
'+
+,
,-
108
$
%
'''''''-
&"
2
%4
0
$ 1 $
2
$
%
&
* */ *'
'+
',
'-
'()(*)+,'& -.
)
&
*
*/
.,
/'
/(
&&
"&
. ,& /
0
1 ,223 , Hal 103 114
'
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas
Levence
Statistic
7,714
Df1
Df2
0,000
"
Kematian
larva
0,000
0,1534
Berdasarkan
diketahui
Normal Parametersa,b
Most
Extreme
Absolute
32
19.44
7.61
mean
Std.
Deviation
Absolute
positive
negative
Differences Positive
bahwa
suhu
air
tempat
pada
awal
dan
akhir
kelompok
kontrol
maupun
kelompok
perlakuan.
Besar
L.) tidak mempengaruhi suhunya.
Suhu air merupakan salah satu
faktor
Berdasarkan Tabel 4. hasil pengujian
Kolmogorov
Smirnov diperoleh p = 0,018 > α = 0,01
bahwa
data
tersebut
yang
perkembangan
Kolmogorov Smirnov variable kematian
nilai
kecilnya
buah belimbing wuluh (
018
memperoleh
pada
dosis yang digunakan dalam air perasan
2.71
240
271
1.534
Kolmogorov Smirnov
Z
Asymp. Sig. (2 tailed)
berarti
dapat
perlakuan adalah sama, baik itu pada
Jumlah kematian larva
yang
1.
perindukan
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data
larva
Tabel
dapat
dan
#
mempengaruhi
kehidupan
larva
, suhu air yang sesuai
untuk perkembangan larva
antara 20 300C dan kelembaban
#
udara tempat perindukan berkisar 60
berdistribusi normal. Karena data tidak
80% (Harijanto, 2000). Berdasarkan hasil
homogen
normal
penelitian Ermi (2005) diketahui bahwa
(syarat anova tidak terpenuhi) maka
larva tumbuh normal dalam air pada
penelitian ini dilanjutkan dengan metode
suhu 20 270C dan kelembaban udara
statistic non parametrik yaitu dengan uji
ruangan
dan
berdistribusi
.
%
Hasil
%
*
sebesar
60 80%.
Pada
saat
penelitian dapat dilihat hasil pengukuran
terdapat pada Tabel 5 :
yang telah dilakukan yaitu suhu air pada
kelompok kontrol dan perlakuan adalah
Tabel 5. Hasil Uji %
Jumlah kematian larva
Chi square
dF
Asymp.Sig.
Berdasarkan
Tabel
Test
*
sama sebesar 260C. Hal ini berarti suhu
24.829
3
000
35
5.
hasil
air yang digunakan berada dalam suhu
yang normal untuk kehidupan larva
nyamuk
uji
diperoleh p = 0,000 < α =
%
0,01 yang berarti bahwa ada pengaruh
yang sangat signifikan antara perlakuan
dengan kematian larva nyamuk
#
.
#
. Pada hasil
pengukuran kelembaban udara pada saat
penelitian juga berada dalam kelembaban
yang normal yaitu 76% untuk kehidupan
larva
nyamuk
#
(Harijanto, 2000).
Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa
berbagai macam dosis yang digunakan.
Averrhoa bilimbi
109
Yaitu 0 pada kontrol dan perlakuan
ditemukan kematian hingga kelompok
dengan dosis mulai dari 2,0%, 2,5%, 3,0%,
perlakuan dosis tertinggi 4,5%
3,5%,
menunjukkan rata rata kematian secara
4,0%
4,5%
dan
5,0%
tidak
mempengaruhi besarnya pH, yaitu 7 (pH
keseluruhan.
netral) yang berarti dimana kondisi pH air
pendapat
yang digunakan dalam penelitian adalah
menyatakan bahwa semakin tinggi dosis
normal.
larvasida yang diberikan maka semakin
Sedangkan
pada
perlakuan
Hal
ini
yang
sesuai
dengan
(2006)
yang
Fitmaya
penelitian pH yang didapat pada dosis
tinggi
yang tertinggi yaitu sebesar 5,8 dimana
nyamuk
pH air dalam kondisi asam. Menurut hasil
dikatakan bahwa kematian pada larva uji
penelitian Munif dkk (1997) larva dapat
dikarenakan kandungan senyawa kimia
hidup dengan pH air 5,0 6,0. Rata rata pH
yang berada di dalam air perasan buah
pada penelitian ini adalah 5,7. Pada
belimbing wuluh (
penelitian yang dilakukan ini pH yang
Kandungan senyawa kimia yang berada
digunakan masih berada pada keadaan
di dalam belimbing wuluh (
normal
untuk
pertumbuhan
pula
dan
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat
kematian
.
#
larva
Dapat
L.).
L.) terdiri dari alkaloid, saponin,
larva
nyamuk yaitu pada pH 5 6.
rata rata
flavonoid
(Litbangkes,
2001).
Berdasarkan hasil penelitian Mawuntyas
saat
dan Tjandra (2006) menyebutkan bahwa
penelitian tidak adanya kematian larva
alkaloid juga dapat digunakan sebagai
nyamuk
.
insektisida. Alkaloid dalam daun atau
buah
buah segar berasa pahit di lidah, alkaloid
bahwa
pada
kelompok
kontrol
#
Keefektivitasan
air
perasan
belimbing wuluh (
terhadap
kematian
#
dosis
L.)
paling
larva
nyamuk
setelah 24 jam dengan
rendah
2,0%
rata rata
berupa
garam
sehingga
bisa
mendegradasi dinding sel masuk ke
dalam
dan
merupakan
merusak
sel.
golongan
Saponin
senyawa
kematian larva nyamuk sebesar 71%,
triterpennoid yang dapat juga digunakan
dosis 2,5% sebesar 79%, dosis 3,0% sebesar
sebagai
insektisida.
84%, dosis 3,5% sebesar 92%, dosis 4,0%
pada
tanaman
sebesar 96%, dosis 4,5% sebesar 100% dan
dikonsumsi
serangga,
mempunyai
dosis 5,0% sebesar 100%. Adapun dosis
mekanisme kerja dapat
menurunkan
yang paling efektif yaitu 4,5%,
aktivitas
Saponin
yang
enzim
terdapat
kemudian
pencernaan
dan
Pada gambar 3. dapat dilihat, ada
penyerapan makanan, sehingga saponin
kenaikan antara kematian larva nyamuk
bersifat sebagai racun perut. Flavonoid
dengan peningkatan penambahan jumlah
merupakan senyawa fenol sebagai anti
dosis
mikroba, antivirus, antijamur dan kerja
yang
diberikan.
Diawali
dari
kelompok kontrol yang sama sekali tidak
110
$
%
&"
terhadap serangga.
'()(*)+,'& -.
"&
. ,& /
0
1 ,223 , Hal 103 114
Penelitian ini menggunakan larva
larva nyamuk nyamuk
#
instar III, larva
terdapat pada dosis 4,5%. Menurut komisi
instar III mempunyai alat alat tubuh yang
pestisida Departemen Pertanian (1995)
sudah lengkap terbentuk dan struktur
penggunaan larvasida dikatakan efektif
dinding
apabila dapat mematikan 90
nyamuk
#
tubuhnya
pengerasan
belum
sehingga
mengalami
sesuai
untuk
uji.
Berdasarkan
uji
100% larva
%
perlakuan dengan senyawa alkaloid dan
diperoleh p=0,000 < α = 0,01 yang berarti
saponin.
bahwa
Pada
penelitian
ini
ada
pengaruh
menggunakan air perasan buah belimbing
signifikan
wuluh (
kematian larva nyamuk
L.) dimana
dilakukan
dengan
metode
perasan.
antara
yang
perlakuan
sangat
dengan
#
.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
Pembuatan larutan uji dilakukan dengan
tidak
cara perasan. Cara perasan digunakan
kemampuan air perasan buah belimbing
untuk memperoleh sari perasan sebagai
wuluh
material awal digunakan tumbuhan segar
mempunyai daya bunuh. Peneliti tidak
yang dihaluskan. Sari perasan adalah
mengukur lamanya air perasan buah
larutan dalam air dan memiliki seluruh
belimbing wuluh yang digunakan dapat
bahan yang terkandung dalam tumbuhan
bertahan atau bekerja dalam membunuh
segarnya,
larva nyamuk.
sebanding
dengan
material
diteliti
sampai
berapa
(
lama
L.)
masih
awalnya yang tetap tinggal hanyalah
!
bahan yang tidak terlarut (Voight, 1995).
Air
perasan
buah
belimbing
wuluh
#
L.) yang digunakan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dalam penelitian ini dilarutkan dengan
dapat disimpulkan hal hal sebagai berikut
menggunakan 7
: (1) Ada pengaruh pemberian air perasan
(
.
Hasil pengamatan pada penelitian
yang telah dilakukan terhadap larva
nyamuk
air
buah
(
L.) terhadap kematian larva nyamuk
belimbing
wuluh
L.), larva menunjukkan
perubahan terhadap warna
tubuhnya
instar III, (2) Kematian
#
setelah diberi
#
perasan
buah belimbing wuluh (
larva nyamuk
#
setelah
penambahan berbagai dosis air perasan
buah belimbing wuluh (
menjadi pucat dan gerakannya lambat.
L.)antara
Larva
apabila
kematian, dosis 2,0% rata rata kematian
disentuh terlihat gerakan tubuh yang
larva nyamuk sebesar 71%, dosis 2,5%
lemah kemudian mati.
sebesar 79%, dosis 3,0% sebesar 84%,
kelihatan
Berdasarkan
mati
Tabel
tetapi
2.
diketahui
bahwa dosis yang dapat mematikan 100%
Averrhoa bilimbi
lain
dosis 3,5%
dosis
0%
tidak
ada
sebesar 71%, dosis 2,5%
sebesar 79%, dosis
3,0% sebesar 84%,
111
dosis 3,5% sebesar 92%, dosis 4,0% sebesar
peneletian
96% dan dosis 4,5% sebesar 100%.
perasan buah belimbing wuluh (
(3)
Dosis penambahan air perasan buah
belimbing wuluh (
dan
yang paling efektif untuk mematikan
(2)
Bagi
4,5%.
wuluh
'
membunuh
Berdasarkan
hasil
penelitian
air
masyarakat
dapat
memanfaatkan perasan buah belimbing
adalah
#
kemampuan
L.) dengan nyamuk spesies lain
L.)
larva nyamuk
tentang
ini
sebagai
larva
untuk
#
larvasida
untuk
nyamuk
mencegah
penularan
dapat disarankan hal hal sebagai berikut :
penyakit malaria yang murah, mudah dan
(1) Bagi peneliti lain dapat melakukan
ramah pada lingkungan sekitar kita.
6
!
Achmadi U, 2005, 0
Depkes.
Ermi
8
, Jakarta : Kompas Media Nusantara.
!
2007,
9
%
*
"
, Diakses:11 Januari
ML. 2005, 0
& !
4
8
, Diakses:
Fitmaya A, 2006. :8
4
Fakultas Farmasi UMS.
#
Harijanto. 2000, 0
Kedokteran EGC.
&!
Komisi Pestisida, 1995, 0
&0
!
Litbangkes, 2001, "
4
(+; /
"""
%
"
.
%
8
"
0 #
Shanmugam JT, 2006,
/
Voight R, 1995,
112
!
0
0
&
4
$
, Jakarta : Buku
!
Edisi ke 1 Jilid 1, Jakarta : Depkes RI.
:
!
!
!
Diakses:
8
1",
13
!
%
September
2008,
, Jakarta : Puspa Swara Anggota IKAPI.
"
"""
, Yogyakarta : UGM Press.
=
%
2008,
#
, Skripsi, Surakarta:
4
$
$ 5 4
" # 4
& Skripsi, Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.
8
September
, Jakarta : Departemen Pertanian.
!
Munif dkk. 1997, !
%
0
<
#
!
5
1 8
&
!
!
/
Prabowo A. 2007, 0
13
2008,
&"
'()(*)+,'& -.
"&
. ,& /
0
1 ,223 , Hal 103 114