Tatanaskah dinas
PEDOMAN
TATA NASKAH DINAS
INSTANSI PEMERINTAH
KEMENTERIAN
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012
(2)
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH
BAB I PENDAHULUAN... 1 A.Latar Belakang... B. Maksud dan Tujuan... C. Sasaran... D. Asas... E.Ruang Lingkup... F. Pengertian Umum...
1 2 2 3 3 4
BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS... 5
A. Naskah Dinas Arahan... 1.Naskah Dinas Pengaturan... a. Peraturan... b. Pedoman... c. Petunjuk Pelaksanaan... d. Standar Operasional Prosedur... e. Surat Edaran... 2.Naskah Dinas Penetapan (Keputusan)... 3.Naskah Dinas Penugasan...
a. Instruksi... b. Surat Perintah... c. Surat Tugas... B. Naskah Dinas Korespondensi... 1. Naskah Dinas Korespondensi Intern... a. Nota Dinas... b.Memorandum... 2. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern... 3. Surat Undangan... C. Naskah Dinas Khusus... 1. Surat Perjanjian... a. Perjanjian Dalam Negeri... b.Perjanjian Internasional... 2. Surat Kuasa... 3. Berita Acara... 4. Surat Keterangan... 5. Surat Pengantar... 6. Pengumuman... D. Laporan... E. Telaahan Staf...
4 4 4 4 10 14 14 18 22 22 26 30 33 33 33 36 40 44 50 50 50 51 56 58 60 62 65 68 70 i
(3)
B. Nama Instansi/Jabatan pada Kepala Naskah Dinas... C. Penomoran Naskah Dinas... D. Nomor Halaman... E. Ketentuan Jarak Spasi... F. Penggunaan Huruf... G. Lampiran... H. Daftar Distribusi... I. Rujukan... J. Ruang Tanda Tangan... K. Penentuan Batas/Ruang Tepi... L. Penggunaan Bahasa... M.Media/Sarana Naskah Dinas... N. Susunan Surat Dinas... O. Ketentuan Surat-Menyurat...
75 75 81 81 81 82 82 82 83 84 85 85 88 91 BAB IV PENGURUSAN NASKAH DINAS KORESPONDENSI...
A. Naskah Dinas Korespondensi Intern (Nota Dinas/Memorandum)...
B. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern... 94 94 94 BAB V PEJABAT PENANDA TANGAN NASKAH DINAS...
A. Penandatanganan... B. Untuk Perhatian (u.p.)... C. Pelaksana Tugas (Plt.)... D. Pelaksana Harian (Plh.)... E. Kewenangan Penandatanganan... BAB VI PENGGUNAAN LAMBANG NEGARA DAN LOGO DALAM NASKAH DINAS...
A. Penggunaan Lambang Negara... B. Penggunaan Logo... C. Penggunaan Lambang Negara dan Logo dalam Kerja Sama... D. Pengawasan... 103 103 104 105 106 106 109 109 113 116 116 BAB VII PERUBAHAN, PENCABUTAN, PEMBATALAN, DAN RALAT NASKAH
DINAS... A. Pengertian... 1. Perubahan... 2. Pencabutan... 3. Pembatalan... 4. Ralat... B. Tata Cara Perubahan, Pencabutan, Pembatalan, dan Ralat...
117 117 117 117 117 117 117 BAB VIII PENUTUP... 119
(4)
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG
PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan efisiensi dan
tertib administrasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta peningkatan pelayanan publik, telah ditetapkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas; b. bahwa Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 22 Tahun 2008 tentang
Pedoman Umum Tata Naskah Dinas perlu
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan dan perkembangan keadaan sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah;
(5)
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035)
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG
PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI
PEMERINTAH.
(6)
Pasal 1
Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan
acuan bagi seluruh instansi pemerintah dalam
menyelenggarakan tata naskah dinas.
Pasal 3
Tata naskah dinas yang telah ada di instansi pemerintah secara bertahap agar disesuaikan dengan Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.
Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
(7)
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Desember 2012
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AZWAR ABUBAKAR Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Januari 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 69
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN PAN DAN RB Kepala Biro Hukum dan Humas,
(8)
PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketatalaksanaan pemerintah merupakan pengaturan tentang cara melaksanakan tugas dan fungsi dalam berbagai bidang kegiatan pemerintahan di lingkungan instansi pemerintah. Salah satu komponen penting dalam ketatalaksanaan pemerintah adalah administrasi umum. Ruang lingkup administrasi umum meliputi tata naskah dinas, penamaan lembaga, singkatan dan akronim, kearsipan, serta tata ruang perkantoran.
Tata naskah dinas sebagai salah satu unsur administrasi umum meliputi, antara lain, pengaturan tentang jenis dan penyusunan naskah dinas, penggunaan lambang negara, logo dan cap dinas, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, pengurusan naskah dinas korespondensi, kewenangan, perubahan, pencabutan, pembatalan produk hukum, dan ralat.
Ketentuan tentang tata naskah dinas yang berlaku untuk seluruh instansi pemerintah telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas. Dengan adanya Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
(9)
Kebangsaan, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, ketentuan dalam Pedoman Umum Tata Naskah Dinas tersebut perlu disesuaikan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pedoman Umum Tata Naskah Dinas yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22 Tahun 2008 perlu disempurnakan.
B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud
Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah dimaksudkan sebagai acuan penyelenggaraan tata naskah dinas pada instansi pemerintah.
2. Tujuan
Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah bertujuan
menciptakan kelancaran komunikasi tulis yang efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pemerintahan.
C. Sasaran
Sasaran penetapan Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah adalah:
1. tercapainya kesamaan pengertian dan pemahaman dalam
penyelenggaraan tata naskah dinas di seluruh instansi pemerintah;
2. terwujudnya keterpaduan penyelenggaraan tata naskah dinas dengan
unsur lainnya dalam lingkup administrasi umum;
3. terwujudnya kemudahan dan kelancaran dalam komunikasi tulis;
4. tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan tata naskah dinas;
5. berkurangnya tumpang-tindih dan pemborosan penyelenggaraan tata
naskah dinas.
(10)
D. Asas
Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah ini disusun berdasarkan asas sebagai berikut.
1.Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan tata naskah dinas perlu dilakukan secara efektif dan efisien dalam penulisan, penggunaan ruang atau lembar naskah dinas, spesifikasi informasi, serta dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik, benar, dan lugas.
2.Pembakuan
Naskah dinas diproses dan disusun menurut tata cara dan bentuk yang telah dibakukan.
3.Pertanggungjawaban
Penyelenggaraan tata naskah dinas dapat dipertanggungjawabkan dari segi isi, format, prosedur, kewenangan, dan keabsahan.
4.Keterkaitan
Kegiatan penyelenggaraan tata naskah dinas dilakukan dalam satu kesatuan sistem administrasi umum.
5.Kecepatan dan Ketepatan
Naskah dinas harus dapat diselesaikan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran dalam redaksional, prosedural, dan distribusi.
6.Keamanan
Tata naskah dinas harus aman dalam penyusunan, klasifikasi, penyampaian kepada yang berhak, pemberkasan, kearsipan, dan distribusi.
E.Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah meliputi pengaturan tentang jenis dan format naskah dinas; penyusunan naskah dinas; pengurusan naskah dinas korespondensi; pejabat penanda
(11)
tangan naskah dinas; penggunaan lambang negara dan logo dalam naskah dinas; serta perubahan, pencabutan,pembatalan, dan ralat naskah dinas.
F. Pengertian Umum
Pengertian umum dalam pedoman ini meliputi hal-hal berikut.
1.Administrasi umum adalah rangkaian kegiatan administrasi yang
meliputi tata naskah dinas, penamaan lembaga, singkatan dan akronim, kearsipan, serta tata ruang perkantoran.
2.Naskah dinas adalah komunikasi tulis sebagai alat komunikasi
kedinasan yang dibuat dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang di lingkungan instansi pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan.
3.Tata naskah dinas adalah penyelenggaraan komunikasi tulis yang
meliputi pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan,
pengabsahan, distribusi dan penyimpanan naskah dinas, serta media yang digunakan dalam komunikasi kedinasan.
4.Format adalah susunan dan bentuk naskah yang menggambarkan tata
letak dan redaksional, serta penggunaan lambang negara, logo, dan cap dinas.
5.Penanda tangan naskah dinas adalah pejabat yang menandatangani
naskah dinas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab kedinasan pada jabatannya.
6.Instansi pemerintah adalah kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, sekretariat lembaga negara, lembaga setingkat menteri dan lembaga lain, lembaga nonstruktural, serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
7.Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika.
8.Logo adalah gambar dan/atau huruf sebagai identitas instansi
pemerintah.
(12)
JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS
Jenis naskah dinas terdiri atas dua macam, yaitu naskah dinas arahan dan naskah dinas korespondensi. Kedua jenis naskah dinas tersebut dijelaskan sebagai berikut.
A. Naskah Dinas Arahan
Naskah dinas arahan merupakan naskah dinas yang memuat kebijakan pokok atau kebijakan pelaksanaan yang harus dipedomani dan dilaksanakan dalam penyelenggaraan tugas dan kegiatan setiap instansi pemerintah yang berupa produk hukum yang bersifat pengaturan, penetapan, dan penugasan.
1.Naskah Dinas Pengaturan
Naskah dinas yang bersifat pengaturan terdiri atas peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan, Standar Operasional Prosedur (SOP), dan surat edaran.
a. Peraturan
Ketentuan lebih lanjut tentang pengertian, kewenangan, format, dan
tata cara penulisan peraturan diatur dengan peraturan
perundang-undangan.
b. Pedoman 1) Pengertian
Pedoman adalah naskah dinas yang memuat acuan yang bersifat umum di lingkungan instansi pemerintah yang perlu dijabarkan ke dalam petunjuk operasional dan penerapannya disesuaikan dengan karakteristik instansi/organisasi yang bersangkutan.
(13)
2) Wewenang Penetapan dan Penandatanganan
Pedoman dibuat dalam rangka menindaklanjuti kebijakan yang lebih tinggi dan pengabsahannya ditetapkan dengan peraturan pejabat yang berwenang.
3) Susunan a) Lampiran
Pedoman dicantumkan sebagai lampiran peraturan dan ditulis di atas kertas dengan menggunakan lambang negara dan nama jabatan pejabat negara (untuk pejabat negara) atau logo dan nama jabatan pimpinan tertinggi instansi (untuk nonpejabat negara) yang diletakkan secara simetris di atas, serta
dicantumkan tulisan lampiran peraturan, nomor, tentang, dan
nama pedoman dengan menggunakan huruf kapital serta ditempatkan secara simetris.
b) Kepala
Bagian kepala pedoman terdiri dari
(1)tulisan pedoman dengan menggunakan huruf kapital dan
dicantumkan di tengah atas;
(2)rumusan judul pedoman yang ditulis secara simetris dengan
huruf kapital.
c) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh pedoman terdiri dari
(1)pendahuluan, yang berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, asas, ruang lingkup, danpengertian umum;
(2)materi pedoman;
(3)penutup, yang terdiri dari hal yang harus diperhatikan dan
penjabaran lebih lanjut.
(14)
d) Kaki
Bagian kaki pedoman terdiri dari
(1)nama jabatan pejabat yang menandatangani, yang ditulis
dalam huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca koma;
(2)tanda tangan;
(3)nama lengkap, yang ditulis dengan huruf kapital, tanpa
mencantumkan gelar.
Format pedoman dapat dilihat pada Contoh 1A dan 1B.
(15)
CONTOH 1A
FORMAT PEDOMAN YANG DITANDATANGANI OLEH PEJABAT NEGARA
NAMA JABATAN ……….. REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI……….. REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN ... TENTANG PEDOMAN ……… PEDOMAN ……… BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
………...………..………
B. Maksud dan Tujuan
………...………..………
C. Sasaran
………..………..………..
D. Asas
………..……..….………..………..
E. Ruang Lingkup
………..……..….………..………..
F. Pengertian Umum
………..……..….………..………..
BAB II
A.……….…….………..
B. dan seterusnya
BAB III
A.……...………….………..
……...………….………..
B. dan seterusnya
NAMA JABATAN,
Tanda Tangan dan Cap jabatan
NAMA LENGKAP
Judul Pedoman yang ditulis dengan huruf kapital
Memuat latar belakang tentang ditetapkannya pedoman, maksud dan tujuan, sasaran, asas, ruang lingkup, dan pengertian umum
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf kapital
Terdiri dari konsepsi dasar/pokok-pokok/isi pedoman Lambang Negara dan nama jabatan yang telah dicetak
Penulisan Lampiran
(16)
CONTOH 1B
FORMAT PEDOMAN YANG DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA
NAMA INSTANSI LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA……… REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG……….
PEDOMAN ………
PEDOMAN
……… BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
………...………..………
B. Maksud dan Tujuan
………...………..………
C. Sasaran
………..………..………..
D. Asas
………..……..….………..………..
E. Ruang Lingkup
………..……..….………..………..
F. Pengertian Umum
………..……..….………..………..
BAB II
A.……….…….………..
B. dan seterusnya
BAB III
A.……...………….………..
B. dan seterusnya
NAMA JABATAN,
Tanda Tangan
dan Cap jabatan
NAMA LENGKAP
Judul Pedoman yang ditulis dengan huruf kapital
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf kapital Terdiri dari konsepsi dasar/pokok-pokok Logo dan nama instansi yang telah dicetak Logo Memuat latar belakang tentang ditetapkannya pedoman, maksud dan tujuan, sasaran, asas, ruang lingkup, dan pengertian umum
Penulisan Lampiran
(17)
c. Petunjuk Pelaksanaan 1) Pengertian
Petunjuk pelaksanaan adalah naskah dinas pengaturan yang
memuat cara pelaksanaan kegiatan, termasuk urutan
pelaksanaannya.
2) Wewenang Penetapan dan Penandatanganan
Pejabat yang berwenang menetapkan dan menandatangani petunjuk pelaksanaan adalah pejabat pimpinan tertinggi instansi pemerintah.
3) Susunan a) Lampiran
Petunjuk pelaksanaan dicantumkan sebagai lampiran peraturan dan ditulis di atas kertas dengan menggunakan lambang negara dan nama jabatan pejabat negara (untuk pejabat negara) atau logo dan nama jabatan pimpinan tertinggi instansi (untuk nonpejabat negara) yang diletakkan secara simetris di atas,
serta dicantumkan tulisan lampiran peraturan, nomor, tentang,
dan nama pelaksanaan dengan menggunakan huruf kapital serta ditempatkan secara simetris.
b) Kepala
Bagian kepala petunjuk pelaksanaan terdiri dari
(1)tulisan petunjuk pelaksanaan dengan huruf kapital,
dicantumkan di tengah atas;
(2)rumusan judul petunjuk pelaksanaan, ditulis dengan huruf
kapital dan dicantumkan secara simetris.
(18)
c) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh petunjuk pelaksanaan terdiri dari
(1)pendahuluan, yang memuat penjelasan umum, maksud dan
tujuan petunjuk pelaksanaan, ruang lingkup, pengertian, dan hal lain yang dipandang perlu;
(2)batang tubuh materi petunjuk pelaksanaan, yang dengan
jelas menunjukkan urutan tindakan, pengorganisasian, koordinasi, pengawasan dan pengendalian, serta hal lain yang dipandang perlu untuk dilaksanakan.
d) Kaki
Bagian kaki petunjuk pelaksanaan terdiri dari
(1)nama jabatan pejabat yang menetapkan petunjuk
pelaksanaan, yang ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca koma;
(2)tanda tangan pejabat yang menetapkan;
(3)nama lengkap pejabat yang menandatangani yang ditulis dengan huruf kapital, tanpa mencantumkan gelar.
4) Distribusi
Distribusi dilakukan dengan menggunakan daftar distribusi yang berlaku.
Format petunjuk pelaksanaan dapat dilihat pada Contoh 2A dan 2B.
(19)
CONTOH 2A
FORMAT PETUNJUK PELAKSANAAN YANG DITANDATANGANI OLEH PEJABAT NEGARA NAMA JABATAN ……….. REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURANMENTERI……… REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ... TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN………….. PETUNJUK PELAKSANAAN ……… BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
………...………..………. B. Maksud dan Tujuan
………...………..………. C. Ruang Lingkup
………..………..………. D. Pengertian Umum
………..……..….………..………. BAB II
PELAKSANAAN
A.………..……….
B. dan seterusnya
NAMA JABATAN,
Tanda Tangan dan Cap jabatan NAMA LENGKAP
Judul Juklak yang ditulis dengan huruf kapital Memuat alasan tentang ditetapkannya petunjuk pelaksanaan, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup, dan pengertian umum Menunjukkan urutan tindakan, pengorganisasian, koordinasi , pengawasan pengendalian, dsb.
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf kapital
Lambang Negara dan nama jabatan yang telah dicetak
Penulisan Lampiran
(20)
CONTOH 2B
FORMAT PETUNJUK PELAKSANAAN YANG DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA
NAMA INSTANSI
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA………… REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ... TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN……….. PETUNJUK PELAKSANAAN ……… BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ………...………..………. B. Maksud dan Tujuan
………...………..………. C. Ruang Lingkup
………..………..………. D. Pengertian Umum
………..……..….………..………. BAB II
PELAKSANAAN
A.………..……….
B. dan seterusnya
NAMA JABATAN,
Tanda Tangan dan Cap jabatan NAMA LENGKAP
Judul Juklak yang ditulis dengan huruf kapital Memuat alasan tentang ditetapkannya petunjuk pelaksanaan, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup, dan pengertian umum Menunjukkan urutan tindakan, pengorganisasian, koordinasi , pengendalian, dsb.
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf kapital
Logo Logo dan nama instansi yang telah dicetak
Penulisan Lampiran
(21)
d. Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana, kapan harus dilakukan, di mana, dan oleh siapa dilakukan.
SOP administrasi pemerintahan merupakan prosedur operasional
standar dari berbagai proses penyelenggaraan administrasi
pemerintahan. Ketentuan lebih lanjut tentang SOP administrasi pemerintahan diatur dengan peraturan perundang-undangan.
e. Surat Edaran 1) Pengertian
Surat edaran adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap penting dan mendesak.
2) Wewenang Penetapan dan Penandatanganan
Kewenangan untuk menetapkan dan menandatangani surat edaran oleh pejabat pimpinan tertinggi instansi pemerintah dapat dilimpahkan kepada pejabat pimpinan sekretariat instansi pemerintah atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan substansi surat edaran.
3) Susunan a) Kepala
Bagian kepala surat edaran terdiri dari
(1)kop naskah dinas, yang berisi gambar lambang negara dan
nama jabatan (untuk pejabat negara) atau logo instansi dan nama instansi (untuk nonpejabat negara), yang ditulis dengan huruf kapital, diletakkan secara simetris;
(2)tulisan surat edaran, yang dicantumkan di bawah lambang
negara/logo instansi, ditulis dengan huruf kapital serta nomor surat edaran di bawahnya secara simetris,
(22)
(3)kata tentang, yang dicantumkan di bawah frasa surat edaran
ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
(4)rumusan judul surat edaran, yang ditulis dengan huruf
kapital secara simetris di bawah kata tentang.
b) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh surat edaran terdiri dari
(1)alasan tentang perlunya dibuat surat edaran;
(2)peraturan perundang-undangan atau naskah dinas lain yang
menjadi dasar pembuatan surat edaran;
(3)pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap
mendesak.
c) Kaki
Bagian kaki surat edaran terdiri dari
(1)tempat dan tanggal penetapan;
(2)nama jabatan pejabat penanda tangan, yang ditulis dengan
huruf kapital, diakhiri dengan tanda baca koma;
(3)tanda tangan pejabat penanda tangan;
(4)nama lengkap pejabat penanda tangan, yang ditulis dengan
huruf kapital;
(5)cap dinas.
4) Distribusi
Surat edaran disampaikan dengan surat dinas/memorandum/nota dinas dari pejabat yang berwenang kepada pejabat dan pihak terkait lainnya.
Format surat edaran dapat dilihat pada Contoh 3A dan 3B.
(23)
CONTOH 3A
FORMAT SURAT EDARAN YANG DITANDATANGANI OLEH PEJABAT NEGARA
NAMA JABATAN ……….. REPUBLIK INDONESIA
SURAT EDARAN NOMOR …. TAHUN ....
TENTANG
……….
A. Latar Belakang
………
………….………
B. Maksud dan Tujuan
………
………..………
C. Ruang Lingkup
………
………
D. Dasar
………
………
E. ………..………
dan seterusnya.
Ditetapkan di ………
pada tanggal ………... NAMA JABATAN,
Tanda Tangan dan Cap jabatan NAMA LENGKAP
Penomoran yang berurutan dalam 1 tahun takwin
Judul Surat Edaran yang ditulis dengan huruf kapital
Memuat alasan tentang perlu diterapkannya Surat Edaran, maksud dan tujuan, ruang lingkup, dasar dan seterusnya
Memuat ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar ditetapkannya Surat Edaran
Kota sesuai dengan alamat instansi dan tanggal
penandatanganan
Memuat pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap mendesak
Lambang Negara dan nama jabatan yang telah dicetak
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf kapital
(24)
CONTOH 3B
FORMAT SURAT EDARAN YANG DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA
NAMA INSTANSI
SURAT EDARAN
NOMOR …. TAHUN ....
TENTANG
……….
A. Latar Belakang
………
………….………
B. Maksud dan Tujuan
………
………..………
C. Ruang Lingkup
……… ……… ……….. D. Dasar ……… ………
E. ………..………
dan seterusnya.
Ditetapkan di ………
pada tanggal ………... NAMA JABATAN,
Tanda Tangan dan Cap jabatan NAMA LENGKAP
Penomoran yang berurutan dalam 1 tahun takwin
Judul Surat Edaran yang ditulis dengan huruf kapital Memuat alasan tentang perlu diterapkannya Surat Edaran Memuat ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar ditetapkannya Surat Edaran
Kota sesuai dengan alamat instansi dan tanggal penandatanganan Memuat
pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap mendesak
Logo Logo dan nama
instansi yang telah dicetak
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf kapital
(25)
2.Naskah Dinas Penetapan (Keputusan)
Jenis naskah dinas penetapan hanya ada satu macam, yaitu Keputusan,
a. Pengertian
Keputusan adalah naskah dinas yang memuat kebijakan yang bersifat menetapkan, tidak bersifat mengatur, dan merupakan pelaksanaan kegiatan, yang digunakan untuk:
1) menetapkan/mengubah status kepegawaian/personal/
keanggotaan/material/peristiwa;
2) menetapkan/mengubah/membubarkan suatu kepanitiaan/tim;
3) menetapkan pelimpahan wewenang.
b. Wewenang Penetapan dan Penandatanganan
Pejabat yang berwenang menetapkan dan menandatangani Keputusan adalah pejabat yang bewenang berdasarkan lingkup tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
c. Susunan
1) Kepala
Bagian kepala Keputusan terdiri dari:
(a) kop naskah dinas, yang berisi lambang negara dan nama
jabatan (untuk pejabat negara) atau logo dan nama instansi (untuk nonpejabat negara), yang ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
(b)kata keputusan dan nama jabatan pejabat yang menetapkan,
yang ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
(c) nomor Keputusan, yang ditulis dengan huruf kapital secara
simetris;
(d)kata penghubung tentang, yang ditulis dengan huruf kapital;
(e) judul Keputusan, yang ditulis dengan huruf kapital;
(f) nama jabatan pejabat yang menetapkan Keputusan, yang ditulis
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca koma.
(26)
2) Konsiderans
Bagian konsiderans Keputusan terdiri dari
(a) kata Menimbang, yaitu konsiderans yang memuat
alasan/tujuan/kepentingan/pertimbangan tentang perlu
ditetapkannya Keputusan;
(b)kata Mengingat, yaitu konsiderans yang memuat peraturan
perundang-undangan sebagai dasar pengeluaran Keputusan.
3) Diktum
Bagian diktum Keputusan terdiri dari hal berikut.
(a) Diktum dimulai dengan kata memutuskan yang ditulis dengan
huruf kapital dan diikuti kata menetapkan di tepi kiri dengan huruf awal kapital.
(b)Substansi kebijakan yang ditetapkan dicantumkan setelah kata
menetapkan yang ditulis dengan huruf awal kapital.
(c) Untuk keperluan tertentu, Keputusan dapat dilengkapi dengan
Salinan dan Petikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4) Batang Tubuh
Sistematika dan cara penulisan bagian batang tubuh Keputusan sama dengan ketentuan dalam penyusunan Peraturan, tetapi
substansi Keputusan diuraikan bukan dalam pasal-pasal,
melainkan diawali dengan bilangan bertingkat/diktum Kesatu, Kedua, Ketiga, dan seterusnya.
5) Kaki
Bagian kaki Keputusan terdiri dari
(a) tempat dan tanggal penetapan Keputusan;
(b)jabatan pejabat yang menetapkan, yang ditulis dengan huruf
kapital, dan diakhiri dengan tanda baca koma;
(c) tanda tangan pejabat yang menetapkan Keputusan;
(27)
(d)nama lengkap pejabat yang menandatangani Keputusan, yang ditulis dengan huruf kapital, tanpa mencantumkan gelar.
d. Pengabsahan
1) Pengabsahan merupakan suatu pernyataan bahwa sebelum
digandakan dan didistribusikan dengan sah, suatu Keputusan telah dicatat dan diteliti sehingga dapat diumumkan oleh pejabat yang bertanggung jawab di bidang hukum atau administrasi umum atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan substansi Keputusan.
2) Pengabsahan dicantumkan di bawah ruang tanda tangan sebelah
kiri bawah, yang terdiri atas kata Salinan sesuai dengan aslinya, nama jabatan, tanda tangan, nama pejabat penanda tangan, dan dibubuhi nama jabatan dan nama lengkap ditulis dengan huruf awal kapital.
e. Distribusi
Keputusan yang telah ditetapkan didistribusikan kepada yang berkepentingan.
f. Hal yang Perlu Diperhatikan
Pengertian, kewenangan, format, dan tata cara penulisan keputusan yang bersifat pengaturan disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Format Keputusan dapat dilihat pada Contoh 4.
(28)
CONTOH 4
FORMAT KEPUTUSAN YANG DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA
NAMA INSTANSI
KEPUTUSAN……….……… NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
………. NAMA JABATAN ………..
Menimbang : a. bahwa ……….
………..…;
b. bahwa ………..……… ………..;
Mengingat : 1. ………;
2. ………;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: KEPUTUSAN ……… TENTANG….………
……….……….………
KESATU :
………
KEDUA :
………
KETIGA :
………
Ditetapkan di ………
pada tanggal …….……….
NAMA JABATAN,
Tanda Tangan dan Cap jabatan
NAMA LENGKAP
Logo dan nama jabatan yang telah dicetak
Judul Keputusan ditulis dengan huruf kapital
Memuat alasan tentang perlu ditetapkan Keputusan
Memuat Ketentuan perundang-undangan yang menjadi dasar ditetapkannya Peraturan
Memuat subtansi tentang kebijakan yang ditetapkan
Kota sesuai dengan alamat instansi &tanggal penandatanganan
Nama jabatan & nama lengkap yang ditulis dengan huruf kapital Logo
(29)
3.Naskah Dinas Penugasan a. Instruksi
1) Pengertian
Instruksi adalah naskah dinas yang memuat perintah atau arahan untuk melakukan pekerjaan atau melaksanakan tugas yang bersifat sangat penting.
2) Wewenang Penetapan dan Penandatanganan
Pejabat yang berwenang menetapkan dan menandatangani instruksi adalah pejabat pimpinan tertinggi instansi pemerintah.
3) Susunan a) Kepala
Bagian kepala instruksi terdiri dari
(1)kop naskah dinas yang berisi gambar lambang negara dan
tulisan nama jabatan (untuk pejabat negara) atau logo instansi dan nama instansi (untuk nonpejabat negara), yang ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
(2)kata instruksi dan nama jabatan pejabat yang menetapkan,
yang ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
(3)nomor instruksi, yang ditulis dengan huruf kapital secara
simetris;
(4)kata tentang, yang ditulis dengan huruf kapital secara
simetris;
(5)judul instruksi, yang ditulis dengan huruf kapital secara
simetris;
(6)nama jabatan pejabat yang menetapkan instruksi, yang
ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca koma secara simetris.
(30)
b) Konsiderans
Bagian konsiderans instruksi terdiri dari
(1)kata menimbang, yang memuat latar belakang penetapan
instruksi;
(2)kata mengingat, yang memuat dasar hukum sebagai
landasan penetapan instruksi.
c) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh instruksi memuat substansi Instruksi.
d) Kaki
Bagian kaki instruksi terdiri dari
(1)tempat (kota sesuai dengan alamat instansi) dan tanggal
penetapan instruksi;
(2)nama jabatan pejabat yang menetapkan instruksi, yang
ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda koma;
(3)tanda tangan pejabat yang menetapkan instruksi;
(4)nama lengkap pejabat yang menandatangani instruksi, yang
ditulis dengan huruf kapital, tanpa mencantumkan gelar.
4) Distribusi dan Tembusan
Instruksi yang telah ditetapkan didistribusikan kepada yang berkepentingan.
5) Hal yang Perlu Diperhatikan
a) Instruksi merupakan pelaksanaan kebijakan pokok sehingga
instruksi harus merujuk pada suatu peraturan perundang-undangan.
b) Wewenang penetapan dan penandatanganan instruksi tidak
dapat dilimpahkan kepada pejabat lain.
Format instruksi dapat dilihat pada Contoh 5A dan 5B.
(31)
CONTOH 5A
FORMAT INSTRUKSI YANG DITANDATANGANI OLEH PEJABAT NEGARA
NAMA JABATAN ……….. REPUBLIK INDONESIA
INSTRUKSI
……….……… NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
………. NAMA JABATAN ………..
Dalam rangka ……….………..………..………... dengan ini memberi instruksi
Kepada : 1. Nama/Jabatan Pegawai; 2. Nama/Jabatan Pegawai; 3. Nama/Jabatan Pegawai; 4. Nama/Jabatan Pegawai; Untuk :
KESATU: ………..
KEDUA: ……….. KETIGA: ………..
KEEMPAT: Melaksanakan instruksi ini dengan penuh tanggung jawab.
Instruksi …. ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.
Dikeluarkan di ………
pada tanggal ………... NAMA JABATAN,
Tanda Tangan dan Cap jabatan NAMA LENGKAP Lambang Negara dan nama jabatan yang telah dicetak Judul Instruksi yang ditulis dengan huruf kapital Memuat alasan tentang perlu ditetapkan Instruksi
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf kapital
Daftar pejabat yang menerima Instruksi
Memuat substansi tentang arahan yang diinstruksikan
Kota sesuai dengan alamat instansi dan tanggal
penandatanganan
(32)
CONTOH 5B
FORMAT INSTRUKSI YANG DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA
NAMA INSTANSI
INSTRUKSI
……….……… NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
………. NAMA JABATAN ………..
Dalam rangka ……….………..………..………... dengan ini memberi instruksi
Kepada : 1. Nama/Jabatan Pegawai; 2. Nama/Jabatan Pegawai; 3. Nama/Jabatan Pegawai; 4. Nama/Jabatan Pegawai; Untuk :
KESATU: ………..
KEDUA: ……….. KETIGA: ………..
KEEMPAT: Melaksanakan instruksi ini dengan penuh tanggung jawab.
Instruksi …. ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.
Dikeluarkan di ………
pada tanggal ………...
NAMA JABATAN,
Tanda Tangan dan Cap jabatan NAMA LENGKAP Judul Instruksi yang ditulis dengan huruf kapital Memuat alasan tentang perlu ditetapkan Instruksi
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf kapital
Daftar pejabat yang menerima Instruksi
Memuat substansi tentang arahan yang diinstruksikan
Kota sesuai dengan alamat instansi dan tanggal
penandatanganan Logo Logo dan nama jabatan yang telah
dicetak
(33)
b. Surat Perintah 1) Pengertian
Surat perintah adalah naskah dinas dari atasan atau pejabat yang berwenang yang ditujukan kepada bawahan atau pegawai lainnya yang berisi perintah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.
2) Wewenang Pembuatan dan Penandatangan
Surat perintah dibuat dan ditandatangani oleh atasan atau pejabat yang bewenang berdasarkan lingkup tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
3) Susunan a) Kepala
Bagian kepala surat perintah terdiri dari
(1)kop naskah dinas, yang berisi lambang negara dan nama
jabatan (untuk pejabat negara) atau logo dan nama instansi (untuk nonpejabat negara), yang ditulis dengan huruf awal kapital secara simetris;
(2)kata surat perintah, yang ditulis dengan huruf kapital secara
simetris;
(3)nomor, yang berada di bawah tulisan surat perintah.
b) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh surat perintah terdiri dari hal berikut.
(1) Konsiderans meliputi pertimbangan dan/atau dasar:
pertimbangan memuat alasan ditetapkannya surat perintah;
dasar memuat ketentuan yang dijadikan landasan
ditetapkannya surat perintah tersebut.
(2)Diktum dimulai dengan frasa memberi perintah, yang ditulis
dengan huruf kapital dicantumkan secara simetris, diikuti
kata kepada di tepi kiri serta nama dan jabatan pegawai yang
mendapat perintah. Di bawah kata kepada ditulis kata untuk
disertai perintah-perintah yang harus dilaksanakan.
(34)
c) Kaki
Bagian kaki surat perintah terdiri dari
(1) tempat dan tanggal surat perintah;
(2) nama jabatan pejabat yang menandatangani, yang ditulis
dengan huruf awal kapital pada setiap awal unsurnya, dan diakhiri dengan tanda baca koma;
(3) tanda tangan pejabat yang menugasi;
(4) nama lengkap pejabat yang menandatangani surat perintah,
yang ditulis dengan huruf awal kapital pada setiap awal unsurnya;
(5) cap dinas.
4) Distribusi dan Tembusan
a)Surat perintah disampaikan kepada pihak yang mendapat
perintah.
b)Tembusan surat perintah disampaikan kepada pejabat/instansi
yang terkait.
5) Hal yang Perlu Diperhatikan
a) Bagian konsiderans memuat pertimbangan atau dasar.
b) Jika perintah merupakan tugas kolektif, daftar pegawai yang
ditugasi dimasukkan ke dalam lampiran yang terdiri dari kolom nomor urut, nama, pangkat, NIP, jabatan, dan keterangan.
c) Surat perintah tidak berlaku lagi setelah tugas yang termuat
selesai dilaksanakan.
Format surat perintah dapat dilihat pada Contoh 6A dan 6B.
(35)
CONTOH 6A
FORMAT SURAT PERINTAH YANG DITANDATANGANI OLEH PEJABAT NEGARA NAMA JABATAN ……….. REPUBLIK INDONESIA SURAT PERINTAH NOMOR …/../../.. ………
Menimbang : a. bahwa ……….…;
b. bahwa ………..…;
Dasar : 1. ………;
2. ………;
Memberi Perintah
Kepada : 1. ………;
2. ………;
3. ………;
4. dan seterusnya.
Untuk : 1. ………;
2. ………; 3. ………;
4. dan seterusnya.
Nama Tempat, Tanggal Nama Jabatan,
Tanda Tangan dan Cap Instansi Nama Lengkap Tembusan: 1. .... 2. .… CONTOH 6B
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal kapital Nama Jabatan yang menandatangani Lambang Negara dan nama jabatan yang telah dicetak Daftar Pejabat yang menerima perintah
Kota sesuai alamat instansi dan tanggal penandatanganan Memuat Substansi arahan yang diperintahkan Memuat Peraturan/ dasar ditetapkan Surat Perintah CONTOH 6B...
(36)
FORMAT SURAT PERINTAH YANG DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA NAMA INSTANSI SURAT PERINTAH NOMOR …/../../.. ………
Menimbang : a. bahwa ……….…;
b. bahwa ………..…;
Dasar : 1. ………;
2. ………;
Memberi Perintah
Kepada : 1. ………;
2. ………; 3. ………;
4. dan seterusnya.
Untuk : 1. ………;
2. ………; 3. ………;
4. dan seterusnya.
Nama Tempat, Tanggal Nama Jabatan,
Tanda Tangan dan Cap Instansi Nama Lengkap
Tembusan: 1. ....
2. .…
c. Surat Tugas
Logo dan nama instansi yang telah dicetak
Logo
Nama Jabatan yang menandatangani Daftar Pejabat yang menerima perintah Memuat Substansi arahan yang diperintahkan
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal kapital
Memuat Peraturan/ dasar ditetapkan Surat Perintah
Kota sesuai alamat instansi dan tanggal penandatanganan
(37)
1) Pengertian
Surat tugas adalah naskah dinas dari atasan atau pejabat yang berwenang yang ditujukan kepada bawahan atau pegawai lainnya yang berisi penugasan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsi.
2) Wewenang Pembuatan dan Penandatangan
Surat tugas dibuat dan ditandatangani oleh atasan atau pejabat yang bewenang berdasarkan lingkup tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
3) Susunan a) Kepala
Bagian kepala Surat Tugas terdiri dari
(1)kop naskah dinas, yang berisi lambang negara dan nama
jabatan (untuk pejabat negara) atau logo dan nama instansi (untuk nonpejabat negara), yang ditulis dengan huruf awal kapital secara simetris;
(2)kata surat tugas, yang ditulis dengan huruf kapital secara
simetris;
(3)nomor, yang berada di bawah tulisan surat tugas.
b) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh surat tugas terdiri dari hal berikut.
(1)Konsiderans meliputi pertimbangan dan/atau dasar:
pertimbangan memuat alasan ditetapkannya surat tugas;
dasar memuat ketentuan yang dijadikan landasan
ditetapkannya surat tugas tersebut.
(2)Diktum dimulai dengan frasa memberi tugas, yang ditulis
dengan huruf kapital dicantumkan secara simetris, diikuti
kata kepada di tepi kiri serta nama dan jabatan pegawai yang
mendapat tugas. Di bawah kata kepada ditulis kata untuk
disertai tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
(38)
c) Kaki
Bagian kaki surat tugas terdiri dari
(1)tempat dan tanggal surat tugas;
(2)nama jabatan pejabat yang menandatangani, yang ditulis
dengan huruf awal kapital pada setiap awal unsurnya, dan diakhiri dengan tanda baca koma;
(3)tanda tangan pejabat yang menugasi;
(4)nama lengkap pejabat yang menandatangani surat tugas,
yang ditulis dengan huruf awal kapital pada setiap awal unsurnya;
(5)cap dinas.
4) Distribusi dan Tembusan
a) Surat Tugas disampaikan kepada yang mendapat tugas.
b) Tembusan surat tugas disampaikan kepada pejabat/instansi
yang terkait.
5) Hal yang Perlu Diperhatikan
a) Bagian konsiderans memuat pertimbangan atau dasar.
b) Jika tugas merupakan tugas kolektif, daftar pegawai yang
ditugasi dimasukkan ke dalam lampiran yang terdiri dari kolom nomor urut, nama, pangkat, NIP, jabatan, dan keterangan.
c) Surat tugas tidak berlaku lagi setelah tugas yang termuat selesai
dilaksanakan.
Format surat tugas dapat dilihat pada Contoh 7.
(39)
CONTOH 7 FORMAT SURAT TUGAS
NAMA INSTANSI
SURAT TUGAS
NOMOR …/../../2012 ………..
Menimbang : a. bahwa ……….…
b. bahwa ………..…
Dasar : 1. ………;
2. ………;
Memberi Tugas
Kepada : 1. ………;
2. ………;
3. ………;
4. dan seterusnya.
Untuk : 1. ………;
2. ………;
3. ………;
4. dan seterusnya.
Nama Tempat, Tanggal
Nama Jabatan,
Tanda Tangan dan Cap Instansi
Nama Lengkap
Tembusan: 1. ....
2. .…
Logo dan nama instansi yang telah dicetak
Penomoran yang berurutan dalam satu tahun takwin
Memuat Peraturan/ dasar ditetapkan Surat Tugas Daftar Pejabat yang menerima tugas
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal kapital Kota sesuai alamat instansi dan tanggal penandatanganan Logo
Nama Jabatan yang menandatangani Memuat Substansi arahan yang ditugaskan B. Naskah...
(40)
B. Naskah Dinas Korespondensi
1. Naskah Dinas Korespondensi Intern a. Nota Dinas
1) Pengertian
Nota dinas adalah naskah dinas intern yang dibuat oleh pejabat
dalam melaksanakan tugas guna menyampaikan laporan,
pemberitahuan, pernyataan, permintaan, atau penyampaian
kepada pejabat lain. Nota dinas memuat hal yang bersifat rutin, berupa catatan ringkas yang tidak memerlukan penjelasan yang panjang, dapat langsung dijawab dengan disposisi oleh pejabat yang dituju.
2) Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan
Nota dinas dibuat oleh pejabat dalam satu lingkungan satuan organisasi sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
3) Susunan a) Kepala
Bagian kepala nota dinas terdiri dari
(1)kop naskah dinas, yang berisi nama instansi/satuan
organisasi ditulis secara simetris di tengah atas;
(2)kata nota dinas, ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
(3)kata nomor, ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
(4)singkatan Yth., ditulis dengan huruf awal kapital, diikuti
dengan tanda baca titik;
(5)kata dari, ditulis dengan huruf awal kapital;
(6)kata hal, ditulis dengan huruf awal kapital;
(7)kata tanggal, ditulis dengan huruf awal kapital.
(41)
b) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh nota dinas terdiri dari alinea pembuka, isi, dan penutup ditulis secara singkat, padat, dan jelas.
c) Kaki
Bagian kaki nota dinas terdiri dari tanda tangan, nama pejabat, dan tembusan (jika perlu).
4) Hal yang Perlu Diperhatikan
a) Nota dinas tidak dibubuhi cap dinas.
b) Tembusan nota dinas berlaku di lingkungan intern instansi.
c) Penomoran nota dinas dilakukan dengan mencantumkan nomor
nota dinas, kode jabatan penanda tangan, kode klasifikasi arsip, bulan, dan tahun.
Format Nota Dinas dapat dilihat pada Contoh 8.
(42)
CONTOH 8 FORMAT NOTA DINAS
NAMA INSTANSI
……..………
NOTA DINAS
NOMOR …/…./……./……..
Yth : ……….…
Dari : ……….… Hal : ……….…
Tanggal : ………..…
………..
………..………
………..………
………..
………..………
………..
………..………
Tanda Tangan
Nama Lengkap Tembusan:
1. ………. 2. ………. 3. ……….
Nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal kapital, tidak dibubuhi cap dinas
Penomoran yang berurutan dalam satu tahun takwin
Memuat laporan, pemberitahuan, pernyataan, atau permintaan yang sifatnya rutin, berupa catatan ringkas
(43)
b. Memorandum 1) Pengertian
Memorandum adalah naskah dinas intern yang bersifat
mengingatkan suatu masalah, menyampaikan arahan, peringatan, saran, dan pendapat kedinasan.
2) Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan
Memorandum dibuat oleh pejabat dalam lingkungan instansi/unit kerja sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
3) Susunan a) Kepala
Bagian kepala memorandum terdiri dari
(1)kop naskah dinas, yang berisi nama instansi/satuan
organisasi ditulis secara simetris di tengah atas; kecuali memorandum yang ditandatangani oleh Menteri/pejabat negara, kop naskah dinas menggunakan lambang negara;
(2)kata memorandum, ditulis di tengah dengan huruf kapital;
(3)kata nomor, ditulis di bawah kata memorandum dengan
huruf kapital;
(4)singkatan Yth., ditulis dengan huruf awal kapital;
(5)kata dari, ditulis dengan huruf awal kapital;
(6)kata hal, yang ditulis dengan huruf awal kapital;
(7)kata tanggal, yang ditulis dengan huruf awal kapital.
b) Batang Tubuh
Batang tubuh memorandum terdiri dari alinea pembuka, alinea isi, dan alinea penutup yang singkat, padat, dan jelas. Bagian kaki memorandum terdiri dari tanda tangan dan nama pejabat serta tembusan jika diperlukan.
(44)
c) Kaki
Bagian kaki memorandum terdiri dari tanda tangan dan nama pejabat serta tembusan jika diperlukan.
4) Hal yang Perlu Diperhatikan
a) Memorandum tidak dibubuhi cap dinas;
b) Tembusan memorandum berlaku di lingkungan intern instansi;
c) Penomoran memorandum dilakukan dengan mencantumkan
nomor memorandum, kode jabatan penanda tangan, kode klasifikasi arsip, bulan, dan tahun.
Format memorandum dapat dilihat pada Contoh 9A dan 9B.
(45)
CONTOH 9A
FORMAT MEMORANDUM YANG DITANDATANGANI OLEH PEJABAT NEGARA
NAMA JABATAN ……….. REPUBLIK INDONESIA
MEMORANDUM
NOMOR …/.../……../…………. Yth. : ……….…
Dari : ……….…
Hal : ……….…
Tanggal: ………..…
………..
………..………
………..………
………..
………..………
………..
………..………
Tanda Tangan
Nama Lengkap Tembusan:
1. ………. 2. ……….
Lambang Negara dan nama jabatan yang telah dicetak
Penomoran yang berurutan dalam satu tahun takwin
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal kapital tidak dibubuhi cap dinas Memuat materi yang bersifat mengingatkan suatu masalah atau menyampaikan saran/pendapat kedinasan
(46)
CONTOH 9B
FORMAT MEMORANDUM YANG DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA
NAMA INSTANSI
……..………
MEMORANDUM
NOMOR …/../……../………….
Yth. : ……….…
Dari : ……….… Hal : ……….…
Tanggal: ………..…
………..
………..………
………..………
………..
………..………
………..
………..………
Tanda Tangan
Nama Lengkap Tembusan:
1. ………. 2. ……….
Nama Instansi
Penomoran yang berurutan dalam satu tahun takwin
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal kapital tidak dibubuhi cap dinas Memuat materi yang bersifat mengingatkan suatu masalah atau menyampaikan saran/pendapat kedinasan
(47)
2. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern
Jenis naskah dinas korespondensi ekstern hanya ada satu macam, yaitu surat dinas.
a. Pengertian
Surat dinas adalah naskah dinas pelaksanaan tugas pejabat dalam
menyampaikan informasi kedinasan berupa pemberitahuan,
pernyataan, permintaan, penyampaian naskah dinas atau barang,
atau hal kedinasan lainnya kepada pihak lain di luar
instansi/organisasi yang bersangkutan.
b. Wewenang Penandatanganan
Surat dinas ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya.
c. Susunan 1) Kepala
Bagian kepala surat dinas terdiri dari
a) kop surat dinas, yang berisi lambang negara dan nama jabatan
(untuk pejabat negara) atau logo dan nama instansi (untuk nonpejabat negara) secara simetris;
b) nomor, sifat, lampiran, dan hal, diketik dengan huruf awal
kapital di sebelah kiri di bawah kop surat dinas;
c) tempat dan tanggal pembuatan surat, diketik di sebelah kanan
atas sejajar/sebaris dengan nomor;
d) kata Yth., ditulis di bawah hal, diikuti dengan nama jabatan
yang dikirimi surat;
e) alamat surat, ditulis di bawah Yth.
2) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh surat dinas terdiri dari alinea pembuka, isi, dan penutup.
(48)
3) Kaki
Bagian kaki surat dinas terdiri dari
a) nama jabatan, ditulis dengan huruf awal kapital, diakhiri tanda
baca koma;
b) tanda tangan pejabat;
c) nama lengkap pejabat/penanda tangan, ditulis dengan huruf
awal kapital;
d) stempel/cap dinas, yang digunakan sesuai dengan ketentuan;
e) tembusan, yang memuat nama jabatan pejabat penerima (jika
ada)
d. Distribusi
Surat dinas disampaikan kepada penerima yang berhak.
e. Hal yang Perlu Diperhatikan
1) Kop surat dinas hanya digunakan pada halaman pertama surat
dinas;
2) Jika surat dinas disertai lampiran, pada kolom Lampiran
dicantumkan jumlahnya;
3) Hal berisi pokok surat sesingkat mungkin yang ditulis dengan
huruf awal kapital pada setiap unsurnya, tanpa diakhiri tanda baca.
Format Surat Dinas dapat dilihat pada Contoh 10.
(49)
CONTOH 10A
FORMAT SURAT DINAS YANG DITANDATANGANI OLEH PEJABAT NEGARA
NAMA JABATAN ……….. REPUBLIK INDONESIA
Nomor : ../../../../… Tempat, (Tgl.,Bln.,Thn) Sifat :
Lampiran : Hal :
Yth. ……….… …….……….… ………….……….…
………(Alinea Pembuka)..………..
………..………
………..………
………(Alinea Isi)………..
………..………
………..………
………(Alinea Penutup)………..
………..………
………..………
Nama Jabatan,
(Tanda Tangan dan Cap Jabatan)
Nama Lengkap Tembusan:
1. ………. 2. ………. 3. ……….
Kop surat yang berupa lambang negara dan nama jabatan yang telah dicetak
Tempat dan tanggal pembuatan surat
Alamat tujuan yang ditulis di bagian kiri
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal capital
(50)
CONTOH 10B FORMAT SURAT DINAS YANG DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA
NAMA INSTANSI
………. JALAN ………..………
TELEPON ………...FAKSIMILE………
Nomor : ../../../../… (Tgl.,Bln.,Thn)
Sifat : Lampiran : Hal :
Yth. ……….… …….……….… ………….……….…
………(Alinea Pembuka)..………..
………..………
………..………
………(Alinea Isi)………..
………..………
………..………
………(Alinea Penutup)………..
………..………
………..………
Nama Jabatan,
(Tanda Tangan dan Cap Instansi)
Nama Lengkap Tembusan:
1. ………. 2. ………. 3. ……….
Kop surat yang berupa logo, nama instansi dan alamat lengkap yang telah dicetak
tanggal pembuatan surat
Alamat tujuan yang ditulis di bagian kiri
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal capital Logo
(51)
3. Surat Undangan a. Pengertian
Surat undangan adalah surat dinas yang memuat undangan kepada pejabat/pegawai yang tersebut pada alamat tujuan untuk menghadiri suatu acara kedinasan tertentu, seperti rapat, upacara, dan pertemuan.
b. Kewenangan
Surat undangan ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya.
c. Susunan 1) Kepala
Bagian kepala surat undangan terdiri dari
a) kop surat undangan, yang berisi lambang negara dan nama
jabatan (untuk pejabat negara) atau logo dan nama instansi (untuk nonpejabat negara);
b) nomor, sifat, lampiran, dan hal, diketik di sebelah kiri di bawah
kop surat undangan;
c) tempat dan tanggal pembuatan surat, diketik di sebelah kanan
atas sejajar/sebaris dengan nomor;
d) kata Yth., ditulis di bawah hal, yang diikuti dengan nama
jabatan, dan alamat yang dikirimi surat (jika diperlukan).
2) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh surat undangan terdiri dari
a) alinea pembuka;
b) isi undangan, yang meliputi hari, tanggal, waktu, tempat, dan
acara;
c) alinea penutup.
(52)
3) Kaki
Bagian kaki surat undangan terdiri dari nama jabatan ditulis dengan huruf awal kapital, tanda tangan, dan nama pejabat ditulis dengan huruf awal kapital.
d. Hal yang Perlu Diperhatikan
1) Format surat undangan sama dengan format surat dinas; yang
membedakan adalah bahwa pihak yang dikirimi surat pada surat undangan dapat ditulis pada lampiran;
2) Surat undangan untuk keperluan tertentu dapat berbentuk kartu.
Format surat undangan dapat dilihat pada Contoh 11.
(53)
CONTOH 11A
FORMAT SURAT UNDANGAN YANG DITANDATANGANI OLEH PEJABAT NEGARA
NAMA JABATAN ……….. REPUBLIK INDONESIA
Nomor : ../../../../… Tempat, (Tgl.,Bln.,Thn) Sifat :
Lampiran : Hal :
Yth. ……….… …….……….… ………….……….…
………(Alinea Pembuka dan isi)..………..
………..………
pada hari, tanggal: ……… waktu : pukul……… tempat : ………
acara : ………..
………(Alinea Penutup)………..
………..………
………..………
Nama Jabatan,
(Tanda Tangan dan Cap Instansi)
Nama Lengkap Tembusan:
1. ………. 2. ………. 3. ……….
nama instansi dan alamat lengkap yang telah dicetak
Tempat dan tanggal pembuatan surat
Alamat tujuan yang ditulis di bagian kiri, dan jumlahnya cukup banyak, dapat dibuat pada daftar lampiran
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal kapital
(54)
CONTOH 11B
FORMAT SURAT UNDANGAN YANG DITANDATANGANI OLEH NONPEJABAT NEGARA
NAMA INSTANSI
………. JALAN ………..………
TELEPON ………...FAKSIMILE………
Nomor : ../../../../… (Tgl.,Bln.,Thn)
Sifat : Lampiran : Hal :
Yth. ……….… …….……….… ………….……….…
………(Alinea Pembuka dan isi)..………..
………..………
pada hari, tanggal: ……… waktu : pukul……… tempat : ………
acara : ………..
………(Alinea Penutup)………..
………..………
………..………
Nama Jabatan,
(Tanda Tangan dan Cap Instansi)
Nama Lengkap Tembusan: 1. ………. 2. ………. 3. ………. nama instansi dan alamat lengkap yang telah dicetak tanggal pembuatan surat
Alamat tujuan yang ditulis di bagian kiri, dan jumlahnya cukup banyak, dapat dibuat pada daftar lampiran
Nama jabatan dan nama lengkap yang ditulis dengan huruf awal kapital Logo
(55)
CONTOH 11C
FORMAT LAMPIRAN SURAT UNDANGAN
Lampiran Surat:…….. Nomor : …/…/…/…… Tanggal: ………..
DAFTAR PEJABAT/PEGAWAI YANG DIUNDANG
1. ..………..………
2. ..………..………
3. ..………..………
4. ..………..………
5. ..………..………
6. ..………..………
7. ..………..………
8. ..………..………
9. ..………..………
10. .………..………
Nama Jabatan,
(Tanda Tangan dan Cap Instansi)
Nama Lengkap
(56)
CONTOH 11D
FORMAT KARTU UNDANGAN
NAMA JABATAN ……….. REPUBLIK INDONESIA
Mengharapkan dengan hormat kehadiran Bapak/Ibu/Saudara pada acara
……….. ……….
………
hari …………/ (tanggal) ………, pukul ………….WIB
bertempat di ………
Harap hadir 30 menit sebelum Pakaian :
Acara dimulai dan undangan Laki-laki : ……… dibawa Perempuan: ………
Konfirmasi: TNI/Polri : ……… ……….
(57)
C. Naskah Dinas Khusus 1. Surat Perjanjian
Surat perjanjian adalah naskah dinas yang berisi kesepakatan bersama tentang objek yang mengikat antarkedua belah pihak atau lebih untuk melaksanakan tindakan atau perbuatan hukum yang disepakati bersama.
a. Perjanjian Dalam Negeri 1) Pengertian
Kerja sama perjanjian dalam negeri antarinstansi baik di pusat maupun daerah dibuat dalam bentuk kesepahaman bersama atau perjanjian kerja sama.
2) Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan
Perjanjian yang dilakukan antarinstansi pemerintah di dalam
negeri, baik di pusat maupun di daerah dibuat dan
ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya.
3) Susunan a) Kepala
Bagian kepala surat perjanjian kerja sama dalam negeri terdiri dari
(1)lambang negara (untuk pejabat negara) diletakkan secara
simetris, atau logo (untuk nonpejabat negara) yang diletakkan di sebelah kanan dan kiri atas, disesuaikan dengan penyebutan nama instansi;
(2)nama instansi;
(3)judul perjanjian; dan
(4)nomor.
(58)
b) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh surat perjanjian kerja sama memuat perjanjian, yang dituangkan dalam bentuk pasal-pasal.
c) Kaki
Bagian kaki surat perjanjian kerja sama terdiri dari nama penanda tangan para pihak yang mengadakan perjanjian dan para saksi (jika dipandang perlu), dibubuhi meterai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Perjanjian Internasional
Proses pembuatan perjanjian internasional telah diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Format Perjanjian Dalam Negeri dapat dilihat pada Contoh 12A dan 12B.
(59)
CONTOH 12A
FORMAT PERJANJIAN ANTARINSTANSI DALAM NEGERI
PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA ……… DAN ……… TENTANG ……….……… NOMOR……… NOMOR………
Pada hari ini, ……… tanggal …..., bulan ……, tahun …….. bertempat di …… yang
bertanda tangan di bawah ini
1. ……… : ……….selanjutnya disebut sebagai Pihak I 2. ……… : ……….selanjutnya disebut sebagai Pihak II
bersepakat unutk melakukan kerja sama dalam bidang ………..yang diatur
dalam ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
………..………... ……….
Pasal 2
RUANG LINGKUP KERJA SAMA
………..………... ………. Pasal 3 PELAKSANAN KEGIATAN ………..………... ………. Pasal 4 PEMBIAYAAN ………..………... ………. Judul perjanjian (nama naskah dinas, para pihak, objek perjanjian) Memuat materi perjanjian, yang ditulis dalam bentuk pasal-pasal Memuat identitas pihak yang mengadakan dan menandatangani perjanjian Penomoran yang berurutan dalam satu tahun takwin Pasal 5...
(60)
Pasal 5
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
……….……… ….……….………. ……….……… ….………
Pasal 6 LAIN-LAIN
(1) Apabila terjadi haL-hal yang di luar kekuasaan kedua belah pihak atau force majeure,
dapat dipertimbangkan kemungkinan perubahan tempat dan waktu pelaksanaan tugas
pekerjaan dengan persetujuan kedua belah pihak. (2) Yang termasuk force Majeure adalah:
a. bencana alam;
b. tindakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter; c. keadaan keamanan yang tidak mengizinkan.
(3) Segala perubahan dan/atau pembatalan terhadap piagam kerja sama ini akan diatur bersama kemudian oleh Pihak Pertama dan Pihak Kedua.
Pasal 7 PENUTUP
……….……… ….……….……… …….
Nama Institusi Nama Institusi Nama Jabatan Nama Jabatan Tanda Tangan Tanda tangan Nama Nama
(61)
CONTOH 12B FORMAT PERJANJIAN KERJA SAMA PEMERINTAH LINGKUP NASIONAL
KERJA SAMA ANTARA (Kementerian/Lembaga dan Pemda)
DAN
(Kementerian/Lembaga dan Pemda) TENTANG
(Program) ……….... NOMOR ………..
NOMOR ………..
(Kementerian/Lembaga dan Pemda) dan (Kementerian/Lembaga dan Pemda)
……….
Kedua belah pihak sepakat untuk mangadakan kerja sama dalam rangka (Program)
……….. dengan ketentuan sebagai berikut.
Pasal 1
TUJUAN KERJA SAMA
……….
Pasal 2
RUANG LINGKUP KERJASAMA
……….
Pasal 3
PELAKSANAAN KEGIATAN
……….
Pasal 4 PEMBIAYAAN
……….
Judul perjanjian (nama naskah dinas, para pihak, objek perjanjian)
Penomoran yang berurutan dalam satu tahun takwin
(62)
Pasal 5
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
………. ……….
Pasal 6 LAIN-LAIN
(1) Apabila terjadi hal-hal yang di luar kekuasaan kedua belah pihak atau force majeure, dapat dipertimbangkan kemungkinan perubahan tempat dan waktu pelaksanaan tagas pekerjaan dengan porsetujuan kedua betah pihak.
(2) Yang termasuk force majeure adalah a. bencana alam;
b. tindakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter; c. keadaan keamanan yang tidak mengizinkan.
(3) Segala perubahan dan/atau pembatalan terhadap piagam kerja sama ini akan diatur bersama kemudian oleh pihak pertama dan pihak kedua.
Pasal 7 PENUTUP
………. ………. ……….
Nama Institusi Nama Institusi Nama Jabatan, Nama Jabatan, Tanda Tangan Tanda Tangan Nama Nama
(63)
2. Surat Kuasa a. Pengertian
Surat kuasa adalah naskah dinas yang berisi pemberian wewenang kepada badan hukum/kelompok orang/perseorangan atau pihak lain dengan atas namanya untuk melakukan suatu tindakan tertentu dalam rangka kedinasan.
b. Susunan 1) Kepala
Bagian kepala surat kuasa terdiri dari
a) kop naskah dinas yang berisi logo dan nama instansi, yang
diletakkan secara simetris dan ditulis dengan huruf kapital;
b) judul surat kuasa;
c) nomor surat kuasa.
2) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh surat kuasa memuat materi yang dikuasakan.
3) Kaki
Bagian kaki surat kuasa memuat keterangan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan serta nama dan tanda tangan para pihak yang berkepentingan, dan dibubuhi materai.
Format surat kuasa dapat dilihat pada Contoh 13.
(64)
CONTOH 13 FORMAT SURAT KUASA NAMA INSTANSI ………. JALAN ………..……… TELEPON ………...FAKSIMILE……… SURAT KUASA NOMOR …/…/…/…/…
Yang bertanda tangan di bawah ini,
nama : .……… NIP : .………
jabatan : ……….…
alamat : ……….…
memberi kuasa kepada
nama : .……… NIP : .………
jabatan : ……….…
alamat : ……….…
untuk ……….……….…
………..………
Surat kuasa ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, ……….. Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,
Tanda Tangan Materai dan Tanda Tangan
Nama Lengkap Nama Lengkap
Penomoran yang berurutan dalam satu tahun takwim memuat identitas yang memberikan kuasa
Kota sesuai dengan alamat Instansi dan tanggal penandatanganan Memuat pernyataan tentang pemberian wewenang kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu tindakan tertentu Logo memuat identitas yang menerima kuasa 3. Berita...
(65)
3. Berita Acara a. Pengertian
Berita acara adalah naskah dinas yang berisi uraian tentang proses pelaksanaan suatu kegiatan yang harus ditandatangani oleh para pihak dan para saksi apabila diperlukan.
b. Susunan 1) Kepala
Bagian kepala berita acara terdiri dari
a) kop naskah dinas, yang berisi logo dan nama instansi
diletakkan secara simetris dan ditulis dengan huruf kapital;
b) judul berita acara;
c) nomor berita acara.
2) Batang tubuh
Bagian batang tubuh berita acara terdiri dari
a) tulisan hari, tanggal, dan tahun, serta nama dan jabatan para
pihak yang membuat berita acara;
b) substansi berita acara.
3) Kaki
Bagian kaki berita acara memuat tempat pelaksanaan
penandatanganan nama jabatan/pejabat dan tanda tangan para pihak dan para saksi apabila diperlukan.
Format berita acara dapat dilihat pada Contoh 14.
(66)
CONTOH 14 FORMAT BERITA ACARA
NAMA INSTANSI
………. JALAN ………..………
TELEPON ………...FAKSIMILE………
BERITA ACARA
NOMOR …/…/…/…/…
Pada hari ini, ……tanggal ………, bulan ………, tahun …….., kami masing-masing: 1. …………(nama pejabat) …… (NIP dan jabatan), selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
dan
2. ……(pihak lain) ……….., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA, telah
melaksanakan
1. ……….
……….
2. dan seterusnya.
Berita acara ini dibuat dengan sesungguhnya berdasarkan …………
……….
Dibuat di ……….. PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,
Tanda Tangan Tanda Tangan
Nama Lengkap Nama Lengkap
Mengetahui/Mengesahkan Nama Jabatan,
Tanda tangan,
Nama Lengkap
Penomoran yang berurutan dalam satu tahun takwim
memuat identitas para pihak yang melaksanakan kegiatan
Kota seusai dengan alamat instansi Memuat kegiatan yang dilaksanakan
Tanda tangan para pihak dan para saksi Logo
(67)
4. Surat Keterangan a. Pengertian
Surat keterangan adalah naskah dinas yang berisi informasi hal atau seseorang untuk kepentingan kedinasan.
b. Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan
Surat keterangan dibuat dan ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
c. Susunan 1) Kepala
Bagian kepala surat keterangan terdiri dari
a) kop surat keterangan, yang berisi logo dan nama instansi
diletakkan secara simetris dan ditulis dengan huruf kapital;
b) judul surat keterangan;
c) nomor surat keterangan.
2) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh surat keterangan memuat pejabat yang menerangkan dan pegawai yang diterangkan serta maksud dan tujuan diterbitkannya surat keterangan.
3) Kaki
Bagian kaki surat keterangan memuat keterangan tempat, tanggal, bulan, tahun, nama jabatan, tanda tangan, dan nama pejabat yang membuat surat keterangan tersebut. Posisi bagian kaki terletak pada bagian kanan bawah.
Format surat keterangan dapat dilihat pada Contoh 15.
(68)
CONTOH 15 FORMAT SURAT KETERANGAN NAMA INSTANSI ………. JALAN ………..……… TELEPON ………...FAKSIMILE……… SURAT KETERANGAN NOMOR …/…/…/…/…
Yang bertanda tangan di bawah ini,
nama : .……… NIP : .……… jabatan : ……….… dengan ini menerangkan bahwa
nama : .……… NIP : .……… pangkat/golongan : .……… jabatan : ……….…
……….……….… ……….……….… ……….……….… ……….……….… ……….……….… ……….……….… Jakarta, ……….. Pejabat Pembuat Keterangan,
Tanda Tangan dan Cap Instansi
Nama Lengkap
5. Surat Pengantar
logo dan nama instansi yang telah dicetak
Penomoran yang berurutan dalam satu tahun takwim
Kota seusai dengan alamat instansi dan tanggal penandatanganan Memuat informasi mengenai suatu hal atau seseorang untuk kepentingan kedinasan memuat identitas yang memberikan keterangan memuat identitas yang diberi keterangan Logo 5. Surat...
(69)
a. Pengertian
Surat pengantar adalah naskah dinas yang digunakan untuk mengantar/menyampaikan barang atau naskah.
b. Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan
Surat pengantar dibuat dan ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
c. Susunan 1) Kepala
Bagian kepala surat pengantar terdiri dari
a) kop naskah dinas;
b) nomor;
c) tanggal;
d) nama jabatan/alamat yang dituju;
e) tulisan surat pengantar yang diletakkan secara simetris.
2) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh surat pengantar dalam bentuk kolom terdiri dari
a) nomor urut;
b) jenis yang dikirim;
c) banyaknya naskah/barang;
d) keterangan.
3) Kaki
Bagian kaki surat pengantar terdiri dari
a) pengirim yang berada di sebelah kanan, yang meliputi
(1)nama jabatan pembuat pengantar;
(2)tanda tangan;
(3)nama dan NIP;
(4)stempel jabatan/instansi.
b) penerima yang berada di sebelah kiri, yang meliputi
(70)
(1)nama jabatan penerima;
(2)tanda tangan;
(3)nama dan NIP;
(4)cap instansi instansi;
(5)nomor telepon/faksimile;
(6)tanggal penerimaan.
d. Hal yang Perlu Diperhatikan
Surat pengantar dikirim dalam dua rangkap: lembar pertama untuk penerima dan lembar kedua untuk pengirim.
e. Penomoran
Penomoran surat pengantar sama dengan penomoran surat dinas.
Format surat pengantar dapat dilihat pada Contoh 16.
(71)
CONTOH 16 FORMAT SURAT PENGANTAR
NAMA INSTANSI
………. JALAN ………..………
TELEPON ………...FAKSIMILE………
(Tgl, Bln, Thn) ….
Yth.……… ………
..……….…
SURAT PENGANTAR
NOMOR …/…/…/…/…
No. Naskah Dinas yang Dikirimkan Banyaknya Keterangan
Diterima tanggal………..
Penerima Pengirim Nama jabatan, Nama jabatan,
Tanda Tangan Tanda Tangan dan Cap Instansi Nama Lengkap Nama Lengkap
NIP ……… NIP ………
No. Telepon ……….
Nama dan alamat instansi yang telah dicetak
Tanggal pembuatan surat
Nama Jabatan dan nama lengkap yang ditulis dalam huruf awal kapital Logo
(1)
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA -114-
3)untuk hal-hal lain yang memerlukan simbol.
d. Penggunaan Logo untuk hal-hal selain yang diatur dalam huruf b dan huruf c, harus mendapatkan izin dari pimpinan satuan organisasi yang memiliki tanggung jawab di bidang ketatalaksanaan.
2. Penggunaan Logo pada Kop Naskah Dinas
a. Pejabat yang berwenang menggunakan kop naskah dinas instansi dengan menggunakan logo adalah pejabat yang berwenang pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah.
b. Bentuk dan spesifikasi cap instansi dengan logo adalah sebagai berikut.
1) Logo pada kop naskah dinas dicantumkan berdasarkan bentuk, perbandingan ukuran, dan warna yang telah diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Bentuk kop naskah dinas dengan menggunakan Logo, yang terletak di tepi atas kertas dan berada di sebelah kiri, diikuti dengan tulisan nama kementerian/lembaga/pemerintah daerah dan alamat lengkap yang terletak di sebelah kanan sejajar dengan Logo. Tulisan nama nama kementerian/lembaga/pemerintah daerah dicetak tebal dengan huruf kapital tipe Times ukuran 16 dengan warna hitam dan alamat lengkap ditulis dengan huruf awal kapital berukuran 12.
3) Contoh bentuk dan spesifikasi kop naskah dinas dengan menggunakan logo dapat dilihat pada Gambar 3
(2)
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA -115-
... (kementerian/lembaga/pemerintah daerah) ...
... (Alamat) ...
GAMBAR 3
3. Penggunaan Logo pada Cap Instansi
a. Pejabat yang berwenang menggunakan cap instansi adalah pejabat yang mendapat pelimpahan/penyerahan wewenang dari pejabat negara untuk menetapkan/menandatangani naskah dinas. Cap instansi juga digunakan dalam jajaran kesekretariatan instansi. Cap instansi menggunakan logo instansi.
b. Bentuk dan spesifikasi cap instansi dengan logo adalah sebagai berikut.
1) Bentuk bundar, terdiri dari tiga lingkaran dengan jari-jari R1 = 18,5 mm, R2 = 17,5 mm, dan R3 = 13,5 mm. Tebal garis lingkaran R1 = + 0,8 mm dan R2 = R3 = + 0,2 mm.
2,9 cm
2,9 cm 1,25 cm
1,5 cm
Logo
(3)
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA -116-
2) Lingkaran pertama adalah lingkaran paling luar. Pada lingkaran kedua, di bagian atas tercantum tulisan nama kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Pada lingkaran ketiga, terdapat logo dengan ukuran 24,5 X 24,5 mm. Di antara kedua tulisan tersebut, diberi tanda berupa bintang segi lima dengan ukuran sesuai dengan huruf.
3) Tinta cap instansi berwarna ungu.
4) Contoh bentuk dan spesifikasi cap instansi dengan menggunakan logo dapat dilihat pada Gambar 4
GAMBAR 4
C. Penggunaan Lambang Negara dan Logo dalam Kerja Sama
1. Dalam hal dilakukan kerja sama antarpemerintah (G to G), digunakan lambang negara.
2. Tata letak logo dalam perjanjian kerja sama sektoral, baik antar kementerian/kabupaten/kota (di dalam negeri), logo yang dimiliki instansi masing-masing diletakkan di atas map naskah perjanjian.
D. Pengawasan
Pimpinan instansi/lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan ini dan wajib melakukan pengawasan.
Nama Instansi Logo Instansi
(4)
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA
BAB VII
PERUBAHAN, PENCABUTAN, PEMBATALAN, DAN RALAT NASKAH DINAS
Perubahan, pencabutan, pembatalan, serta ralat naskah dinas harus jelas dan dapat menunjukkan naskah dinas mana yang diadakan perubahan, pencabutan, pembatalan, dan/atau ralat tersebut.
A. Pengertian
1. Perubahan
Perubahan berarti bagian tertentu dari naskah dinas diubah. Perubahan dinyatakan dengan Lembar Perubahan
2. Pencabutan
Pencabutan berarti bahwa naskah dinas itu tidak berlaku sejak pencabutan ditetapkan. Pencabutan naskah dinas dinyatakan dengan penetapan naskah dinas baru.
3. Pembatalan
Pembatalan berarti bahwa seluruh materi naskah dinas tidak berlaku mulai saat naskah dinas ditetapkan. Pembatalan naskah dinas dinyatakan dengan penetapan naskah dinas yang baru.
4. Ralat
Ralat adalah perbaikan yang dilakukan karena terjadi salah pengetikan atau slah cetak sehingga tidak sesuai dengan naskah aslinya.
B. Tata Cara Perubahan, Pencabutan, Pembatalan, dan Ralat
1. Naskah Dinas yang bersifat mengatur, apabila diubah, dicabut, atau dibatalkan harus diubah, dicabut atau dibatalkan dengan naskah dinas yang...
(5)
MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA
-118-
yang sama jenisnya. Keputusan gubernur/bupati/walikota harus diubah, dicabut, atau dibatalkan dengan keputusan gubernur/bupati/walikota juga.
2. Pejabat yang berhak menentukan perubahan, pencabutan, dan pembatalan adalah pejabat yang menandatangani naskah dinas tersebut atau oleh pejabat yang lebih tinggi kedudukannya.
3. Ralat yang bersifat kekeliruan kecil, seperti salah ketik, dilaksanakan oleh pejabat yang menandatangani naskah dinas atau dapat oleh pejabat setingkat lebih rendah.
(6)
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA
BAB VIII PENUTUP
Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah ini merupakan acuan bagi instansi pemerintah dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan Tata Naskah Dinas sesuai dengan keperluan instansi masing-masing.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Desember 2013 MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA, ttd
AZWAR ABUBAKAR Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN PAN DAN RB Kepala Biro Hukum dan Humas,