Karakter Enterpreuner dan Pola Asuh Orangtua

A.03

KARAKTER ENTREPRENEUR DAN POLA ASUH ORANGTUA
Christiana Hari Soetjiningsih
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
soetji_25@yahoo.co.id

Abstraksi. Artikel ini merupakan telaah pustaka tentang karakter yang penting dimiliki oleh
individu yang ingin berhasil sebagai seorang enterpreneur dan hubungannya dengan pola
asuh orangtua. Peterson dan Seligman (2004) mengidentifikasi 24 strengths yang diistilahkan
character strengths dalam klasifikasi “Values in Action” (VIA). Beberapa riset telah
mengkaji adanya karakteristik tertentu pada entrepreneur yang sukses dan menurut Worrell
(2011) ada the top five character strengths for entrepreneurs yaitu Authenticity, Leadership,
Fairness, Gratitude, dan Zest. Karakter harus dibentuk dan orangtua memainkan peran
penting dalam pembentukannya (Park, 2009; Lexmond & Reeves, 2009). Dari beberapa
penelitian dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoritatif berefek positif pada kelima karakter
enterpreneur. Artikel ini juga mendiskusikan efek pola asuh yang lain (Martinez dkk., 2007;
Garcia & Gracia, 2009) pada perkembangan karakter entrepreneur .
Kata kunci: karakter entrepreneur, pola asuh orangtua

Pengangguran merupakan salah satu


pelatihan entrepreneurship kepada peserta

masalah yang dialami oleh banyak negara.

didiknya agar setelah mereka lulus tidak

Saat ini angka pengangguran di Indonesia

harus

juga makin meningkat sehingga menjadi

menciptakan atau membuka lahan pekerjaan

masalah serius yang perlu segera diatasi

sendiri (dan orang lain) sehingga tidak

karena


menambah jumlah pengangguran.

makin

bertambah

tahun

maka

mencari

pekerjaan

tetapi

dapat

Oleh


angkatan kerja juga makin bertambah.

karena itu paradigma “pencari pekerjaan”

Kondisi ini diperparah dengan terjadinya

(job seeker ) harus diubah menjadi pencipta

pemutusan hubungan kerja dari beberapa

pekerjaan (job creator ). Winarno (2009)

industri besar karena terpengaruh oleh krisis

mengutarakan saat ini Indonesia hanya

global,

pengangguran


memiliki 400 ribu wirausahawan dari

makin membengkak. Salah satu upaya yang

jumlah penduduk 220 juta sehingga penting

dilakukan baik oleh

meningkatkan

sehingga

jumlah

pemerintah maupun

jumlah

wirausahawan


menjadi 1,1% atau 4,4 juta.

lembaga-lembaga non-pemerintahan adalah
membekali kaum muda dengan pendidikan

Saat ini pendidikan karakter gencar

entreprenership (kewirausahaan). Demikian

dilakukan oleh berbagai pihak. Pendidikan

pula dunia pendidikan melakukan berbagai

karakter

48

makin terasa dibutuhkan karena


Karakter Entrepreneur dan Pola Asuh Orangtua | 49
Soetjiningsih, C.H. [hal.48-60]

globalisasi di segala bidang kehidupan dan

Karakter

kemajuan teknologi yang sangat pesat telah

dikembangkan

mengakibatkan

keberhasilan seorang entrepreneur ? Apakah

terjadinya

berbagai

apa


yang

yang

harus

mendukung

perubahan di segala bidang kehidupan.

ada

Tantangan yang dihadapi makin banyak dan

sehingga

beragam

dibandingkan masyarakat umum ? Mengacu


sumber

yang
daya

tentunya
manusia

membutuhkan
yang

memiliki

pada

kekuatan

tertentu


mereka

Psikologi

yang
lebih

Positif,

dimiliki
berhasil

Peterson

dan

kualitas tertentu untuk mengatasi berbagai

Seligman (2004) mengkaji karakter tertentu


persoalan yang muncul yaitu individu yang

yang

berkarakter

dengan

Psikologi positif merupakan sebuah gerakan

entrepreneurship maka secara lebih khusus

sekaligus studi ilmiah mengenai kekuatan-

diperlukan

kekuatan dan keutamaan-keutamaan yang

kuat.Berkaitan


pengembangan/pendidikan

karakter entrepreneur .
Berbagai

upaya

penting

dimiliki

oleh

individu.

memungkinkan individu dan komunitas
pendidikan

untuk tumbuh dan berkembang dengan

entrepreneurship yang telah dilakukan oleh

pesat.

berbagai pihak untuk membentuk generasi

mengemukakan adanya klasifikasi character

yang memiliki perilaku entrepreneurship

strengths

kebanyakan dilakukan atau ditujukan mulai

karakter. Tentu semuanya penting dimiliki

dari generasi muda atau anak-anak remaja.

oleh setiap individu,

Belum banyak yang memberikan pendidikan

penelitian mendapatkan adanya karakter

entrepreneurship untuk anak usia dini.

tertentu yang memberi efek yang lebih kuat

Memang ada banyak materi yang harus

pada

diberikan

pendidikan

dibandingkan dengan karakter yang lainnya.

entrepreneurship bagi generasi muda yang

Juga beberapa peneliti telah mencoba

mungkin belum sesuai bila diberikan pada

mengkaji karakter yang penting dimiliki

usia kanak-kanak. Tentunya ada faktor

oleh entrepreneur yang berhasil, salah

tertentu yang harusnya dikembangkan dan

satunya adalah Worrell (2011). Sama seperti

dibentuk sejak usia dini, salah satunya

karakter lainnya maka karakter entrepreneur

adalah karakter yang perlu dimiliki oleh

juga tidak muncul secara otomatis.

dalam

individu agar dapat menjadi entrepreneur
yang

berhasil

yang

berbagai

dan

Seligman

mencakup

24

(2004)

macam

namun beberapa

performans

individu

Makalah ini khusus akan menyoroti

entrepreneur ).

tentang lima karakter entrepreneur yang

Karena karakter bukanlah sesuatu yang bisa

penting dimiliki oleh individu. Selain itu

dimiliki

juga mengkaji kaitannya dengan pola asuh

secara

(karakter

Peterson

otomatis

tetapi

harus

dibentuk dan proses pembentukannya harus

orangtua

dimulai sedini mungkin.

karakter harus dimulai sejak usia dini dan

karena

proses

pembentukan

50 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

orangtua memegang peran penting dalam

tepat karena karakter tidak terbentuk secara

proses pembentukannya. Menurut Park,

otomatis tetapi harus dibentuk.
Peterson dan Park (2006) menyatakan

Peterson, dan Seligman (2004) pola asuh
orangtua berkaitan dengan karakter, dan
Kaur (2002) menyatakan bahwa pengasuhan
berperan

penting

dalam

pembentukan

orientasi entrepreneur ial. Tipe pola asuh
apakah

yang

lebih

perkembangan/

kondusif

pembentukan

untuk
karakter

entrepreneur ?

Pemahaman tentang hal ini sangat
penting

agar

berbagai

memanfaatkannya

pihak

sebagai

dapat

acuan

dan

melakukan upaya-upaya pembentukan dan
pengembangan

karakter

entrepreneur

bahwa
“character refers to qualities within
individuals that lead them to desire and
to pursue the good ,“
sedangkan

Wright

dan Huang

(2008)

mendefinisikan
“character as those interpenetrable and
habitual qualities within individuals, and
applicable
to
organizations
both
constrain and lead them to desire and
pursue personal and societal good ”.
Menurut Park dkk. (2004):
“character strengths can be defined as
positive traits reflected in thoughts,
feelings, and behaviors”.

tersebut. Upaya-upaya secara holistik harus

Individu

yang

memiliki

karakter

dilakukan sejak individu berusia dini, karena

positif disebut individu yang memiliki

karakter tidak terbentuk dengan sendirinya.

karakter yang kuat (strength character )

Peran orangtua, melalui pola asuh yang

yaitu

diterapkannya,

direfleksikan dalam pikiran, perasaan, dan

menjadi

sangat

penting

memiliki

trait-trait

positif

yang

karena orangtua merupakan figur penting

perilaku.

dalam proses sosialisasi bagi anak-anaknya

mengemukakan bahwa karakter berkaitan

sejak usia dini.

dengan

kekuatan

„positif‟,

bukan

Pengertian Karakter

Megawangi

(2003)

moral,
netral.

berkonotasi
Jadi,

„orang

berkarakter‟ adalah orang yang mempunyai

Character berasal dari kata Yunani

χαράσσω (charassō) yang berarti " to
sharpen, to whet", atau "to engrave, to
carve"

kualitas moral (tertentu) positif.
Karakter

merupakan

konstruk

multidimensional. Peterson dan Seligman
(2004) telah mengidentifikasi 24 strengths

(http://en.wikipedia.org/wiki/Character_sym

yang diistilahkan character strengths dalam

bol) yang dapat diartikan mengukir hingga

klasifikasi “ Values in Action” (VIA). VIA

terbentuk

untuk

Classification of Character Strengths sendiri

pembentukan karakter diperlukan proses

terdiri dari domain yang diistilahkan sebagai

“mengukir”

berujud

kebajikan atau virtue yang terdiri dari enam

pengasuhan dan pendidikan/pelatihan yang

virtue. Keenam virtue meliputi 24 strengths

sebuah
yaitu

pola.
yang

Jadi
dapat

Karakter Entrepreneur dan Pola Asuh Orangtua | 51
Soetjiningsih, C.H. [hal.48-60]

yaitu: wisdom and knowledge, courage,

Shimai, Otake & Park dkk., 2006; Park

love,

&Peterson,

justice,

temperance

dan

transcendence. Keenam virtue meliputi 24

yaitu

strengths

creativity,

curiosity,

2006).

Sebelumnya

dari

penelitian yang dilakukannya, Seligman
(2002) mendapatkan lima strength yang

judgement and open-mindedness, love of

mempunyai

learning, perspective (wisdom), bravery,

kebahagiaan yaitu optimism, gratitude, zest,

perseverance, honesty, zest, capacity to love

couriosity, dan love. Kelima strength ini

and beloved, kindness, social intelligence,

yang

oleh

Engel,

teamwork, fairness, leadership, forgiveness

Heller.(2011)

disebut

and mercy, modesty and humility, prudence,

strength” berefek positif pada well-being

self-regulation,

dan performance individu.

appreciation,

gratitude,

hubungan

kuat

dengan

Westman,
“happy

dan

people’s

hope, humor, religiousness and spirituality

Beberapa kajian melaporkan bahwa

(penjelasan arti masing-masing strengths

kelima strength tersebut menunjukkan efek

dapat dilihat pada lampiran).

yang

lebih

kuat

pada

kesejahteraan

dibandingkan dengan strength yang lainnya
Efek

Karakter

pada

Performance

(Park dkk., 2004; Peterson, & Seligman,
2004).

Individu

Individu

dikatakan

memiliki

Berbagai riset telah menunjukkan

kesehjahteraan tinggi bila mereka merasa

bahwa karakter berkaitan dengan hasil-hasil

puas dengan kondisi hidupnya dan banyak

positif dalam berbagai perilaku individu.

mengalami emosi positif serta sedikit atau

Menurut Nash (dalam Soetjiningsih, 2012a)

relatif tidak adanya emosi negatif (Ben Zur,

karakter yang positif akan meningkatkan

2003; Diener, 2000; Eid & Larzen, 2008).

kesejahteraan atau subjective well-being

Juga menurut Stein dan Book (2000),

(kesejahteraan), kerjasama dengan orang

individu

lain, meningkatkan semangat dan kepuasan

gembira serta penuh semangat, menikmati

kerja,

diri,

hidup, bersikap spontan, kesehatan fisik dan

tanggungjawab, keinginan untuk melayani,

mental yang baik, dapat menikmati hal-hal

dan produktivitas. Juga berefek pada self-

kecil

efficacy, self-esteem, energi dan vitalitas

kreativitas dan produktivitasnya, sukses, dan

yang tinggi

usia panjang. Demikian pula dikemukakan

kreativitas,

kepercayaan

(Govindji & Linley, 2007;

Proctor, Maltby, & Linley, 2009).

cenderung

dalam

merasa

hidupnya,

bahagia,

meningkatkan

oleh Park dkk. (2004) bahwa kesejahteraan

Hasil beberapa riset mendapatkan

berkaitan dengan berbagai perilaku positif

lima strength yang penting sehingga disebut

dalam berbagai kondisi dan situasi dan

sebagai key strengths yaitu gratitude, hope,

sebagai “buffer ” berbagai perilaku negatif.

zest, curiosity, dan love (Park dkk., 2004;

52 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

Karakter yang Penting Dimiliki oleh
Entrepreneur.

b. Leadership

is

“encouraging

a

group of which one is a member to

Dari berbagai sumber dapat diketahui

get things done and at the same time

bahwa bekal yang harus dimiliki untuk

maintain good relations within the

menjadi seorang entrepreneur yang sukses

group; organizing group activities

memang cukup banyak antara lain etos

and seeing that they happen”

kerja, soft skills ataupun karakter kerja yang

c. Fairness is “treating all people the

melekat dalam dirinya. Dari sisi psikologi,

same

beberapa peneliti telah mencoba mengkaji

fairness and justice; not letting

faktor-faktor yang memengaruhi kesuksesan

personal feelings bias decisions

seorang entrepreneur , walaupun hasilnya

about others; giving everyone a fair

belum konklusif. Dari penelitian yang

chance. Fairness, equity, and justice

dilakukannya pada 200 orang yang terdiri

– Treating all people fairly is one of

dari 33 entrepreneur sukses dan 174 expert

your abiding principles”

according

to

notions

of

advisors to entrepreneurs, Worrell (2011)

d. Gratitude is “being aware of and

mengidentifikasi karakter tertentu yang

thankful for the good things that

dimiliki oleh para entrepreneur sukses ini.

happen; taking time to express

Identifikasi

menggunakan

thanks. A grateful person is aware

klasifikasi “ Values in Action” (VIA) dari

of the good things that happen, and

Peterson dan Seligman (2004) yang meliputi

never takes them for granted.”

karakter

ini

24 strengths yang diistilahkan character

e. Zest is “approaching life with

strengths.Hasil penelitiannya menunjukkan

excitement and energy; not doing

bahwa ada “the top five character strengths

things halfway or half heartedly;

entrepreneurs” yaitu

authenticity,

living life as an adventure; feeling

leadership, fairness, gratitude, and zest.

alive and activated. A zestful person

Lima karakter ini mempunyai

neverdoes

for

pengaruh

anything

halfway

or

kuat pada kesuksesan entrepreneur dan

halfheartedly. For them, life is an

penjelasan

adventure.”

masing-masing

karakter

(Peterson & Seligman, 2004)yaitu:
a. Authenticity is “speaking the truth,

Dengan memiliki kelima karakter ini
entrepreneur

memiliki

kemungkinan

but more broadly presenting oneself

menunjukkan keberhasilan. Hal ini dapat

in a genuine way; being without

dipahami dengan penjelasan sebagai berikut:

pretense; taking responsibility for

Individu dengan karakter gratitude memiliki

one’s feelings and actions.”

kesadaran akan rasa syukur/terima kasih
terhadap apa yang telah diterima/terjadi

Karakter Entrepreneur dan Pola Asuh Orangtua | 53
Soetjiningsih, C.H. [hal.48-60]

dengan

tidak

pernah

serta

anggota kelompok dan kegiatan-kegiatan

kemampuan mengungkapkan rasa terima

yang harus dikerjakan agar berjalan dengan

kasih kepada orang lain. Kondisi ini berefek

baik.

pada kepuasan performance kerja yang baik

kelancaran dalam menjalankan usahanya

seperti dikemukakan oleh Seligman, Steen,

sehingga bersama anggota kelompok dapt

Park, dan Peterson (2005) bahwa gratitude

mencapai keberhasilan. Individu dengan

akan meningkatkan well-being yang nampak

karakter

dari adanya kepuasan hidup dan berefek

perlakuan yang sama terhadap setiap orang

pada performance dan kepuasan kerja yang

tanpa

lebih tinggi. Selanjutnya dikemukakan oleh

kesempatan

Peterson,Park, Hall, dan Seligman (2008),

memunculkan

diantara ke 24 strengths yang diukur dengan

sehingga dalam menjalankan usahanya juga

VIA

maka

memperoleh dukungan dari pihak lain yang

yang

berefek pada hasil yang lebih baik.

Inventory

zestmerupakan

of

menyesali

Strengths,

prediktor

tunggal

Kondisi

ini

fairness

akan

akan

menunjukkan

membeda-bedakan
yang

memengaruhi

dan

sama.

suasana

memberi

Kondisi

yang

ini

kondusif

sangat kuat untuk work as calling. Dari
penelitiannya yang menggunakan responden

Efek

9803 karyawan dilaporkan bahwa zest

Performance Individu

berkaitan dengan work as a calling dan
psychological

well-being.

Wrzesniewski,

McCauley,

Selanjutnya

Entrepreneur

pada

Berbagai riset telah menunjukkan
bahwa karakter berkaitan dengan hasil-hasil

dan

positif dalam berbagai perilaku individu.

Schwartz (1997) menyatakan bahwa bila

Menurut Nash (dalam Soetjiningsih, 2012a)

bekerja dianggap sebagai “a calling” maka

karakter yang positif akan meningkatkan

segala

menyenangkan

kesejahteraan atau subjective well-being,

sehingga tidak mengherankan bila individu

kerjasama dengan orang lain, meningkatkan

akan

dan

semangat dan kepuasan kerja, kreativitas,

performans kerja yang tinggi. Individu

kepercayaan diri, tanggungjawab, keinginan

dengan authenticity menunjukkan kejujuran

untuk melayani, dan produktivitas. Juga

dalam ucapan dancara hidup yang berusaha

berefek

untuk tampil apa adanya tanpa menutupi,

energi dan vitalitas yang tinggi (Govindji &

sehingga individu akan merasa nyaman

Linley, 2007; Proctor, Maltby, & Linley,

dengan kondisinya dan dipercayai oleh

2009).

orang lain sehingga mendukung performansi

kesejahteraan tinggi bila mereka merasa

kerja yang baik. Selanjutnya individu yang

puas dengan kondisi hidupnya dan banyak

memiliki

menunjukkan

mengalami emosi positif serta sedikit atau

kemampuan untuk mendorong dan mengatur

relatif tidak adanya emosi negatif (Ben Zur,

sesuatunya

memiliki

akan

kepuasan

leadership

Rozin,

Karakter

kerja

pada

self-efficacy,

Individu

dikatakan

self-esteem,

memiliki

54 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

2003; Diener, 2000; Eid & Larzen, 2008).

kesejahteraan,

Juga menurut Stein dan Book (2000),

leadership dan fairness (De Braine &

individu

bahagia,

Verrier, 2007). Oleh karena itu dapat

gembira serta penuh semangat, menikmati

dikatakan kelima karakter entrepreneur

hidup, bersikap spontan, kesehatan fisik dan

yaitu Authenticity, Leadership, Fairness,

mental yang baik, dapat menikmati hal-hal

Gratitude, dan Zest berkaitan erat dengan

kecil

kesejahteraan yang kemudian berefek pada

cenderung

dalam

merasa

hidupnya,

meningkatkan

kreativitas dan produktivitasnya, sukses, dan

demikian

pula

untuk

performance kerja yang baik.

usia panjang. Demikian pula dikemukakan
oleh Park dkk. (2004) bahwa kesejahteraan

Peran Orangtua dalam Pembentukan

berkaitan dengan berbagai perilaku positif

Karakter

dalam berbagai kondisi dan situasi dan

entrepreneur)

sebagai “buffer ” berbagai perilaku negatif.

(termasuk

Ada

karakter

berbagai

faktor

yang

Beberapa riset melaporkan ada lima

memengaruhi pembentukan karakter antara

strength penting sehingga disebut sebagai

lain: keluarga, sekolah, teman sebaya, dan

key strengths yaitu gratitude, hope, zest,

masyarakat (Megawangi, 2003). Keluarga

curiosity, dan love (Park dkk., 2004; Shimai,

mempunyai peran penting terutama orangtua

Otake & Park, dkk., 2006; Park & Peterson,

sehingga perlu melakukan upaya-upaya

2006).

Seligman

(2002)

tertentu sejak anak berusia dini agar mereka

lima

strength

yang

memiliki karakter yang baik. Menurut

hubungan

kuat

Sebelumnya

mendapatkan
mempunyai

dengan

Lickona

(Soetjiningsih,

2012b)

dalam

kebahagiaan yaitu optimism, gratitude, zest,

proses pembentukan karakter anak, orangtua

couriosity, dan love. Kelima strength ini

perlu melakukan beberapa upaya efektif,

yang oleh Engel, Westman, dan Heller

antara lain:

(2011) disebut “happy people’s strength”
berefek

positif

performance

pada

individu.

well-being

Beberapa

dan
kajian

a. Memberi

kasih

menciptakan

sayang

kondisi

dan

lingkungan

yang aman dan stabil.

melaporkan bahwa kelima strength tersebut

Kasih sayang dan lingkungan yang

menunjukkan efek yang lebih kuat pada

stabil dan aman akan memunculkan

kesejahteraan dibandingkan dengan strength

ikatan kuat antara anak dan orangtua.

yang lainnya (Park dkk., 2004).

Hubungan yang penuh kehangatan,

Hasil
Maltby,

penelitian

Baliousis,

Wood,

Linley,

dan Joseph (2008)

kepedulian, dan responsif
memudahkan

transmisi

akan

nilai-nilai

mendapatkan bahwa authenticity merupakan

moral. Sebaliknya kurangnya kasih

prediktor

sayang

yang

sangat

kuat

untuk

dapat

mengakibatkan

Karakter Entrepreneur dan Pola Asuh Orangtua | 55
Soetjiningsih, C.H. [hal.48-60]

munculnya

Diana Baumrind, professor psikologi

masalah-masalah

di Universitas California, Berkeley

perkembangan pada anak.

menyatakan

b. Orangtua memberi contoh dan secara
langsung

dengan

pola

asuh

otoritatif

berkaitan dengan perilaku perilaku

memberi

penjelasan.

positif, dibandingkan dengan pola

Meminta anak melakukan sesuatu

asuh yang lainnya

atau berperilaku baik tidak cukup
hanya melalui perkataan, tetapi akan

Kaitan

sangat efektif dengan melalui contoh

Karakter Entrepreneur

Pola

Asuh

Otoritatif

dan

dengan

Menurut Baumrind (Santrock, 2007),

penjelasan mengapa perilaku tertentu

beberapa pola asuh orangtua dan efeknya

dikatakan baik dan yang lain buruk.

yaitu :

langsung

dan

disertai

c. Menggunakan

pertanyaan-

a. Pola

asuh

otoriter

(authoritarian

pertanyaan.

parenting), berefek antara lain: anak

Pemahaman tentang mana yang baik

mengalami

dan yang buruk juga sangat baik bila

sering

disertai

menggunakan

kemampuan komunikasi lemah, tidak

pertanyaan-pertanyaan untuk melatih

memiliki inisiatif melakukan sesuatu,

penalaran

dan kemungkinan berperilaku agresif.

dengan

anak

dan

mengembangkan

membantu

kemampuan

“to

take another person's perspective”.

d. Melatih

anak

melakukan

secara

inkompetensi

merasa

tidak

sosial,
bahagia,

b. Pola asuh otoritatif (authoritative
parenting), berefek antara lain: anak

mempunyai

kompetensi

berulang-ulang (memiliki kebiasaan.

percaya

Perilaku-perilaku

secara sosial, tampak ceria, bisa

positif

yang

diri,

sosial,

bertanggungjawab

diajarkan harus dilakukan berulang-

mengendalikan

ulang dengan dukungan orangtua

berorientasi

agar menjadi kebiasaan sehingga

mempertahankan hubungan ramah

tidak

Seperti

dengan teman sebaya, mampu bekerja

psikolog James

sama, dan mampu mengatasi stres

mudah

hilang.

dikemukakan oleh
Stenson bahwa

"Children develop

character by what they see, what they

diri

dan

pada

mandiri,
prestasi,

dengan baik.
c. Pola

asuh

yang

membiarkan

hear, andwhat they are repeatedly

(permissive indulgent), berefek antara

led to do."

lain: kurang memiliki rasa hormat

e. Menerapkan pola

asuh

(authoritative parenting)

otoritatif

pada

orang

mengendalikan

lain,

kesulitan
perilakunya,

56 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

tidak

hidup (apa yang kita rasakan, semangat

menuruti aturan, kesulitan dalam

hidup) dan pengalaman (apa yang telah

hubungan

dialami,

mendominasi,

egosentris,

dengan

teman

sebaya,

asuh

lalu,

pola

asuh

dan

lingkungan).

agresif, tergantung.
d. Pola

masa

yang

Park dkk (2004) menyatakan bahwa

mengabaikan
berefek:

pola asuh otoritatif berkorelasi positif

inkompetensi sosial, kendali diri yang

dengan karakter-karakter positif. Berbagai

buruk, tidak mandiri, harga diri

penelitian

rendah, tidak dewasa, rasa terasing

dibandingkan dengan pola asuh lainnya

dari keluarga, serta saat remaja suka

maka pola asuh otoritatif berkorelasi positif

membolos dan nakal.

dan signifikan denganperkembangan fungsi-

Eleanor Maccoby dan John Martin

fungsi sosial dan kognitif, authenticity,

(permissive

indifferent) ,

telah

menunjukkan

bahwa

2008)

fairness, prestasi akademik, self-esteem,

menambahkan pola asuh neglectful atau

penyesuaian sosial, dan kompetensi sosial

involved yaitu orangtua lebih fokus pada

(Rodrilguez, Donovick, Crowley, 2009).

kebutuhan-kebutuhannya sendiri dibanding

Pola

pada kebutuhan anak-anaknya dan efeknya

melalui

yaitu munculnya gangguan perilaku pada

dukungan,

saat anak-anak dan remaja seperti agresif

konsisten

dan berbagai bentuk perilaku anti sosial.

perkembangan yang positif seperti secure

tahun

1983

(Papalia

Karakter,

dkk.,

termasuk

karakter

asuh

emotional

otoritatif

yang

ditunjukkan

respon

yang

hangat,

penuh

dan

kasih

sayang

secara

berkaitan

dengan

attachments,

hasil-hasil

hubungan

baik

leadership,

dengan teman sebaya, self-esteem yang

fairness, gratitude, dan zest), dibentuk

tinggi, leadership, dan sense of morality

melalui proses panjang yang dipengaruhi

yang kuat (Hastings dkk., 2000; Ladd &

oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya

Pettit, 2002),

adalah pola asuh orangtua (Park,2004).

diri yang baik,happiness, hopefulness, dan

Orangtua memainkan peran penting dalam

optimism (Griess, 2010), dan memiliki

pembentukannya (Park, 2009; Lexmond &

garatitude, zest, dan optimisme (Weber,

Reeves, 2009). Dari beberapa pendapat

Brandenburg, & Viezzer, 2003). Selanjutnya

Megawangi

menyimpulkan

penelitian Gosche tahun 2000 mendapatkan

pembentukan karakter dipengaruhi 5 faktor

bahwa anak dengan pola asuh otoritatif

yaitu: temperamen dasar (dominan, intim,

memiliki

stabil,

yang

kemandirian, dan self-esteem yang lebih

dipercayai, paradigma), pendidikan (apa

tinggi daripada anak dengan pola asuh

yang diketahui, wawasan kita), motivasi

lainnya; demikian pula penelitian Bogart

entrepreneur

(authenticity,

cermat),

(2003)

keyakinan

(apa

juga memiliki penyesuaian

tingkat

curiosity,

creativity,

Karakter Entrepreneur dan Pola Asuh Orangtua | 57
Soetjiningsih, C.H. [hal.48-60]

tahun 2009 mendapatkan bahwa pola asuh

lebih baik dibandingkan dengan pola asuh

otoritatif akan menghasilkan anak-anak

otoritatif. Pada populasi tionghoa, pola asuh

yang memiliki secure attachment style yang

otoritarian ternyata ada kepuasan yang

memungkinnya untuk menjalin hubungan

tinggi pada relasi orangtua-remaja, dan tidak

dekat dengan orang lain (love) dan tingkat

pada pola asuh otoritatif.

curiosity yang

Beberapa riset di Spanyol dan Italia

lebih tinggi (Martinez,

(Musitu & Garcia, 2004) mendapatkan

Garcia, & Yubero, 2010).
Jadi dapat dikatakan bahwa pola asuh

bahwa remaja dengan pola asuh indulgent

parenting )

mempunyai skor self-esteem yang lebih

berkorelasi positif dengan kelima karakter

tinggi daripada remaja dengan pola asuh

entrepreneur yaitu authenticity, leadership,

otoritatif. Beberapa peneliti (Martinez dkk.,

fairness, gratitude, dan zest.

2010) menyatakan bahwa untuk konteks

otoritatif

(authoritative

Asia, pola asuh otoritarian berkaitan dengan
parental concern, caring, dan love; dan

Efek Pola Asuh Lainnya.
Beberapa penelitian akhir-akhir ini

untuk

Amerika

pola

otoritarian

melaporkan tidak hanya pola asuh otoritatif

berkaitan

yang berkaitan dengan perilaku-perilaku

aggression,

positif (Mayselles, Scharf, & Sholt, 2003).

Demikian pulapenelitian Garcia dan Gracia

Hasil-hasil

dapat

(2009) dengan responden 1416 remaja (57,2

digeneralisasikan pada etnis dan konteks

% perempuan) Spanyol yang berusia 12-17

budaya yang berbeda, dan beberapa peneliti

tahun mendapatkan bahwa remaja dengan

telah mencoba membuktikan hal tersebut

pola asuh indulgent memiliki skor self-

(Martinez dkk., 2010).

esteem (akademik, sosial, keluarga, fisik,

penelitian

tidak

dengan

asuh

parental

suspicion,

dan

hostility,
dominance.

mendapatkan

dan emosional) yang lebih tinggi daripada

bahwa anak-anak dengan pola asuh otoritatif

yang otoritatif, otoritarian, dan neglectful.

lebih memiliki optimisme (hope) daripada

Selanjutnya

anak dengan pola asuh neglectful; tetapi

dengan pola asuh otoritatif memiliki skor

tidak ada perbedaan signifikan dengan pola

self-esteem yang lebih tinggi daripada yang

asuh indulgent dan otoritarian. Penelitian

otoritarian dan neglectful; kecuali untuk

Dwairy

dkk.,2010)

emotional self-esteem, yang mana skornya

mendapatkan bahwa pada etnis Arab, pola

lebih rendah daripada remaja dengan pola

asuh otoritarian tidak berefek negatif pada

asuh

kesehatan mental remaja. Demikian pula

kompetensi sosial, Garcia dan Gracia (2009)

pada konteks tertentu, indulgent parenting

melaporkan bahwa remaja dengan pola asuh

berkaitan dengan perilaku-perilaku yang

indulgent memiliki skor kompetensi sosial

Weber

dkk

dkk.(2003)

(Martinez

dilaporkan

bahwa

neglectful.Berkaitan

remaja

dengan

58 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

yang lebih tinggi daripada yang otoritarian,

pengembangan karakterentrepreneur . Tentu

dan tidak ada perbedaan dengan remaja

dibutuhkan juga kesadaran dari masing-

neglectful dan otoritatif. Remaja otoritatif

masing individu untuk mau menerapkan

memiliki skor kompetensi sosial yang lebih

dalam perilaku nyata secara terus menerus.

tinggi daripada remaja otoritarian.

Pembentukan

karakter

entrepreneur

Walaupun beberapa hasil riset tidak

seharusnya dimulai sejak usia dini dan

secara eksplisit berkaitan dengan karakter

orangtua memegang peranan penting dalam

the

pembentukannya,

top

five

character

strengths

for

sehingga

perlu

entrepreneurs. seperti pada klasifikasi VIA

menerapkan pola asuh yang mendukung

dari Peterson dan Seligman (2004), namun

yaitu terutama pola asuh otoritatif sejak usia

diduga hal ini berlaku juga untuk kelima

dini. Untuk penelitian selanjutnya perlu

strength yaitu Authenticity, Leadership,

melihat

Fairness, Gratitude, dan Zest meskipun

berpengaruh

masih diperlukan kajian empiris lebih lanjut.

entrepreneur di Indonesia karena faktor

lebih

jauh

kuat

strengths

dalam

yang

keberhasilan

budaya ikut memengaruhi, dan disarankan
dengan setting kegiatan/usaha yang berbeda-

SIMPULAN DAN SARAN
Karakter entrepreneur perlu dipupuk

beda. Selain itu perlu diteliti berkaitan

dan dikembangkan.terutama the top five

dengan pengaruh masing-masing pola asuh

character strengths for entrepreneurs yaitu

orangtua pada karakter entrepreneur dengan

Authenticity,

Fairness,

latar belakang budaya/etnis yang berbeda,

Gratitude, dan Zest. Berbagai upaya perlu

karena hasil-hasil riset sebelumnya belum

dilakukan oleh berbagai pihak misalnya

konklusif.

Leadership,

melalui workshop khusus atau training

DAFTAR PUSTAKA

Ben-Zur, H. (2003). Happy adolescent: The link between subjective well-being, internal
resources, and parental factors. Journal of Youth and Adolescence, 32, 67-79.
Diener, E. (2000). Subjective well-being: The science of happiness and a proposal for a national
index. American Psychologist, 55, 34–43.
De Braine, R., & Verrier, D. (2007). Leadership, character and its development: A qualitative
exploration. Journal of Human Resorce Management, 5(1), 1-10.
Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R.E. (2003). Personality, culture, and Subjective wellbeing:Emotional and cognitive evaluation of live. Annual Review of Psychology, 54 , 403425.

Karakter Entrepreneur dan Pola Asuh Orangtua | 59
Soetjiningsih, C.H. [hal.48-60]

Engel, R. H., Westman, M., & Heller, D. (2011). Character strengths, employee well-being, and
performance: A field experiment. Working Paper , Number 8, July 2011.Diakses dari
http://recanati.tau.ac.id/uploads/dpbsAttacmentFFiles/pdf.
Garcia, F., & Gracia, E.(2009). Is always authoritative the optimum parenting style ?Evidence
from Spanish families.Adolescence, 44, 101-131. Diakses 5-1-2011 dari
http://uw.uv.es/garpe/C-/A_/C_A_0037.pdf
Govindji, R., & Linley, P. A. (2007). Strengths use, self-concordance and well-being:
Implications for strengths coaching and coaching psychologists. International Coaching
Psychology Review, 2, 143-153.
Griess, S. J. (2010). Perceived parenting style and its relationship to happiness, hopefulness, and
optimism in college student samples .Doctoral Dissertation. Colorado: Departement of
Counseling Psychology University of Northen Colorado. Diakses 7 Februari 2011, dari
http://adr.coalliance.org/cogru/fez/eserv/cogru.1131/Griess_10055pdf.
Hastings, P. D., & Rubin, K. H. (1999).Predicting mothers' beliefs about preschool-aged
children's social behavior: Evidence for maternal attitudes moderating child effects.Child
Development, 70, 722-741.
Kaur, K. (2002). Entrepreneurial orientation: role of parenting, personality, and entrepreneurial
exposure.Diakses3
Mei
2013,dari
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/4475/2/02.
Ladd, G. W., & Pettit, G. S. (2002). Parenting and the development of children‟s peer
relationship. M. H. Bornstein (Ed.), Handbook of Parenting, Vol: 5. Lawrence Erlbaum
Associates Publishers
Lexmond, J., & Reeves, R. (2009). Building Character .London: Demos. Diakses 5-8-2011, dari
http://www.demos.co.uk/files/Building_Character_Web.pdf.
Martinez, I., Garcia, J. F., & Yubero, S. (2007). Parenting styles and adolescents' self-esteem in
Brazil. Psychological
Reports,
100, 731-745.
Diakses
4-1-2011,
dari
http://www.uv.es/garpe/C_/A_/C_A_0031.pdf
Megawangi, R. (2003). Pendidikan karakter untuk membangun masyarakat madani. IPPK:
Indonesia Heritage Foundation.
Musitu, G., & Garcia, J. F. (2004).Consequences of family socialization in the Spanish
culture. Psychology in Spain, 9, 34-40.
Mayseless, O., Scharf, M., & Sholt, M. (2003). From authoritative parenting practices to an
authoritarian context: Exploring the person-environtment fit. Journal of Research on
Adolescence, 13, 427-456.
Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development. New York: McGraw
Hill Companies, Inc.
Park, N., & Peterson, C. (2006). Character strengths and happiness among young children:
Content analysis of parental descriptions. Journal of HappinessStudies, 7, 323-341
Park, N., Peterson, C., & Seligman, M. (2004).Strengths of character and well being. Journal of
Social and Clinical Psychology, 23, 603-619.
Park, N., Peterson, C., & Seligman, M. (2006). Character strengths in fifty-four nations and the
fifty US states. The Journal of Positive Psychology, 1 , 118–129
Peterson, C., & Park, N. (2006).Character strengths in organizations. Journal of Organizational
Behavior, 27, 1149-1154.

60 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

Peterson, C., Park, N., Hall, N., & Seligman, M. E., P. (2008) Zest and work.Journal of
Organizational Behavior, 30, 161-172.
Peterson, C., & Seligman, M. (2004). Character strengths and virtues: A handbook and
classification.
New
York:
Oxford
University
Press.
Diakses
darihttp://www.amazone.com/character-strengths-virtu-handbook-classification . Diakses
tanggal 2 Juli 2010.
Proctor, C., Maltby, J., & Linley, P. (2009). Strengths use as a predictor of well-being and healthrelated quality of life. Journal of Happiness Studies , 12, 153-169. Diakses 9 Januari 2011,
dari http://www.springerlink.com/content/1351178583rkw1718.
Rodrilguez, M.M., Donovick, M., & Crowley, S. L. (2009).Parenting style in a cultural context:
Observations of „protective parenting‟in first generation Latinos. Family Process, 48(2),
195-210.
Santrock, J.W. (2007). Child development.11th edition. New York: McGraw-Hill Companie.
Seligman, M. (2002).Authentic happiness. New York: Free press.
Seligman, M., Steen, T. A., Park, N., & Peterson, C. (2005).Positive psychology progress
empirical validation of interventions.American Psychologist, 60, (5), 410-421. Diakses 4
Februari 2011 dari from http://doi.apa.org/journal/owp/60/5/410.pdf.
Soetjiningsih, C. H. (2012a). “Character strengths” yang penting dibentuk sejak usia
dini.Makalah. Disajikan dalam Temu IlmiahNasional 2012 "Identifikasi Perkembangan
Psikologis Anak Usia Dini” 18-20 Juni 2012. Salatiga: Fakultas Psikologi UKSW.
Soetjiningsih, C. H. (2012b). Identifikasi character strengths mahasiswa serta kaitannya dengan
subjective well-being dan prestasi studinya . Laporan Penelitian. Salatiga: Fakultas
Psikologi-BP3M UKSW.
Stein, S. J. & Book, H. E. (2000).The EQ edge: Emotional intelligence and your success .Toronto:
Stoddart Pub.Co.
Weber, L. N., D., Brandenburg, O.J., & Viezzer, A. P. (2003). A relationship between parenting
style and children’s optimism.Diakses darihttp://aw.naobataeduque.org.br/site/pdf. Diakses
1 Februari 2011,
Wikipedia. Character . Diaksesdari http://en.wikipedia.org/wiki/Character. Diakses tanggal
Diakses 3 Agustus 2010,
Winarno, F.G. (2009). Tahun 2009,Satu juta orang menganggur . Suara Pembaharuan: 18 Juni
2009.
Wood, A. M., Linley, P. A., Maltby, Baliousis, M., & Joseph, S. (2008). The authentic
personality.Journal of Counseling Psychology, 55 (3), 385-399.
Worrell, P. R. (2011). Entrepreneur strengths study: Result from prelimenary study of the brief
signature strengths and GRIT-S scale of seasoned entrepreneurs. USA: The Bigelow Co.
Diakses dari http://www.bigelow.com/PDFs/entrepreneur /strengths/study.pdf. Diakses
tanggal 8 Januari 2012.
Wrzesniewski, A., McCauley, C. R., Rozin, P., & Schwartz, B. (1997). Jobs, careers, and calling:
people‟srelations to their work. Journal of Research in Personality, 31, 21-33.
Wright, T., A., & Huang, C. (2008). Character in organizational research: past directions and
future prospects. Journal of Organizational Behavior, 29 , 981-987.