PENGARUH KUALITAS AUDIT, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA
INFORMATION ASIMMETRY TO EARNINGS MANAGEMENT
Oleh
EKA SRI KUSWORO 20120420059
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
i
PENGARUH KUALITAS AUDIT, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA
THE INFLUENCE OF AUDIT QUALITY, LEVERAGE, COMPANY'S SIZE, INFORMATION ASIMMETRY TO EARNINGS MANAGEMENT
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Unuversitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
EKA SRI KUSWORO 20120420059
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
ii SKRIPSI
PENGARUH KUALITAS AUDIT, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA
THE INFLUENCE OF AUDIT QUALITY, LEVERAGE, COMPANY'S SIZE INFORMATION ASIMMETRY TO EARNINGS MANAGEMENT
Diajukan Oleh
EKA SRI KUSWORO 20120420059
Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing
Andan Yunianto, S.E.,M.Sc.,Akt. Tanggal 03 Mei 2016
(4)
iii SKRIPSI
PENGARUH KUALITAS AUDIT, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA THE INFLUENCE OF AUDIT QUALITY, LEVERAGE, COMPANY'S SIZE,
INFORMATION ASIMMETRY TO EARNINGS MANAGEMENT
Diajukan Oleh
EKA SRI KUSWORO 20120420059
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal 16 Desember 2016
Yang terdiri dari
Harjanti Widiastuti, Dr., M.Si., Ak., CA Ketua Tim Penguji
Andan Yunianto, S.E.,M.Sc.,Akt Barbara Gunawan, S.E., M.Si., AK., CA Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dr. Nano Prawoto, SE., Msi. NIK : 19660604199202 143 016
(5)
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Eka Sri Kusworo
Nomor mahasiswa : 20120420059
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH KUALITAS
AUDIT, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang [engetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang pernah tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 03 Mei 2016
(6)
v MOTTO
“Allah, tidak ada Tuhan yang (berhak disembah) melainkan Dia. Yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.” (Q.S ALI IMRAN 2)
“Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka
melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan entah mereka menyukainya atau tidak.” (Aldus Huxley)
"Apabila Anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka Anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri." (Benyamin Franklin)
(7)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillahirobbil’alamin…
Dengan penuh rasa syukur dan suka cita, aku persembahkan penulisan sederhana ini untuk orang-orang yang tak ada hentinya mendoakanku dan mendukungku dalam penulisan ini.
Perjuangan Merupakan Pengalaman Berharga yang Dapat Menjadikan Kita Manusia yang Berkualitas.
o Sujud syukur kusembahkan kepada Allah SWT, atas kemudahan yang telah Engkau berikan kepada saya, sehingga saya bias mencapai titik ini. o Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk Ayah dan Ibu atas limpahan doa dan kasih sayang yang tak terhingga dan selalu memberikan yang terbaik, yang selalu mendukung serta nasihatnya yang menjadi jembatan perjalanan hidupku. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia.
o Terima kasih buat adik-adikku Nanda dan Akmal yang selalu menyemangati, memberi dukungan, menghibur ketika saya merasa jenuh hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
o Teman-teman ku Dessy, Hariyati, Zhela dan Nayla terimakasih atas gelak tawa dan solidaritas yang luar biasa sehingga membuat hari-hari semasa kuliah lebih berarti. Semoga tak ada lagi duka nestapa di dada, tetapi suka dan duka bahagia juga tawa dan canda. Semoga Allah membalas jasa budi kalian dikemudian hari dan memberikan kemudahan dalam segala hal, amin.
o Terimakasih juga buat Yanwar atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
o Terimakasih juga tidak lupa saya ucapkan kepada Bapak Andan Yunianto, S.E.,M.Sc.,Akt selaku dosen pembimbing tugas akhir saya yang selalu memberikan bimbingan dan waktunya, terima kasih atas bimbingan, nasehat, kesabaran, ilmu yang Bapak berikan kepadaku hingga saya dapat menyelesaikan skripsi.
o Untuk Almamater, yang telah membekali dan membesarkan dengan berbagai ilmu serta memberikan pengalaman-pengalamannya.
o Terima kasih untuk seluruh dosen pengajar fakultas ekonomi, terima kasih semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang telah kalian berikan kepada saya.
(8)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGARUH KUALITAS AUDIT, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN,
DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA”
Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi para calon investor dalam pengambilan keputusan dan untuk memberi masukkan bagi para peneli selanjutnya. Dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, SE., M.Si., Ak selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Bapak Andan Yunianto, S.E.,M.Sc.,Akt, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan waktunya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan selama proses penulisan skripsi ini.
5. Kedua orang tuaku serta saudara-saudaraku yang dengan penuh kasih sayang memberikan semangat, dorongan dan nasehat dalam penulisan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat dan teman-teman serta semua pihak yang telah mendukung, memberikan bantuan, kemudahaan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(9)
viii
Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, saran, kritik, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 03 Mei 2016
(10)
ix INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) kualitas audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, 2) leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba, 3) ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, 4) asimetri informasi berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Manajemen laba diukur dengan discretionary accruals menggunakan Modified Jones Model. Sampel pada penelitian ini adalah 105 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014. Pengambilan sampel menggunakan metode purpose sampling dan analisis data menggunakan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, uji heteroskeidastisitas; analisis regresi berganda dan uji hipotesis.
Hasil penelitian: 1) kualitas audit berpengaruh tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, 2) leverage tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba 3) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, 4) asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
(11)
x ABSTRACT
This study aims to determine: 1) audit quality negative affect on earnings management, 2) ) leverage positive effect on earnings management, 3) company’s size negative effect on earnings management, 4) information asimmetry positive effect on earnings management.
Earnings management is measured by discretionary accruals using the Modified Jones Model. Samples in this study are 105 companies listed in the Indonesia Stock Exchange in the year 2012 to 2014. Sampling method in this research using purposive sampling method and analysis data using descriptive statistics test, the classic assumption test consists of normality test, autocorrelation, multicollinearity test, heteroskedastisity test ; multiple regression analysis and hypothesis test.
The result shows are: 1) no audit quality affect on earnings management, 2) leverage has a positive on earnings management, 3) no company’s size effect on earnings management, 4) no information asimmetry effect on earnings management.
(12)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
INTISARI ... ix
ABSTRACK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian... 1
B.Batasan Masalah Penelitian... 6
C.Rumusan Masalah Penelitian... 6
D.Tujuan Penelitian... 6
E. Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
A.Landasan Teori... 8
1. Teori Keagenan... 8
2. Manajemen Laba... 9
3. Kualitas Audit... 12
4. Leverage... 13
5. Ukuran Perusahaan... 16
6. Asimetri Informasi... 18
B.Penelitian Terdahuku dan Penurunan Hipotesis... 20
C.Kerangka Pemikiran... 29
BAB III METODA PENELITIAN ... 30
A.Objek/Subjek Penelitian... 30
B.Jenis Data... 30
C.Populasi dan Sampel... 30
D.Teknik Pengumpulan Data... 31
E. Variabel Penelitian dan Operasinal Variabel... 32
F. Uji Kualitas Data... 36
G.Uji Hipotesis... 40
(13)
xii
A.Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian... 42
B.Uji Kualitas Data... 43
C.Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)... 50
D.Pembahasan... 54
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 59
A.Kesimpulan... 59
B.Saran... 59
C.Keterbatasan Penelitian... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
(14)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Ringkasan Prosedur Pengambilan Sampel ... 42
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Penelitian Perusahaan Manufaktur ... 44
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 46
Tabel 4.4 Hasil Uji Auto Korelasi ... 47
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 48
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 49
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi ... 50
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 51
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F ... 52
Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik t ... 53
(15)
xiv
DAFTAR GAMBAR
(16)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nama Perusahaan
Lampiran 2. Data Sampel Perusahaan
Lampiran 3. Perhitungan dan Data Perusahaan
Lampiran 4. Hasil Uji Asumsi Klasik, Hasil Analisis Regresi Berganda dan
(17)
(18)
(19)
1
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan
merupakan salah satu sumber informasi bagi stakeholder dalam menilai
kinerja manajemen perusahaan. Secara umum manajemen laba (earnings
management) didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk
mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan
keuangan dengan tujuan untuk mengelabuhi stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan (Sulistyanto, 2008). Alasan
mendasar timbulnya manajemen laba adalah harga pasar saham suatu
perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, risiko dan spekulasi. Oleh
sebab itu, perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode
ke periode secara konsisten akan mengakibatkan risiko perusahaan
meningkat, maka dari itu banyak perusahaan yang melakukan pengelolaan
dan pengaturan laba sebagai salah satu upaya untuk mengurangi resiko.
Manajemen perusahaan (agen) merupakan pihak yang paling berkepentingan
melakukan praktik manajemen laba. Tujuan utama manajemen melakukan
manajemen laba adalah untuk mengelabui pemakai laporan keuangan
sehingga manajemen mendapatkan keuntungan pribadi (obtaining privat
(20)
laporan keuangan (Fashioning accounting reports), yaitu mempermainkan
dan mengutak-atik angka-angka dalam laporan keuangan agar terlihat lebih
cantik serta memaksimalkan kesejahteraan manajer (Sulistyanto, 2008).
Beberapa pihak yang dirugikan oleh praktik manajemen laba antara lain calon
investor, kreditur, suplier, regulator, dan stakeholder lainnya.
Perusahaan yang melakukan manajemen laba akan mengungkapkan
lebih sedikit informasi dalam laporan keuangan agar tindakannya tidak
mudah terdeteksi. Namun terdapat kemungkinan sebaliknya, jika manajemen
laba dilakukan untuk tujuan mengkomunikasikan informasi dan
meningkatkan nilai perusahaan, maka seharusnya hubungan yang terjadi
adalah positif.
Menurut Siregar dan Utama (2005) menyatakan bahwa KAP yang
lebih besar diasumsikan audit yang dilaksanakan lebih berkualitas
dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil karena adanya kecenderungan
untuk lebih berhati-hati dalam melaksanakan audit, termasuk menjalankan
prosedur-prosedur audit yang baku. Peranan kualitas auditor sangat
mempengaruhi kesempatan melakukan manajemen laba dengan melakukan
penelitian dari tata kelola perusahaan dan peranan auditor terhadap
kecenderungan dilakukannya manajemen laba oleh manajer perusahaan. Hasil
dari penelitian Pambudi dan Sumantri (2014) menyimpulkan bahwa kualitas
audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan penelitian Nuraini dan
Zain (2007) menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap
(21)
menyimpulkan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba.
Salah satu penyebab manajemen laba adalah leverage. Dengan adanya
leverage hal itu dapat menunjukan seberapa besar aset perusahaan yang
dibiayai oleh hutang. Leverage / Hutang yang digunakan secara efektif dan
efisien akan meningkatkan nilai perusahaan, namun apabila dilakukan dengan
alasan untuk menarik perhatian para kreditur, maka justru akan memicu
terjadinya praktik manajemen laba. Astuti (2004) dan Tarjo (2008)
melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa leverage
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Sedangkan hasil penelitian
Indriani (2010) dan Subhan (2011) menunjukan hasil yang berbeda, yaitu
bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Leverage
diukur dengan cara perbandingan total hutang dengan total aset. Menurut Van
Horn (1997) Financial Leverage merupakan penggunaan sumber dana yang
memiliki beban tetap, dengan harapan akan memberikan tambahan
keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetap, sehingga keuntungan
pemegang saham bertambah. Perusahaan yang memiliki hutang besar,
memiliki kecenderungan melanggar perjanjian hutang jika dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki hutang lebih kecil.
Ukuran perusahaan sangat berpengaruh terhadap perusahaan untuk
menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Hasil dari penelitian Pambudi
dan Sumantri (2014), Fitriana, dkk (2009) dan Tarigan (2011) menyimpulkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
(22)
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab
manajemen laba. Asimetri informasi adalah informasi yang timbul ketika
manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa
depan dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Adanya
asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi
yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja manajer. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan
tingkat manajemen laba.
Semakin besar risiko dan prospek pertumbuhan investasi perusahaan
maka semakin kecil tingkat manajemen laba. Ini disebabkan karena asimetri
informasi akan terjadi pada perusahaan dengan tingkat perumbuhan investasi
yang tinggi pula. Sedangkan semakin besar perusahaan, semakin besar pula
tingkat manajemen laba. Berdasar penjelasan diatas maka dapat dirumuskan
hipotesis. Penelitian oleh Rahmawati, dkk. (2006): asimetri informasi
berpengaruh secara positif signifikan dan mampu menjelaskan variabel
dependen manajemen laba.
Perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini
adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu
perusahaan maufaktur, sampel dipilih karena sektor industri ini lebih stabil
dan tidak terpengaruh oleh musim ataupun perubahan kondisi perekonomian
(misalnya inflasi). Walaupun terjadi krisis ekonomi, kelancaran produksi
(23)
konsumen tetap membutuhkan produk makanan dan minuman sebagai
kebutuhan dasar. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan ingin memasuki
sektor ini, sehingga persaingan makin tajam. Untuk itu perusahaan harus
memperkuat kondisi keuangan didalam perusahaan dengan cara mengelola
struktur keuangan dengan baik.
Teori yang melandasi pengaruh antara ukuran perusahaan dengan
manajemen laba adalah signaling theory. Teori ini dengan asimetri informasi
yang dapat terjadi, apabila salah satu pihak mempunyai sinyal informasi yang
lebih lengkap daripada pihak lain (Rahmawati dkk, 2007, hal 68-89).
Rahmawati, dkk (2007, hal 68) menyatakan bahwa manajer sebagai pengelola
mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan pihak luar yang tidak
mungkin mendapatkan seluruh informasi perusahaan. Manajer yang
mendapatkan informasi relative lebih banyak mempunyai fleksibilitas dalam
mempengaruhi laporan keuangan khususnya laba yang digunakan untuk
memaksimalkan kepentingan atau nilai pasar perusahaan. Ketika asimetri
informasi tinggi, perusahaan tersebut dapat memanipulasi laba sebelum
laporan keuangan diaudit tanpa khawatir terdeteksi. Oleh karena itu, semakin
tinggi asimetri informasi yang terjadi, maka akan semakin besar
kecenderungannya bahwa perusahaan tersebut tidak akan dimonitor secara
efektif
Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan model DA
(discretionary accruals). Model ini menjelaskan bahwa manajer memiliki
(24)
Model jones meregresikan total akrual sebagai fungsi dari perubahan
pendapatan dan aktiva tetap. Koefisien regresi ini digunakan untuk
mengestimasi NDA. Residual regresi dianggap DA.
B. Batasan Masalah Penelitian
Pada penelitian ini hanya akan difokuskan pada variabel-variabel yang
mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu kualitas audit, leverage, ukuran
perusahaan, dan asimetri informasi.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba?
2. Apakah faktor leverage berpengaruh terhadap manajemen laba?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba?
4. Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap manajemen laba?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba.
(25)
3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen
laba.
4. Untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen
laba.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan
pedoman bagi peneliti selanjutnya dan meningkatkan perkembangan
terhadap teori-teori yang behubungan dengan penelitian ini, yaitu teori
keagenan.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar
masukan dan pertimbangan oleh para investor dalam pengambilan
keputusan investasi saham, terutama dalam menilai kualitas laba yang
dilaporkan dalam laporan keuangan, serta sejauh mana asimetri informasi
dan ukuran perusahaan itu mempengaruhi manajemen laba sehingga
(26)
8
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (agency theory)
Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Putu (2008)
mendefinisikan suatu hubungan keagenan sebagai suatu kontrak atau
satu orang atau lebih (principal). Dalam hal ini, prinsipal
mendelegasikan beberapa kewenangan kepada agen untuk mengambil
keputusan. Jika kedua belah pihak berhubungan untuk memaksimalisasi
utilitas, maka ada kemungkinan agen tidak selalu bertindak untuk
kepentingan utama prinsipal. Untuk itu, prinsipal dapat membatasi agen
dengan cara penetapan insentif. Dari penjelasan di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa teori agensi adalah hubungan antara principle
dan agent dengan berbagai kepentingan yang dapat menyebabkan
konflik diantara keduanya.
Pada teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang
saham dan yang disebut agen adalah manajemen yang mengelola
perusahaan. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian
keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan.
Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari
kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam
(27)
mengambil kebijakan yang menguntungkan dirinya sebelum
memberikan manfaat kepada pemegang saham.
Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu
semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.
Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk
memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang
selalu meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya
antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak
kompensasi. Masalah keagenan muncul karena adanya perilaku
oportunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk
memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan
kepentingan principal. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan
menerapkan metoda akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya
yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal.
2. Manajemen Laba
Scott (2000) membagi cara pemahaman atas manajemen laba
menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik
manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak
kompensasi, kontrak utang dan political costs (oportunistic Earnings
(28)
perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management),
dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk
melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi
kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang
terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi
nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya
dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan
laba sepanjang waktu.
Manajemen laba dilakukan oleh pihak manajer untuk
mempengaruhi pemegang saham untuk menanamkan modal ke
perusahaan. Manajer mengubah laporan keuangan supaya pemegang
saham tidak tahu laporan keuangan yang asli dan manajer
memanipulasi laba. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan
pemegang saham terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan erat
dengan tingkat perolehan laba karena tingkat keuntungan atau laba
dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus
yang akan diterima oleh manajer. Manajemen laba sulit dihindari di
dalam perusahaan sehingga banyak terjadi manipulasi di perusahaan
untuk memperkaya diri sendiri maupun untuk perusahaan. Manajer
melakukan manajemen laba untuk memenuhi target laba perusahaan
untuk memperoleh penghargaan berupa bonus dan insentif kepada
pihak manajemen dari pihak pemilik perusahaan.
(29)
a. Taking a Bath
Taking a Bath adalah pola manajemen laba yang melaporkan laba
pada periode berjalan dengan nilai yang sangat rendah ataupun
sangat tinggi. Contohnya : jika manajer merasa harus melaporkan
kerugian, maka manajer akan melaporkan kerugian dengan jumlah
besar. Dengan tindakan ini manajemen berharap dapat
meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan kerugian piutang
perusahaan dapat dilimpahkan ke manajemen lama, jika terjadi
pergantian manajer.
b. Income Minimization
Income Minimization adalah pola manajemen yang pihak manajer
akan menurunkan laba untuk tujuan tertentu. Income minimization
dilakukan dengan cara ketika di dalam perusahaan memperoleh
profitabilitas yang tinggi agar tidak mendapatkan perhatian secara
politis. Kebijakan yang diambil berupa pembebanan pengeluaran
iklan, riset dan pengembangan yang cepat dan sebagainya. Income
minimization mirip dengan taking a bath namun kurang ekstrim.
c. Income Maximization
Income Maximization adalah memaksimalkan laba agar
mendapatkan bonus yang lebih besar dan dilakukan pada saat laba
mengalami penurunan. Kecenderungan manajer untuk
(30)
melakukan suatu pelanggaran perjanjian utang.
d. Income Smoothing
Income smoothing adalah pola manajemen yang selalu dilakukan dan
populer. Income Smoothing dilakukan perusahaan dengan cara
meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
e. Timing Revenue dan Expenses Recognation
Pola manajemen yang dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu
yang berkaitan dengan timing suatu transaksi, misalnya : pengakuan
premature atas pendapatan.
3. Kualitas Audit
Kualitas audit seorang auditor sangat berperan penting karena
sebagai penilaian terhadap hasil keprofesionalan seorang auditor.
Terutama dalam mendeteksi, menganalisis, dan melaporkan hasil
penemuan audit terhadap laporan keuangan klien. Cara kerja auditor
yang efektif dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas,
relevan dan dapat dipercaya. Seorang auditor dalam mengaudit laporan
keuangan sangat berhati-hati untuk mendeteksi salah saji atau
kecurangan manajer. Kualitas audit menjadi harapan tinggi bagi
pengguna jasa audit terutama publik atau pemegang saham bahwa
(31)
oleh pihak manajemen.
Menurut Mayangsari (2003) dalam Herawaty dan Guna (2010),
kepastian mengenai relevansi dan keandalan dari laporan keuangan
perusahaan sangat diperlukan untuk membantu pihak eksternal dalam
mengambil suatu keputusan bisnis. Dalam mengukur kualitas audit
umumnya menggunakan proksi ukuran KAP (Big Four vs non-Big
Four). Pada penelitian terdahulu yaitu Francis dan Yu (2009)
memberikan bukti empiris yang mendukung hubungan positif antara
ukuran KAP dan kualitas audit, beliau meneliti apakah ukuran KAP
terutama KAP Big Four akan mempengaruhi kualitas audit. Beliau
berargumen bahwa hanya KAP Big Four yang berukuran besar yang
akan menghasilkan kualitas audit dengan menunjukkan kemampuannya
dalam membatasi perilaku manajemen laba, dan dibuktikan bahwa KAP
Big Four dengan ukuran besar mampu menghasilkan kualitas audit
yang lebih baik dibandingkan KAP Big Four yang berukuran kecil. Hal
ini didasarkan pada anggapan bahwa KAP Big Four memiliki
pengetahuan, pengalaman, dan reputasi yang lebih baik dibandingkan
KAP lainnya.
4. Leverage
Rasio leverage merupakan rasio yang terdapat pada laporan
keuangan yang dapat mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai
(32)
modal, atau dapat juga menunjukan beberapa bagian aktiva yang
digunakan untuk menjamin hutang (Nugroho, 2011). Perusahaan yang
mempunyai rasio leverage tinggi, berpengaruh dalam melakukan
praktik manajemen laba karena perusahaan terancam default , yaitu
tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya.
Perusahaan yang melanggar hutang secara potensial menghadapi
berbagai kemungkinan seperti, kemungkinan percepatan jatuh tempo,
peningkatan tingkat bunga, dan negosiasi ulang masa hutang. Menurut
Beneish dan Press (dalam Herawaty dan Baridwan, 2007). Hutang
dapat meningkatkan manajemen laba saat perusahaan ingin mengurangi
kemungkinan pelanggaran perjanjian hutang dan meningkatkan posisi
tawar perusahaan selama negosiasi hutang.
Penelitian yang menghubungkan hutang dengan manajemen laba
biasanya menggunakan proksi leverage ( Widyaningdyah, 2001).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
leverage terhadap manajemen laba. Penelitian mengenai pengaruh
leverage terhadap manajemen laba sudah banyak dilakukan
sebelumnya, misalnya hasil penelitian Widyaningdyah (dalam Halim,
Meiden, dan Tobing, 2005) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh
positif terhadap manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Guna
dan Herawaty (2010) juga menunjukkan bahwa leverage berpengaruh
positif terhadap manajemen laba.
(33)
dapat melakukan manajemen laba karena untuk menutupi jumlah
utangnya yang semakin banyak diakibatkan karena perusahaan tidak
mampu membayar dengan jatuh tempo yang sudah ditentukan. Manajer
melakukan manajemen laba untuk menjaga nama baik perusahaan
kepada pemegang saham untuk menarik investor untuk menanamkan
saham kepada perusahaan. Semakin tinggi utang yang dimiliki suatu
perusahaan maka akan semakin ketat tingkat pengawasan yang
dilakukan kreditur.
Leverage merupakan penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk
meningkatkan profitabilitas (Horne, 2007:181-216 dalam Raja dkk
,2014). Tingkat utang suatu perusahaan tinggi, maka akan
menyebabkan penurunan laba. Adanya penurunan laba maka akan
memancing para manajer untuk menaikkan laba supaya perusahaan
dalam keadaan stabil. Shanti dan Yudhanti (2007) dalam Purwanti
(2012) dalam Pambudi dan Sumantri (2014) menyatakan perusahaan
dengan rasio leverage yang lebih tinggi berarti diduga melakukan
manajemen laba, karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat
memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya. Dengan
tingkat utang tinggi, perusahaan akan melakukan segala cara untuk
melunasi utang tersebut.
Leverage adalah suatu cara atau rasio yang digunakan dalam
mengetahui besaran penggunakan aset dan sumber dana oleh
(34)
pemegang saham. Dalam penelitian ini leverage yang digunakan adalah
perbandingan antara total hutang pada ekuitas yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menjamin seluruh hutangnya dengan
modal yang dimilikinya. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan
maka akan meningkatkan terjadi tindakan manajemen laba. Tingkat
manajemen laba perusahaan dengan tingkat leverage utang yang tinggi
relatif lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan tingkat leverage
utang rendah.
5. Ukuran Perusahaan
Perusahaan itu bermacam-macam besarnya tetapi tidak ada
ukuran standar yang berlaku umum yang dipakai untuk menentukan
apakah perusahaan itu besar atau kecil. Semakin besar suatu perusahaan
maka akan semakin banyak alternative sumber pembelanjaan yang
dipilih oleh perusahaan tersebut. Ada kecenderungan bahwa semakin
besar perusahaan semakin besar pula utang yang dimiliki. Hal ini
disebabkan karena yang berukuran besar lebih mudah untuk
memperoleh pinjaman dari pihak eksternal dibandingkan dengan
perusahaan kecil. (Eka damayanti, 2007).
Menurut Nuryaman (2008) perusahaan yang berukuran besar
memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga
berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar
(35)
Bagi investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap
prospek cash flow dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi regulator
(pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan
diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan terhadap
masyarakat secara umum.
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam manajemen laba. Sehingga ukuran perusahaan
digunakan investor untuk menilai asset dan kinerja perusahaan, untuk
mempertimbangkan pengambilan keputusan. Ukuran perusahaan
merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Perusahaan yang besar mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingan
di perusahaan kecil. Perusahaan yang besar cenderung bertindak
hati-hati dalam melakukan pengelolaan laba yang efektif dan efisien untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Perusahaan yang besar banyak
melakukan aktivitas perusahaan yang menyebabkan banyak modal yang
ditanamkan sehingga kadang membuat suatu perusahaan mengalami
kerugian maupun mendapat keuntungan.
Ukuran perusahaan dapat juga dinyatakan dalam total aktiva,
penjualan dan kapitalisasi pasar. Menurut Sudarmadji dan Sularto
(2007) dalam Herawaty dan Guna (2010), Semakin besar jumlah
penjualan, maka semakin besar pula perputaran uang di perusahaan
tersebut, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka perusahaan tersebut
(36)
digunakan dalam menentukan ukuran perusahaan karena semakin besar
aktiva maka modal yang ditanamkan sehingga sumber daya dan dana
yang besar dalam perusahaan cenderung memiliki permintaan yang
lebih luas akan informasi pelaporan perusahaannya.
6. Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer
memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki
oleh pihak luar perusahaan. Jika kedua kelompok (agen dan prinsipal)
tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya,
maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini
bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan
prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif
yang tepat bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk
membatasi aktivitas agen yang menyimpang.
Ada dua tipe asimetri informasi :
a. Adverse selection.
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dimana
dalam satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan
melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha
potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain.
Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer
(37)
mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan
daripada para investor luar.
b. Moral Hazard.
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dimana
dalam satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan
melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha
potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam
penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak
lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya
pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan
karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
Asimetri informasi adalah informasi yang timbul ketika manajer
lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa
depan dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Ketika
timbul asimetri informasi keputusan ungkapan yang dibuat untuk
manajer dapat mempengaruhi harga saham sebab asimetri informasi
antara investor yang lebih terinformasi dan investor yang kurang
terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan menimbulkan biaya
transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan dalam pasar untuk
saham-saham perusahaan.
Penelitian ini didukung oleh dua teori, yaitu teori keagenan
(agency theory) dan teori bid ask spread . Teori keagenan
(38)
keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen
perusahaan (agent) dan berusaha memberi suatu pemahaman perilaku
organisasional dengan mengungkapkan bagaimana pihak-pihak yang
terlibat dalam hubungan keagenan dalam perusahaan berusaha untuk
memaksimalkan utilitas usaha mereka. usaha maksimalisasi utilitas ini
mendorong timbulnya konflik kepentingan antara pemilik (principal)
dan manajemen (agent), karena setiap pihak berusaha memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya melalui kontrak
kompensasi. Bid ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi dan
harga jual terendah dalam Trader. Stoll dalam Aida Ainul Mardiyah
[2002, hal 292] menyatakan bahwa bid ask spread merupakan fungsi
dari tiga komponen biaya yang berasal dari :
a. pemilik saham (inventory holding),
b. pemrosesan pesanan (order prosesing),
c. informasi asimetri.
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis
Penelitian terdahulu yang diteliti oleh Pambudi dan Sumantri yang
meneliti tentang pengaruh kualitas audit, ukuran perusahaan, dan leverage
terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas
auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, leverage
berpengaruh positif terhadap manajemen laba, Ukuran perusahaan
(39)
Fitriana, dkk (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh asimetri
informasi dan ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil
penelitian ini adalah asimetri informasi dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin
besar ukuran perusahaan, maka akses informasi untuk investor akan
semakin banyak sehingga investor mudah dalam pengambilan keputusan.
Setyaningrum dan Sari (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh
asimetri informasi dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada
perusahaan food and beverages yang go public di BEI. Hasil penelitiannya
adalah ada pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba, ada
pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.
Guna dan Herawaty (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh
mekanisme good corporate governance, independensi, kualitas audit dan
faktor lainnya terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini adalah
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris
independen, independen auditor dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Sedangkan leverage, kualitas audit dan
profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba.
Muliati (2011) melakukan penelitian tentang asimetri informasi dan
ukuran perusahaan tpada praktik manajemen laba pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini
(40)
ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada praktik manajemen laba.
Wulandari (2013) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh
goog corporate governance terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini
adalah kepemilikan institusional berpengaruh negatif signfikan terhadap
manajemen laba, ukuran dewan komisaris berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap manajemen laba, ukuran dewan direksi berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, ukuran perusahaan
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.
1. Kualitas Auditor dan Manajemen Laba
De Angelo menjelaskan sebagaimana dikutip oleh Mulyadi
(2002), bahwa kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi auditnya. Kualitas audit seorang auditor sangat
berperan penting karena sebagai penilaian terhadap hasil
keprofesionalan seorang auditor. Beberapa penelitian yang
menggunakan ukuran KAP sebagai pengukur kualitas audit berhasil
membuktikan secara empiris bahwa terdapat perbedaan kualitas antara
KAP berukuran besar (Big four accounting firms) dengan KAP
berukuran kecil (non big four accounting firms). Auditor yang bekerja
di KAP Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor telah
(41)
program audit yang dianggap lebih akurat dan tepat dibandingkan
dengan KAP non-Big Four (Isnanta,(2008) dalam Guna dan Herawaty
(2010).
Pada penelitian Pambudi dan Sumantri (2014) menemukan bahwa
kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan
penelitian yang dilakukan Guna dan Herawaty (2010) menemukan
bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Pada
penelitian Nuraini dan Zain (2007) menyatakan bahwa kualitas audit
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pada penelitian Siregar
dan Utama (2005) gagal membuktikan bahwa ukuran KAP mempunyai
pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. KAP baik yang big four
maupun non big four tidak bisa memperkecil kesempatan pihak
manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba. Sebagian besar
masyarakat mempunyai persepsi bahwa KAP berskala besar dapat
menyediakan kualitas audit yang tinggi. Semakin tinggi kualitas auditor
maka semakin rendah manajemen laba yang terjadi. Pembahasan ini
menghasilkan hipotesis penelitian pertama, yaitu:
H1 : Kualitas auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.
2. Leverage dan Manajemen Laba
Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai
(42)
harus dapat lebih meyakinkan pihak kreditur bahwa perusahaan tetap
dapat mengembalikan pokok pinjaman beserta bunganya. Leverage
yang tinggi akan berpengaruh dengan nilai pembiayaan yang juga tinggi
dengan maksud untuk mempertahankan kinerja keuangan perusahaan
dalam jangka panjang, dengan mempertahankan kinerja perusahaan
tersebut, diharapkan kreditur juga akan tetap memiliki kepercayaan
terhadap manajemen perusahaan.
Tingkat manajemen laba perusahaan dengan tingkat leverage
utang yang tinggi relatif lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan
tingkat leverage utang rendah. Pada penelitian Pambudi dan Sumantri
(2014) menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Penelitian Chin et al. (2009) dalam Pambudi dan
Sumantri (2014) juga menemukan bahwa terdapat pengaruh positif
leverage terhadap manajemen laba. Pada penelitian Sepadan (2013)
juga menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen
laba. Pada penelitian Widyastuti (2009) juga menyatakan bahwa
leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Semakin tinggi
tingkat leverage suatu perusahaan, maka akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya tindakan manajemen laba untuk menstabilkan
kondisi laba perusahaan. Pembahasan ini menghasilkan hipotesis
penelitian kedua, yaitu:
(43)
3. Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba
Ukuran perusahaan adalah skala dimana dapat digolongkan besar
kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Besar (ukuran) perusahaan
dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar.
Karena semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar
maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu, ketiga variabel
tersebut digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat
mewakili seberapa besar perusahaan tersebut (Sudarmadji dan Sularto,
2007).
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori
yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (
medium-size) dan perusahaan kecil (small firm) (Suwito dan Herawati, 2005).
Ukuran suatu perusahaan diukur dari natural logaritma nilai pasar
saham akhir tahun (Siregar dan Utama, 2005).
Pada penelitin yang dilakukan Fitriana dkk (2009) dan Tarigan
(2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap manajamen laba. Penelitian Widyastuti (2009) menyatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
manajemen laba. Artinya semakin besar ukuran perusahaan akan
menyebabkan peningkatan manajemen laba. Pambudi dan Sumantri
(2014) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Biasanya perusahaan besar memiliki tuntutan
(44)
berupaya untuk membuat laba tampak lebih baik dan lebih tinggi,
sehingga potensi manipulasi laba juga cenderung lebih tinggi. Oleh
karena itu semakin besar ukuran perusahaan, semakin tinggi tuntutan
stakeholder pada manajer maka semakin tinggi pula potensi manipulasi
laba.
Hasil penelitian lainnya tidak sependapat dengan penelitian yang
disebutkan sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu telah menguji
pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba namun terdapat
ketidakkonsistenan pada penelitian tersebut. Guna dan Herawaty (2010)
menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Peasnell,
Pope dan Young (1998) dalam Nasution dan Setiawan (2007) yang
menyatakan bahwa adanya hubungan negatif antara ukuran perusahaan
dan manajemen laba di Inggris. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang lebih besar manajernya memiliki kesempatan kecil
untuk melakukan manajemen laba.
Veronica dan Siddharta (2005) meneliti di BEJ (BEI) pada
periode pengamatan 1995-1996 dan 1999-2002, menemukan ukuran
perusahaan berhubungan negatif signifikan dengan manajemen laba.
Namun, Halim, dkk. (2005) dengan data LQ 45 di BEJ (BEI)
menemukan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Penelitian Halim memiliki kelemahan pada jumlah
(45)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran perusahan
maka peluang manajemen melakukan tindakan manajemen laba juga
akan semakin besar. Pembahasan ini menghasilkan hipotesis penelitian
ketiga, yaitu:
H3: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.
4. Asimetri informasi pada Manjemen Laba
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab
manajemen laba. Terdapat hubungan yang sistematis antara asimetri
informasi dengan tingkat manajemen laba. Adanya asimetri informasi
akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja manajer. Fleksibelitas manajemen untuk
memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi
yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan
mencerminkan tingkat manajemen laba.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa asimetri informasi
dapat mempengaruhi manajemen laba. Teori keagenan (Agency Theory)
mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai
agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai
prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui
(46)
dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Jika dikaitkan
dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri
informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham
perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi. Perusahaan yang
melakukan takeover cenderung memilih metoda depresiasi dan metode
pencatatan persediaan, yang dapat meningkatkan laba akuntansi.
Berdasarkan penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa terdapat sikap
opportunistic manajemen dalam kasus ambil alih perusahaan, sekalipun
alasan utama pemilihan metode akuntansi didasarkan pada
pertimbangan efisiensi atau pertimbangan memaksimalkan nilai
perusahaan. Penelitian oleh Rahmawati, dkk. (2006): asimetri informasi
berpengaruh secara positif signifikan dan mampu menjelaskan variabel
dependen manajemen laba. Semakin besar risiko dan prospek
pertumbuhan investasi perusahaan maka semakin kecil tingkat
manajemen laba. Ini disebabkan karena asimetri informasi akan terjadi
pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan investasi yang tinggi
pula. Sedangkan semakin besar perusahaan, semakin besar pula tingkat
manajemen laba. Pembahasan ini menghasilkan hipotesis penelitian
keempat :
H4 : Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap manajemen
(47)
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan telaah pustaka dan penelitian terdahulu variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas audit, leverage, ukuran
perusahaan dan asimetri informasisebagai variabel independen. Manajemen
laba sebagai variabel independen.
Gambar 1
Model Penelitian KUALITAS
AUDIT
LEVERAGE
UKURAN PERUSANAAN
MANAJEMEN LABA
ASIMETRI INFORMASI
(48)
30
METODE PENELITIAN
A. Objek/Subjek Penelitian
Objek/subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berupa bukti, catatan, dan laporan historis yang dipublikasikan atau tidak
dipublikasikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan
melalui website www.idx.co.id.
C. Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan sampel perusahan-perusahaan manufaktur
kelompok industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2011 sampai 2014 yang mengeluarkan laporan
keuangan tahunan dengan informasi laba positif. Dari keterangan di atas
diperoleh 16 perusahaan sampel yang akan digunakan sebagai sumber data
(49)
Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Berdasarkan pertimbangan atau kriteria penentuan sampel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
(a) Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia sejak
tahun 2012-2014.
(b) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan berturut-turut dari
tahun 2012-2014.
(c) Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk
tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dalam bentuk denominasi
rupiah (IDR).
(d) Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama penelitian yaitu
2012-2014.
(e) Memiliki data mengenai kualitas audit, ukuran perusahaan, leverage,
dan asimetri informasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui
penelusuran data sekunder. Data yang digunakan adalah metode
dokumentasi. Metode dokumentasi ini dilakukan dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen atau data-data sekunder dari pojok Bursa Efek
Indonesia. Dokumen ini berupa laporan keuangan tahunan perusahaan pada
(50)
E. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel
1. Manajemen Laba
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.
Manajemen laba diproksikan dengan menggunakan discretionary
accruals dan dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model.
Modified Jones Model dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik
dibandingkan dengan model-model lainnya. Untuk mengukur
discreatonary accruals mengacu pada penelitian Dechow et al. (1995).
a) Mengukur total accrual dengan menggunakan Modifed Jones
Model (Dechow et al. 1995) :
Nilai Total Accrual (TAC) = Nit– CFOit
b) Menghitung nilai accrual yang diestimasi dengan persamaan
regresi OLS (Ordinary Least Square) :
TAit/Ait-1 = 1 (1/Ait-1) + 2 ( Revt/Ait-1) + (PPEt/Ait-1) +
c) Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah
sebagai berikut :
NDAit = 1 (1/Ait-1) + 2 ( Revt/Ait-1 - Rect/Ait-1) + 3 (PPEt/A
it-1)
d) Menghitung discretionary accruals sebagai berikut :
DAit = TAit/Ait-1 - NDAit
Keterangan :
DAit : Discretionary Accruals perusahaan I pada periode ke-t
(51)
TAit : Total Akrual perusahaan i pada periode ke-t
Nit : Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t
CFOit : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke-t
Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
∆Revt : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke-t
PPEt : Aktiva tetap perusahaan pada periode ke-t
∆Rect : Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke-t ε : Error
2. Kualitas Audit
Dimensi kualitas auditor yang paling sering digunakan dalam
penelitian adalah ukuran kantor akuntan publik atau KAP karena nama
baik perusahaan (KAP) dianggap merupakan gambaran yang paling
penting. Kualitas auditor akan berpengaruh terhadap hasil audit yang
dilakukan oleh auditornya. Kualitas auditor dapat diukur dengan
mengklasifikasikan atas audit yang dilakukan oleh KAP Big Four dan
KAP Non-Big Four. Kualitas auditor dalam penelitian ini
mengggunakan variabel dummy (Anita, 2012).Jika perusahaan diaudit
oleh KAP Big Four maka diberi nilai 1 dan jika tidak diberi nilai 0.
Kategori KAP Big Four di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama v
dengan KAP Drs. HadiSusanto dan rekan, dan KAP Haryanto
(52)
b) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja
sama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Wijaya.
c) KAP Ernest and Young, yang bekerja sama dengan KAP Drs.
Sarwoko dan Sanjoyo, Prasetyo Purwantono.
d) KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerja sama dengan KAP
Drs. Hans Tuanakota dan Osman Bing Satrio.
3. Leverage
Rasio leverage (leverage ratios) mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Semakin tinggi rasio
leverage maka semakin banyak aktiva yang didanai hutang oleh pihak
kreditor, sehingga menunjukan resiko perusahaan dalam pelunasannya,
hal ini dapat memicu terjadinya praktik manajemen laba. Leverage
diukur dengan menggunakan rasio total utang terhadap total aset.
Lev =
Keterangan :
Lev : rasio utang terhadap aktiva
Utang : total utang
Aktiva : total aktiva
4. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu
(53)
kapitalisasi pasar. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan di ukur
dengan logaritma natural dari besarnya kapitalisasi pasar perusahaan,
karena besar ukuran perusahaan biasanya informasi yang tersedia untuk
investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi
dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak (Siregar dan Utama,
2008)
Size = L
nTotal Asset
5. Asimetri informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer
memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki
oleh pihak luar perusahaan. Pengukuran terhadap asimetri informasi
dapat menggunakan pedekatan Bid-ask spread karena pada
penelitian-penelitian terdahulu tingkat asimetri ini bisa terlihat dari selisih harga
saham tertinggi dan terendahnya.
SPREAD = {( – )/{( + )/2} x 100%
Keterangan :
: harga ask (tawar) tertinggi saham perusahaan i yang terjadi
pada hari t
: harga bid (minta) terendah saham perusahaan i yang terjadi
(54)
F. Uji Kualitas Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku umum. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain
penyajian data melalui tabel, diagram, grafik, pictogram, perhitungan
modus, median, mean, perhitungan desil, persentil, penyebaran data
melalui perhitungan rata-rata, standar deviasi, dan perhitungan
prosentase.
2. Pengujian Asumsi Klasik
Regresi terpenuhi apabila penaksir kuadrat terkecil biasa (Ordinary
Least Square) dari koefisien regresi adalah linier, tak biasa dan
mempunyai varians minimum, ringkasnya penaksir tersebut adalah Best
Linier Unbiased Estimator (BLUE), maka perlu dilakukanuji
(pemeriksaan) terhadap gejala multikolinieritas, autokorelasi dan
heterokedastisitas. Sehingga asumsi klasik penaksir kuadrat terkecil
(Ordinary Least Square) tersebut terpenuhi.Oleh karena itu, uji asumsi
klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut :
(55)
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satu
cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram
yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal. Uji normalitas data bertujuan untuk
memperoleh data yang berdistribusi normal.Alat uji normalitas
data menggunakan one-sample kolmogorovsmirnov. Data
dikatakan normal jika variabel yang dianalisis memiliki tingkat
signifikansi lebih besar dari 5%. Namun demikian dengan hanya
melihat histogram hal ini bisa menyesatkan khususnya untuk
jumlah sample yang kecil.
b) Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah adanya suatu hubungan linier yang
sempurna antara beberapa atau semua variabel independen.Uji
Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas (Ghozali,2001). Pada program SPSS, ada beberapa
metode yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya
(56)
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan TOLERANCE. Batas
dari VIF adalah 10 dan nilai dari TOLERANCE adalah 0,1. Jika
nilai VIF ≥ dari 10 dan nilai TOLERANCE ≤ dari 0,1 maka terjadi
multikolinieritas. Sehingga data yang tidak terkena
multikolinearitas dan nilai TOLERANCE ≥ dari 0,1 dan nilai VIF ≤ dari 10. Bila ada variabel independen yang terkena
multikolinieritas, maka penanggulangannya adalah salah satu
variabel tersebut dikeluarkan (Ghozali,2001).
c) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-l
(sebelumnya).Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi
antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu saling
berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu
model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji
Durbin Watson (Uji DW). Dengan ketentuan sebagai berikut :
Kurang dari 1,10 = Ada autokorelasi
1,10 s/d 1,54 = Tanpa kesimpulan
1,55 s/d 2,46 = Tidak ada autokorelasi
2,46 s/d 2,90 = Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,91 = Ada autokorelasi
(57)
Uji Heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam modelregresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan kepengamatan lain. Jika varians dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedositas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Dan jika
varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedasitas (Ghozali, 2001). Selain dengan menggunakan
analisis grafik, pengujian heterokedastisitas dapat dilakukan
dengan Uji Glejser. Uji ini mengusulkan untuk meregresi nilai
absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel
independen signifikan secara statistic mempengaruhi variabel
dependen, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas. Jika
probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, maka
dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung
heterokedastisitas (Ghozali, 2001).
3. Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini analisis regresi dilakukan untuk mengetahui
pola hubungan antara variabel independen (Laporan keuangan,
Leverage, Ukuran perusahaan dan Asimetri Informasi) dengan variabel
dependen (Manajemen Laba). Analisis data yang digunakan dalam
(58)
MB = + β1KAP + β2SIZE + β3LEV + β4SPREAD + ε Keterangan :
MB : Manajemen Laba
KAP : Kualitas Audit
SIZE : Ukuran Perusahaan
LEV : Leverage
SPREAD : Asimetri Informasi
ε : error
G. Uji Hipotesis
Model pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan Uji
Signifikansi Parameter Individual (Uji t – statistik), Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F), dan Uji Koefisien Determinasi (R2)
1. Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji t – statistik)
Uji statistik T digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2006 dalam Supratman ,2014). Apabila
nilai probabilitas signifikansi < , maka suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Pengujian Signifikansi Parameter Simultan (Uji F – statistik)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua
(59)
pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen
(Ghozali ,2006 dalam Supratman ,2014). Apabila nilai probabilitas
signifikansi < 0.05, maka variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
3. Pengujian Koefsien Determinasi (R2)
Uji Koefisien Determinasi (R2) digunakan seberapa jauh
kemampuan variabel-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
(R2) adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan dependen yang
terbatas. Jika koefisien determinasi sama dengan nol, maka variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika
besarnya koefisien determinasi mendekati angka 1, maka variabel
independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. Dengan
menggunakan model ini, maka kesalahan penganggu diusahakan
minimum sehingga R2 mendekati 1, sehingga perkiraan regresi akan
(60)
42 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan hipotesis beserta gambaran hasil penelitian
dengan pembahasan pada bagian akhir. Penelitian ini menggunakan alat bantu
yaitu dengan perangkat lunak SPSS . Adapun penjelasan hasil penelitian sebagai
berikut :
A. Gambaran Umum Objek/Subyek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2012-2014.
Berdasarkan metode purposive sampling yang telah ditetapkan pada bab III,
maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 105 perusahaan manufaktur selama
periode tahun 2012-2014, prosedur pengambilan sampel disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 4.1
Ringkasan Prosedur Pengambilan Sampel
NO. Kriteria 2012 2013 2014 Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-2014.
100 121 136 357
2 Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan menggunakan mata uang asing.
(13) (22) (20) (55)
3 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan.
(21) (19) (33) (73)
4 Perusahaan yang tidak menyajikan data yang lengkap selama masa penelitian.
(12) (26) (29) (67)
Total sampel yang memenuhi kriteria.
54 54 54 162
5 Data Outliers 19 21 17 57
Total sampel yang diolah 35 33 37 105
(61)
Berdasarkan prosedur pemilihan sampel tersebut, maka total sampel yang
memenuhi kriteria penelitian adalah sebanyak 54 perusahaan pertahun. Dari total
perusahaan pertahun tersebut kemudikan dikalikan periode penelitian yaitu pada
tahun 2012-2014 adalah 54 x 3 tahun = 162 perusahaan yang memenuhi kriteria.
Setelah itu melakukan casewise terdapat outlier sebanyak 57 sampel sehingga
terdapat 105 sampel perusahaan yang dijadikan sampel penelitian.
B. UJI KUALITAS DATA 1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian bertujuan
untuk mengetahui gambaran umum mengenai data penelitian dan
hubungan yang ada antara variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian. Penelitian statistik deskriptif iniz pada dasarnya merupakan
proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi yang
menyajikan ringkasan, pengukuran atau penyusunan data dalam bentuk
tabel numerik dan grafik sehingga mudah dipahami dan
diinterprestasikan. Analisis ini menjelaskan mengenai nilai minimum,
nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Hasil statistik
(62)
TABEL 4.2.
Statistik Deskriptif Penelitian Perusahaan Manufaktur Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Dait 105 -.203830 .523540 .02243920 .102287041
KAP 105 .000 1.000 .47531 .500938
LEV 105 .000490 5.243900 .54454963 .654690025 SIZE 105 26579083786 213994000000000 9197169312818.66 26049901659498.41
SPREAD 105 -99.56 79.93 -44.49 33.28
Valid N
(listwise) 105
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat statistik deskriptif dari
data yang digunakan dalam penelitian dengan periode 2012-2014.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
105 sampel.
Nilai minimum kualitas audit sebesar 0 ini karena perusahaan
diaudit oleh KAP Big Four, dan nilai maximum sebesar 1 ini karena
perusahaan diaudit oleh KAP Non-Big Four. Mempunyai nilai rata-rata
sebesar 0,47531 yang berarti 47,5% sampel perusahaan dan 77
perusahaan diperiksa laporan keuangannya oleh KAP Big Four. Sisanya
sebesar 52,5% sampel perusahaan dan 85 perusahaan diperiksa laporan
keuangannya oleh KAP Non-Big Four.
Variabel leverage memiliki nilai minimum sebesar 0,00490. Nilai
maximum sebesar 5,243900. Nilai rata-rata sebesar 0,54454963. Nilai
(63)
Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar
26.579.083.786. Nilai maximum sebesar 213.994.000.000.000. Nilai
rata-rata sebesar 9.197.169.312.818,66. Dan nilai standar deviasi
sebesar 26.049.901.659.498,41.
Variable asimetri informasi mempunya nilai minimum sebesar
-99,56. Nilai maximum sebesar 79,93. Nilai rata-rata sebesar -44,49.
Dan nilai standar devasi sebesar 33,28
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji
multikolinearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel dependen dan variabel independen
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Hasil uji normalitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel
(64)
TABEL 4.3.
HASIL UJI NORMALITAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 105
Normal Parameters(a,b) Mean -,0009456
Std. Deviation ,02253180
Most Extreme Differences
Absolute
,057
Positive ,057
Negative -,049
Kolmogorov-Smirnov Z ,582
Asymp. Sig. (2-tailed) ,887
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.3. menunjukkan bahwa data residual
berdistribusi normal. Didapatkan dari hasil bahwa nilai Asymp. Sig
(2-tailed) sebesar 0,887 lebih besar α (0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa data residual berdistribusi normal dan model
regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 atau periode sebelumnya. Uji autokorelasi dalam
penelitian ini menggunakan Uji Durbin-Watson (DW test).
(65)
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson 1 ,320(a) ,102 ,067 ,02294 2,156 a Predictors: (Constant), SPREAD, KAP, LEV, SIZE
b Dependent Variable: DAit
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan pada tabel 4.4. dapat diketahui bahwa nilai
Durbin-Watson (DW) sebesar 2,156 lebih besar dari batas atas (du)
1,7617 dan lebih kecil dari 4-du (4-1,7617) yaitu 2,2383. Hal ini
berarti model regresi di atas tidak ada masalah autokorelasi
ditunjukkan dengan angka Durbin-Watson berada antara du tabel
dan (4-du tabel), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
dalam penelitian ini layak untuk digunakan.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Penelitian ini untuk
mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas maka dengan
menggunakan uji Gletjer, caranya adalah dengan meregres nilai
absolute residual terhadap variabel independen. Jika nilai
(66)
lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Ringkasan hasil uji heteroskedastisitas sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) ,026 ,023 1,135 ,259 KAP 4,96E-005 ,003 ,002 ,018 ,986
LEV ,001 ,007 ,020 ,194 ,847
SIZE -,001 ,002 -,050 -,457 ,649 SPREAD -6,73E-005 ,000 -,169 -1,632 ,106 a Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai sig
pada masing-masing variabel lebih besar dari alpha (0,05). Variabel
kualitas audit sebesar 0,259; leverage sebesar 0,847; ukuran
perusahaan sebesar 0,649; asimetri informasi sebesar 0,106. Jadi
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model
regresi ini.
d. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya multikolinearitas di dalam suatu model regresi dapat
dilihat dengan nilai VIF (varian inflation faktor), apabila nilai VIF
kurang dari 10 dan nilai tolerance di atas 0,10 maka tidak terjadi
multikolinearitas. Ringkasan hasil Uji Multikolinearitas sebagai
(67)
TABEL 4.6.
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a) model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficien ts
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -,019 ,041 -,469 ,640 KAP -,001 ,005 -,016 -,151 ,880 ,823 1,215 LEV ,036 ,012 ,299 3,000 ,003 ,902 1,108 SIZE ,004 ,003 ,112 1,075 ,285 ,824 1,214 SPREAD ,006 ,000 ,012 ,116 ,908 ,904 1,106
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan pada tabel 4.6 diketahui bahwa terjadi
multikolinearitas karena nilai tolerance dari variabel independen
investment opportunity set dan ukuran perusahaan lebih kecil dari
0,10 dan nilai VIF lebih besar dari 10. VIF masing-masing variabel
independen adalah kualitas audit sebesar 1,215; leverage sebesar
1,108; ukuran perusahaan sebesar 1,214; asimetri informasi sebesar
1,106. Oleh karena itu disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikoloniaritas antar variabel independen dalam model regresi.
1. ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji
hipotesis tentang pengaruh variabel independen kualitas audit, leverage,
ukuran perusahaan, dan asimetri informasi terhadap variabel dependen
manajemen laba secara simultan maupun parsial. Hasil analisis regresi
(1)
LAMPIRAN 4
HASIL UJI ASUMSI KLASIK, HASIL ANALISIS REGRESI
BERGANDA DAN UJI HIPOTESIS
(2)
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dait 105 -.203830 .523540 .02243920 .102287041
KAP 105 .000 1.000 .47531 .500938
LEV 105 .000490 5.243900 .54454963 .654690025
SIZE 105 26579083786 213994000000000 9197169312818.66 26049901659498.41
SPREAD 105 -99.560000 79.930000 -44.48901235 33.280283630
Valid N
(listwise) 105
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 105
Normal
Parameters(a,b)
Mean
-,0009456
Std. Deviation ,02253180
Most Extreme Differences
Absolute
,057
Positive ,057
Negative -,049
Kolmogorov-Smirnov Z ,582
Asymp. Sig. (2-tailed) ,887
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
(3)
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficients(a)
Mode
l
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -,019 ,041 -,469 ,640
KAP -,001 ,005 -,016 -,151 ,880
LEV ,036 ,012 ,299 3,000 ,003
SIZE ,004 ,003 ,112 1,075 ,285
SPREAD
8,53E-006 ,000 ,012 ,116 ,908
a Dependent Variable: DAit a Dependent Variable: DAit
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,320(a) ,102 ,067 ,02294 2,156
a Predictors: (Constant), SPREAD, KAP, LEV, SIZE b Dependent Variable: DAit
(4)
Hasil Uji Multikoloniaritas Coefficientsa model Unstandardized Coefficients Standar dized Coeffici ents
t Sig.
Collinearity Statistics B
Std.
Error Beta
Tolera
nce VIF 1 (Constant) -,019 ,041 -,469 ,640 KAP -,001 ,005 -,016 -,151 ,880 ,823 1,215 LEV ,036 ,012 ,299 3,000 ,003 ,902 1,108 SIZE ,004 ,003 ,112 1,075 ,285 ,824 1,214 SPREAD ,006 ,000 ,012 ,116 ,908 ,904 1,106
a. Dependent Variable: Dait
Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa model Unstandardized Coefficients Standar dized Coeffici ents
t Sig.
Collinearity Statistics B
Std.
Error Beta
Tolera
nce VIF 1 (Constant) -,019 ,041 -,469 ,640 KAP -,001 ,005 -,016 -,151 ,880 ,823 1,215 LEV ,036 ,012 ,299 3,000 ,003 ,902 1,108 SIZE ,004 ,003 ,112 1,075 ,285 ,824 1,214 SPREAD ,006 ,000 ,012 ,116 ,908 ,904 1,106
(5)
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,320(a) ,102 ,067 ,02294 2,156
a Predictors: (Constant), SPREAD, KAP, LEV, SIZE b Dependent Variable: DAit
Hasil Statistik f
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression ,006 4 ,002 2,852 ,028(a)
Residual ,053 100 ,001
Total ,059 104
a Predictors: (Constant), SPREAD, KAP, LEV, SIZE b Dependent Variable: DAit
(6)
Hasil Statistik t
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -,019 ,041 -,469 ,640
KAP -,001 ,005 -,016 -,151 ,880
LEV ,036 ,012 ,299 3,000 ,003
SIZE ,004 ,003 ,112 1,075 ,285
SPREAD
8,53E-006 ,000 ,012 ,116 ,908