Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku dan Produksi Karet Olahan di Perkebunan Cikumpay PTPN VIII, Purwakarta, Jawa Barat

I' A-/5eC)
/-00\
wセ|@

OPTIMALISASI PENGADAAN BAHAN BAKU DAN PRODUKSI
KARET OLAHAN DI PERKEBUNAN CIKUMP AY PTPN VIII,
PURWAKARTA, JAW A BARAT

Oleh

ACEP SUGIHARTO
A07496040

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERT ANIAN BOGOR

2001

RINGKASAN


ACEP SUGIHARTO. Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku dan Produksi Karet
Olahan di Perkebunan Cikumpay PTPN VIII, Purwakarta, Jawa Barat (Di Bawah
Bimbingan NUNUNG KUSNADI).
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang menjadi andalan
untuk meningkatkan perolehan devisa. Sebagian besar karet alam yang dihasilkan
Indonesia ditujukan untuk diekspor ke negara-negara industri maju. Pada peri ode
1994-1998,

volume

karet

alam

Indonesia

mengalami

peningkatan


dengan

pertumbuhan 7.4 % per tahun.
Di masa yang akan datang, karet alam mempunyai prospek yang cerah, baik
itu di pasaran internasional maupun di pasaran domestik. Permintaan karet alam
dunia akan mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 2.5 % per tahun.
Namun demikian, prospek karet alam yang cerah tersebut tidak diikuti oleh
perkembangan harga yang cukup bagus. Harga karet alam dunia sampai tahun 1999
triwulan I belum juga pulih semenjak mengalami penurunan pada tahun 1996.
Penurunan harga karet alam dunia tersebut diperkirakan disebabkan oleh tingginya
pasokan karet alam dan adanya krisis ekonomi yang melanda sebagian besar negaranegara Asia.
Dalam kondisi harga karet alam yang belum pulih tersebut, perusahaan
dituntut untuk dapat meningkatkan efesiensi usaha agar perusahaan bisa tetap
menikmati atau bahkan dapat memaksimumkan keuntungan dari kegiatan usaha yang
dilakukannya.

Dalam

upaya


meningkatkan

efesiensi

dan

memaksimumkan

keuntungan, selama ini Perkebunan Cikumpay telah melakukan kegiatan pengadaan
bahan baku dari perkebunan seinduk melalui pembelian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat kegiatan pengadaan bahan
.baku dari perkebunan seinduk,

sumberdaya-sumberdaya yang ketersediaannya

terbatas dengan dilakukannya kegiatan pengadaan bahan baku dari perkebunan
seinduk,

komposisi produk akhir yang optimal yang dapat dicapai dengan


dilakukannya kegiatan pengadaan bahan baku dari perkebunan seinduk, dan kepekaan
komposisi produk akhir terhadap perubahan harga input dan output.
Penelitian ini merupakan studi kasus di Perkebunan Cikumpay PTPN VIII,
Purwakarta, Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data
yang diperoleh kemudian diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data
secara kuantitatif dilakukan dengan bantuan program LINDO.
Berdasarkan pengolahan data dapat diketahui bahwa bahan baku lateks dan
lump secara keseluruhan dapat termanfaatkan oleh Perkebunan Cikumpay. Hal ini
dapat dilihat dari nilai slack bahan baku tersebut yang bernilai sama dengan no!.
Termanfaatkannya bahan baku lateks dan bahan baku lump yang berasal dari kegiatan
pengadaan dari perkebunan seinduk tersebut, mengindikasikan bahwa kegiatan
pengadaan bahan baku dari perkebunan seinduk melalui pembelian menguntungkan
untuk dilakukan, karena dengan kegiatan pengadaan ini Perkebunan Cikumpay dapat
memperoleh tambahan pasokan bahan baku dan pada akhirnya dapat meningkatkan
produksi.
Penambahan pasokan bahan baku akan berpengaruh terhadap penggunaan dan
status sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Penggul11an sumberdaya

perusahaan selain sumberdaya bahan baku, akan meningkat karena banyaknya bahan

baku yang harus diolah. Sumberdaya perusahaan, selain sumberdaya bahan baku,
yang ketersediaannya terbatas dengan dilakukannya pengadaan bahan. baku dari
perkebunan seinduk adalah sumberdaya mesin sheeler pada pengolahan RSS, kamar
pengering pada pengolahan TPC, mesin pemusing pada pengo\ahan iate,ks pekat dan
mesin mangle pada pengolahan karet remah.
Selain terhadap penggunaan sumberdaya, penambahan pasokan bahan baku
juga berpengaruh terhadap komposisi produk akhir optimal yang dapat diproduksi.
.Dengan adanya penambahan pasokan bahan baku, pilihan komposisi produk akhir
menjadi relatif lebih banyak dan lebih tinggi tingkatnya. Pada periode I, produk RSS,
TPC, lateks pekat dan karet remah yang dapat diproduksi secara berurutan adalah
sebesar 225.122 ton, 75.122 ton, 517.529 ton, dan 1 024.292 ton. Pada periode II,
produk akhir optimal yang dapat diproduksi adalah sebesar 261.405 ton (RSS),
182.000 ton (TPC), 540.504 ton (lateks pekat), dan 1 304.509 ton (karet remah). Pada
periode III produk RSS, TPC, lateks pekat dan karet remah optimal yang dapat
dihasilkan, secara berurutan adalah sebesar 238.757 ton, 184.000 ton, 133.692 ton
dan 694.481 ton. Pada periode IV, produk akhir yang disarankan untuk diproduksi
adalah produk lateks pekat sebesar 508.768 ton dan produk karet remah sebesar
627.783 ton.
Komposisi produk akhir tersebut di atas dapat terpengaruh oleh perubahanperubahan, di antaranya oleh perubahan biaya bahan baku (input) dan harga jual
produk akhir (output) itu sendiri. Berdasarkan selang kepekaan yang merupakan hasil

analisa sensitivitas, dapat diketahui bahwa komposisi produk akhir tidak peka

terhadap penurunan biaya bahan baku berapapun penurunannya. Terhadap kenaikan
biaya bahan baku, komposisi produk akhir tidak peka hingga batas kenaikan yang
diperbolehkan.
Batas kenaikan biaya bahan baku lateks yang berasal dari kebun sendiri,
setiap periodenya relatif lebih sempit bila dibandingkan dengan batas kenaikan biaya
bahan baku lateks yang berasal dari Perkebunan Jalupang. Relatif lebih sempitnya
batas kenaikan biaya bahan baku yang berasal dari kebun sendiri tersebut
menunjukkan bahwa komposisi produk akhir relatif lebih peka terhadap kenaikan
biaya bahan baku lateks yang berasal dari kebun sendiri dibandingkan dengan
terhadap kenaikan biaya bahan baku lateks yang berasal dari Perkebunan Jalupang.
Untuk bahan baku lump, bahan baku lump yang mempunyai butas kenaikan
biaya yang relatif paling sempit, setiap periodenya kecuali periode IV adalah bahan
baku lump yang berasal dari Perkebunan Wangunreja. Hal itu menunjukkan bahwa
.komposisi produk akhir terutama produk karet remah (crumb rubber) pada periode I,
II, dan III relatif lebih peka terhadap kenaikan biaya bahan baku lump yang berasal
dari Perkebunan Wangunreja. Pada periode IV, komposisi produk akhir relatif lebih
peka terhadap kenaikan biaya bahan baku lump yang berasal dari kebun sendiri,
karena pada periode itu, bahan baku lump yang berasal dari kebun sendiri mempunyai

batas kenaikan biaya yang paling sempit di antara bahan baku lump yang berasal dari
perkebunan lainnya.
Selain dipengaruhi oleh perubahan biaya bahan baku, sepelii dikatakan
sebelumnya, komposisi produk akhir juga dipengaruhi oleh perubahan harga produk
akhir itu sendiri (output). Berdasarkan kepekaan dapat diketahui bahwa komposisi

produk akhir mempunyai kepekaan berbeda-beda (relatif bervariasi) terhadap
perubahan harga produk akhir, sesuai dengan besar atau kecilnya t atas perubahan
yang dibolehkan.
Pada periode I, II, III, IV komposisi produk akhir, secara berurutan relatif
lebih peka terhadap kenaikan harga produk TPC, kenaikan harga produk karet remah,
kenaikan harga produk lateks pekat, dan terhadap kenaikan harga produk TPC.
Terhadap penurunan harga, komposisi produk akhir relatif lebih peka terhadap
penurunan harga RSS (peri ode I dan II), penurunan harga TPC (periode III), dan
terhadap penurunan harga lateks pekat (peri ode IV).
Analisa post optimal dilakukan untuk mengetahui jumlah sumberdaya mesin
sheeler, kamar pengering pada pengolahan TPC, mesin pemusing pada pengolahan

lateks pekat dan mesin mangle pada pengolahan karet remah yang harus ditambahkan
agar bahan baku lateks dan lump yang melimpah pada periode II, clapat terolah

seluruhnya. Dari hasil analisa post optimal dapat diketahui bahwa bahan baku lateks
yang melimpah pada periode II dapat terolah seluruhnya jika dilakukan penambahan
sumberdaya mesin sheeler sebanyak 1 unit, sumberdaya kamar pengering pada
pengolahan TPC sebanyak 12 ton, dan sumberdaya mesin pemusing sebanyak 1 unit.
Bahan baku lump pada peri ode II, akan terolah habis jika dilakuk.m penambahan
mesin mangle sebanyak 1 set.

OPTIMALISASI PENGADAAN BAHAN BAKU DAN I'RODUKSI
KARET OLAHAN DI PERKEBUNAN CIKUMP AY PTPN VIII,
PURWAKARTA, JAWA BARAT

Oleh
ACEP SUGIHARTO
A07496040

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mempel'oleh Gelal'
Sal'jana Pertanian
Pada
FakuItas Pertanian, Institut PCl'tanian Bogor


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SO SIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2001

JURUSAN ILMU-ILMU SO SIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang elisusun oleh:
Nama

: Acep Sugiharto

NRP

: A07496040


Program Stueli

: Agribisnis

J uelul Penelitian

: Optimalisasi Pengaelaan Bahan Baku elan Proeluksi Karet
Olahan eli Perkebunan Cikumpay PTPN VllI, Purwakarta,
Jawa Barat

Dapat eliterima sebagai syarat kelulusan Smjana Pertanian Fakultas Pertanian eli
Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Kusnaeli. MS
NIP. 131.415.082


Mengetahui,

kHLエャAsjNBQセZォオュ@

Sosial Ekonomi Pertanian

131. 284. 865

Tanggal Kelulusan : 12 Maret 2001

PERNYATAAN

DENGAN INI SAY A MENY ATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
BASIL PENELITIAN SA YA SENDlRl DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI

KARYA

ILMIAH

PADA

PERGURUAN

TINGGI

ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Bogar, Maret 200 I
Accp Sugiharto

RIWAYATHIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang, pada tanggal 6 Februari 1977 dengan Ayah
bernama Acong Nurdali dan Ibu bernama Ijah sebagai anak ke-2 dari dua bersaudara.
Penulis pada tahun 1991 menamatkan pendidikan di SD Singareja, kemudian
melanjutkan ke SMPN Talagasari, Karawang. Pada tahun 1993, penulis melanjutkan
sekolah di SMAN I Karawang dan lulus pada tahun 1996.
Pada tahun 1996, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI di Program Studi Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian.