Perlakuan Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Untuk Mendapatkan Nilai Pri Sesuai Dengan Parameter Mutu Karet Sir 10 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate - Dolok Merangir

(1)

PERLAKUAN PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI SESUAI DENGAN PARAMETER MUTU KARET SIR 10 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE -

DOLOK MERANGIR

KARYA ILMIAH

SRI MARDANI HUSNI NST 052409056

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

PERLAKUAN PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI SESUAI DENGAN PARAMETER MUTU KARET SIR 10 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE -

DOLOK MERANGIR

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

SRI MARDANI HUSNI NST 052409056

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PERLAKUAN PENGERINGAN BAHAN BAKU

KARET REMAH UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI SESUAI DENGAN PARAMETER MUTU KARET SIR 10 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE -DOLOK MERANGIR

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : SRI MARDANI HUSNI NST

Nomor Induk Mahasiswa : 052409056

Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2008 Komisi Pembimbing :

Diketahui/ Disetujui oleh Dosen Pembimbing Program Studi D3 Kimia Industri

FMIPA USU Ketua,

Dr. Harry Agusnar,M.Sc.,M.Phil Drs. Abdi Negara Sitompul

NIP. 131 273 466 NIP. 130 422 445

Diketahui/Disetujui oleh Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua,

DR. Rumondang Bulan NST,MS NIP. 131 459 466


(4)

PERNYATAAN

PERLAKUAN PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI SESUAI DENGAN PARAMETER MUTU KARET SIR 10 DI PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE -

DOLOK MERANGIR

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2008

SRI MARDANI HUSNI NST 052409056


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.Karena penulisan karya ilmiah ini merupakan syarat bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi.Setiap mahasiswa yang telah menulis karya ilmiah dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Orangtua saya, buat ayahanda Husni Thamrin Nst,ST. dan Ibunda Hj. Misnurwati Srg yang telah melahirkan saya dan membesarkan saya hingga sekarang ini, kepada kakanda Nova Adriani Husni Nst, abanganda Ady Syah Putra Husni Nst, serta adinda Fikra Al-Khoir Husni Nst Terimakasih atas dukungan doa dan materinya hingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Drs. Abdi Negara Sitompul, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi petunjuk,saran dan bimbingan kepada penulis,Ibu DR. Rumondang Bulan Nst,MS, selaku Ketua Departemen Kimia,Bapak Dr. Harry Agusnar,M.Sc.,M.Phil, selaku dosen pembimbing akademis penulis yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan di D-3 Kimia Industri,seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa, Bapak Dr. Eddy Marlianto,M.Sc., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,pangeranku yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan hingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, sahabat terdekat ( Bang Edi, yanti), sahabat-sahabatku (yuni,liza,risda,vina,diva,umi,said,koko,bayu,yudi,putra) serta rekan-rekan mahasiswa di Kimia Industri.


(6)

ABSTRAK

Pada unit pengeringan di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate, karet remah akan dikeringkan melalui 2 tahapan. Dimana tahap yang pertama, karet remah dikeringkan pada suhu 1350C selama 13 menit dengan sistem pengovenan untuk mengurangi kadar airnya. Sedangkan pada tahap yang kedua karet remah dikeringkan kembali untuk mengurangi kadar airnya dengan suhu 1280C, dimana proses pengeringan karet remah tidak langsung terbakar oleh api, tetapi bahan dikeringkan dengan menggunakan panas api yang hanya dihembuskan oleh fan. Fan tersebut juga berfungsi sebagai pendingin setelah pengeringan selesai.


(7)

ABSTRACT

At drying unit in PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, crumb rubber will be dried by 2 steps. That the first step, crumb rubber is dried at 1350C during 13 minutes with ovening system to decrease the water in that crumb rubber. While at the second step crumb rubber is redried for decrease the water in that crumb rubber with 1280C, that the drying process crumb rubber in direct on line, but the material is dried with using the fire by fan. The fan also have function refrigerator after the drying done.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.2.Gambaran masalah 3

1.3. Rumusan masalah 4

1.3. Tujuan 4

1.4. Kegunaan dan Manfaat 5

1.4.1. Kegunaan 5

1.4.2. Manfaat 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka 6

2.1. Pengeringan 6

2.2 Pengertian Karet 7


(9)

2.4. Komposisi Karet Alam 8 2.4.1. Fraksi karet (butir-butir karet) 9 2.4.2. Fraksi frey wyssling (fraksi kuning) 10 2.4. 3.Fraksi dasar (bottom fraktion) 10

2.5. Spesifikasi Karet 10

2.5.1. Proses pengolahan TSR 12

2.5.2. Pengawasan mutu karet 12

2.6. Plasticity Retention Index (PRI) 14

2.7. Pengolahan Karet Bongkah (SIR) 17

Bab 3 Metodologi Percobaan 24

3.1. Penentuan PRI 24

3.1.1. Alat 24

3.1.2. Bahan 24

3.1.3. Prosedur 24

3.2. Penggunaan Plastimeter 25

BAB 4 Data dan Pembahasan 26

4.1. Data Percobaan 26

4.2. Penentuan Nilai PRI 27

4.3. Pembahasan 29

BAB 5 Kesimpulan dan Saran 32

5.1. Kesimpulan 32

5.1.Saran 32


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Karet 8

Tabel 2. Skema SIR 13

Tabel 3. Syarat Uji Mutu 17

Tabel 4. Pengaruh Logam Terhadap PRI 19

Tabel 5. Pengaruh Jumlah Amoniak 20

Tabel 6. Pengaruh Rendaman 22

Tabel 7. Data Pengamatan 26


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 . Fraksi lateks setelah dipusingkan 9


(12)

ABSTRAK

Pada unit pengeringan di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate, karet remah akan dikeringkan melalui 2 tahapan. Dimana tahap yang pertama, karet remah dikeringkan pada suhu 1350C selama 13 menit dengan sistem pengovenan untuk mengurangi kadar airnya. Sedangkan pada tahap yang kedua karet remah dikeringkan kembali untuk mengurangi kadar airnya dengan suhu 1280C, dimana proses pengeringan karet remah tidak langsung terbakar oleh api, tetapi bahan dikeringkan dengan menggunakan panas api yang hanya dihembuskan oleh fan. Fan tersebut juga berfungsi sebagai pendingin setelah pengeringan selesai.


(13)

ABSTRACT

At drying unit in PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, crumb rubber will be dried by 2 steps. That the first step, crumb rubber is dried at 1350C during 13 minutes with ovening system to decrease the water in that crumb rubber. While at the second step crumb rubber is redried for decrease the water in that crumb rubber with 1280C, that the drying process crumb rubber in direct on line, but the material is dried with using the fire by fan. The fan also have function refrigerator after the drying done.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet ini tergolong kedalam karet spesifikasi teknis, karena penilaian mutunya didasarkan pada sifat teknis dari parameter dan besaran nilai yang dipersyaratkan dalam penetapan mutu karet remah tercantum dalam skema SIR.

Jenis karet remah yang menggunakan bahan baku koagulan kebun digolongkan pada kualitas mutu karet tersebut, seperti SIR 3CV, SIR 31, SIR 3WF, SIR 5,SIR 10, SIR 20, yang umumnya diproduksi dari bahan baku olahan koagulum. Bahan baku biasanya dipasok oleh suatu perkebunan besar yang bersifat terintegrasi secara baik antara pemasok bahan olahan dan pabrik pengolah.

Bahan baku untuk menghasilkan karet SIR 10 umumnya mudah dikendalikan dari segi mutu maupun kesinambungan pasokan bahan baku, karena telah terintegrasi secara baik, akan tetapi sebaliknya bahan baku yang berasal dari kebun rakyat sangat beragam dan banyak jumlahnya, keadaan ini mengakibatkan penanganan bahan olah di lapangan umumnya masih sangat bervariasi sehingga kurang mendukung mutu karet.


(15)

Agar produksi karet yang dihasilkan sesuai dengan standart mutu karet remah SIR 10, ditentukan oleh penanganan proses pengolahan yang baik. Salah satu proses pengolahan karet remah yang ikut menentukan kualitas mutu suatu produk Karet adalah proses pengeringan yang bertujuan untuk mempertahankan nilai PRI dari produk karet hasil olahan, persyaratan ini dituangkan dalam syarat spesifikasi teknis SIR, nilai ini terdapat pada hal berikutnya.

Pada proses pengolahan karet remah SIR 10, ada faktor lain ikut berpengaruh, diantaranya adalah faktor jenis bahan baku, proses penggilingan, serta usia bahan baku. Bila bahan baku jenisnya beragam maka sebelum pengeringan harus dilakukan proses maturasi agar nilai PRI karet tersebut bila selesai dikeringkan tidak mengalami penurunan. Demikian juga halnya dengan proses penggilingan, bila penggilingan tidak merata, maka proses pemasakan akan munurunkan nilai PRI setelah dilakukan proses pengeringan.

Mengingat bagaimana pentingnya proses pengeringan itu terhadap penurunan nilai PRI, maka perlu dilakukan penanganan secara profesional, mengingat pula bahwa alat yang digunakan pada proses pengeringan harus ini adalah alat pengering yang bekerja secara automatis, maka temperatur dan waktu pengeringan harus tetap dijaga supaya tetap konstan, agar tingkat mutu produksi yang diharapkan adalah SIR 10 dapat terpenuhi.

Dari penjelasan uraian diatas jelas terlihat bahwa temperatur dan waktu pengeringan perlu dijaga agar tetap konstan, karena hal tersebut karet berpengaruh dalam hal penentuan tingkat mutu produksi karet SIR 10. Hal inilah yang membuat


(16)

penulis berminat membahas, dimana hasil pembahasan diwujudkan dalam bentuk karya akhir dengan judul, ”PERLAKUAN PENGERINGAN BAHAN BAKU KARET REMAH UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI SESUAI DENGAN PARAMETER MUTU KARET SIR 10 DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE - DOLOK MERANGIR”

1.2. Permasalahan 1.2.1. Gambaran masalah

Kondisi alat pengering di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate - Dolok Merangir, pengeringan dilakukan dengan temperatur 135 C0 dan waktu selama 13 menit. Proses pengolahan dilakukan mulai dari pencampuran bahan baku, pencucian, penggilingan, sampai masuk ke dalam alat pengering. Temperatur dan waktu pengeringan di unit pengeringan bertujuan untuk mempertahankan mutu produksi SIR 10 dengan standar baku mutu sebagai berikut:

a) Kadar kotoran = 0,10% b) Kadar abu = 0,75% c) Nilai PRI = 60%

Jadi dengan pengeringan pada temperatur 1350Cselama 13 menit diharapkan hasil yang diperoleh setelah pengeringan dalam karet SIR 10. Dalam proses pengeringan ini hal yang perlu diperhatikan adalah standar mutu SIR 10 adalah nilai PRI dari karet supaya jangan sampai lebih kecil atau sama dengan 60. Penentuan nilai PRI, juga dipengaruhi oleh jenis bahan baku dan campuran bahan baku untuk memperoleh hasil akhir produksi karet SIR dengan nilai PRI yang lebih besar dari 60.


(17)

Untuk mengetahui hasil pengeringan adalah karet SIR 10 maka perlu dilakukan analisa laboratorium dari hasil produksi, hal - hal yang dianalisa meliputi nilai kadar kotoran, kadar abu dan nilai PRI dari hasil produksi tersebut. Dengan demikian untuk mengahasilkan karet SIR 10 selain nilai PRI ada hal lain yang perlu diperhatikan yaitu jenis bahan baku, jumlah penggilingan dan teknik penggilingan dan bahan baku harus bersih dari bahan-bahan bukan karet.

1.2.2. Rumusan masalah

Dari gambaran masalah diatas dikatakan bahwa penentuan tingkat mutu produksi pada proses pengolahan karet remah SIR 10, dipengaruhi oleh faktor – faktor , kadar kotoran, kadar abu dan nilai PRI. Karena keterbatasan waktu, maka penulis hanya mempermasalahkan nilai PRI dari karet SIR 10 untuk mendapatkan nilai PRI yang tinggi maka diperlukan perlakuan-perlakuan khusus terhadap jenis bahan baku olahan. Oleh karena itulah penulis mengambil rumusan masalah bagaimana nilai PRI dari jenis bahan baku olahan bila temperatur 135 0C dan waktu pengeringan 13 menit dipertahankan konstan terhadap parameter mutu karet SIR 10.

1.3. Tujuan

a. Untuk mengetahui temperatur dan waktu yang konstan pada pengeringan karet remah untuk mendapatkan mutu karet sesuai SIR 10.

b. Untuk mengetahui nilai Po dan PRI pada SIR 10 sesuai dengan data percobaan.


(18)

1.4. Kegunaan dan Manfaat 1.4.1. Kegunaan

a. Untuk mengetahui hasil pengeringan terhadap parameter mutu rubber SIR 10, bila temperatur yang digunakan 135oC dan waktu pengeringan selama 13 menit.

b. Untuk memberi dan mengembangkan wawasan teknologi bagi penulis. 1.4.2. Manfaat

a. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan tempat penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengeringan

Pengeringan adalah satuan unit operasi yang berfungsi untuk memisahkan kandungan air dari suatu bahan dengan menggunakan panas. Kandungan air di dalam bahan yang akan dikeringkan umumnya rendah, penghilangan air dengan panas berlangsung pada temperatur dibawah titik didih air, dan seringkali pengeringan dilakukan dengan bantuan udara atau gas panas yang dialirkan menyapu bahan.

Secara umum pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat adalah dengan cara pengeringan, sehingga kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu samapai pada suatu nilai terendah yang dapat diterima.

Bagian akhir dari suatu pengolahan crumb rubber adalah proses pengeringan yang bertujuan untuk :

1. Mengurangi biaya Tranportasi.

2. Agar mudah ditangani dan mudah penggunaannya.

3. Untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti, tahan lama pada penyimpanan, tidak mudah rusak dalam bendela, dan menghindari bahaya korosi air.

Proses ini menyangkut perpindahan massa dan panas, sekaligus karena perubahan dari fase cair ke fase uap diperlukan panas dan air dalam bahan harus berdifusi ke permukaan bahan, kecepatan pengeringan dikendalikan oleh panas dari medium yang memberikan panas dan kecepatan difusi air dalam bahan di medium yang membawa uap (medium pengering). Sebagai medium pengering sering dipakai


(20)

medium udara. Semakin tinggi temperatur udara, semakin besar kemampuannya mengambil uap air.

2.2. Pengertian Karet

Karet merupakan suatu polimer isoprene dan juga merupakan hidrokarbon dengan rumus umum monomer (C5H8)n. Zat ini umumnya berasal dari getah berbagai tumbuh-tumbuhan di daerah panas, terutama dari pohon karet. Getah ini diperoleh setelah dilakukan pengerjaan pada puhon karet yaitu, pohon karet yang telah cukup umur di deres batangnya, sehingga getahnya keluar, getah yang keluar inilah sering disebut dengan lateks (karet alam). Kemudian diolah menjadi berbagai macam produk karet.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, karet alam sudah dapat disintesis, akan tetapi kegunaan dari karet ala mini tidak dapat digantikan oleh karet sintesis, ini disebabkan karena nilai PRI dari karet alam lebih baik dari karet buatan (sintesis).

2.3. Sifat Karet

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis

(rubberiness). Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya,

kekuatan tensil, daya ulur maksimum, daya lentur (resilience) dan terutama pada proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi.

Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik. Kualitas dan hasil produksi karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang baik untuk barang-barang karet buatan manusia. Karet alam mempunyai daya lentur


(21)

yang tinggi, kekuatan tensil dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap lenturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun, karet alam tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak (degraser), pelarut, pelumas sintesis dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah (misalnya ban pesawat terbang, ban truk raksasa, dan ban-ban kendaraan) dan produksi-produksi teknik lain yang memerlukan daya tahan yang sangat tinggi.

2.4.. Komposisi Karet Alam

Karet padat maupun lateks pekat yang diperoleh dari pohon karet sebagai getah susu (lateks), mengandung komposisi sebagai berikut :

Karet 36 %

Air 59 %

Protein 2 %

Gula 1,5 %

Resin (zat-zat bersifat damar) 1 %

Debu 0,5 %

Tabel 1. Komposisi Karet

Lateks kebun segar (cairan warna putih kekuning-kuningan) adalah larutan kolodial yang merupakan sistem dispersi butir-butir karet dan zat non karet dalam media bersifat cair yakni serum. Zat-zat non karet seperti :

- Protein - Karbohidrat


(22)

- Garam-garam organik dan zat anorganik

Lateks merupakan sistem dua phase yang terdiri dari discontibueous phase (butir-butir karetnya), dan continueous phase (non karet dan serum), lateks kebun segar terdiri dari tiga phase utama yaitu :

Fraksi karet

Faksi Frey Wyssling Fraksi serum

Fraksi bawah

Gambar 1 . Fraksi lateks setelah dipusingkan 2.4.1. Fraksi karet (butir-butir karet)

- Strukturnya (C5H8)n = poli isoprena - 1 ml lateks = ± 1013 butir - Ukuran = 0,2 – 3 mikron (µ)

Pada karet tua kebanyakan ukuran 0,2 – 3 µ ukuran butiran karet yang lebih besar terdapat pada yang disadap setelah cukup lama. Bentuk partikel umumnya bulat, namun ada juga yang lonjong dan ada yang hampir berekor seperti pada karet tua.

2.4.2. Fraksi frey wyssling (fraksi kuning)

Ukuran 3µ sampai 8 µ yang berbentuk bulat serta mempunyai berat jenis lebih besar dari butir karet. Fraksi frey wyssling ini berwarna kuning kemerahan.


(23)

2.4. 3. Fraksi dasar (bottom fraktion)

Fraksi dasar ini sering disebut butiran koloid, yang berbentuk bulat dengan ukuran 2 – 10 µ. Jumlah partikel 10 – 20 % dari volume lateks. Fraksi dasar merupakan kapsul yang mengandung senyawa nitorgen (gelatin) yang diselubungi membran semi permiabel.

Fraksi serum adalah suatu fraksi kecil yang dipisahkan dengan centrifuge (alat pemusing) dengan kecepatan 2000 rpm. Ketiga fraksi karet tersebut adalah fraksi frey wyssling dan fraksi dasar partikelnya terdispersi dalam fraksi serum yang mengandung zat non karet seperti karbohidrat dan phosfat yang terionisasi

2.5. Spesifikasi Karet

Karet alam merupakan komoditi perkebunan yang unik karena penggunaannya sebagai bahan baku industri sedangkan komoditi perkebunan lainnya sebagaian besar adalah bahan makanan dan minuman. Sebelum menjadi barang jadi (misalnya ban kendaraan), karet mengalami pengujian mutu teknis yang ketat dan kemudian diproses dengan prosedur pengolahan yang cukup rumit. Karena itu masalah mutu karet jauh lebih canggih dibandingkan dengan mutu komoditi perkebunan lainnya.

Karet spesifikasi teknis (TSR) yang dikenal dengan istilah “crumb rubber” mula-mula diolah oleh Malaysia tahun 1966, kemudian diikuti oleh Singapura dengan bahan baku berasal dari Indonesia yang penentuan jenis mutunya berdasarkan SMR (Standard Malaysian Rubber) dan SSR (Singapure Specified Rubber). Sedangkan Indonesia baru mulai mengolah crumb rubber pada tahun 1969 dengan spesifikasi jenis mutu berdasarkan SIR (Standard Indonesia Rubber). Konsumen yang mula-mula menerima dengan baik karet jenis crumb rubber ini adalah Amerika. Karena itu eksport karet Indonesia terutama ditujukan ke Amerika Serikat dan memperoleh


(24)

pasaran yang baik. Tahun 1982 jumlah karet Indonesia yang dikonsumsi oleh Amerika Serikat adalah 54% dari konsumsi karet alam negara tersebut.

Untuk lebih jelas dapat kita tinjau proporsi jenis mutu karet alam ekspor dalam pasaran Internasional pada tahun 1982 yaitu sebagai berikut:

Jenis mutu

TSR-20 - 34,7 %

RSS-3 - 23,4 RSS-1 - 12,3 RSS-4 - 6,4

TSR-10 - 5,6

RSS-2 - 4,5

TSR-50 - 9,3

TSR = Technical Specified Rubber (Crumb Rubber = karet remah)

2.5.1. Proses pengolahan TSR

Proses pengolahan TSR dapat dibagi dua yaitu proses pengolahan bahan baku lateks dan proses pengolahan bahan baku koagulum. Proses pengolahan bahan baku koagulum juga ditentukan oleh kondisi bahan baku yaitu bahan baku kotor dan bahan baku bersih.

Proses pengolahan bahan baku lateks yaitu pengecilan ukuran, penipisan. Peremahan/pencacahan/pembutiran, pengeringan, pembalan dan pengepakan.


(25)

Pengujian mutu dilakukan sesuai dengan parameter skema SIR yang dikeluarkan berdasarkan SK Mentri Perdagangan No. 321/Kp/VIII/83 seperti pada tabel di bawah ini:

Spesifikasi SIR-5CV

SIR-5LV

SIR-5L SIR-5 SIR-10 SIR-20 SIR-50 Kadar kotoran,

% maks

0,05 0,05 0,05 0,05 0,10 0,20 0,50 Kadar abu, %

maks

0,50 0,50 0,50 0,50 0,75 1,00 1,50 Kadar zat

menguap, maks

0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

PRI, min 60 60 60 60 50 40 30

Po, min - - 30 30 30 30 30

Warna, angka komparator lovibond, maks

- - 6 - - - -

Viskositas

mooney (ML (1+4) 1000C

- - - - Uji kemantapan viskositas (satuan wallace), maks

8 8 - - - - -

Ekstrak aseton, %

- 6-8 - - - - -

Warna Lambang

Hijau Hijau Hijau Hijau Coklat Merah Kuning Nitrogen, %

maks

0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

Tabel 2. Skema SIR

Keterangan: *) Tanda pengenal tingkatan

CV – 50 45-55

Batas Viskositas Mooney ML (1+4)’ 1000C

CV – 60 55-65

CV – 70 65-75


(26)

Hasil pengujian yang diperoleh walaupun memenuhi standard mutu tapi mempunyai variasi yang cukup besar, apalagi bila diuji sifat-sifat fisika barang jadinya. Pada masing-masing pabrik dapat juga terjadi variasi mutu untuk tiap kali produksi, begitu juga bila dibandingkan antar pabrik.

2.6. Plasticity Retention Index (PRI)

Plasticity Retention Index adalah nilai dari sifat plastisitas (keliatan / kekenyalan) karet mentah yang masih tersimpan, bila karet dipanaskan selama 30 menit pada temperatur 140 0C.

Nilai PRI adalah persentase plastisitas karet setelah dipanaskan dibandingkan dengan plastisitas sebelumnya dipanaskan yang ditentukan dengan alat plastimeter wallace, dengan persamaan :

=

PRI 100

0

x P Pa

%

Dimana : Pa = plastisitas karet sesudah dipanaskan selama 30 menit (setelah pengusangan )

Po = plastisitas karet sebelum dipanaskan (sebelum pengusangan)

Tujuan pengujian PRI dilakukan untuk mengukur dekradasi atau penurunan ketahanan karet mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi, nilai PRI yang tinggi (lebih dari 80%) menunukan bahwa nilai ketahanan karet mentah terhadap oksidasi adalah besar. Oksidasi karet ileh udara (O2) terjadi pada ikatan rangkap molekul karet, yang akan berahir dengan pemutusan ikatan rangkap karbon-karbon, sehingga panjang rantai polimer menjadi semakin pendek. Terputusnya rangkai polimer pada karet mengakibatkan sifat karet menjadi rendah. Bila nilai PRI diketahui, dapat


(27)

diperkirakan mudah atau tidaknya karet menjadi lunak atau lengket jika lama disimpan atau dipanaskan, hal ini berhubungan dengan vulkanisasi karet, pada pembuatan barang jadi, agar diperoleh sifat barang jadi yang lebih kuat.

Tinggi rendah nilai PRI dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang digunakan dan proses crumb rubber. Terdapat nilai PRI yang rendah disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasi pada karet. Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya oksidasi pada karet antara lain adalah sbb:

a. Sinar Matahari

Sinar matahari mengandung sinar ultraviolet yang menggiatkan terjadinya oksidasi pada karet apabila bahan olahan pada lateks dan koagulum terkena langsung oleh sinar matahari, hal ini ditandai dengan mengeringnya kulit permuakaan lateks dan koagulum.

b. Pengenceran lateks dan koagulum

Pengenceran lateks dengan penambahan air yang terlalu banyak dan perendaman koagulum dengan air yang terlalu lama, yang tujuannya untuk mencuci kotoran kotoran yang melekat pada koagulum. Hal ini akan menurunkan konsentrasi zat-zat non karet didalam lateks seperti terlarutnya asam asam amino yang berfungsi sebagai zat anti oksidasi dan dan dapat juga berfungsi sebagai zat pemacu cepat (accelelator) pada pembuatan barang jadi karet yang selanjutnya menurunkan PRI karet.

c. Zat –zat pro oksidasi (tenbaga dan mangan)

Kandungan ion –ion logam seperti Ca, Mg, Fe, dan Cu berkorelasi dengan kadar abu didalam analisa karet. Kadar abu diharapkan rendah karena sifat logam tembaga (Cu) dan mangan (Mn) adalah zat dalam pro oksidasi yang dalam bentuk ion merupakan katalis reaksi oksidasi pada karet sehingga dalam


(28)

jumlah yang melewati batas konsentrasinya akan merusak mutu karet, sehingga oksidasi dipercepat dan mengakibatkan nilai PRI menjadi rendah. d. Pengeringan karet

Penguraian milekul karet oleh reaksi oksidasi dapat pula terjadi bila karet dikeringkan terlalu lama dan temperatur pengeringan yang dipakai (PTPN III Gunung para) adalah 108 - 1100C dengan waktu pengeringan berkisar anrtara 4 – 5 jam tergantung pada jenis alat pengeringan. Nilai PRI akan turun bila terjadi ikatan silang (storage hardening) didalam lateks kebun dan diantara butiran – butiran karet hasil pengeringan. Ikatan silang terjadi pada pembentuk Gel secara perlahan-lahan sehingga butiran-butiran karet menajdi berlendir dan lengket-lengket. Hal ini akan menyebabkan plastisitas karet sebelum pengusangan (Po) akan naik, selama karet tersebut berada dalam penyimpanan dan pengapalan. Naiknya Po karet, maka akan berubah nilai PRI karet sehingga menjadi turun. Karet yang berasal dari tanaman mudah dan dari sadapan dtinggi dari pohon karet biasanya cenderung untuk mengalami ikatan silang.

2.7. Pengolahan Karet Bongkah (SIR)

Penilaian mutu secara spesifikasi teknis didasarkan pada hasil analisa dari beberapa syarat uji.


(29)

Syarat uji untuk berbagai jenis mutu SIR

Specifikasi (syarat mutu)

SIR. 5 SIR. 20 SIR. 35 SIR.50

% % % %

- kadar kotoran 325 mesh(max) Ø 44 mikron

0,05 0,20 0,35 0,50

- kadar abu 0,50 0,75 1,00 1,25

- kadar zat menguap

1,00 1,00 1,00 1,00

Tabel 3. Syarat Uji Mutu Yang ditetapkan untuk SIR yaitu penetapan :

- kadar kotoran - kadar abu

- kadar zat menguap

- Plasticity Retention Index (PRI)

PRI adalah ukuran dari besarnya sifat keliatan karet mentah yang masih tinggal bila contoh karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 1400 C.Nilai PRI adalah prosentasi keliatan karet sesudah dipanaskan. (ditentukan dengan alat Plastimeter Wallace).

Nilai PRI : H- untuk PRI – 60 ke atas. M- untuk PRI - 79

S- untuk PRI – 59.

Prosentase keliatan karet sesudah dipanaskan dibandingkan dengan keliatan sebelum dipanaskan (ditentukan dengan alat Plastimeter wallace).


(30)

Syarat air untuk pengolahan SIR Sisa penguapan (kotoran) Max 125 ppm Kotoran tersuspensi Max 20 ppm

Chloride Max 50 ppm

Tembaga Max 0,2 ppm

Mangan Max 0,2 ppm

Besi Max 2 ppm

PRI (Plasticity retention index) adalah perbandingan keliatan karet setelah dipanaskan 140 oC selama 30 menit terhadap keliatan sebelum dipanaskan.

PRI =

pengusanan sebelum

kelia

n pengusanga sesudah

Keli

tan tan

Karet yang berasal dari latek biasanya mempunyai PRI yang tinggi, karena dalam latek tersebut terdapat bahan-bahan anti oksidan. Tetapi dengan adanya variasi pada cara-cara pengolahan dapat mempengaruhi jumlah dan jenis anti oksidant dalam karet, sehingga PRI nya juga dapat berubah. Bila perbandingan antara pro oksidan dan anti oksidan berubah PRI juga akan berubah.

Secara singkat akan diuraikan di bawah ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi PRI.

a). Ion-ion logam

Ion-ion logam seperti Cu, Mn, dan Fe akan merangsang/mempercepat degradasi karet pada waktu pemanasan.


(31)

Karena itu bahan olah yang terkontaminasi dengan logam – logam tersebut di atas akan menyebabkan rendahnya PRI. Sebagai gambaran pengaruh kontaminasi logam-logam tersebut di atas terhadap penurunan PRI dapat dilihat sebagai berikut :

% garam P R I

0 94

0,05 CuSO4 Teroksidasi

0,20 MnSO4 72

0,05 (Fe)2(SO4)3 58

Tabel 4. Pengaruh Logam Terhadap PRI

Dari data di atas terlihat bahwa pro oksidan terkuat adalah Cu kemudian menyusul Fe dan Mn.Kontaminasi Cu dan Fe dapat berasal dari peralatan yang dipergunakan di kebun atau pabrik sehingga perlu dihindarkan pemakaian alat – alat yang terbuat dari Cu dan Fe. Sedangkan kontaminasi Mn diduga berasal dari tanah. Disamping itu perlu diperhatikan bahwa ketiga logam tersebut dapat juga berasal dari air pengolahan, sehingga air pengolahan haruslah memenuhi syarat seperti yang tercantum.

Skrep pohon yang terlalu lama baru diambil dari pohonnya biasanya menaikkan kadar Cu dan Mn, sehingga skrep pohon harus segera diambil dan sebaiknya jangan lebih 2 hari tertahan di pohon.

b). Pencampuran dengan karet skim

Bila lump dicampur dengan karet skim maka SIR yang dihasilkan akan mempunyai nilai PRI yang rendah, karena karet skim mempunyai kadar Cu yang relatif tinggi. Oleh karena itu pencampuran bahan olah SIR dengan karet skim tidak


(32)

diperbolehkan. Adanya pencampuran karet skim ini biasanya dapat diduga jika kadar dalam SIR 0,7%.

c). Jumlah amonia

Untuk mempertahankan kestabilan, biasanya latek diawetkan dengan amonia. Bila latek tersebut akan diolah menjadi SIR harus dijaga agar kadar amonia tidak terlalu tinggi karena hal ini akan mengakibat turunnya nilai PRI. Di samping itu juga akan menambah kebutuhan asam untuk koagulasi.

Pengaruh jumlah amonia terhadap PRI dapat dilukiskan sebagai berikut:

Kadar NH3 (%) P R I

0,01 92

0,05 94

0,10 87

0,50 86

1,00 61

Tabel 5. Pengaruh Jumlah Amoniak

Terjadi penurunan PRI itu diduga karena dekstruksi anti oksidant alamiah oleh peningkatan kadar NH3.

d). Sinar matahari

Bahan mentah yang kena sinar matahari langsung akan mengalami penurunan PRI secara drastis, karena sinar ultra violet yang terkandung dalam sinar matahari akan menggiatkan oksidasi. Penurunan PRI akan lebih besar jika lump yang disinari sudah kering.


(33)

Penyinaran lump mangkok kering selama 6 jam dapat menyebabkan penurunan PRI ± 45%.Dengan alasan tersebut di atas, sedapat mungkin haruslah diusahakan agar bahan yang akan diolah menjadi SIR tidak terkena sinar matahari langsung.

e). Suhu Pengeringan

Temperatur pengeringan yang tinggi bukanlah faktor utama untuk mengakibatkan penurunan PRI. Tetapi penguraian karet karena oksidasi dapat pula terjadi jika dipanaskan terlalu lama pada suhu tinggi (PRI rendah).

Jadi pengeringan suhu tinggi yang terlalu lama harus dihindarkan dengan menjaga secara cermat keadaan drier termasuk pengatur suhu.

f). Perendaman dan penggilingan

Lump mangkok dan skrep biasanya direndam untuk membersihkan kotoran. Pada perendaman itu ternyata bukan hanya kotoran yang terbuang tetapi anti oksidan nya juga turut tercuci. Oleh karena itu sangat perlu dijaga agar perendaman lump atau skrep tidak lebih dari 3 hari agar PRI tidak terlalu rendah.

Untuk menurunkan kadar kotoran lump atau skrep biasanya dilakukan penggilingan misal dengan pelletizer. Gesekan-gesekan yang timbul pada penggilingan itu dapat mengakibatkan menurunnya PRI. Biasanya penurunan itu tergantung dari kondisi bahan mentah dan peralatannya. Jadi untuk menentukan masalah penggilingan perlu dilakukan pengamatan pendahuluan di masing-masing pabrik. Karena kondisi bahan mentah dan alat sering berbeda-beda antara satu pabrik dengan pabrik lainnya.


(34)

Jika dianggap perlu, PRI dapat diperbaiki dengan cara merendam karet yang telah dibutirkan dengan bahan kimia. Bahan kimia yang dapat digunakan menaikkan PRI antara lain : asam fosfat, asam oksalat, dan thiourea.

Pengaruh perendaman dalam bahan kimia terhadap PRI

Remahan direndam dalam : P R I

Air 45

H3PO4 0,5% 70

(COOH)2 0,5% 82

Thiourea 0,5% 72

Tabel 6. Pengaruh Perendaman

Sebelum pengeringan, remahan direndam di dalam larutan-larutan tersebut di atas selama ± 3 jam. Ternyata perendaman dengan asam oksalat menghasilkan PRI yang tinggi.


(35)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Penentuan PRI 3.1.1. Alat

1. Mill 2. Gunting

3. Cutter pelubang 4. Oven

5. Plastimeter

3.1.2. Bahan

1. Sampel exblending

3.1.3. Prosedur

1. Dipastikan alat Po/PRI dalam keadaan layak dan aman digunakan.

2. Ditipiskan sample exblending 30 gr sebanyak 3 pass dengan ketebalan (thickness) 1,7 ± 0,1 mm.

3. Dipotong dengan wallace punch sebanyak 6 butir (3 butir untuk Po dan 3 butir untuk Pa).

4. Dipastikan plastimeter telah “ready” untuk digunakan.

5. Dimasukkan talam berisi sampel ke dalam oven selama 30 ± 0,25 menit pada temperatur 140 ± 0,2 oC.


(36)

7. Diuji Po dan Pa untuk mendapatkan nilai PRI (nilai Po dan Pa adalah average masing-masing Po dan PRI).

8. Ditampung kertas yang telah bercampur dengan sampel dan transfer ke Incenerator Transport Departement.

3.2. Penggunaan Plastimeter

1. Dipastikan alat dalam keadaan layak dan aman digunakan. 2. Dihidupkan saklar utama.

3. Diatur setting panas pada steam generator sehingga tekana uap yang dihasilkan berkisar 0,5- 1 psi.

4. Dimasukkan sampel yang akan dianalisa.

5. Dijalankan alat dengan menutup platen atas ke bawah.

6. Waktu analisa adalah berkisar 40 detik, dimulai pada saat platen diturunkan.

7. Dimatikan kembali platen dan keluarkan sampel yang telah dianalisa dan ganti sampel lain yang akan dianalisa.

8. Bila dibutuhkan digunakan kain atau sarung tangan pada saat memasukkan air steam generator untuk menghindarkan tersengat panas.


(37)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan

Pengumpulan data percobaan diperoleh dari data lapangan dan laboratorium yamg dilakukan di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate- Dolok Merangir.

Data – data hasil pengamatan :

No. Pit Bale No. Po Pa

1 9 32 25

18 31 23

27 30 23

36 33 25

2 45 32 25

54 30 23

63 32 24

72 30 23

3 81 33 25

90 31 24

99 32 24

108 30 23

4 117 31 24

126 32 25

135 31 23

144 32 24

5 153 31 24

162 31 23

171 32 24

180 32 24

Tabel 7. Data Pengamatan

4.2. Penentuan Nilai PRI

Untuk menentukan nilai Plasticity Retention Index (PRI), sebagai salah satu penentu standart mutu SIR 10 terhadap proses pengeringan pada unit produksi crumb rubber


(38)

SIR 10 di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate – Dolok Merangir, maka perhitungannya :

Sebagai contoh perhitungan, data yang digunakan adalah data pengamatan untuk bahan baku lama pada pallet no. 1.

Diketahui ,Untuk bale no. 9 : plastisitas sebelum pengusangan (Po) = 32 plastisitas sesudah pengusangan (Pa) = 25 Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = Pa Po x 100% = 25 32 x 100% = 78%

Diketahui ,Untuk bale no. 18 : plastisitas sebelum pengusangan (Po) = 31 plastisitas sesudah pengusangan (Pa) = 24 Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = Pa Po x 100% = 23 31 x 100% = 74%

Diketahui ,Untuk bale no.27 : plastisitas sebelum pengusangan (Po) = 30 plastisitas sesudah pengusangan (Pa) = 23 Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = Pa Po x 100% = 23 30 x 100% = 77%


(39)

plastisitas sesudah pengusangan (Pa) = 25 Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = Pa Po x 100% = 25 33 x 100% = 76%

Dengan cara yang sama untuk pallet 2 – 5 pallet diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

No. Pit Bale No. Po Pa PRI

1 9 32 25 78

18 31 23 74

27 30 23 77

36 33 25 76

2 45 32 25 78

54 30 23 77

63 32 24 75

72 30 23 77

3 81 33 25 76

90 31 24 77

99 32 24 75

108 30 23 77

4 117 31 24 77

126 32 25 78

135 31 23 74

144 32 24 75

5 153 31 24 77

162 31 23 74

171 32 24 75

180 32 24 75

Tabel 8. Hasil Perhitungan 4.3. Pembahasan

Sesuai dengan gambaran masalah yang telah dipaparkan sebelumnya dimana penulis hanya membahas bagaimana nilai PRI dari jenis bahan baku olahan bila temperatur 135 C0

dan waktu pengeringan 13 menit dipertahankan konstan terhadap parameter mutu karet SIR 10.


(40)

Sesuai dengan paparan masalah di atas maka variabel yang sangat berpengaruh adalah bahan mentah (raw material) itu sendiri dan waktu maturasi. Dengan kata lain jika mutu dari bahan mentah itu sendiri bagus maka produk yang dihasilkan juga semakin bagus. Bagus tidaknya bahan mentah itu sendiri dipengaruhi oleh jenis getahnya, dimana dalam perusahaan ini ditentukan oleh jenis C1 dan C2 dengan kriteria sebagai berikut:

1. Getah Cuplump OP Mutu C1

Cuplump (getah mangkok) lapangan yang telah digumpalkan dengan Formid Acid

atau secara alamiah (Auto Coagulated) yang diperlakukan sebagai berikut:

a. Cuplump OP mutu C1 tidak boleh tercemar (terkontaminasi) dengan: - gumpalan tanah di bagian dalam

- kayu dan tatal tidak lebih dari 1 kelompok,tiap kelompok terdiri dari 5 pcs dengan diameter 4 cm per bongkah

- daun dan tangkai daun dibagian dalam tidak lebih dari dari 2 kelompok,yang terdiri dari 5 pcs perkelompok per bongkah

- pupuk TSP dan selain formid acid

- besi,kawat,batu,rapia,plastic dan lain-lain (foreign material).

b. Mutu (kualiti)

- kadar kotoran harus maximum 0,200% - kadar abu harus maximum 0,100%

Apabila ketentuan-ketentuan di atas tidak bisa dipenuhi,maka getah tersebut akan diterima sebagai getah mutu C2.


(41)

Cuplump (getah mangkok) lapangan atau lump kampung yang telah digumpalkan

dengan Formid Acid atau secara alamiah yang diperlakukan sebagai berikut:

a. Cuplump mutu C2 tidak boleh tercemar dengan salah satu di bawah ini: - gumpalan tanah dibagian dalam berdiameter ± 4 cm,yang terdiri dari 4

kelompok per bongkah dengan ukuran bongkah yang disesuaikan

- kayu dan tatal tidak lebih dari 5 kelompok, per kelompok terdiri dari ± 5 pcs perkelompok per bongkah

- daun dan tangkai daun dibagian dalam tidak lebih dari 5 kelompok,yang terdiri dari 5 pcs perkelompok per bongkah

- pupuk TSP,tidak lebih dari 2 kelompok per bongkah

- besi,kawat,batu,rapia,plastic, dan lain-lain (foreign material) b. Mutu (kualiti)

- kadar kotoran harus maximum 0,300% - kadar abu harus maximum 0,100%

- getah karet akan ditest di laboratorium bila secara visual diragukan kriterianya untuk menentukan kadar kotoran dan kadar abu, Po/PRI.Getah akan ditentukan kriterianya bila hasil analisa sudah dikeluarkan oleh QCD.

Apabila ketentuan-ketentuan tersebut di atas tidak bisa dipenuhi maka getah tersebut ditolak (reject).

Adapun hubungan temperatur dan waktu terhadap nilai Po dan PRI yaitu jika pengeringan dilakukan di bawah temperatur 1350C selama 13 menit maka yang terjadi adalah Po tetap akan tercapai tetap karet remah masih mentah dan dapat menimbulkan “bintik – bintik putih atau white spot” sehingga karet remah ini tidak dapat dieksport ke luar negeri. Sedangkan jika pengeringan dilakukan di atas temperatur 1350C yang terjadi


(42)

adalah tidak terjadi bintik – bintik putih tetapi nilai Po tidak tercapai sehingga akan mempengaruhi nilai PRI-nya. Makanya kita harus mendapatkan temperatur yang optimal agar tidak terjadi “bintik-bintik putih atau white spot” dan nilai Po dan PRI yang semakin baik.


(43)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek dan perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Proses pengeringan dengan menggunakan temperatur (135oC) dan waktu pengeringan (13 menit) dapat digunakan dalam penentuan mutu produksi

rubber SIR 10 dengan nilai PRI > 60 sesuai dengan standart mutu Indonesia

rubber.

b. Dari data dan perhitungan, diketahui bahwa nilai plastisitas sebelum pengusangan (Po) memiliki range antara 30 – 34 dimana nilai Plasticity Retention Index (PRI) adalah 76.

5.2. Saran

Untuk memeperoleh nilai PRI > sesuai dengan parameter mutu SIR 10 untuk tujuan eksport, maka bahan baku yang digunakan sebaiknya bahan baku baru atau dicampurkan dengan bahan baku lama dan bahan baku baru yang dikeringkan pada temperatur 1350C dengan waktu pengeringan 13 menit.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar A. dan Anas .A. 1987. 1987. Teknologi Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis. Sungei Putih, Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Cabe, Mc dan L, W. 1989. Operasi Teknik Kimia. Edisi Keempat. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Kumpulan Makalah.1986. Kursus Penyegar Pemeliharaan dan Perawatan Instansi

Pabrik Tanggal 8 s/d 20 Desember. Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan

(LPP).

Ompusunggu, M. 1987. Pengetahuan Lateks Havea. Sungei Putih,Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Soenardjan, Ir. 1982. Bercocok Tanam dan Pabrikasi Karet. Yogyakarta : Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Spillane, J.J.Dr. 1989. Komoditi Karet. Cetakan Pertama. Yogyakarta.: Penerbit Kanisius.


(1)

plastisitas sesudah pengusangan (Pa) = 25 Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = Pa Po x 100% = 25 33 x 100% = 76%

Dengan cara yang sama untuk pallet 2 – 5 pallet diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

No. Pit Bale No. Po Pa PRI

1 9 32 25 78

18 31 23 74

27 30 23 77

36 33 25 76

2 45 32 25 78

54 30 23 77

63 32 24 75

72 30 23 77

3 81 33 25 76

90 31 24 77

99 32 24 75

108 30 23 77

4 117 31 24 77

126 32 25 78

135 31 23 74

144 32 24 75

5 153 31 24 77

162 31 23 74

171 32 24 75

180 32 24 75

Tabel 8. Hasil Perhitungan 4.3. Pembahasan

Sesuai dengan gambaran masalah yang telah dipaparkan sebelumnya dimana penulis hanya membahas bagaimana nilai PRI dari jenis bahan baku olahan bila temperatur 135 C0

dan waktu pengeringan 13 menit dipertahankan konstan terhadap parameter mutu karet SIR 10.


(2)

Sesuai dengan paparan masalah di atas maka variabel yang sangat berpengaruh adalah bahan mentah (raw material) itu sendiri dan waktu maturasi. Dengan kata lain jika mutu dari bahan mentah itu sendiri bagus maka produk yang dihasilkan juga semakin bagus. Bagus tidaknya bahan mentah itu sendiri dipengaruhi oleh jenis getahnya, dimana dalam perusahaan ini ditentukan oleh jenis C1 dan C2 dengan kriteria sebagai berikut:

1. Getah Cuplump OP Mutu C1

Cuplump (getah mangkok) lapangan yang telah digumpalkan dengan Formid Acid atau secara alamiah (Auto Coagulated) yang diperlakukan sebagai berikut:

a. Cuplump OP mutu C1 tidak boleh tercemar (terkontaminasi) dengan:

- gumpalan tanah di bagian dalam

- kayu dan tatal tidak lebih dari 1 kelompok,tiap kelompok terdiri dari 5 pcs dengan diameter 4 cm per bongkah

- daun dan tangkai daun dibagian dalam tidak lebih dari dari 2 kelompok,yang terdiri dari 5 pcs perkelompok per bongkah

- pupuk TSP dan selain formid acid

- besi,kawat,batu,rapia,plastic dan lain-lain (foreign material).

b. Mutu (kualiti)

- kadar kotoran harus maximum 0,200% - kadar abu harus maximum 0,100%

Apabila ketentuan-ketentuan di atas tidak bisa dipenuhi,maka getah tersebut akan diterima sebagai getah mutu C2.


(3)

Cuplump (getah mangkok) lapangan atau lump kampung yang telah digumpalkan dengan Formid Acid atau secara alamiah yang diperlakukan sebagai berikut:

a. Cuplump mutu C2 tidak boleh tercemar dengan salah satu di bawah ini:

- gumpalan tanah dibagian dalam berdiameter ± 4 cm,yang terdiri dari 4 kelompok per bongkah dengan ukuran bongkah yang disesuaikan

- kayu dan tatal tidak lebih dari 5 kelompok, per kelompok terdiri dari ± 5 pcs perkelompok per bongkah

- daun dan tangkai daun dibagian dalam tidak lebih dari 5 kelompok,yang terdiri dari 5 pcs perkelompok per bongkah

- pupuk TSP,tidak lebih dari 2 kelompok per bongkah

- besi,kawat,batu,rapia,plastic, dan lain-lain (foreign material) b. Mutu (kualiti)

- kadar kotoran harus maximum 0,300% - kadar abu harus maximum 0,100%

- getah karet akan ditest di laboratorium bila secara visual diragukan kriterianya untuk menentukan kadar kotoran dan kadar abu, Po/PRI.Getah akan ditentukan kriterianya bila hasil analisa sudah dikeluarkan oleh QCD.

Apabila ketentuan-ketentuan tersebut di atas tidak bisa dipenuhi maka getah tersebut ditolak (reject).

Adapun hubungan temperatur dan waktu terhadap nilai Po dan PRI yaitu jika pengeringan dilakukan di bawah temperatur 1350C selama 13 menit maka yang terjadi adalah Po tetap akan tercapai tetap karet remah masih mentah dan dapat menimbulkan “bintik – bintik putih atau white spot” sehingga karet remah ini tidak dapat dieksport ke luar negeri. Sedangkan jika pengeringan dilakukan di atas temperatur 1350C yang terjadi


(4)

adalah tidak terjadi bintik – bintik putih tetapi nilai Po tidak tercapai sehingga akan mempengaruhi nilai PRI-nya. Makanya kita harus mendapatkan temperatur yang optimal agar tidak terjadi “bintik-bintik putih atau white spot” dan nilai Po dan PRI yang semakin baik.


(5)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek dan perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Proses pengeringan dengan menggunakan temperatur (135oC) dan waktu pengeringan (13 menit) dapat digunakan dalam penentuan mutu produksi rubber SIR 10 dengan nilai PRI > 60 sesuai dengan standart mutu Indonesia rubber.

b. Dari data dan perhitungan, diketahui bahwa nilai plastisitas sebelum pengusangan (Po) memiliki range antara 30 – 34 dimana nilai Plasticity Retention Index (PRI) adalah 76.

5.2. Saran

Untuk memeperoleh nilai PRI > sesuai dengan parameter mutu SIR 10 untuk tujuan eksport, maka bahan baku yang digunakan sebaiknya bahan baku baru atau dicampurkan dengan bahan baku lama dan bahan baku baru yang dikeringkan pada temperatur 1350C dengan waktu pengeringan 13 menit.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar A. dan Anas .A. 1987. 1987. Teknologi Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis. Sungei Putih, Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Cabe, Mc dan L, W. 1989. Operasi Teknik Kimia. Edisi Keempat. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Kumpulan Makalah.1986. Kursus Penyegar Pemeliharaan dan Perawatan Instansi Pabrik Tanggal 8 s/d 20 Desember. Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Ompusunggu, M. 1987. Pengetahuan Lateks Havea. Sungei Putih,Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Soenardjan, Ir. 1982. Bercocok Tanam dan Pabrikasi Karet. Yogyakarta : Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Spillane, J.J.Dr. 1989. Komoditi Karet. Cetakan Pertama. Yogyakarta.: Penerbit Kanisius.


Dokumen yang terkait

Studi Pembuatan Termoplastik Elastomer Dari Polipropilena-Karet Sir 10 Dengan Penambahan Dikumil Peroksida Sebagai Inisiator Dan Divinil Benzena Sebagai Zat Pengikat Silang

4 46 76

Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi Crumb Rubber Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate

52 291 167

Penentuan Ammoniak Pada Limbah Cair Pengolahan Karet Remah Dengan Bahan Baku Lateks Pekat Dan Lump Mangkok Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

6 121 54

Analisis Konsistensi Mutu Crumb Rubber di Pabrik Karet PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate

17 61 75

Pengaruh Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Terhadap Nilai ASHT Sesuai Dengan Mutu Karet SIR 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber estate Dolok Merangir

10 93 52

Pengaruh Kombinasi Komposisi Bahan Olah Karet Terhadap Tingkat Konsistensi Plastisitas Retension Indeks (Pri) Karet Remah Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

3 58 55

Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir 20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan

22 182 63

Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Plastisitas Karet Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

2 51 50

Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun

5 88 103

Manajemen penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara

0 28 83