Karakterisasi genetika dan anatomi kayu Pinus merkusii kandidat bocor getah serta strategi perbanyakannya

KARAKTERISASI GENETIKA DAN ANATOMI KAYU
PINUS MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH SERTA
STRATEGI PERBANYAKANNYA

ARIDA SUSILOWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Karakterisasi
Genetika dan Anatomi Kayu Pinus merkusii Kandidat Bocor Getah serta Strategi
Perbanyakannya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor,

April 2013

Arida Susilowati
NIM E461090021

RINGKASAN
ARIDA SUSILOWATI. Karakterisasi Genetika dan Anatomi Kayu Pinus
merkusii Kandidat Bocor Getah serta Strategi Perbanyakannya. Dibimbing oleh
SUPRIYANTO, ISKANDAR Z SIREGAR, IMAM WAHYUDI dan
CORRYANTI.
Kegiatan seleksi bocor getah telah dimulai tahun 2006 melalui serangkaian
kegiatan survei terhadap pohon-pohon dengan produksi getah yang tinggi.
Namun, database mengenai struktur produksi dan pertumbuhan, aspek genetika,
anatomi kayu serta strategi perbanyakan secara massal sampai saat ini belum
diperoleh. Padahal informasi tersebut penting untuk kegiatan karakterisasi dan
pemuliaan dimasa mendatang. Berdasarkan informasi tersebut maka penelitian
karakterisasi kandidat bocor getah dilakukan dengan tujuan untuk: i) mendapatkan

data produksi pijakan yang dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk
mengetahui struktur produksi dan pertumbuhan pohon plus kandidat bocor getah
dan penelitian karakterisasi selanjutnya, ii) menduga parameter genetika kandidat
bocor getah melalui karakterisasi secara morfogenetika, iii) menganalisis stuktur
anatomi saluran resin yang diduga mempengaruhi produktivitas getah melalui
karakterisasi secara makroskopis dan mikroskopis dan iv) mengembangkan
teknologi perbanyakan vegetatif melalui multiplikasi tunas interfascicular, stek
dan grafting untuk produksi bibit.
Hasil penelitian menunjukkan KBS Cijambu memiliki produksi resin
tertinggi (101.4 g/pohon/3 hari) dibanding KBS Baturaden (88.72 g/pohon/3 hari)
dan Jember (64.4 g/pohon/3 hari), struktur distribusi produksi getah miring ke
kanan, interval produksi yang lebih luas, serta kondisi lingkungan yang
mendukung produksi getah sehingga terpilih sebagai lokasi penelitian
karakterisasi kandidat bocor getah. Pengujian menggunakan korelasi pearson dari
35 karakter pertumbuhan menghasilkan 14 karakter yang berkorelasi rendah
sampai sedang (r:0.024 sampai 0.417) dengan produksi getah. Berdasarkan hasil
regresi multilinear terhadap 14 karakter diperoleh 4 karakter pertumbuhan yaitu
diameter, jumlah cabang, tebal kulit dan luas tajuk yang paling berpengaruh
terhadap produksi getah (r:0.75). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
produksi getah dipengaruhi oleh faktor genetika dan faktor lingkungan. Untuk itu

kondisi lingkungan dan teknik silvikultur yang tepat juga harus diterapkan untuk
manajemen tegakan karena ekspresi potensi genetika akan maksimal apabila
kondisi lingkungan tumbuh dikelola dengan baik.
Hasil karakterisasi secara morfogenetika menunjukkan nilai koefisien
variasi genetika (KVG: 14.5 - 28.43%) dan heritabilitas individu (h2:0.580.080.770.08) yang tinggi untuk karakter produksi getah, struktur alel yang berbeda
dan pengelompokan populasi yang berbeda. Hasil tersebut mengindikasikan
bahwa karakter produksi getah dominan dipengaruhi oleh faktor genetika, dan
secara genetika kandidat bocor getah berbeda dengan pinus normal. Korelasi
genetika dan fenotipik menunjukkan 3 karakter (diameter, panjang tajuk dan tebal
kulit) yang berhubungan positif nyata serta 2 karakter (jumlah cabang dan tingkat
serangan hama dan penyakit) yang berhubungan negatif nyata dengan produksi
getah. Selanjutnya karakter-karakter tersebut dapat digunakan sebagai indikator
untuk seleksi kandidat bocor getah.

Hasil karakterisasi secara makroskopis dan mikroskopis terhadap kayu
kandidat bocor getah menunjukkan kandidat bocor getah berwarna coklat
kemerahan sedangkan pada pinus normal berwarna krem keputihan, jumlah
saluran resin aksial yang lebih banyak (9.401.68 sampai 101.30 saluran/mm2)
sedangkan pada pinus normal (40.96/mm2), diameter saluran resin aksial yang
lebih lebar (468.8998.72 µm to 562.11181.62 µm) sedangkan pada pinus

normal (109.4211.26 µm), serta sel-sel epitelium yang lebih tebal (50.81 12.20
µm to 58.599.55 µm) sedangkan pada pinus normal (23.1787). Semakin
banyak jumlah, semakin lebar diameter saluran resin dan semakin tebal epitel
menyebabkan getah yang tertampung pada kandidat bocor getah lebih banyak
dibandingkan pinus normal.
Perbanyakan vegetatif melalui multiplikasi tunas interfascicular, stek dan
grafting dapat digunakan sebagai salah satu strategi perbanyakan bibit bocor
getah. Multiplikasi tunas pada penelitian ini mampu menghasilkan material baru
dalam jumlah yang lebih banyak dibanding bibit normal dan perbanyakan dengan
stek dari bibit umur 1 tahun juga menghasilkan 87.5% stek hidup dan berakar.
Secara teknik P. merkusii bocor getah juga dapat diperbanyak dengan teknik
grafting.
Kata kunci: bocor getah, karakterisasi, genetika, anatomi kayu, perbanyakan

SUMMARY
ARIDA SUSILOWATI. Genetic and Wood Anatomy Characterization of Pinus
merkusii High Resin Yielder Candidates and Its Propagation Strategy. Supervised
by SUPRIYANTO, ISKANDAR Z SIREGAR, IMAM WAHYUDI and
CORRYANTI.
Selection activities for high resin yielder candidates of Pinus merkusii in

Java were started in 2006 through a series of survey and morphological studies,
but specific information on its resin production structure, marker based genetic
aspect, wood anatomy and propagation strategy are still not determined yet. Those
information are needed for futher characterization and improvement strategy. The
objectives of this research were: i) to determine resin production baseline data,
growth structure and growth character related with resin production for further
research, ii) to estimate genetic parameter of higher resin yielder candidate
through morphogenetic characterization, iii) to analyze anatomical structure of
resin duct influencing resin production through macroscopic and microscopic
characterization and iv) to develop vegetative propagation strategy for higher
resin yielder candidate through interfascicular shoot multiplication, cutting and
grafting.
The result on determination resin production baseline data, growth stucture
and growth character showed that Cijambu Seedling Seed Orchard (SSO) has the
highest resin production (101.4 g/tree/3days) compared to Baturaden SSO (88.72
g/tree/3days) and Jember SSO (64.4 g/tree/3days), right-skewness resin
production distribution structure and wider resin production interval. Therefore
Cijambu SSO was choosen for resin yielder characterization. Pearson correlation
test and multiple linear regression for 14 growth characters out of 35 characters
were tested. Stem diameter, branching number, bark thickness and crown had

moderate correlation with resin yield (r: 0.75). It is concluded that resin
production was affected by genetic and enviromental factors. Although resin
production was affected by genetic and environmental factor, therefore
appropriate stand management (silviculture treatment) must also be implemented
because potential genetic expression would be maximized if environmental
conditions is well managed.
The result on morphogenetic characterization showed that resin production
character has high value of coefficient genetic variation (CGV: 14.5- 28.43%),
narrow sense heritability for individual (h2: 0.580.08-0.770.08), different allelic
pattern, heterozygosity value (He:0.551 and He:0.545) and clustered with normal
producer. This research showed that genetically high resin yielder candidates are
different from normal resin producer. Genotypic and phenotypic correlation
founded 3 characters (diameter, bark thickness and crown length) which have
positive correlation and 2 characters (branch number and severity level of pest and
disease attack) which negative correlation with resin yield. For resin yielder,
these characters can be used as indicator for resin yielder selection.
The result on anatomical structure characterization showed that high resin
yielder candidate trees compared to that of normal one are as followed: darker in
wood colour (reddis brown compared to creamy white), higher in number of axial
resin duct (9.401.68/mm2 to 101.30 /mm2 compared to 40.96/mm2), wider in

resin duct diameter (468.8998.72 µm to 562.11181.62 µm compared to

109.4211.26 µm), thicker in epithelium cell (50.81 12.20 µm to 58.599.55 µm
compared to 23.1787 µm). These differences may affect to quantity of resin
yielder compared to normal producer.
Vegetative propagation through interfascicular shoot multiplication, cutting
and grafting provides promising strategy for mass production of high resin
yielder. Interfascicular shoot multiplication provided higher new juvenile
materials compared to normal seedling, while cutting from 1 year old seedling
produced high rooting percentage (87.5%). Technically, pine resin yielder can
also be propagated through grafting technique.
Key words: resin yielder, characterization, morphogenetic, anatomy, propagation

 Hak cipta milik IPB, tahun 2013
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa menyebutkan
sumber:Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah;dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

KARAKTERISASI GENETIK DAN ANATOMI KAYU PINUS
MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH
SERTA STRATEGI PERBANYAKANNYA

ARIDA SUSILOWATI
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Mayor Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji pada ujian tertutup: Prof (Ris) Dr Ir Nina Mindawati, MSi
Dr Ir Trikoesoemaningtyas, MSc


Penguji pada ujian terbuka: Dr Ir M.Mustoha Iskandar
Dr Ir Ulfah Juniarti Siregar, MAgr

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Januari 2011 sampai Oktober 2012 adalah mengenai
pemuliaan pohon, dengan judul “ Karakterisasi Genetika dan Anatomi Kayu Pinus
merkusii Kandidat Bocor Getah serta Strategi Perbanyakannya”.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Supriyanto selaku ketua
komisi pembimbing beserta anggota komisi pembimbing Prof Dr Iskandar Z.
Siregar, M ForSc, Prof Dr Imam Wahyudi, MS dan Dr Ir Corryanti, MSi yang
telah dengan ikhlas dan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Penguji luar komisi ujian
tertutup Prof (Ris) Dr Ir Nina Mindawati, MSi dan Dr Ir Trikoesoemaningtyas,
MSc; penguji luar komisi pada ujian terbuka Dr Ir M.Mustoha Iskandar dan Dr Ir
Ulfah J.Siregar, MAgr; Prof Dr Nurheni Wijayanto, MS selaku wakil dari
Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB dan Dr Ir Basuki Wasis, MS
selaku Ketua Program Studi Silvikultur Tropika IPB yang turut memberi masukan
saran untuk perbaikan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan

kepada Dirjen Dikti Kemdiknas yang telah memberikan Bantuan studi melalui
BPPS 2009 dan bantuan percepatan studi 2012, Koordinator Kopertis Wilayah I
Sumut-NAD yang mengijinkan penulis untuk mengikuti tugas belajar pada
Program Doktor, Sekolah Pascasarjana IPB, Direktur Southeast Asian Regional
Center for Tropical Biology (SEAMEO-BIOTROP)-Bogor atas PhD Research
Grant 2011 untuk pembiayaan penelitian dan fasilitas laboratorium sehingga
penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik, tim peneliti pemuliaan pohon
Puslitbang Perum Perhutani, Adm KPH Sumedang dan Adm KPH Bogor atas
kerjasama penelitian dan perijinan penelitian di Kebun Benih Semai (KBS)
Cijambu, Puslitbang Kehutanan-Kemenhut atas perijinan penggunaan fasilitas
rumah kaca dan dan peralatan analisis anatomi kayu, serta Direktur Southeast
Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture
(SEAMEO-SEARCA) atas Thesis Grant utuk pembiayaan penulisan disertasi.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan keluarga besar penulis, keluarga
besar Dept.Silvikultur, teman-teman program pasca sarjana IPB, serta semua
pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat untuk perkembangan ilmu silvikultur tropika.
Bogor, April 2013

Arida Susilowati


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii
1 PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .........................................................

1
1
3
4
5
5

2 STRUKTUR PRODUKSI GETAH DAN PERTUMBUHAN PINUS
MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH
2.1 Pendahuluan.............................................................................. 7
2.2 Bahan dan Metode .................................................................... 8
2.3 Hasil dan Pembahasan............................................................... 9
2.4 Simpulan................................................................................... 23
3 MORFOGENETIKA PINUS MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH
3.1 Pendahuluan.............................................................................. 24
3.2 Bahan dan Metode .................................................................... 25
3.3 Hasil dan Pembahasan............................................................... 30
3.3 Simpulan................................................................................... 47
4 STRUKTUR ANATOMI SALURAN RESIN PADA
PINUS MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH
4.1 Pendahuluan.............................................................................. 50
4.2 Bahan dan Metode .................................................................... 51
4.3 Hasil dan Pembahasan............................................................... 52
4.4 Simpulan................................................................................... 60
5 STRATEGI PERBANYAKAN PINUS MERKUSII
KANDIDAT BOCOR GETAH
5.1 Pendahuluan.............................................................................. 61
5.2 Bahan dan Metode .................................................................... 63
5.3 Hasil dan Pembahasan............................................................... 64
5.4 Simpulan................................................................................... 88
6 PEMBAHASAN UMUM..................................................................... 89
7 SIMPULAN UMUM DAN SARAN .................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 93

DAFTAR TABEL
2.1

Produksi getah beberapa famili yang ditanam di KBS Cijambu,
KBS Baturaden dan KBS Jember ....................................................
2.2 Karakteristik tempat tumbuh KBS Cijambu, KBS Baruraden dan
KBS Jember ....................................................................................
2.3 Eigenvalue keragaman karakter pertumbuhan .................................
2.4 Model pendugaan regresi linear berganda hubungan produksi
getah dengan karakter pertumbuhan di KBS Cijambu .....................
3.1 Identitas famili untuk perhitungan nilai heritabilitas ........................
3.2 Kondisi lingkungan di lokasi pengambilan sampel di KBS
Cijambu dan Bogor .........................................................................
3.3 Sembilan primer mikrosatelit untuk deteksi keragaman genetika .....
3.4 Analisis varians dan harapan kuadrat tengah dari single tree plot
design untuk suatu karakter ............................................................
3.5 Nilai ragam famili (σ2f), ragam blok (σ2b), ragam galat (σ2e)
koefisien variasi genetika (KVG), heritabilitas famili (h2 f) dan
individu (h2) beberapa sifat penting pada pinus kandidat bocor
getah ...............................................................................................
3.6 Jumlah lokus dan perkiraan panjang fragment .................................
3.7 Frekuensi alel kandidat bocor getah dan normal berdasarkan 7
primer mikrosatelit dalam populasi bocor getah tinggi, bocor
getah rendah dan normal ................................................................
3.8 Hasil amplifikasi kandidat bocor getah dan normal berdasarkan
7 primer mikrosatelit .......................................................................
3.9 Keragaman genetika dalam populasi P.merkusii kandidat bocor
getah dan normal.............................................................................
3.10 Jarak genetika antara populasi produksi pinus .................................
3.11 Hasil perhitungan analysis of molecular variance (AMOVA) .........
3.12 Korelasi fenotipik (di atas diagonal) dan genetika (di bawah
diagonal) antar karakter produksi getah dan komponen hasil
lainnya ............................................................................................
4.1 Identitas sampel untuk pengujian anatomi saluran resin ..................
4.2 Distribusi jumlah dan ukuran saluran resin pada masing-masing
riap tumbuh.....................................................................................
4.3 Perbandingan rata-rata jumlah, frekuensi dan diameter saluran
resin radial pada pinus kandidat bocor getah dan pinus normal........
4.4 Rata-rata diameter saluran resin radial dan ketebalan epitel .............
4.5 Sudut penebalan spiral pada kandidat bocor getah...........................
5.1 Sidik ragam pengaruh penghambatan dominasi apikal dan
penambahan ZPT pada jumlah tunas, panjang tunas dan
pertambahan tinggi setelah 7 MSS (minggu setelah semprot) ..........
5.2 Rekapitulasi hasil sidik ragam dan nilai rata-rata terhadap
beberapa variabel kualitas stek pucuk (12 MST) ...........................
5.3 Kondisi makroskopis grafting kompatibel dan inkompatibel ...........

11
12
18
20
25
26
26
27

32
37
38
39
40
41
43
48
51
54
56
56
59
64
70
82

DAFTAR GAMBAR
1.1
2.1
2.2

Ruang lingkup penelitian karakterisasi pinus bocor getah................ 6
Struktur produksi getah di KBS Cijambu, Baturaden dan Jember .... 10
Produksi getah di KBS Cijambu, KBS Baturaden dan KBS
Jember ............................................................................................ 12
2.3 Sebaran produksi getah berdasarkan ketinggian tempat di KBS
Cijambu .......................................................................................... 13
2.4 Sebaran karakter pertumbuhan di KBS Cijambu ............................. 16
2.5 Principal Component Analysis (PCA) (a) dan Dendrogram (b)
untuk beberapa karakter produksi getah di KBS Cijambu ................ 19
3.1 Pola amplifikasi 6 primer yang diuji (a) dan amplifikasi dengan
primer pm09a (b). ........................................................................... 36
3.2 Dendrogram pengelompokan populasi bocor getah berdasarkan
jarak genetika Nei (1972) (a) dan pengelompokan genetika
dengan perhitungan rata-rata nilai log-likehood L(K) (b) ................. 42
3.3 Dendrogram individual menggunakan matriks kovarian jarak
genetika dengan 100 individual boothstap ....................................... 44
4.1 Penampang lintang (12 mm2) kayu pinus kandidat bocor getah
tinggi (a), kandidat bocor getah rendah (b) dan pinus produksi
getah normal (c) .............................................................................. 53
4.2 Saluran resin aksial dan sel-sel epitel pada pohon pinus bocor
getah tinggi (a), bocor getah rendah(b), dan pinus produksi getah
normal (c) ....................................................................................... 57
4.3 Penebalan spiral pada serat kayu pohon pinus kandidat bocor
getah tinggi (a) dan serat pada pohon pinus produksi getah (b) ........ 59
5.1 Pola reiterasi semai kandidat bocor getah umur 1 tahun .................. 67
5.2 Keragaan tunas interfascicular dari tunas daun jarum umur 10
minggu setelah semprot .................................................................. 69
5.3 Keragaan hasil stek pucuk tanpa dan dengan ZPT ........................... 73
5.4 Penampang lintang akar stek pinus bocor getah umur 12 MST ........ 74
5.5 Keragaan morfologi batang grafting Pinus merkusii umur 18
tahun............................................................................................... 76
5.6 Keragaan penampang radial sortimen batang hasil grafting bibit
pinus bocor getah umur 1 tahun (a) dan grafting pinus strain
Aceh dan Kerinci umur 18 tahun (b) ............................................... 77
5.7 Sortimen batang hasil grafting umur 18 tahun pada ketinggian
sambungan berbeda (a) dan penampang radial grafting dengan
ketinggian berbeda (b) .................................................................... 78
5.8 Keragaan daerah sambungan (interface) dari grafting pada
ketinggian sambungan berbeda ....................................................... 79
5.9 Pengamatan makroskopis sortimen hasil pengeboran ...................... 82
5.10 Ilustrasi grafting kompatibel (a) dan inkompatibel (b) ..................... 83
5.11 Penampang mikroskopis bidang lintang hasil grafting strain Aceh
dan strain Kerinci umur 18 tahun .................................................... 84
5.12 Penampang mikroskopis bidang longitudinal hasil grafting strain
Aceh dan strain Tapanuli umur 18 tahun ......................................... 86

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Tallysheet pengukuran karakter pertumbuhan dan lingkungan
untuk kandidat bocor getah ............................................................
Hasil korelasi Pearson antara karakter pertumbuhan dan
produksi getah ................................................................................
Usulan kriteria seleksi untuk pohon plus kandidat bocor getah
(idiotype) .......................................................................................
Hasil penyadapan pohon plus Pinus merkusii kandidat bocor
getah asal KBS Cijambu (ketinggian 1100 m-1500 m.dpl) ..............

108
110
111
112

1

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pinus merkusii merupakan salah satu jenis pohon yang penting untuk
industri kayu pertukangan, pulp dan kertas, rehabilitasi lahan dan produksi getah
di Indonesia (Suhardi et al. 1994). Salah satu produk pemasakan getah pinus yang
bernilai tinggi dan sangat diminati di pasar internasional adalah gondorukem (gum
rosin). Gondorukem termasuk produk potensial yang dikelompokkan sebagai pine
chemical product dan memegang peranan penting sebagai andalan hasil hutan
bukan kayu di Indonesia karena menghasilkan devisa negara sekitar US$ 50 juta
setiap tahunnya (Fachrodji 2010) dan menyerap tenaga kerja yang cukup besar
(Perum Perhutani 2010).
Permasalahan yang dihadapi dalam keberlanjutan ekspor gondorukem
Indonesia adalah adanya fluktuasi harga dan produktivitas getah yang rendah
sehingga kalah bersaing dibandingkan dengan Republik Rakyat China (RRC) dan
Brazil. Menurut Cunningham (2006) di pasar internasional Indonesia menduduki
posisi ketiga sebagai penghasil gondorukem terbesar setelah (RRC) dan Brazil.
RRC memiliki hutan pinus terluas yaitu  1.3 juta hektar, produksi getah
sebanyak 2 kg/pohon/tahun atau sebesar 1.4 ton/Ha/tahun dengan jenis pinus
antara lain P. massoniana, P. yunanensis, P. laterri, P.tabulaeformis, P. keysa dan
P. eliotii dan mampu menyumbangkan  75% gondorukem di pasar internasional
(Xie 2004). Brazil memiliki hutan pinus seluas  100.000 hektar, produksi getah
6 kg/pohon/tahun atau 8 ton/Ha/tahun dengan jenis P.elliotii, P.caribeae,
P.hondurensis, P. bahamanensis dan P.oocarpa mampu menyumbangkan  20%
gondorukem di pasaran dunia setiap tahunnya (Mello 2008). Indonesia memiliki
luasan hutan pinus  476.000 hektar, namun baru 145.000 hektar yang disadap
dan diambil getahnya, produksi getah sebanyak 2.4 kg/pohon/tahun atau sebanyak
0.85 ton/Ha/tahun mampu menyumbangkan  5% gondorukem dunia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas per hektar
per tahun pinus di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan Brazil.
Berangkat dari permasalahan produktivitas getah yang rendah, beberapa
alternatif seperti kegiatan pemuliaan pohon, perbaikan teknik silvikultur,
perbaikan teknik penyadapan dan perbaikan manajemen pengelolaan dapat
dilakukan (Fachrodji et al. 2009). Kegiatan pemuliaan tanaman merupakan solusi
yang cukup prospektif untuk dikembangkan, mengingat telah ditemukannya
beberapa kandidat pohon dengan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
rata-rata. Walaupun belum ada nama resmi untuk kandidat pohon tersebut,
penamaan yang sering digunakan adalah “high resin yielder” pada jenis pinus lain
di daerah subtropis (Tadesse et al. 2001). Dalam disertasi ini, kandidat pohon
tersebut selanjutnya diberi nama “pinus bocor getah” yang berarti memproduksi
getah lebih melimpah dibandingkan dengan produksi rata-rata saat ini (normal).
Pinus kandidat bocor getah merupakan sebutan untuk kandidat pohon plus
pinus yang mampu menghasilkan getah di atas 50 g/pohon/3 hari lebih tinggi
dibandingkan rata-rata produksi saat ini yang hanya mencapai 21 g/pohon/3 hari.

2

Perum Perhutani sebagai salah satu perusahan negara yang bergerak di sektor
Kehutanan melalui Surat Direksi No. 289/041.6/Can/Dir tanggal 24 September
2010 perihal Penyusunan Redesain Pengelolaan Sumber Daya Hutan, mencoba
menata kembali penanaman pinus dengan target produksi getah melalui beberapa
cara antara lain: (1) Pengembangan dan peremajaan tanaman pinus dilakukan
untuk meningkatkan produktivitas getah dan menjaga kesinambungan pasokan
getah pinus untuk industri; (2) Penempatan tanaman pada lokasi dengan
ketinggian ≤ 1000 meter di atas permukaan laut; (3) Penanaman tanaman pinus
dilaksanakan dengan menggunakan bibit unggul (bocor getah); (4) Untuk menjaga
heterogenitas dan menghindarkan monokultur, maka di areal kluster pinus
tersebut harus pula ditanam tanaman kayu lain (TKL) jenis non pinus (rimba lain
yang khas) seluas ± 20%. Berdasarkan surat keputusan tersebut jelas dikemukakan
bahwa untuk penanaman pinus selanjutnya harus menggunakan bibit unggul
dengan fokus produk getah (bocor getah)
Kegiatan pemuliaan pinus untuk menghasilkan genotipe unggul sebenarnya
telah dimulai pada tahun 1976 di wilayah kerja Perum Perhutani melalui
kerjasama Direktorat Jenderal Rehabilitasi (Ditsi), Departemen Pertanian dan
Universitas Gajah Mada (UGM). Kegiatan awal berupa seleksi pohon elite (pohon
plus) P.merkusii telah berhasil menemukan lebih dari 1000 famili yang
dilanjutkan dengan pembangunan Kebun Benih Semai (KBS) di Sempolan,
Baturaden dan Sumedang (Soeseno 1988) dengan keunggulan menghasilkan
kayu, dan getah sebagai hasil sampingan. Pada tahun 2002 sampai 2009 dilakukan
seleksi pohon plus yang merupakan kandidat bocor getah. Dari tahapan kegiatan
ini dihasilkan kandidat-kandidat pohon plus terseleksi dari 5 lokasi survei yaitu 3
KBS hasil kegiatan pemuliaan sebelumnya, hutan pinus di Jawa dan Sulawesi
Selatan. Pada kurun waktu 2007-2009, Perum Perhutani telah membangun
penanaman uji keturunan untuk kandidat bocor getah.
Untuk mempercepat realisasi progam Redesain Pengelolaan Sumber Daya
Hutan, beberapa strategi yang dilakukan Perum Perhutani antara lain: melakukan
survei pohon induk kandidat bocor getah, melakukan pengklonan pohon induk,
melakukan penelitian pembiakan vegetatif, pengembangan SDM, pembangunan
sarana dan prasarana serta analisis genetika pohon dengan kriteria harapan. Untuk
pencapaian jangka pendek dan memenuhi permintaan bibit unggul, kegiatan
pembuatan data produksi pijakan (production baseline data) untuk pendugaan
struktur produksi dan pertumbuhan, karakterisasi secara morfogenetika dan
anatomi kayu serta strategi perbanyakan vegetatif kandidat bocor getah perlu
dipelajari untuk kegiatan pengembangan dan pemuliaan pinus bocor getah
selanjutnya. Rangkaian penelitian ini juga merupakan salah satu elaborasi aspek
genetika, anatomi dan silvikultur yang dapat memberikan kontribusi telaah ilmiah
dari dunia akademik ke dunia industri.

3

1.2 Perumusan Masalah
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian karakterisasi pinus kandidat
bocor getah adalah melakukan stratifikasi data pinus kandidat bocor getah yang
ada. Seperti telah diketahui bahwa pohon pinus kandidat bocor getah merupakan
hasil survei morfologi yang dilakukan pada KBS Cijambu, KBS Baturaden, KBS
Jember, hutan pinus di Jawa dan Sulawesi Selatan. Hasil stratifikasi awal terhadap
5 lokasi tersebut, hanya KBS yang mencukupi ketersediaan dan kekonsistenan
data. Selanjutnya data KBS digunakan sebagai data pijakan untuk menduga
struktur produksi getah dan struktur pertumbuhan kandidat bocor getah.
Pendugaan struktur produksi getah dan struktur pertumbuhan penting dilakukan
karena mencerminkan pengaruh tempat tumbuh, sifat genetika pohon dan
interaksi tempat tumbuh dengan sifat genetika pohon. Melalui penelitian ini
diharapkan diperoleh data pijakan mengenai struktur produksi getah dan struktur
pertumbuhan sebagai informasi dasar bagi penelitian karakterisasi morfogenetika,
anatomi kayu dan strategi perbanyakan kandidat bocor getah.
Karakterisasi secara morfogenetika dilakukan untuk menduga variabel
genetika kandidat bocor getah melalui evaluasi fenotipik dan analisis genetika
melalui penanda molekuler. Pohon plus kandidat bocor getah merupakan hasil
survei morfologi yang cenderung dipengaruhi oleh tahap perkembangan tanaman
dan lingkungan sehingga belum dapat membedakan karakter morfogenetika
kandidat bocor getah yang diperoleh. Studi secara morfologi terhadap P.taeda
oleh Burczyk et al. (1998); P. sylvestris oleh Kossuths (1984) dan P. pinaster oleh
Mergen et al. (1955), menyimpulkan bahwa intensitas produksi getah lebih
dipengaruhi oleh faktor genetika daripada faktor lingkungan berdasarkan
pendekatan nilai heritabilitas. Sementara itu informasi morfogenetika P.merkusii
dalam kaitannya dengan kandidat bocor getah sampai saat ini belum tersedia
dengan baik, demikian juga analisis secara molekulernya. Beberapa penanda
molekuler seperti RAPD (Random Amplified Polimorphic DNA), mikrosatelit
(SSRs), AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism) dan SNP (Single
Nucleotide Polymorphisms) dapat digunakan untuk studi variasi genetika.
Penanda mikrosatelit dipilih dalam penelitian ini karena penanda kodominan,
memiliki reproducibility yang tinggi, tingkat polimorfisme tinggi, multialelik, dan
terdistribusi merata dalam genom (Karhu 2001). Selain kelebihan-kelebihan
tersebut, penggunaan penanda mikrosatelit juga memiliki beberapa kelemahan
terkait dengan proses amplifikasi dan keberadaan null alleles. Pada proses
amplifikasi sering terdapat sejumlah alel yang hilang dan pasangan pita yang tidak
tepat sehingga mengakibatkan adanya pita semu (Van Oosterhout et al. 2004).
Permasalahan lain dalam penggunaan penanda mikrosatelit adalah adanya null
alleles yang disebabkan oleh mutasi pada daerah binding dan menghalangi
amplifikasi alel target (Pemberton et al. 1995). Namun menurut Chapuis dan
Estoup (2007); Carlsson (2008) kelemahan penggunaan mikrosatelit tersebut
masih dapat diminimalisir dengan menggunakan beberapa pendekatan statistik.
Karakterisasi secara anatomi kayu ditujukan untuk melihat anatomi saluran
resin yang diduga mempengaruhi produksi getah. Getah pinus merupakan eksudat
yang dihasilkan oleh kelenjar yang berbentuk saluran resin (resin duct). Pohon
kandidat bocor getah diduga memiliki jumlah dan frekuensi saluran resin yang

4

lebih banyak, diameter saluran yang lebih lebar dan sel epitel yang lebih tebal
sehingga getah yang tertampung semakin banyak.
Hasil verifikasi secara morfogenetika dan anatomi selanjutnya dijadikan
sebagai data acuan untuk kriteria seleksi kandidat bocor getah dan strategi
perbanyakan yang akan dilakukan. Strategi perbanyakan yang memungkinkan
untuk memenuhi kebutuhan penanaman pinus kandidat bocor getah dalam jangka
pendek adalah dengan melakukan perbanyakan secara vegetatif, namun cara ini
juga terkendala karena pohon plus terpilih rata-rata berumur cukup tua sehingga
juvenilitas dan keberhasilaannya rendah. Untuk mengatasi permasalahan
juvenilitas, kegiatan multiplikasi tunas interfascicular, stek dan grafting cukup
menjanjikan untuk dikembangkan. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas
maka dalam jangka pendek penelitian ini perlu dilakukan untuk menjawab
pertanyaan :
1) Apakah terdapat perbedaan struktur produksi antar pohon plus kandidat
bocor getah 3 KBS di Pulau Jawa dan bagaimana struktur
pertumbuhannya?
2) Bagaimana karakter morfogenetika pada pohon plus kandidat bocor getah?
3) Apakah terdapat perbedaan anatomi saluran resin antara pinus produksi
normal dan kandidat bocor getah?
4) Bagaimana tingkat keberhasilan perbanyakan vegetatif pinus kandidat
bocor getah?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai karakterisasi pinus bocor getah dalam jangka pendek
ini bertujuan untuk:
1) Mendapatkan data pijakan (baseline data) produksi yang dapat digunakan
sebagai informasi dasar untuk mengetahui struktur produksi dan
pertumbuhan pohon plus kandidat bocor getah dan untuk penelitian
karakterisasi selanjutnya.
2) Menduga variabel genetika kandidat bocor getah melalui karakterisasi
secara morfogenetika.
3) Menganalisis struktur anatomi saluran resin yang diduga mempengaruhi
produktivitas getah melalui karakterisasi secara makroskopis dan
mikroskopis.
4) Mengembangkan teknologi perbanyakan vegetatif melalui multiplikasi
tunas interfascicular, stek dan grafting untuk produksi bibit pinus bocor
getah.

5

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara ilmiah
untuk seleksi pinus kandidat bocor getah di Indonesia, khususnya bagi Perum
Perhutani berupa usulan kriteria seleksi pohon plus kandidat bocor getah.
Informasi kriteria seleksi kandidat bocor getah sampai saat ini belum ada, padahal
fokus pengelolaan hutan pinus saat ini lebih diutamakan pada produksi getah.
Diharapkan dengan adanya kriteria seleksi tersebut akan mendukung program
pemuliaan dengan fokus produksi getah tinggi dimasa mendatang.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian karakterisasi kandidat bocor getah terbagi dalam 4 sub penelitian
yaitu struktur produksi getah dan pertumbuhan, karakterisasi morfogenetika,
karakterisasi anatomi kayu dan strategi perbanyakan. Kegiatan yang dilakukan
pada tiap sub penelitian dan output yang dihasilkan disajikan pada Gambar 1.1
Untuk memperoleh output hasil penelitian yang diharapkan, pencapaian
kebaharuan/novelty penelitian ini didasarkan pada kriteria focus (fokus), advance
(terdepan di bidangnya) dan scholar (ilmiah). Penelitian ini diawali dengan
membuat data pijakan (baseline data) produksi getah sebagai landasan untuk
mengetahui struktur produksi getah dan pertumbuhan kandidat bocor getah.
Melalui informasi struktur produksi dan pertumbuhan tersebut, penelitian
selanjutnya difokuskan untuk memperoleh informasi karakter kandidat bocor
getah melalui kegiatan karakterisasi morfogenetika dan anatomi kayu.
Kegiatan karakterisasi morfogenetika dan anatomi kayu difokuskan untuk
memperoleh informasi indikator pinus bocor getah sebagai indikator seleksi bocor
getah. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui serangkaian metode penelitian
yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah (scholar) berdasarkan acuan pustaka yang
diperoleh dan adaptasi metode penelitian yang telah dilakukan. Selanjutnya,
informasi karakter morfogenetika dan anatomi kayu yang terangkum dalam
kriteria seleksi kandidat bocor getah bermanfaat bagi pengelola dalam kegiatan
seleksi pohon plus kandidat bocor getah. Informasi indikator seleksi juga
dijadikan acuan untuk pemilihan pohon plus yang akan digunakan sebagai materi
untuk strategi perbanyakan bibit bocor getah.
Strategi perbanyakan pinus kandidat bocor getah dalam jangka pendek dapat
dilakukan melalui program shortcut pembiakan vegetatif pohon tua dan secara
generatif dengan menggunakan semai bocor getah. Dalam pelaksanaannya
pembiakan vegetatif pohon tua kandidat bocor getah terkendala oleh masalah
juvenilitas sehingga persentase keberhasilan tanamannya rendah. Untuk mengatasi
permasalahan juvenilitas, kegiatan pencangkokan dan penyambungan secara
berulang, stek tunas interfascicular, kultur jaringan dan penyemprotan semai
dengan 6-Benzyl Amino Purine (6-BAP) menjadi menjadi alternatif solusi yang
ditawarkan. Melalui teknik tersebut diharapkan akan diperoleh bibit generasi
bocor getah untuk memenuhi kebutuhan penanaman pinus dalam jangka pendek.

6

Devisa negara dari Pinus
(Pinus merkusii)

Kayu

Program
pemuliaan (1976)

Kayu dan getah

getah

Redesain Penanaman Pinus
(2010)

-produks sekarang
21 g//pohon/3 hari
-Produksi target
> 50 g/pohon/3 hari

1085 pohon
Kandidat pinus bocor getah

Conventional
Breeding (butuh
waktu lama)

karakterisasi
Produksi benih
berkualitas
Analisis morfogenetika kandidat
pinus bocor getah

Anatomi kayu kandidat pinus
bocor getah secara makroskopis
dan mikroskopis

Tegakan pohon
terseleksi

Indikator Pinus bocor getah

Program shortcut
Pembiakan generatif dan vegetatif
vegetatif pohon tua
juvenilitas

Alternatif solusi

Semai bocor getah

Penyemprotan
6-Benzil Amino Purine
(6 BAP)

Pencangkokan

Grafting
(Penyambungan

Penyetekan
tunas
interfascicular

Kultur jaringan

Perbanyakan dengan grafting dan
cangkok suksesif

Bibit generasi bocor getah

Gambar 1.1 Ruang lingkup penelitian karakterisasi pinus bocor getah

7

2 STRUKTUR PRODUKSI GETAH DAN PERTUMBUHAN
PINUS MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH
2.1 Pendahuluan
Pinus merkusii merupakan jenis pohon yang dikenal sebagai penghasil
kayu dan getah yang cukup potensial. Di Indonesia P.merkusii dapat dijumpai
dalam 3 strain yaitu Aceh, Tapanuli dan Kerinci dengan karakteristik yang
berbeda-beda. Mengingat nilai ekonomisnya yang cukup tinggi, pada awal tahun
1920 pinus diintroduksi ke Pulau Jawa dari populasi alam di Aceh oleh Perum
Perhutani dan menjadi jenis andalan kedua setelah jati. Dengan meningkatnya
nilai hasil kayu dari pohon pinus pada saat itu, tahun 1976 dilakukan kegiatan
seleksi untuk mendapatkan pohon plus yang memiliki karakter batang dan
pertumbuhan yang bagus (Soeseno 1988; 2001) diikuti dengan pembangunan
Kebun Benih Semai (KBS) di Sumedang (Jawa Barat), Baturaden (Jawa Tengah)
dan Jember (Jawa Timur)
Seiring dengan perubahahan paradigma pengusahaan pinus dari yang
berorientasi kayu menjadi produk bukan kayu, sejak tahun 2006 progam
pemuliaan pinus di Perum Perhutani tidak hanya terfokus pada kayu namun juga
kepada produk bukan kayu dalam hal ini getah pinus. Seperti diketahui produk
hasil pemasakan getah pinus yaitu gondorukem (gum rosin) merupakan salah satu
hasil hutan bukan kayu yang bernilai tinggi dan memegang peranan penting
sebagai andalan hasil hutan bukan kayu di Indonesia karena menghasilkan devisa
negara sekitar US$ 50 juta setiap tahun (Fachrodji 2010) dan menyerap tenaga
kerja yang cukup besar (Perum Perhutani 2010). Oleh karena itu, kegiatan
pemuliaan pohon dengan produksi getah tinggi menjadi fokus kegiatan sejak
tahun 2006 sampai sekarang mengingat telah ditemukannya beberapa pinus
kandidat bocor getah dengan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan ratarata pada saat ini.
Kaitannya dengan produktivitas getah, informasi mengenai struktur
produksi pohon pinus kandidat bocor getah di KBS milik Perum Perhutani sampai
saat ini belum tersedia, padahal informasi ini penting untuk kegiatan karakterisasi
dan manajemen tegakan. Struktur produksi getah menggambarkan distribusi
produksi getah tiap individu kandidat bocor getah yang ada di KBS milik Perum
Perhutani. Untuk kegiatan pemuliaan dengan fokus utama produksi getah,
diperlukan tegakan dengan sebaran produksi getah menjulur ke kanan serta
interval produksi yang luas (Nanos et al. 2000). Oleh karena itu penelitian tentang
struktur produksi getah di KBS Perum Perhutani sangat diperlukan untuk
mengetahui pola sebaran produksi getah KBS Perum Perhutani sebagai data dasar
untuk penelitian genetika, anatomi saluran resin dan strategi perbanyakannya.
Pada KBS terpilih secara khusus akan dibahas mengenai struktur pertumbuhan
karena sampai saat ini informasi keterkaitan antara struktur pertumbuhan dengan
produksi getah masih sedikit sekali dijumpai. Struktur pertumbuhan pada
penelitian ini menggambarkan distribusi variabel pertumbuhan kandidat yang
diwakili oleh variabel tinggi total pohon, diameter batang, panjang tajuk, luas
tajuk, tebal kulit dan tingkat keparahan serangan hama dan penyakit.

8

2.2 Bahan dan Metode
2.2.1 Bahan
Bahan tanaman untuk penelitian sebaran produksi dan struktur pertumbuhan
merupakan hasil uji keturunan tahun tanam 1978-1983 di KBS Cijambu,
Baturaden dan Jember dengan tujuan pemuliaan lebih difokuskan pada produksi
kayu. Dalam kaitannya dengan pemisahan antara produksi getah dan kayu, maka
pada tahun 2006 telah dilakukan kegiatan seleksi awal pinus yang menghasilkan
getah lebih tinggi daripada produksi getah saat ini atau produksi normal (21
g/pohon/3 hari) dan terpilih 110 pohon plus (KBS Cijambu), 90 pohon plus (KBS
Jember) dan 75 pohon plus (KBS Baturaden) sebagai bahan dasar untuk penelitian
struktur produksi getah. Selanjutnya untuk penelitian struktur pertumbuhan dan
hubungan antar karakter dilakukan melalui pengumpulan data produksi getah
terkini (2011) dari KBS terpilih (KBS Cijambu). KBS terpilih selanjutnya
digunakan sebagai lokasi penelitian karakterisasi kandidat bocor getah.
2.2.1 Metode
Penelitian mengenai struktur produksi getah di 3 KBS dilakukan melalui
stratifikasi data dan analisis statistik dengan menggunakan data sekunder produksi
getah yang dimiliki Perum Perhutani tahun 2006. Selanjutnya untuk penelitian
struktur pertumbuhan dan hubungan antar karakter dilakukan melalui
pengumpulan data produksi getah terkini (2011). Verifikasi produksi getah
dilakukan melalui penyadapan menggunakan teknik pengeboran pohon dari dua
arah mata angin yang berbeda (utara-selatan) dengan menggunakan bor
berdiameter 0.5 cm dan ditampung dalam plastik ukuran 20x14 cm. Getah
selanjutnya dibiarkan mengalir secara alami tanpa menggunakan stimulansia
selama 3 hari berturut-turut untuk mendapatkan data produksinya. Pada lokasi ini
tidak pernah dilakukan kegiatan penyadapan untuk skala produksi sehingga hasil
getah yang diperoleh hanya dipengaruhi oleh faktor genetika dan tempat tumbuh
tanpa melibatkan pengaruh teknik penyadapan dan penggunaan stimulansia.
Pemilihan pohon untuk uji produksi getah didasarkan pada nilai produksi getah
yang lebih baik dari 5 pohon pembanding di sekitarnya.
Penelitian struktur pertumbuhan dan hubungan antar karakter dilakukan
melalui pengamatan langsung terhadap 35 karakter pertumbuhan dan karakter
ekologi dari 110 pohon plus yang ada di KBS Cijambu. Karakter pertumbuhan
yang diamati untuk mengetahui struktur pertumbuhan meliputi: tinggi, diameter,
tajuk, percabangan, tebal kulit dan tingkat keparahan serangan hama penyakit.
Metode pengukuran untuk 35 karakter pertumbuhan dan ekologi mengikuti
prosedur penelitian pada pohon-pohon kehutanan sebelumnya: Bacilieri et al.
(1995); Cantini et al. (1999); Kremer et al. (2002); Ginwal et al. (2004); Weber
dan Montes (2005); Baliuckas et al. (2005) dan Devagiri et al. (2007). Karakter
dan metode pengamatan untuk penelitian struktur pertumbuhan disajikan pada
Lampiran 1. Data hasil pengukuran yang diperoleh selanjutnya diolah dengan
bantuan software statistik SPSS versi 17 (SPSS Inc. 2007) untuk mengetahui nilai
tengah, standar deviasi, koefisien varian, korelasi dan regresi linear berganda

9

dengan mengacu Steel dan Torrie (1995). Standarisasi data dilakukan untuk
pembuatan Principal Component Analysis (PCA).
2.3 Hasil dan Pembahasan
2.3.1 Struktur produksi getah pohon plus kandidat bocor getah di KBS
Perum Perhutani.
Struktur produksi getah 3 KBS Perum Perhutani (Gambar 2.1) menunjukkan
pola sebaran seperti dijumpai pada hutan tanaman lainnya dengan nilai rata-rata
produksi 85.9 g/pohon/3 hari. Frekuensi produksi getah terbesar berada pada
interval 80-100 g/pohon/3 hari (154 pohon) dan frekuensi terkecil pada interval
≥150 g/pohon/3 hari (14 pohon). Hasil perhitungan struktur produksi di setiap
KBS menunjukkan bahwa KBS Cijambu memiliki rata-rata tertinggi (101.4
g/pohon/3 hari) diikuti KBS Baturaden (88.72 g/pohon/3 hari) dan KBS Jember
(64.4 g/pohon/3 hari). Sebaran produksi di KBS Cijambu memperlihatkan pola
sebaran cenderung menjulur ke kanan, yang menunjukkan individu-individu di
KBS Cijambu lebih tinggi dibandingkan produksi getah normal, sehingga KBS
Cijambu sesuai untuk kegiatan pemuliaan untuk fokus getah (Gambar 2.1).
Jumlah pohon pinus kandidat bocor getah di KBS Cijambu terbanyak berada pada
interval 82-102.99 g/pohon/3 hari (34%), di KBS baturaden pada interval interval
61-88.99 g/pohon/3 hari (35%) dan KBS Jember pada interval 40-60.99 g/pohon/3
hari (54%). Berdasarkan kemenjuluran kurva KBS Cijambu memiliki nilai 271.2
g/pohon/ 3 hari (Gambar 2.1b), KBS Baturaden 175 g/pohon/ 3 hari (Gambar
2.1c) dan KBS Jember 128 g/pohon/ 3 hari (Gambar 2.1d). Dengan demikian
KBS Cijambu menjulur paling ke kanan, diikuti oleh KBS Baturaden dan KBS
Jember. Pada P. pinaster, Nanos et al. (2000) memilih tegakan dengan kurva
produksi getah yang memiliki sebaran cenderung menjulur ke kanan dan interval
produksi yang lebar untuk pemuliaan dengan fokus utama getah pinus. Dengan
pertimbangan yang sama KBS Cijambu selanjutnya terpilih sebagai lokasi
penelitian karakterisasi kandidat bocor getah.
Berdasarkan sudut pandang konservasi genetika, individu-individu pohon
yang berada pada posisi paling menjulur ke kanan (memiliki produksi tertinggi),
sangat perlu untuk dikonservasi dan dikembangkan karena memiliki keragaman
yang sempit, tidak banyak jumlahnya dan rawan terhadap kepunahan. Untuk
perbanyakan massal dapat dikembangkan dari individu-individu pada interval
dengan frekuensi tertinggi; untuk KBS Cijambu (82-103 g/pohon/3 hari), KBS
Baturaden (61- 82 g/pohon/3 hari) dan KBS Jember (40-61 g/pohon/3 hari). Hal
tersebut sangat dimungkinkan terkait erat dengan kondisi lingkungan setempat
Produksi getah di setiap KBS menunjukkan struktur produksi yang berbeda.
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan adanya peranan kondisi tanah,
iklim, penggunaan bahan kimia, umur, teknik silvikultur (faktor lingkungan) dan
faktor genetika tanaman dalam menentukan kuantitas produksi getah (Zamski
1972; Moulalis 1981; Philippou 1986; Papajiannopoulos 1997, 2002). Hasil
penelitian pada pinus bergetah banyak di daerah temperate yang dilakukan oleh
Tadesse et al. (2001); Roberds et al. (2003); Burczyk et al. (1998); Kossuths
(1984) dan Mergen et al. (1955) yang menemukan peranan faktor genetika yang

10

45

45

40

40

35

35

30

30

Frekuensi

Frekuensi

lebih dominan dalam menentukan karakter produksi getah. Namun kedua faktor
tersebut bersama-sama mendukung ekspresi suatu karakter, karena fenotipe
produksi getah merupakan hasil interaksi dari pengaruh faktor genetika dan
lingkungan (Rodrigues et al. 2009).

25

25

20

20

15

15

10

10

5

5

0

0
40

61

82

103

124

145

166

187

208

229

250

271

292

40

61

82

103

Produksi getah (g/pohon/3 hari)

a. 3 KBS

145

166

187

208

229

250

271

292

229

250

271

292

b. KBS Cijambu
45

40

40

35

35

30

30

Frekuensi

45

25
20

25
20

15

15

10

10

5

5

0
40

61

82

103

124

145

166

187

208

229

250

271

0

292

40

Produksi getah (g/pohon/3 hari)

61

82

103

124

145

166

187

208

Produksi getah (g/pohon/3 hari)

c. KBS Baturaden

d. KBS Jember

45
40
35

3 KBS
Frekuensi

Frekuensi

124

Produksi getah (g/pohon/3hari)

30
25

KBS Jember

20
15

KBS Cijambu

10
5

KBS Baturaden
0
40

61

82

103

124

150

161

182

203

224

250

271

292

P r o d u k s i g e t a h ( g / p o h o n / 3 h a r i)

Gambar 2.1

Struktur produksi getah di KBS Cijambu, Baturaden dan Jember.
Seluruh KBS (a), KBS Cijambu (b), KBS Baturaden (c) dan KBS
Jember (d), Seluruh KBS, KBS Cijambu, KBS Baturaden dan KBS
Jember (e).

11

Untuk mengetahui penyebab perbedaan produksi getah di 3 KBS dilakukan
penelaahan mengenai asal usul materi penanaman. Berdasarkan sejarahnya
pembangunan KBS Cijambu, Baturaden dan Jember dilakukan secara bertahap
pada kurun waktu 1978-1983 dengan sumber materi genetika yang sama (Soeseno
et al. 1994) dengan fokus kegiatan untuk memperoleh pohon plus dengan karakter
batang yang lurus. Tegakan tersebut telah mengalami beberapa kali roquing
(penjarangan) dengan fokus produksi kayu. Selanjutnya, seiring dengan
perubahan kebijakan pengelolaan pinus yang berorientasi pada produksi getah,
kegiatan seleksi awal telah dilakukan selama kurun waktu 2002-2009 untuk
memperoleh pohon plus dengan produksi getah yang tinggi. Hasil seleksi untuk
tujuan produksi getah hanya terpilih 110 pohon plus (KBS Cijambu), 90 pohon
plus (KBS Jember) dan 75 pohon plus (KBS Baturaden) sebagai kandidat bocor
getah