TINJAUAN DESAIN INTERIOR

D. TINJAUAN DESAIN INTERIOR

1. Organisasi ruang

Berbagai macam pengorganisasian ruang menurut Francis.D.K. Ching antara lain sebagai berikut :

a. Terpusat

Sumber : Ching, 2000, hal 190 Gambar2.2

Organisasi ruang Terpusat Sumber : Ching, 2000, hal 189

Suatu ruang dominant, dimana pengelompokan sejumlah ruang sekunder dihadapkan. Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang luas dan dominan

b. Linier

Gambar2.3 Organisasi ruang Linier Sumber : Ching, 2000, hal 189

Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-

Organisasi ini juga dapat terdiri dari ruang linier tunggal yang menurut panjangnya mengorganisir sederetan ruang-ruang sepanjang bentangnya yang berbeda ukuran, bentuk atau fungsi. Dalam kedua kasus di atas, tiap-tiap ruang di sepanjang rangkaian tersebut memiliki hubungan dengan ruang luar.

c. Radial

Gambar2.4 Organisasi ruang Radial Sumber : Ching, 2000, hal 190

Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisai ruang yang linier berkembang menurut bentuk jari-jari.

Organisasi ruang radialmemadukan unsur-unsur baik organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah organisasi linierberkembang menurut arah jari-jarinya. Apabila suatu organisasi terpusat adalah sebuah bentuk yang introvert yang memusatkan pandangannya ke dalam ruang pusatnya, maka sebuah organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembang keluar lingkupya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dam menggabungkan dirinya pads unsur-unsur atau benda- benda tertentu pada tapaknya.

d. Cluster

Gambar2.5 Organisasi ruang Cluster Sumber : Ching, 2000, hal 190

Ruang-ruang dikelompokan berdasarkan adanya hubungan atau bersama-sama memanfaatkan ciri atau hubungan visual. Untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian Organisaai dalam bentuk kelompok atau cluster mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. sering kali organisasi ini terdiri dari ruang-ruang selular yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasi. sebuah organisasi kelompok juga dapat menerima di dalam komposisinya, ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan atau alat penata visual seperti kesimetrisan atau sebuah sumbu.

e. Grid

Gambar 2.6 Organisasi ruang Grid Sumber : Ching, 2000, hal 190

Ruang-ruang diorganisir dalam kawasan grid struktural atau grid tiga dimensi lain.Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang dimana posisinya dalam ruangan dan hubungan antar

2. Hubungan antar ruang

a. Ruang di dalam ruang

Sebuah bangunan yang luas dapat melingkupi dan memuat sebuah ruangan lain yang lebih kecil di dalamnya.

b. Ruang-ruang yang saling berkaitan

Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan terdiri dari 2 buah ruang yang kawasannya membentuk volume berkaitan.

c. Ruang-ruang yang bersebelahan

Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang paling umum. Hal tersebut memungkinkan definisi dan respon masing- masing ruang menjadi jelas terhadap fungsi dan persyaratan simbolis menurut cara masing- masing simbolisnya.

d. Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama

2 buah ruang yang terbagi oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan satu sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang pertama. Hubungan akan kedua ruang tersebut menempati satu ruang bersama-sama.

3. Pola sirkulasi

Sirkulasi menurut Francis.D.K. Ching dalam bukunya “Bentuk Ruang dan Susunannya”, adalah :

a. Linear

Gambar2.7 Pola Sirkulasi Linear Sumber : Ching, 2000, hal 221

semua jalan adalah linier, jalan-jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir yang utama untuk satu deretan ruang. Sebagai tambahan, jalan dapat melengkung atau terdiri atas segmen-segmen, memotong jalan lain, bercabang-cabang, membentuk kisaran.

b. Radial

Gambar2.8 Pola Sirkulasi Radial Sumber : Ching, 2000, hal 221

Bentuk Radial memiliki jalan yang berkembang dari atau berhenti sebuah pusat, titik bersama.

c. Spiral

Gambar2.8 Pola Sirkulasi Spiral Sumber : Ching, 2000, hal 221

Sebuah bentuk Spiral adalah sesuatu jalan yang menerus yang berasal dari titik pusat, berputar mengelilinginya dengan jarak yang berubah.

d. Grid

Gambar2.9 Pola Sirkulasi Grid Sumber : Ching, 2000, hal 221

Bentuk Grid terdiri dari dua set jalan-jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat

e. Network

Gambar2.10 Pola Sirkulasi Network Sumber : Ching, 2000, hal 221

Satu bentuk jaringan terdiri dari beberapa jalan yang Satu bentuk jaringan terdiri dari beberapa jalan yang

Untuk menghindarkan orientasi yang membingungkan, suatu susunan herarkis diantara jalur-jalur jalan bisa dicapai dengan membedakan skala, bentuk dan panjangnya.

4. Elemen pembentuk ruang

a. Lantai

Lantai merupakan bagian bangunan yang berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati, bergerak dan gesek. Karakter lantai harus mempunyai daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban yang datang dari segala perabotan, aktivitas manusia dalam ruang dan lain-lain. Selain itu, lantai harus bersifat kaku dan tidak bergetar (Djoko Panuwun, 1994, hal.6). Persyaratan lantai:

1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban diatasnya.

2) Mudah dibersihkan

3) Kedap suara

4) Tahan terhadap kelembaban

5) Memberikan rasa hangat pada kaki dan sebagainya Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat,

yaitu :

1) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet. Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi, sbb:

 Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada penyerapan bunyi.

 Pada kondisi yang sama tumpukan potongan (cut piles) memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan dengan tumpukan lembaran (loop piles).

 Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam tumpukan potongan kain, penyerapan bunyi akan bertambah.  Makin kedap lapisan penunjang (backing), makin tinggi penyerapan bunyi.  Lantai Semi Keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl, aspal dan cor.  Lantai Keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang dipakai sebagai bahan lantai.  Lantai Kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif bahan lantai yang terbuat dari kayu.

b. Dinding

Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai struktur atau hanya sebagai pembatas ruang saja, tergantung dari sistem struktur yang dipakai dalam perencanaannya

(Djoko Panuwun, 1995 : 56). Fungsi dan bentuk dinding terbagi menjadi 2 bagian :

1) Struktur, misalnya :

 Bearing wall dinding yang dibangun untuk menahan tepi dari tumpukan/ urugan tanah.  Load bearing wals dinding untuk menyokong/ menopang balok, lantai, atap dan sebagainya.  Foundation wall dinding yang dipakai di bawah lantai, tingkat dan untuk menopang balok-balok lantai pertama.

2) Non struktural, misalnya :  Party wall dinding pemisah antara dua bangunan yang bersandar pada masing-masing bangunan.  Fire wall dinding yang digunakan sebagai pelindung dari pancaran kobaran api.  Certain or Panels wall dinding yang digunakan sebagai pengisi pada suatu konstruksi rangka baja atau beton.  Partition walL dinding yang digunakan sebagai pemisah dan pembentuk ruang yang lebih kecil didalam ruang yang besar. ( Pamudji Suptandar, 1999 : 145 )

c. Langit-langit (ceiling)

Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup bagian atas. Kesan pertama adalah adanya tinggi rendah ruang, berfungsi sebagai bidang penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler head, audio loudspeaker dan sebagai peredam suara atau akustik (John F. Pile, 1995, hal. 250).

Dasar pertimbangan dalam perencanaan langit-langit

adalah:

1) Fungsi langit-langit Fungsi dari langit-langit selain sebagai penutup ruang juga

sebagai pengatur udara dan ventilasi.

2) Penentuan ketinggian Penentuan ketinggian didasari oleh pertimbangan fungsi,

proporsi ruang, kegiatan ruang, konstruksi dan permainan ceiling.

3) Bentuk penyelesaian Bentuk dan penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan

fungsinya seperti melengkung, berpola, polos, memperlihatkan struktur, dan sebagainya. (Djoko Panuwun, 1999 : 72)

Pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu pendapat yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya berbentuk sederhana, tidak menyolok karena akan mengganggu konsentrasi. Pada ruang pamer, agar menarik pengunjung, dibuat ceiling yang kontras, saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan kesan yang mewah. Dengan melajunya kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan baru di bidang industri bahan bangunan tercipta berbagai material ceiling yang memungkinkan untuk memenuhi segala macam jenis fungsi ruang antara lain :

1) Untuk mencapai kesan alamiah, kayu, anyaman bambu, rotan, dan lain-lain.

2) Untuk gaya klasikal, plat-plat gibs bermotif

3) Untuk mencapai kesan glamour, kaca (antique glass ceiling), kain beludru.

4) Pada rumah-rumah sederhana, eternit polos (bermotif), tripleks (multipleks), dan berbagai jenis softboard/akustik tile.

5) Pada bangunan-bangunan utilitas, beton exposed

6) Pada bangunan-bangunan umum, alumunium, fiber glass sebagai skylight, kaca timah pada gereja-gereja. (Pamudji Suptandar, 1999 : 166)

5. Furniture

Penyusunan furniture harus disesuaikan dengan kebutuhan guna kenyamanan pemakai. Fungsi furniture tidak dapat dipisahkan dengan faktor estetika. Dalam perencanaan kita harus mengetahui Penyusunan furniture harus disesuaikan dengan kebutuhan guna kenyamanan pemakai. Fungsi furniture tidak dapat dipisahkan dengan faktor estetika. Dalam perencanaan kita harus mengetahui

Penyusunan furniture akan menimbulkan berbagai aspek yang berhubungan dengan jenis aktivitas, fungsi, maupun segi-segi visual. Semua ini memiliki kaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain. Setelah semua factor tersebut terperhatikan kemudian meningkat pada tahap berikutnya yaitu bagaimana menerjemahkannya dalam desain. Desain furniture dibagi atas dua kategori :

1) Furniture yang berbentuk case (kotak) termasuk chest, meja tulis, lemari buku dan kursi yang tidak mempunyai pelapis, tipe

furniture semacam ini di Indonesia masih dibuat dari kayu walaupun bahan-bahan lain bertambah populer.

2) Furniture yang dilapisi, misalnya sofa, kursi-kursi yang seluruhnya atau sebagian diberi pelapis termasuk perlengkapan- perlengkapan tidur. (Desain Interior, 1999 : 172)

6. Warna

Warna suatu unsur penting yang telah memberikan perannya dalam kehidupan ini. Menurut Helen Graham (seorang dosen psikologi di Keele University) dalam bukunya “Penyembuhan dengan Warna”, warna adalah kebutuhan kita yang mendasar. Nenek moyang kita menyadari hal ini, dan banyak tradisi penyembuhan kuno dari berbagai kebudayaan mencerminkan adanya kesadaran ini. Penggunaan warna dalam penyembuhan bukanlah hal yang baru. Sekarang bidang ini disebut terapi warna, yang merupakan penemuan kembali dari beberapa prinsip dan praktek yang sudah diketahui sejak zaman dahulu kala. (Helen Graham, Penyembuhan Dengan Warna, 1998, hal 4).

7. Interior Sistem

a. Pencahayaan

Ada 2 jenis pencahayaan, yaitu :

7) Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang berasal dari sinar matahari, sinar bulan, sinar api dan sumber-sumber lain dari alam (fosfor). Sumber pencahayaan alami yang kita gunakan dalam perancangan ruang dalam pada umumnya dipakai pencahayaan sinar matahari.

Pencahayaan alami dapat dibedakan dalam dua macam:  Pencahayaan langsung berasal dari matahari/ secara langsung melalui atap/ vide, jendela, gebting kaca dan lain-lain.  Pencahayaan tidak langsung berasal dari sinar matahari secara tidak langsung. Sistem pencahayaan tersebut banyak kita temui penggunaannya dalam perancangan ruang dalam melalui skylight, permainan bidang kaca dan lain-lain.

8) Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari cahaya buatan manusia. Misalnya cahaya lilin, sinar lampu dan lain-lain.

Jenis-jenis pencahayaan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu :

 Pencahayaan langsung Adalah semua sinar yang langsung memancar dari pusatnya ke arah objek yang disinari. Sistem tersebut banyak menggunakan lampu-lampu sorot untuk menyinari unsur-unsur dekorasi dalam ruang, dapur dan  Pencahayaan langsung Adalah semua sinar yang langsung memancar dari pusatnya ke arah objek yang disinari. Sistem tersebut banyak menggunakan lampu-lampu sorot untuk menyinari unsur-unsur dekorasi dalam ruang, dapur dan

Adalah jika sinar yang memancar langsung dari sumbernya terlebih dahulu melalui suatu bahan atau material yang akan menyebarkan sinar tersebut dalam area lebih besar dari sumbernya sendiri.

 Pencahayaan khusus Sistem pencahayaan khusus dibutuhkan untuk jenis pekerjaan-pekerjaan tertentu. Misalnya pencahayaan di ruang operasi, lampu sorot di ruang pameran, dan sebagainya. (Pamudji Suptandar, 1999 )

Contoh sumber cahaya, antara lain adalah :  Lampu Pijar (Incandescent) Lampu pijar terdiri dari 3 pokok, yaitu basis, filamen (benang pijar) dan bola lampu. Besarnya aliran cahaya yang dihasilkan oleh lampu pijar yang sedang menyala tergantung pada suhu filamennya. Dengan memperbesar input tenaga, suhu filamen meningkat, radiasi bergeser ke arah gelombang cahaya lebih pendek dan lebih banyak cahaya tampak lebih putih. Pengendalian lampu pijar sebagai sumber cahaya umumnya dengan melapisi

bola lampu dengan maksud mendifusikan cahaya dan diperoleh cahaya.  Lampu halogen Pada prinsipnya lampu halogen termasuk ke dalam lampu pijar karena prinsip kerjanya mirip dengan lampu pijar. Dengan daya yang sama dengan lampu pijar, cahaya yang dihasilkan lampu halogen lebih terang dan lebih putih dibandingkan dengan lampu pijar. Oleh karena itu cahaya lampu halogen dapat memunculkan warna asli dari objek yang dikenai cahaya.  Lampu Fluorecent Bentuk lampu ini dapat berupa tabung maupun bola. Lampu jenis ini merupakan salah satu pelepas listrik yang berisi gas air raksa bertekanan rendah. Lampu fluoresent generasi terbaru penggunaan listriknya semakin efisien (mencapai 80 lumen per watt) dan distribusi speltralnya (pancaran panjang gelombang cahaya) mendekati grafik kepekaan mata, sehingga tidak terjadi penyimpangan warna.  Lampu HID (Hide Intensity Discharge )

Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam. Lampu mercury menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam tabung kaca atau kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi. Efikasinya antara 40-60 lm/watt. Dibutuhkan waktu antara 3-8 menit untuk menguapkan merkuri sebelum menghasilkan cahaya maksimal. Karena hal itulah, disebut lampu metal halid

 Lampu metal halide Lampu metal halide menghasilkan cahaya putih dengan kualitas warna yang baik dan terseedia dalam berbagai ukuran. Lampu metal halide standar cenderung memiliki

temperatur warna dari 3700 hingga 4100K dan tampak terlihat dingin dan sedikit kehijauan. Indeks penampilan warnanya adalah 65 hingga 70. Lampu metal halide standar khususnya digunakan dimana warna bukanlah hal yang penting, seperti arena olahraga, tempat parkir, pencahayaan taman, dan lampu sorot.  Lampu sodium Dua jenis lampu sodium yaitu lampu sodium bertekanan tinggi/ high-pressure sodium (HPS) dan lampu sodium bertekanan rendah/ low-pressure sodium (LPS). Warna cahaya lampu sodium cenderung kekuningan. Lampu HPS menampilkan warna cahaya merah jambu keemasan yang cenderung menciptakan ruang dengan warna yang sangat coklat atau warna berkualitas rendah.  Lampu uap merkuri Lampu uap merkuri adalah jenis lampu yang lebih lama dari jenis lampu lainnya yang tetap digunakan sebagai lampu jalan dan lampu keamanan. Akan tetapi, dibandingkan dengan lampu HID lainnya, lampu uap merkuri relatif kurang dalam segi warna cahaya dan efisiensi energi yang rendah. Lampu ini hampir tidak pernah digunakan dalam konstruksi bangunan baru. ( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 10)

Atribut yang paling penting dari pencahayaan pada sebuah restoran/ cafe adalah kemampuan untuk menciptakan karakter atau suasana. Tujuan ini biasanya berjalan bersamaan dengan desain interior

restoran/cafe,

yang

seringkali cenderung mengekspresikan tema atau suasana khusus. Pada restoran/ cafe bertema, kecenderungannya adalah menggunakan banyak pencahayaan dekorasi bertema seperti lentera, lampu gantung dan chandelier. Gaya seringkali cenderung mengekspresikan tema atau suasana khusus. Pada restoran/ cafe bertema, kecenderungannya adalah menggunakan banyak pencahayaan dekorasi bertema seperti lentera, lampu gantung dan chandelier. Gaya

( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 106) Pencahayaan di dalam merchandise shop merupakan prioritas utama, karena merupakan salah satu unsur yang dapat memberikan kesan

menarik pada obyek yang dipamerkan. Unsur pencahayaan pada display biasanya menggunakan teknik pancahayaan yang dibuat-buat dan memberikan efek yang dapat menambah suatu obyek yang dipamerkan menjadi lebih indah. Untuk memberikan efek yang menarik, maka pencahayaan buatan baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam ruang menggunakan berbagai macam jenis lampu khusus. Pemilihan lampu yang digunakan untuk pencahayaan buatan di dalam merchandise shop sangat efektif, namun tidak lepas dari standar penerangan yaitu cara penyinaran. Macammacam cara pemasangan lampu sebagai berikut :

1) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot terarah yang

mengarah ke bawah.

Susunan lampu di atas digambarkan sebagai susunan lampu yang teratur di langit-langit yang akan memberikan kesan berbeda-beda sesuai dengan ruangan yang diberi penerangan.

2) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot dinding rel aliran Lampu di atas, dipasang terutama pada bagian ruang

pameran dan galeri. Penerangannya dibuat secara vertikal sebesar 50 lux dan 300 lux yang harus dicapai sebagai spesifikasi khusus di daerah pameran. Untuk pemilihan pameran dan galeri. Penerangannya dibuat secara vertikal sebesar 50 lux dan 300 lux yang harus dicapai sebagai spesifikasi khusus di daerah pameran. Untuk pemilihan

3) Pemasangan cahaya dengan lampu sorot rel aliran Pada lampu sorot di atas, dipasang dengan sudut penyinaran yang lebih disukai yaitu 10 o , 30 o , 90 o (lampu sorot) yang dilindungi IR dan UV serta memiliki filter warna.

4) Pemasangan cahaya dengan memasukkan cahaya sesuai dengan keinginan terhadap objek dan zona dinding, yaitu dengan sudut 30 o (optimum) dan 40 o . Pemasangan lampu tersebut dapat dilihat gambar di (Ernst Neufert, 1996 : 131) bawah ini, antara lain sebagai berikut :

b. Penghawaan

Penghawaan merupakan faktor terpenting dalam proses pergantian udara. Udara kotor dapat diganti dengan udara bersih melalui pintu dan jendela. Tingkat kepuasan penghawaan dapat dicapai dari proses mendinginkan udara mencapai temperatur dan kelembaban distribusi udara dalam ruang dapat diperhatikan pada tingkat keadaan yang diinginkan (John F. Pile, 1995, hal.414)

Jenis penghawaan berdasarkan sumbernya ada 2 macam,

yaitu :

1) Penghawaan Alami

Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (natural). Penghawaan alami di dalam suatu ruangan maka harus diperhatikan ventilasi silang, yang merupakan ventilasi horizontal yang terbuka dari 2 arah yang berhadapan. Untuk itu perlu direncanakan secara cermat dan baik agar penghawaan alami yang dipergunakan ini sesuai dengan kebutuhan.

2) Penghawaan Buatan

Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan manusia. Penghawaan buatan diperlukan pada ruang serba guna karena tidak memungkinkan perlubangan-perlubangan yang dapat mengakibatkan kebocoran suara sehingga tercipta kondisi akustik yang tidak baik. Penghawaan buatan dalam hal ini adalah penghawaan Air Conditioner (AC) yang macamnya terdiri dari :

Window Unit yaitu AC yang digunakan pada ruang-ruang kecil dimana sistem mekanisnya terdapat dalam suatu unit kompak

Split Unit yaitu AC yang digunakan untuk 1 atau beberapa ruang. Sedangkan kelengkapan untuk evaporator terpisah pada tiap ruang Central AC yaitu AC yang digunakan untuk ruang luas dan perlengkapan keseluruhannya terletak di luar ruangan, kemudian didistribusikan ke ruang-ruang melalui ducting dan berakhir dengan aliran diffuser (Pamuji Suptandar, 1982, hal.85)

Penggunaan AC bertujuan menjaga temperatur, kelembababn dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat keadaan yang diinginkan. (John F. Pile, 1980, hal.414)

c. Sistem Akustika

Akustika adalah cabang dari ilmu fisika yang menyelidiki dan mempelajari penghasilan, pengendalian, penyampaian, Akustika adalah cabang dari ilmu fisika yang menyelidiki dan mempelajari penghasilan, pengendalian, penyampaian,

Ruang yang baik adalah ruang yang sesuai menjawab kebutuhannya dari salah satu faktornya adalah mengenai gangguan seperti bsising, gema, gaung dan sebagainya. Penanganan gangguan yang terjadi dalam ruang menjadikan menjadikan perlunya kualitas akustik yang sebaik-baiknya. Akustik dapat mengatasi maslah teknis yang berhubungan langsung dengan suatu desain interior, antara lain tingkat bunyi yang berlebihan, perlindungan privasi ruang, tingkat kejelasan pencakupan dengan latar belakang suara dan pengadaan suara latar yang sesuai dengan situasi tertentu (John F. Pile, 1980, hal. 421).

Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan mengurangi bunyi yang sifatnya mengganggu, kemudian mengatur sistem bunyi tata suara agar bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan, serta menjaga kontinuitas bunyi dan perambatannya dalam ruang-ruang khusus yang menghendaki sistem akustik spesifik.

Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi.Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari alam.

Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam gedung rapat akan sangat memengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara.

Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :

Perubahan suara karena pemantulan dan Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.

Dibutuhkan seorang ahli yang berlandaskan teori perhitungan dan pengalaman lapangan untuk mewujudkan sebuah ruang yang ideal, seperti home theatre, ruangan karaoke, raung rekaman , ruang pertemuan dan sejenisnya termasuk ruang tempat ibadah.

Pengukuran jangkah frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan dengan bantuan sebuah RTA (Real Time Analyzer) untuk mengetahui dan menentukan frekuensi pantulan atau ketembusan, sehingga dapat ditentukan jenis material penyerap suara yang digunakan.

Gambar2.12 Sistem Akustika

Sumber : jokosarwono.wordpress.com

Akustik ruang

Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan, misalnya TraFlex. Mempunyai banyak variant produk yang memungkinkan untuk membuat hasil yang optimal. Tipe TraFlex

10.15, dengan spesifikasi alfa=0,7 pada 300Hz-16KHz, sangat efektif jika digunakan untuk memperjelas suara.

Gambar2.13 Sistem Akustika 2

Sumber : jokosarwono.wordpress.com

Dalam sebuah ruangan tertutup, jalur perambatan energi akustik adalah ruangan itu sendiri. Oleh karena itu, pengetahuan tentang fenomena suara yang terjadi dalam ruangan akan sangat menentukan pada saat diperlukan pengendalian kondisi mendengar pada ruangan tersebut sesuai dengan fungsinya. Fenomena suara dalam ruangan dapat digambarkan pada sketsa berikut:

Gambar2.14 Sistem Akustika 3

Sumber : jokosarwono.wordpress.com

Dari sketsa tersebut, dapat dilihat bahwa pada setiap titik pengamatan atau titik dimana orang menikmati suara (pendengar) akan dipengaruhi oleh 2 komponen suara, yaitu komponen suara langsung dan komponen suara pantul. Komponen suara langsung adalah komponen suara yang sampai ke telinga pendengar langsung dari sumber. Besarnya energi suara yang sampai ke telinga dari komponen suara ini dipengaruhi oleh jarak pendengar ke sumber suara dan pengaruh penyerapan energi oleh udara. Komponen suara pantul merupakan komponen suara yang sampai ke telinga pendengar setelah suara berinteraksi dengan permukaan ruangan disekitar pendengar (dinding, lantai dan langit-langit). Total energi suara yang sampai ke telinga

tentu saja akan dipengaruhi kedua komponen ini. Itu sebabnya komponen suara pantul akan sangat berperan dalam pembentukan persepsi mendengar atau bias juga disebutkan karakteristik akustik permukaan dalam ruangan akan sangat mempengaruhi kondisi dan persepsi mendengar yang dialami oleh pendengar. Ada 2 ekstrim yang berkaitan dengan karakteristik permukaan dalam ruangan, yaitu apabila seluruh permukaan dalam ruangan bersifat sangat menyerap dan seluruh permukaan dalam ruangan bersifat sangat memantulkan energi suara yang sampai kepadanya. Bila permukaan dalam ruang seluruhnya sangat menyerap, maka komponen suara yang sampai ke pendengar hanyalah komponen langsung saja dan ruangan yang seperti ini disebut ruang anechoic (anechoic chamber). Sedangkan pada ruang yang seluruh permukaannya bersifat sangat memantulkan energi, maka komponen suara pantul akan jauh lebih dominant dibandingkan komponen langsungnya, dan biasa disebut sebagai ruang dengung (reverberation chamber) . Ruangan yang kita gunakan pada umumnya berada diantara 2 ekstrim itu, sesuai dengan fungsinya. Ruang Studio rekaman misalnya lebih mendekati ruang anechoic, sedangkan ruangan yang berdinding keras lebih menuju ke ruang dengung. Desain akustik ruangan tertutup pada intinya adalah mengendalikan komponen suara langsung dan pantul ini, dengan cara menentukan karakteristik akustik permukaan dalam ruangan (lantai, dinding dan langit-langit) sesuai dengan fungsi ruangannya. Ada ruangan yang karena fungsinya memerlukan lebih banyak karakteristik serap (studio, Home Theater, dll) dan ada yang memerlukan gabungan antara serap dan pantul yang berimbang (auditorium, ruang kelas, dsb). Dengan mengkombinasikan beberapa karakter permukaan ruangan, seorang desainer akustik dapat menciptakan berbagai macam kondisi mendengar sesuai dengan fungsi ruangannya, yang diwujudkan dalam bentuk parameter akustik ruangan.

Karakteristik akustik permukaan ruangan pada umumnya dibedakan atas:

Bahan Penyerap Suara (Absorber) yaitu permukaan yang terbuat dari material yang menyerap sebagian atau sebagian besar energi suara yang datang padanya. Misalnya glasswool, mineral wool, foam. Bisa berwujud sebagai material yang berdiri sendiri atau digabungkan menjadi sistem absorber (fabric covered absorber, panel absorber, grid absorber, resonator absorber, perforated panel absorber, acoustic tiles, dsb). Bahan Pemantul Suara (reflektor) yaitu permukaan yang terbuat dari material yang bersifat memantulkan sebagian besar energi suara yang datang kepadanya. Pantulan yang dihasilkan bersifat spekular (mengikuti kaidah Snelius: sudut datang = sudut pantul). Contoh bahan ini misalnya keramik, marmer, logam, aluminium, gypsum board, beton, dsb. Bahan pendifuse/penyebar suara (Diffusor) yaitu permukaan yang dibuat tidak merata secara akustik yang menyebarkan energi suara yang datang kepadanya. Misalnya QRD diffuser, BAD panel, diffsorber dsb (www.rpginc.com) .

Dengan menggunakan kombinasi ketiga jenis material tersebut dapat diwujdukan kondisi mendengar yang diinginkan sesuai dengan fungsinya. Parameter akustik yang biasanya digunakan dalam ruangan tertutup secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu parameter yang

bersifat temporal monoaural yang bisa dirasakan dengan menggunakan satu telinga saja (atau diukur dengan menggunakan single microphone) dan parameter yang bersifat spatial binaural yang hanya bisa dideteksi dengan 2 telinga secara simultan (atau diukur menggunakan 2 microphone secara simultan).

Yang termasuk dalam parameter tipe temporal-monoaural diantaranya adalah:

Waktu dengung (T atau RT), yaitu waktu yang diperlukan energi suara untuk meluruh (sebesar 60 dB) sejak sumber suara dimatikan. Parameter ini merupakan parameter akustik yang paling awal digunakan dan masih merupakan parameter yang paling populer dalam desain ruangan tertutup. Waktu dengung

yang digunakan dalam desain misalnya RT 60 , T 20 , T 30 (subscript menunjukkan rentang decay yang digunakan untuk mengestimasi peluruhan energinya) dan EDT (yang berbasis pada peluruhan pada 10 dB awal). Parameter terakhir lebih sering digunakan karena mengandung informasi yang signifikan dari medan suara yang diamati. Harga parameter ini akan dipengaruhi oleh fungsi ruangan, volume dan luas permukaan ruangan serta berbeda-beda untuk setiap posisi pendengar. Misalkan untuk ruangan studio perlu < 0.3 s, ruang kelas 0.7 s, ruang konser 1.6 – 2.2 s, masjid 0.7 – 1.1 s, katedral 2 s dsb. Clarity, yaitu perbandingan logaritmik energi suara pada awal

50 atau 80 ms terhadap energi suara sesudahnya. Diwujudkan dalam parameter C80 untuk musik dan C50 untuk speech. Parameter ini berkaitan dengan tingkat kejernihan sinyal suara yang dipersepsi oleh pendengar dalam ruangan. (standard yang digunakan berharga -2 sd 8 dB) Intelligibility, yaitu perbandingan energi awal 50 ms terhadap energi totalnya. Biasa dinyatakan sebagai D50 dan lebih banyak digunakan untuk menyatakan kejelasan suara pengucapan (speech). Harga yang disarankan adalah > 55%. (parameter terkait adalah STI atau RASTI atau %Alcons). Intimacy, yang ditunjukkan dengan perbedaan waktu datang suara langsung dengan pantulan awal pada setiap titik

Harga yang disarankan secara umum adalah < 35 ms (yang paling disukai 15-20 ms). Nilai tersebut masih dipengaruhi juga oleh cepat lambatnya (rhytm) sumber suaranya..

Yang termasuk dalam parameter type spatial-binaural adalah LEF dan IACC. LEF didapatkan dengan membantingkan pengukuran Impulse Response ruangan menggunakan 2 buah microphone yang diletakkan secara berdekatan, satu microphone dengan patern omnidirectional dan yang lainnya berpola Figure of Eigth. Sedangkan IACC didapatkan dengan pengukuran impulse response menggunakan 2 microphone yang ditanamkan dalam 2 telinga manusia (atau kedua telinga tiruan kepala manusia, dummy head). Dari kedua parameter ini dapat diturunkan parameter envelopment dan lebar staging/sumber (apparent source width ). Konsep diatas biasanya lebih banyak diterapkan dalam ruangan besar. Untuk ruangan kecil seperti studio, sebuah parameter lagi perlu diperhatikan yaitu distribusi modes (frekuensi resonansi) ruangan terutama pada frekuensi-frekuensi rendah .

Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang terdapat

3 faktor yang harus diperhatikan yaitu :

1) Bunyi Langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang berjalan langsung mencapai pendengaran

2) Bunyi Pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang dalam pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih dahulu mengenai bidang pantul

3) Bunyi Serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena material absorbsi (Prasasto Satwiko, 2004, hal.129)

Kualitas dan kuantitas suara dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

1) Permukaan pantul. Baik permukaan lantai, dinding, plafon, dan

benda-benda dalam ruang.

2) Konstruksi dan bahan bangunan.

3) Luas dan fungsi ruang.

4) Pengaruh lingkungan.

Untuk mengatasi suara yang tidak kita inginkan dapat mengunakan peredam suara yaitu dengan cara menggunakan perangkat alat untuk mengurangi arau menghambat getaran suara. Saat ini cara yang paling efektif atau umum untuk meredam kebisingan adalah dengan mencegat atau memutus perambatan bunyi. Meskipun demikian baru-baru ini telah diketemukan teknologi baru yang meredam bunyi justru dengan menimbulkan bunyi lain.

Akustik Studio Akustik studio membutuhkan perhatian khusus karena

sangat berpengaruh pada pembentukan ruang sehingga dapat menghasilkan studio yang baik dalam bentuk layout, volume ruang, maupun dalam penentuan material akustik yang dapat menyesuaikan diri dengan peralatan dan persyaratan akustik yang dituntut oleh masing-masing jenis kegiatan.

Batas-batas dan Persyaratan Kenikmatan Audio Hubungan empiris antara volume ruang

auditorium , jumlah penyerapan oleh material bangunan dan kuantitas waktu reverberant bunyi, yaitu :

RT = k(V/Sa)

Dalam penanganan desain akustik dalam ruangan ada beberapa faktor yang seharusnya diperhatikan untuk Dalam penanganan desain akustik dalam ruangan ada beberapa faktor yang seharusnya diperhatikan untuk

1) Bentuk bidang pembatas ruang yaitu dinding, lantai ataupun langit- langitnya.

2) Bahan bidang pembatas ruang, terutama untuk mengenal karakter bahan yang kita akan pergunakan dalam ruang tersebut perlu untuk dimengerti. Secara umum dibedakan :

 Penyerapan nada-nada tinggi

Yaitu Bahan-bahan yang mengandung banyak hawa udara atau berpori-pori- lembut. Misalnya serabut gelas, serabut kayu, serabut kelapa, bahan sintesisi berbentuk busa dan sebagainya. Semakin berpori semakin ringanlah bahan dan semakin bagus sebagai penyerap nada- nada tinggi.  Penyerapan nada-nada menengah dan rendah

Penyerap nada-nada menengah dan rendah (gelombang panjang) bekerja pada prinsip pengubahan energi bunyi ke energi mekanis, yaitu gerak getaran suatu selaput, membran atau pelat yang relatif tipis tetapi padat dan karenanya bisa bergetar secepat mungkin, sehingga banyak energi bunyi diubah menjadi getaran selaput/resonator.

8. Sistem Keamanan

Sistem pengamanan terhadap kegiatan yang berlangsung menggunakan sistem sekuriti, CCTV ( Closed Circuit Television ) dan Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu). CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor suatu ruang melalui layar televisi/monitor, yang menampilkan gambar dari rekaman kamera yang dipasang pada setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Semua kegiatan dapat dimonitor di ruang khusus.

Pada sistem pengamanan terhadap fisik bangunan berupa pengamanan terhadap bahaya kebakaran.

1) Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah :

a) Sistem pendeteksi awal  Smoke detektor. Alat ini bekerja bila suhu

mencapai70 0 C.

 Fire alarm sistem. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada api atau panas pada suhu 135 0 C - 160 0 C

b) Fire estinguisher

c) Sprinkler Penempatan titik – titik sprinkler harus disesuaikan dengan standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler dapat melayani luas area 10-20 m dengan ketinggian ruang 3 m. Ada beberapa cara pemasangan sprinkler seperti dipasang di bawah plafon atau di pasang pada dinding. Kepala sprinkler yang dipasang dekat dinding, harus mempunyai jarak tidak boleh lebih dari 2,25m dari dinding

d) Hidrant Kebakaran

Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air.

Gambar2.15 Hidrant kebakaran Sumber :www.webdesign.com

Dalam usaha memadamkan kebakaran selain api faktor utama yang harus diperhatikan adalah asap. Untuk mancegah mengalirnya asap kemana-mana diperlukan alat-alat seperti :

a) Fire damper

Alat untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera menutup pipa-pipa tersebut.

b) Smoke & heat ventilating

Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat mengalir keluar, sehingga para petugas pemadam kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut.

c) Vent & exhaust Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan dibuka pintunya. Dapat pula dipasang di dalam tangga, secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk memberikan tekanan pada udara di dalam ruang tangga.

Macam-macam system pemadaman yaitu sebagai berikut:

a) Penguraian, yaitu memisahkan atau menjauhkan benda-benda

yang dapat terbakar.

b) Pendinginan, yaitu penyemprotan air pada benda-benda yang

terbakar.

c) Isolasi atau lokalisasi, yaitu dengan cara menyemprotkan bahan

kimia CO2. Blasting affect system, yaitu dengan cara memberikan tekanan yang tinggi, misalnya dengan jalan meledakkan bahan peledak

2) Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia (pencurian) diterapkan dengan :

 Sistem sekuriti  CCTV (Close Circuit Television) dan CCTV putar  Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu).  Signal sensor