BENDA-BENDA DI SEK ITAR SEBAGAI SUMBER IDE DALAM KARYA SENI LUKIS

BENDA-BENDA DI SEK ITAR SEBAGAI SUMBER IDE DALAM KARYA SENI LUKIS

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Jurusan Seni Rupa Murni

Disusun Oleh:

JONI SUSANTO NIM. C. 0606015

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

BENDA BENDA DI SEKITAR SEBAGAI SUMBER IDE DALAM KARYA SENI LUKIS

Disusun Oleh: JONI SUSANTO NIM. C. 0606015

Telah disetujui oleh pembimbing Tanggal: ...........................

Pembimbing 1

Dr. Narsen Afatara, MS. NIP. 195007111979031004

Pembimbing 2,

Drs. R. Suatmadji, M.Sn. NIP 195203251980101001

Mengetahui, Ketua Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret,

Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn. NIP. 195103221985031001

BENDA BENDA DI SEKITAR SEBAGAI SUMBER IDE DALAM KARYA SENI LUKIS

Disusun Oleh: JONI SUSANTO NIM. C. 0606015

Telah disetujui oleh Tim Penguji Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Pada tanggal: .............................................................

Dewan Penguji,

Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn.

NIP. 195103221985031001

Sekretaris Sigit Purnomo Adi, S.Sn.M sn. … …………………………

NIP .198203162005011003

Penguji I Dr. Narsen Afatara, MS. .……………………………

NIP. 195007111979031004

Penguji II Drs. R. Suatmadji, M.Sn. .……………………………

NIP 195203251980101001

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret,

Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D NIP. 196003281986011001

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada:

v Ketua Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa. v Bapak dan ibuku tersayang. v Teman–teman agnkatan 2006 v Segenap keluarga besar seni rupa. v Almamater.

PERNYATAAN

Nama: Joni Susanto NIM. C. 0606015

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa konsep pengantar karya TA berjudul Benda-benda di Sekitar Sebagai Sumber Ide Dalam Karya Seni Lukis adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal- hal yang bukan karya saya, dalam konsep pengantar karya ini diberi citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan konsep pengantar karya TA dan gelar yang diperoleh dari konsep pengantar karya ini dicabut.

Surakarta, 29 Juni 2012

Yang membuat pernyataan,

Joni Susanto Nim. C. 0606015

MOTTO

Jangan berjiwa miskin, terbukti kita masih sulit bersikap memiliki sesuatu

(penulis)

Kembali bersabar di ujung batas kesabaran

(penulis)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat- Nya sehingga Tugas Akhir ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Tak lupa shalawat dan salam diperuntukkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang memberikan suri tauladan kepada umat manusia. Tugas Akhir ini penulis buat guna memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Program Strata satu. Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Banyak perjuangan berharga yang telah penulis dapatkan selama mengerjakan tugas akhir ini yang dalam hal ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Riyadi Santoso, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa. 2. Drs. Agustinus Sumargo, M.sn. Selaku Ketua jurusan Seni Rupa Murni. 3. Dr. Narsen Afatara. MS, selaku pembimbing I 4. Drs.R.Suatmadji, M.sn, selaku pembimbing II 5. Teman-teman Seni Rupa Murni UNS. 6. Keluarga besar Seni Rupa Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS. 7. Bapak, Ibu, dan Kakak Adik, atas doa dan dukungannya. 8. Diastanti Rahma yang membuatku intropeksi diri karenamu.

Surakarta, 27 juni 2012

penulis

BAB III: KONSEP PENCIPTAAN

A. Implementasi Teori ................................................................................... 22 B. Implementasi Visual ................................................................................. 29 C. Diskripsi Karya ……………………………………………………….. 52

BAB IV: PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

ABSTRAK

Joni Susanto. C0606015. 2012. Benda-benda di Sekitar Sebagai Sumber Ide Dalam Karya Seni Lukis. Tugas Akhir: Program Studi Seni Lukis Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini, yaitu (1) Bagaimana pemahaman tentang benda-benda di sekitar? (2) Bagaimana merumuskan gagasan penciptaan karya seni dengan subjekmatter benda-benda?(3) Bagaimana mewujudkan sumber ide benda-benda di sekitar dalam karya seni lukis?

Tujuan Tugas Akhir ini adalah (1) Mendeskripsikan pemahaman tentang benda-benda di sekitar sebagai sumbe ide dalam karya seni lukis. (2) Menghadirkan benda-benda di sekitar sebagai subjectmatter dalam karya seni lukis.(3) Merumuskan konsep benda-benda di sekitar dalam karya seni lukis

Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah diskripsi kualitatatif dengan pendekatan, Implementasi Teoritik dan Implementasi Visual. Implementasi Teori memaparkan sejumlah pengalaman, pengamatan dan perenungan terhadap benda-benda yang di temukan yang memberikan ide dalam berkarya. Yaitu benda-benda di skitar untuk menggambarkan potret peristiwa- peristiwa di masyarakat. Implementasi visual menjelaskan konsepsi visual dari karya tersebut, aspek-aspek visual dalam karya ini bersifat simbolik dari persepsi penulis dimana menampilkan benda-benda disekitar kita yang menjadi simbol pengungkapan konsep karya, yang menggambarkan sebagian peristiwa yang terjadi di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Manusia kadang kurang memperhatikan, bahwa di sekitar kita terdapat bermacam-macam benda buatan manusia dengan masing-masing fungsinya. Dari sekian banyaknya jenis benda tersebut, manusia sampai kesulitan bahkan lupa nama, bentuk, dan keberadaannya tanpa melihat wujudnya. Dari sekian banyak benda tersebut beberapa memiki sisi menarik dan artistik untuk diperhatikan dan dimaknai. Disamping itu benda-benda mati di sekitar bisa memperkaya subjectmatter dalam penciptaan karya seni. Dengan memberi sentuhan imajinasi terhadap benda-benda yang memberikan ide, untuk mencapai sebuah subjectmatter yang diinginkan. Karena dengan imajinasi kita dapat mengembangkan sesuatu dari kesederhanan menjadi lebih bernilai dalam pikiran,s ia dapat mengembangkan sesuatu dari ciptaan Tuhan dalam pikirannya. Dengan tujuan untuk mengembangkan suatu hal yang lebih bernilai dalam bentuk benda atau sekedar terlintas dalam benak. (Alfan Arrusuli, 2001: 32)

Gagasan ini bagi penulis memiliki sisi menarik yaitu dapat dijadikan sebagai pemerkaya objek dan ide gagasan dalam penciptaan karya seni. Penulis menyadari ternyata dengan memperhatikan secara lebih lanjut tentang asal usul benda tersebut, kenapa benda-benda itu di buat oleh manusia?, bagaimana fungsinya? Dari bahan apa benda itu di buat? Bagaimana keterkaitan sifat benda Gagasan ini bagi penulis memiliki sisi menarik yaitu dapat dijadikan sebagai pemerkaya objek dan ide gagasan dalam penciptaan karya seni. Penulis menyadari ternyata dengan memperhatikan secara lebih lanjut tentang asal usul benda tersebut, kenapa benda-benda itu di buat oleh manusia?, bagaimana fungsinya? Dari bahan apa benda itu di buat? Bagaimana keterkaitan sifat benda

karya seni lukis. Mengenai pemvisualisasian digambarkan dengan

menggabungkan benda satu dan benda lainya yang masih mempunyai hubungan dalam fungsi. Dengan cara mendistorsi, mendeformasi dan merangkai wujud asli untuk mencapai subjectmatter yang diinginkan. Dari sumber ide ini penulis bermaksud menciptkan karya seni yang berangkat dari benda benda disekitar sebagai objek utama, untuk menggambarkan potret realita masyarakat saat ini. Dari bentuk-bentuk yang ditemukan tentunya akan menjadi keartistikan dan makna visual tersendiri dalam keragaman karya-karya seni lukis.

B. BatasanMasalah

Dari sumber ide ini akan penulis fokuskan, menjadi subjectmatter yaitu benda-benda di sekitar untuk mengekpresikan potret realita masyarakat dari berbagai bidang.

C.RumusanMasalah

1. Bagaimana pemahaman tentang benda-benda di sekitar.?

2. Bagaimana merumuskan gagasan penciptaan karya seni dengan subjectmatter benda benda di sekitar.?

3. Bagaiman mewujudkan sumber ide benda benda di sekitari dalam karya seni. lukis.?

D. TujuanPenulisan

1. Mendeskripsikan pemahaman tentang benda-benda ciptaan manusia sebagai sumber ide dalam karya seni lukis.

2. Menghadirkan benda-benda ciptaan manusia sebagai subjectmatter dalam karya seni lukis.

3. Merumuskan konsep benda-benda ciptaan manusia dalam karya seni lukis.

E. ManfaatPenulisan

1. Sebagai suatu bentuk pengaktualisasian diri penulis di bidang kesenian terutama seni rupa.

2. Untuk memperkaya referensi objek seni lukis penulis.

3. Memperkaya dan memberi referensi bagi perkembangan seni rupa dunia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengalaman Terhadap Lingkungan

Lahirnya ide bisa berawal dari sebuah renungan terhadap pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seorang pelukis. Pengalaman, dalam pengertiannya dapat berarti pengalaman masa lalu, pengalaman dari bahan bacaan, serta pengalaman pendengaran, maupun penglihatan segala seuatu yang terjadi di sekitarnya (lingkunganya)

Terlebih bagi manusia secara kejiwaan akan tergantung terhadap dorongan hidup yang mendasar, perasaan pikiran, kemauan dan fantasi. Dengan dorongan kejiwaan inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan lingkungan sekitarnya, dengan jalan memberi penilaian terhadap objek dan kejadian (Jujun S.Suriaasumantri, 1985:262).

Problema kehidupan tersebut muncul karena interaksi manusia dan lingkungannya, seperti yang dikatakan Sastro Pratijo bahwa manusia yang hidup dalam lingkungan akan berpengaruh dan dipengaruhi lingkungannya. Gejala- gejala yang ada di luar dirinya dan dalam lingkup kemampuan jangkauan, merangsang dirinya untuk memberikan tanggapan (Sastro Pratijo,1983:72).

Pengertian lingkungan secara umum adalah semua benda dan seluruh Pengertian lingkungan secara umum adalah semua benda dan seluruh

Kierkegaard menyatakan bahwa hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis, dan religius. Dengan kehidupan estetis manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkannya kembali dalam lukisan-lukisan yang indah-indah, tarian yang mempesonakan dan lain-lainya. Dengan kehidupan etis manusia meningkatkan kehidupan estetisnya itu ke dalam tingkat, tingkatan manusiawi dalam bentuk- bentuk keputusan yang bebas dan dipertanggungjawabkan . Dengan demikian hidup manusia mendapatkan kualifikasinya yang langgeng. Hidup manusia bukan sekedar menarik beban dari waktu ke waktu, seperti seekor kuda menarik keretanya, tetapi sadar diusahakan mengarah pada tujuan dan dengan demikian dipenuhi dengan arti teolologis (Soerjanto Poespowardojo.1987:6).

Soerjanto Poespowardojo mengatakan : untuk lebih jelasnya memahami manusia sebaik mungkin, sewajarlah kita menempatkan manusia dalam konteks kebudayaan. Hal ini tampak jelas, oleh karena kebudayaan merupakan lingkup dimana manusia harus hidup. Dalam kebudayaanlah tercermin segala kenyataan Soerjanto Poespowardojo mengatakan : untuk lebih jelasnya memahami manusia sebaik mungkin, sewajarlah kita menempatkan manusia dalam konteks kebudayaan. Hal ini tampak jelas, oleh karena kebudayaan merupakan lingkup dimana manusia harus hidup. Dalam kebudayaanlah tercermin segala kenyataan

Dalam kebudayaan tercakup hal-hal bagaiman persepsi manusia terhadap dunia, lingkungan serta masyarakatnya, seperangkat nilai-nilai yang menjadi landasan pokok untuk menentukan sikap terhadap dunia luarnya dan bahkan untuk memotivasi setiap langkah yang hendak dan harus dilakukanya sehubungan dengan itu pola hidup serta tata cara kemasyarakatan. Dengan demikian kebudayaan menunjukan identitas serta integritas seseorang atau suatu bangsa. Dalam kebudayaanlah tertuang segala kekayaan serta mutu hidup suatu bangsa, dengan pengolahan benda-benda dunia menjadi manusiawi serta penciptaan sarana-sarana yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidupnya dengan baik.

Menurut Geertz, kebudayaan merupakan pengetahuaan manusia yang diyakini akan kebenaranya oleh orang yang bersangkutan dan yang diselimuti dan menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi manusia dan menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang bersih dan kotor, dan sebagainya. Hal ini terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai -nilai moral, yang sumbernya adalah pandangan hidup dan etos atau sistem yang dipunyai oleh setiap manusia (Parsudi Suparlan,1981: 238).

Manusia bukan saja membutuhkan makan dan minum, sandang dan papan, melainkan memerlukan juga kehangatan juga keakraban hubungan antar sesama manusia, tidak dibatasi pada benda-benda materiil, melainkan mencakup Manusia bukan saja membutuhkan makan dan minum, sandang dan papan, melainkan memerlukan juga kehangatan juga keakraban hubungan antar sesama manusia, tidak dibatasi pada benda-benda materiil, melainkan mencakup

Bentuk-bentuk hubungan tersebut melahirkan berbagai simbol dalam kehidupan manusia. Seorang pengantin mengenakan cincin pada jari teman hidupnya sebagai tanda kesetiaan. Pada hari ulang tahun ibu, anak-anak menampakan kasihnya dengan memberikan hadiah. Sekitar kelahiran anak bermacam-macam upacara dan tindakan simbolis menyatakan pentingnya peristiwa itu, dan harus menjamin kesehatan dan keselamatan anak itu. Dalam pengungkapan isi hati orang memakai lambang dan kata simbolis. Terutama seorang seniman dan sastrawan mempergunakan bentuk dan bahasa simbolis untuk menyingkapkan pengalaman peristiwa yang penting.

Yang paling sentral dalam hidup manusia itu bukan pikiran atau perasaan saja, bukan pula bicaranya, melainkan tingkah laku atau tindakan. Tema yang dipancarkan oleh obyek sebagai fenomena visual tidak ada artinya bila hanya ada dalam ide seniman. Ia akan lebih berarti bila diwujudkan dalam bentuk yang nyata yaitu karya seni. Lewat karya seni itulah seorang seniman dengan bahasanya mencoba melakukan komunikasi simbolis dengan penghayat atau lingkunganya. Hal ini merupakan bukti bahwa adanya individu dengan seluruh jiwa raganya mengamati, mengerti dan menghayati sebuah kehidupan dan kemudian merealisasikan bentuk sebagai wadah untuk menuangkan seluruh kehidupan perasaan yang tidak terlepas dari emosi, pengalaman estetik maupun intelektualnya.

B. Pengertian lingkungan

Apa yang kita rasakan saat kita duduk termenung ditengah-tengah keramaian, menyaksikan keramaian hiruk-pikuk masyarakat dalam rutinaitasnya menjalani hidup. Kalau kita mengingat saat-saat itu maka terutama suasana ramai dan tenteram yang meliputi hati kita pada saat itu., kita merasa terpesona dan terpukul. Kita merasa diri kita kecil dan kerdil di hadapan Tuhan, namun sekaligus juga merasakan keselarasan dan harmoni dengan lingkungan sekitar.

Para ahli yang menganalisa pengalaman tentang keindahan yang timbul dari perjumpaan dengan alam memberikan deskripsi sebagai berikut :

Lenyaplah perbedaaan antara subjek ( pribadi yang mengamati alam ) dan hal tersebut di atas hanya sebagian kecil dari pengalaman lingkungan. Karena lingkungan bukan hanya alam saja melainkan masih ada lingkungan sosial dan lingkungan religius. Secara lebih rinci lingkungan alam berupa benda yang hidup yaitu: tumbuhan dan binatang, dan benda yang mati. Sedangkan linkungan sosial adalah lingkungan dimana kita menjadi bagian dari masyarakat dan bermasyarakat.

akhirnya harus

dipertanggungjawabkan kepada Tuhannya sebagai wujud manusia religi.

Linkungan sosial manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan- kebutuhanya serta selalu berusaha membentuk dan memiliki kemampuan yang bermanfaat dalam menghadapi situasi dari berbagai perkembangan dan perubahan yang di alami, maka timbulah problema atau masalah yang sangat komple. Timbulnya problema tersebut akan membentuk manusia menjadi manusia budaya, yang dapat mengolah benda-benda duniawi menjadi manusiawi serta penciptaan sarana-sarana untuk kelangsungan hidupnya.

Hidup manusia belum lengkap bila tidak dikaitkan dengan religi. Manusia bukan robot yang bekerja dengan fisik atau jasmani saja, tetapi harus memilki arah dan tujuan sebagai manusia religius. Dengan kehidupan religius manusia menghayati pertemuanya dengan Tuhan dalam dialog yang sejati. Kepercayaan terhadap Tuhan merupakan suatu tindakan transedental. Dimana manusia menyadari dirinnya sebagai pribadi integral. Semakin dekat seseorang dengan Tuhan semakin dekat ia menuju kesempurnaan dan semakin jauh ia dilepaskan dari rasa kekawatiran (Soerjanto Poespowardojo,1978:6).

C. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan

Disamping penulis ada orang lain,ada benda benda benda - benda lain,ada makhluk-makhluk lain dan ada sang Pencipta. Pernyataan ini menunjukan suatu kenyataan yang tak dapat diragukan kebenaranya.

Setiap manusia menyadari bahwa dalam batinya merasa ada kebutuhan untuk mencari hubungan pribadi dengan orang lain, sedemikian rupa sehingga ia merasa kurang lengkap, kalau ia tinggal sendirian saja. Setiap manusia adalah suatu individu. Sebagai individu ia merasa sepi sekaligus ia menjadi sadar akan keinginan untuk mengatasi kesepian itu. Kemungkinan ini dilihatnya dalam usaha untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, dengan berada pada mereka dan menjadi bagian dari mereka.

Dengan tindakan tersebut manusia dapat mendobrak dari isolemennya, dan benar-benar berkomunikasi dengan sesamanya, dengan dunia infra human yang ada bersertanya. Hanya dengan demikian manusia menjadi dirinya sendiri. Keluarga menjadi inti hiduip bersama,sebab orang tua dan anak bekerja bersama- sama, dan makan bersama, berkelahi bersama dan menghayati cinta bersama. Juga di suatu sekolah atau perusahaan masing-masing, orang berkembang dan mengalami arti dan nilai pribadinya, oleh karena komunikasi mereka dalam tindakan yang tukar menukar. Ukuran komunikasi menjadi pula ukuran bagi perkemangan pribadi, mutu pengambilan sikap dan pemberian sikap konkrit terhadap orang lain menentukan pula mutu kepribadian masing-masing orang.

Manusia dengan daya capainya, terutama kehendaknya, tidak menyerah kepada alam yang mengelilinginya. Manusia bertindak pada alam,.dengan pengetauhanya, ia hendak mencapai sesuatu dalam dan karena alam, dia tahu bahwa dia tertarik. Ia berkehendak dan dikehendaki. Dalam tindakanya yang menghasilkan sesuatu, ia tahu apa sebabnya berbuat demikian, tahu jugalah ia apa yang telah dibuat itu berguna baginnya atau sungguh-sungguh menghasilkan guna seperti yang diharapkannya. Kalau diketahuinya bahwa alat yang dibuatnya untuk mencapai sesuatu itu tidak terlalu baik bagi tujuanya, maka diusahakan perbaikanya. Demikianlah seterusnya manusia akan selalu berusaha untuk mencapai kesempurnaan. Dengan usaha itulah manusia dan kebudayaan berkembang.

Manusia mempergunakan dan mengolah alam. Manusia memberi bentuk baru kepada objek yang telah ada dan tidak tergantung pada objek itu semata- mata. Hasil tindakan yang demikian itu disebut bentuk objektif. Pada umumnya bentuk obyektif ini tahan lama, malah sering mengatasi waktu, dapat terhubungkannya manusia pada umumnya dengan demikian bentuk objektif itu mungkin berfungsi dalam dan untuk masyarakat, seperti misalnya alat-alat, hasil kesenian, ilmu, bahasa yang beraneka warna serta tulisanya.

Adapun semua tindakan serta dengan hasilnya yang diadakan manusia untuk memberi arti kepada alam sekitar serta juga memberi bentuk baru kepada alam, itu disebut kebudayaan dengan dengan lebih singkat boleh juga dikatakan bahwa kebudayaan tidak lain dari usaha dan hasil manusia untuk mengatasi alam

D. Seni dan Lingkungan

Seni sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia sehari hari baik secara sadar maupun tidak sadar atau secara langsung tak langsung. Berolah seni dan menerima seni adalah pembawaan dari setiap manusia. Kecintaan akan seni sudah menjadi naluri manusia ( My.Ning Sulastri,1992:1).

Dengan demikian keberadaan tentang seni tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia itu sendiri, karena pada dasarnya seni berasal dari interaksi manusia dengan lingkungan alamiahnnya.

Seorang sejarahwan Prancis Hippolite Tain. Seperti yang dikutip oleh Suryo Suradjijo dalam bukunya filsafat seni, berpendapat bahwa alam, lingkungan merupakan faktor utama yang menentukan seni. Ia menjelaskan juga bahwa karya seni itu juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Taine berpendapat bahwa hasil-hasil seni yang benar selalu dapat dikaitkan dengan faktor-faktor yang sangat mendukung dan sekaligus menentukan, faktor tersebut adalah lingkungan, waktu, dan ras (Suryo Suradjijo,1998:62).

Seringkali dikatakan bahwa seni adalah tiruan dari alam atau mimesis sebagaimana yang dikatakan oleh seorang filsuf Yunani Aristoteles, yang menyatakan bahwa seni sebagai imitasi, disini artinya bahwa seni adalah merupakan suatu kegiatan yang meniru terhadap realita alam. Aristoteles berpendapat bahwa seni itu hanya mampu mengimitasi. Hal tersebut disebabkan karean mengimitasi merupakan, suatu instrik fundamental bagi manusia, ia juga Seringkali dikatakan bahwa seni adalah tiruan dari alam atau mimesis sebagaimana yang dikatakan oleh seorang filsuf Yunani Aristoteles, yang menyatakan bahwa seni sebagai imitasi, disini artinya bahwa seni adalah merupakan suatu kegiatan yang meniru terhadap realita alam. Aristoteles berpendapat bahwa seni itu hanya mampu mengimitasi. Hal tersebut disebabkan karean mengimitasi merupakan, suatu instrik fundamental bagi manusia, ia juga

Seorang ahli lainya Ernst Carsier berpendapat bahwa seni merupakan salah satu jalan menuju pandangan objektif atas benda-benda dan kehidupan manusia. Seni bukan hanya imitasi realitas semata, sekaligus sebagai penyingkapan realitas alam.

Dalam seni lukis, banyak sekali cara pandang seniman terhadap realitas alam. Alam dalam hal ini di idealisir, dipilih yang baik-baik kemudian dilukisnya maka jadilah lukisan naturalistik. Adapula yang hanya melukiskan apadanya, jadilah sebuah lukisan realistik, selain itu ada pula yang memasukkan unsur fantasi, sehingga jadilah lukisan dengan corak yang bervariasi, dalam kaitanya dengan alam, setiap seniman punya cara yang berbeda-beda, baik yang subjektif, objektif ataupun yang idealis kesemuanya sama-sama menggambarkan tentang alam ( P. Mulyadi 1991: 42 ).

Melalui pengalaman-pengalaman estetis, seorang seniman dapat mengangkat atau menyalin objek tertentu dan menunjukan keanekaragamannya dalam suatu wadah yang berbeda. Salah satu kelebihan terbesar dari seni adalah membuat kita mampu melihat benda biasa dalam sosok nyata dan dalam nuansa baru. Jadi disini jelaslah bahwa seni merupakan imitasi dari alam biarpun bukan lagi imitasi atau benda-benda atau objek fisik, tetapi juga imitasi dari sisi batiniah dan emosi seniman.

Dari uraian di atas adalah bahwa alam kadang dijadikan sebagai sumber ide yang di ungkapkan dalam karya, ada pula yang menggunakanya sebagai motif dengan tidak mengutamakan pendapatnya atas alam, dan ada pula yang menggunakan sebagai bahan studi ( P. Mulyadi 1991 : 43 )

E. Imajinasi

Secara umum yang dimaksudkan dengan istilah imajinasi adalah “ daya untuk membentuk gambaran ( imaji ) atau konsep-konsep mental yang tidak secara langsung didapatkan dari sensasi ( pengindraan ). Perlu diulang kembali,bahwa imajinasi adalah suatu daya, dan karenanya, imajinasi itu berkaitan langsung dengan manusia yang memiliki daya itu, bukan mahluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. ( H. Tedjoworo, 2001 : 21 ).

Imaji dalam pemahaman di atas mengandaikan pula adanya imaji ( citra ) atau gambaran yang merupakan unsur sangat penting di dalamnya. Oleh karena itu, proses mengimajinasikan itu selalu merupakan proses membentuk gambaran tertentu, dan ini terjadi secara mental. Artinya gambaran tersebut tidak berada secara visual ( tampak oleh mata ) dan tekstural ( terasa serta teraba oleh tangan dan kulit ). Sebuah lukisan adalah hasil imajinasi seorang pelukis. Namun lukisan yang kita lihat dan ( mungkin ) kita raba itu tidak sama dengan imaji yang muncul tatkala sang pelukis berimajinasi. Lukisan itu adalah apa yang dihasilkan oleh proses imajinasi yang sudah tertuang dalam kombinasi goresan cat pada kanvas. Dengan begitu lebih jelaslah bahwa istilah imajinasi umumnya diterapkan Imaji dalam pemahaman di atas mengandaikan pula adanya imaji ( citra ) atau gambaran yang merupakan unsur sangat penting di dalamnya. Oleh karena itu, proses mengimajinasikan itu selalu merupakan proses membentuk gambaran tertentu, dan ini terjadi secara mental. Artinya gambaran tersebut tidak berada secara visual ( tampak oleh mata ) dan tekstural ( terasa serta teraba oleh tangan dan kulit ). Sebuah lukisan adalah hasil imajinasi seorang pelukis. Namun lukisan yang kita lihat dan ( mungkin ) kita raba itu tidak sama dengan imaji yang muncul tatkala sang pelukis berimajinasi. Lukisan itu adalah apa yang dihasilkan oleh proses imajinasi yang sudah tertuang dalam kombinasi goresan cat pada kanvas. Dengan begitu lebih jelaslah bahwa istilah imajinasi umumnya diterapkan

Sebagai titik tolak kita ambil pandangan Kant tentang imajinasi reproduktif . Di dalam daya tersebut, manusia berusaha mereproduksi kembali gambaran atau imaji yang sudah ada atau sudah pernah dialami sebelumnya secara mental, Kondisi ini mengandaikan suatu pengetahuan yang diperoleh secara aposteriori ( dari yang kemudian ) Artinya, pengetahuan dipandang terbentuk dari pengalaman. Pengetahuan terbentuk sesudah seseorang mengalaminya sendiri. ( H.Tedjoworo,2001:50).

Dalam buku Sartre yang berjudul Imajination ( 1936 ) dan The Psychology of Imagination ( 1940 ) beliau memilki pandangan yang sangat humanis, yang layak diperhatikan pandangan tersebut dapat diringkas dalam empat pokok berikut: ( 1 ) Imaji ( gambaran ) lebih merupakan suatu tindakan kesadaran daripada suatu benda dalam kesadaran. Dengan kata lain, imaji adalah aktifitas produktif yang mengintensikan sebuah obyek dengan cara tertentu ( 2 ) Imaji itu bersifat kuasi-observasi . Artinya, kesadaran imajinatif memproyeksikan apa yang diimajinasikanya seolah-olah itu real, maka ia tidaklah mengendalikan suatu observasi yang tampak, tetapi suatu observasi yang tak real atau kuasi- observasi. ( 3 ) Imaji adalah suatu spontanitas. Imajinasi adalah sebentuk “asal yang aktif” yang secara spontan menciptakan maknanya sendiri dari dirinya sendiri. Dan akhirnya, ( 4 ) Imaji itu adalah ketiadaan ( nothingness ). Imajinasi Dalam buku Sartre yang berjudul Imajination ( 1936 ) dan The Psychology of Imagination ( 1940 ) beliau memilki pandangan yang sangat humanis, yang layak diperhatikan pandangan tersebut dapat diringkas dalam empat pokok berikut: ( 1 ) Imaji ( gambaran ) lebih merupakan suatu tindakan kesadaran daripada suatu benda dalam kesadaran. Dengan kata lain, imaji adalah aktifitas produktif yang mengintensikan sebuah obyek dengan cara tertentu ( 2 ) Imaji itu bersifat kuasi-observasi . Artinya, kesadaran imajinatif memproyeksikan apa yang diimajinasikanya seolah-olah itu real, maka ia tidaklah mengendalikan suatu observasi yang tampak, tetapi suatu observasi yang tak real atau kuasi- observasi. ( 3 ) Imaji adalah suatu spontanitas. Imajinasi adalah sebentuk “asal yang aktif” yang secara spontan menciptakan maknanya sendiri dari dirinya sendiri. Dan akhirnya, ( 4 ) Imaji itu adalah ketiadaan ( nothingness ). Imajinasi

F. Still Life

Still Life merupakan kata benda, dan memiliki arti yang khusus sehingga apabila diterjemahkan dalam bahasa indonesia, kemungkinan dapat menyimpang dari pengertian still life yang dimaksud sesuai dengan istilah aslinya.

Di dalam The Meriam Webster Dictionary disebutkan bahwa still life digunakan untuk istilah pada gambar yang menggunakan objek tidak bergerak (The Meriem Webster Dictionary, 673.1974 ).

Stiil Life sebelumnya diterapakan dalam seni lukis pada abad 15. Istilah ini berasal dari bahasa Belanda still leven, yang artinya tak bergerak ( stiil ) dan alam ( leven ). Seniman yang mempeloporinya antara lain J. Brughel ( 1568- 1625) Rubbens ( 1577-1640 ) dan Rembrant ( 1606-1669 ). Menurut The Holt Intermediate Dictinary Of Amarican English, stiil life memiliki pengertian sebagai lukisan atau foto tentang benda-benda tak bergerak (The Holt Inmtermediate Dictionary Of American English , 1966.789 ).

Jadi yang dimaksud dengan still life adalah alam benda yang tak bergerak atau dapat dapat dikatakan alam benda yang tidak berjiwa still life ini ternyata Jadi yang dimaksud dengan still life adalah alam benda yang tak bergerak atau dapat dapat dikatakan alam benda yang tidak berjiwa still life ini ternyata

G. Seni dan Unsur Seni

1. Definisi Seni

a. "Seni, dalam suatu makna luas adalah penggunaan budi pikiran untuk menghasilkan karya yang menyenangkan bagi roh manusia. Ini meliputi pengungkapan khayal yang jelas mengenai benda-benda (atau pikiran tentang benda-benda) seperti dalam pahatan, lukisan dan gambar" ( The Liang Gie, 2004: 13).

b. "Seni adalah suatu kegiatan manusia yang menjelajahi, dan dengan ini menciptakan,kenyataan bahwa dalam suatu cara penglihatan yang melebihi akal dan menyajikan secara perlambang atau kiasan sebagai kebulatan alam kecil yang mencerminkan suatu kebulatan alam semesta" (The Liang Gie, 2004: 14).

c. "Seni adalah segenap kegiatan budi pikiran seorang (seniman) yang secara mahir menciptakan suatu karya sebagai pengungkapan perasaan manusia. Hasil ciptaan dari kegiatan itu ialah suatu kebulatan organis dalam sesuatu bentuk tertentu dari unsur-unsur bersifat ekspresif yang termuat dalam suatu medium indrawi" ( The Liang Gie, 2004: 18).

d. "Seni adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai keindahan yang diciptakan oleh manusia dengan segala ketulusan jiwanya bukan karena adanya dorongan d. "Seni adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai keindahan yang diciptakan oleh manusia dengan segala ketulusan jiwanya bukan karena adanya dorongan

e. Seni Lukis

Pada dasarnya seni lukis merupakan bahasa ungkapan dari pengalaman artistik maupun ideologis yang menggunakan warna dan garis, guna mengungkapkan perasaan, mengekspresikan emosi, gerak, ilusi maupun ilustrasi dari kondisi subjektif seseorang (Mikke Susanto, 1998: 71). Namun sebenarnya, bagi penulis dalam mentafsir fenomena ke dalam sebuah karya lebih ke dalam "pengalaman imajinasi"

2. Fungsi Seni

a. Seni Sebagai Media Ekspresi

Menurat Ki Hajar Dewantara, "Seni yaitu segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaanya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. Dalam hal ini seni juga merupakan produk keindahan yang dapat menggerakkan perasaan indah orang lain yang melihatnya. Berbeda dengan definisi terdahulu, yang dikemukakan oleli Ahdiat K. Miharja yaitu bahwa: "Seni adalah kegiatan rohani manusia yang mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam-alam rohani si penerimanya". Dalam definisi ini dengan tegas dinyatakan bahwa seni adalah kegiatan rohani bnkan semata-mata kegiatan jasmani (P. Mulyadi, 2000: 5).

b. Seni Sebagai Media komukasi

Seni dapat menghubungkan budi pikiran seorang dengan orang lain. Ketua Special Commitee on the Study of Art di Amerika Serikat menegaskan fungsi komunikatif dari seni demikian: Adalah bersangkutan di sini untuk mencatat bahwa komunikassi melalui berbagai bentuk artistik penglihatan, musikal, atau kesastraan, boleh jadi adalah komunikasi paling erat yang pernah terjadi antara budi pikiran dan pikiran ( The Liang Gie, 2004: 49-50).

Bagi penulis seni merupakan sarana untuk menyalurkan emosi dan ekspresi, perasaan sang seniman. Selain itu, seni juga bisa untuk menyampaikan maksud yang akan disampaikan seniman kepada orang lain melalui karya seni.

3. Perubahan Unsur Bentuk Dalam Seni Lukis

a. Destorsi dan Metamorfosa Bentuk

Distorsi adalah perubahan bentuk, penyimpangan, keadaan yang dibengkokkan. Pada keadaan tertentu dalam berkarya seni dibutuhkan karena merupakan salah satu cara mencoba menggali kemungkinan-kemungkinan lain pada suatu bentuk atau figur (Mikke Susanto, 2001:33) sedangkan menurut Suryo Suradjijo dalam buku pegangan kuliahnya mengatakan bahwa distorsi adalah perubahan bentuk yang bertujuan untuk lebih menonjolkan karakteristik visual objek, sehingga mendapatkan bentuk menjadi sempurna dari bentuk alam atau mungkin mendapatkan bentuk lain yang sesuai dengan konsep estetik senimanya (Suryodjijo, 1996: 77). Metamorfosa bentuk adalah perubahan bentuk dari figur manusia menjadi Distorsi adalah perubahan bentuk, penyimpangan, keadaan yang dibengkokkan. Pada keadaan tertentu dalam berkarya seni dibutuhkan karena merupakan salah satu cara mencoba menggali kemungkinan-kemungkinan lain pada suatu bentuk atau figur (Mikke Susanto, 2001:33) sedangkan menurut Suryo Suradjijo dalam buku pegangan kuliahnya mengatakan bahwa distorsi adalah perubahan bentuk yang bertujuan untuk lebih menonjolkan karakteristik visual objek, sehingga mendapatkan bentuk menjadi sempurna dari bentuk alam atau mungkin mendapatkan bentuk lain yang sesuai dengan konsep estetik senimanya (Suryodjijo, 1996: 77). Metamorfosa bentuk adalah perubahan bentuk dari figur manusia menjadi

Deformasi dipakai dalam istilah pengubahan bentuk yang tidak dapat diklarifikasikan sebagai distorsi. Tetapi dengan deformasi, bagaimanapun bentuk yang diciptakan seniman, imajinasi penghayat masih dapat menangkap seni alam di dalamnya (Suryo Suradjijo, 1994: 80).

c. Simbol

Simbol seni adalah satu dan utuh, karena itu ia tidak mcnyampaikan "makna" (meaning) untuk "dimengerti", melainkan "pesan" (message) untuk "diserapkan" terhadap "makna" orang hanya dapat mengerti, tetapi terhadap "pesan" dari seni orang dapat tersentuh secara lemah dan secara intensif, sehingga dalam hal ini terdapat elastisitas yang luas terhadap peresapan "pesan" seni itu (Sudiarja, 1982: 77).

4. Unsur-unsur Rupa

a. Garis

"Garis dimulai dari sebuah titik, merupakan "jejak" yang ditimbulkan oleh titik-titik yang digerakkan atau merupakan sederetan titik-titik yang berhimpit. Juga merupakan goresan atau sapuan yang sempit dan panjang sehingga membentuk seperti benang atau pita. Wujud garis terdiri dari garis aktual atau garis formal

(garis sungguh, nyata, kongkrit, tergambar) dan garis ilusif atau sugestif (khayal, semu)" (Arfial Arsad Hakim, 2000: 35)

b. Tekstur

Tekstur adalah sifat permukaan suatu benda atau bidang, yang memberi karakter atas suatu benda atau bidang permukaan tersebut, apakah halus, kasar dan sebagainya. Dari wujud suatu tekstur dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Tektstur nyata (actual texture) Adalah tekstur nyata/actual, bila diraba dapat dirasakan apakah halus

dan apakah kasar seperti apa yang terlihat pada permukaan bidang tersebut. Misalnya permukaan kaca, tembok amplas dan lain-lain, dan tekstur tersebut dapat berupa tekstur alami atau buatan.

2. Tekstur semu (simulated texture)

Adalah seolah-olah bila kita membuat tekstur dengan alat dan teknik tertentu pada suatu bidang tapi hanya berbentuk gambar dua dimcnsi. Lain hasil yang kita dapatkan terlihat bahwa seolah-olah permukaan itu sangatlah kasar ataupun licin, padahal apabila kita raba yang kita rasakan hanya permukaan bidang tersebut, dan disini tekstur yang ada bersifat semu. Ia hadir dalam ciptaan imajinasi visual ( Arfial Arsad Hakim, 2000 : 87).

c. Ruang

Dalam dunia seni rupa ada dua macam ruang:

1. Ruang semu: artinya indera penglihatan bentuk dan ruang sesungguhnya sebagai gambaran pada tarfil dua matra seperti yang terlihat pada karya gambar atau pada pertunjukan layar putih.

2. Ruang nyata: bentuk atau ruang yang benar-benar dapat dibuktikan dengan rabaan tangan atau rabaan mata (Sugeng Toekio, 1987: 86-88).

5. Kompsisi

Komposisi adalah suatu pengaturan atau penyusunan yang dilakukan oleh pencipta seni kedalam bentuk yang sedemikian rupa. Yang diatur dalam komposisi ialah garis, warna, hingga tekstur (Arfial Arsad Hakim, 2000: 3-4).

Dalam komposisi ada prinsip organisasi yaitu:

a. Unity (kesatuan)

Adalah proses menyatunya berbagai unsur ( baik unsur yang visual maupun mengenai aspek fisik ), untuk mendapatkan suatu bentuk ciptaan secara utuh. Kesatuan ini akan membawa penghayat untuk dapat menikmati bentuk ciptaan secara keseluruhan. Karena jika hal ini tidak dicapai, maka karya akan menimbulkan kebosanan dan penghayat akan sulit menyerap maksud dari karya tersebut (Arfial Arsad Hakim 2000: 3-5).

b. Keseimbangan (balance)

Adalah suatu kondisi atau kesan berat, tekanan, tegangan, sehingga, memberi kesan stabil (seimbang). Di dalam praktek penciptaan, unsur-unsur dasar misalnya garis, bidang, warna, tekstur dan lain-lain, diumpamakan sebagai anak- anak timbangan pada sebuah neraca(Hakim,2000:5).

Ada dua keseimbangan: 1. Keseimbangan simetris; dimana bagian atau sisi yang satu merupakan cermin dari sisi yasng lain. 2. Keseimbangan tidak simetris; kesetimbangan ini lebih rumit, tetapi lebih menarik perhatian, dinamis, dan hidup. Disini kita harus dapat merasakan bobot visual (lokasi, ukuran, warna, tekstur), perhatian visual, pertentangan visual suatu bentuk ciptaan telah seimbang atau belum (Arfial Arsad Hakim, 2000 : 10).

c. Harmoni (keselarasan)

"Ritme, repetisi, dan dominan merupakan transisi, penghubung dari terciptanya suatu kesatuan hubungan dari unsur-unsur sehingga terwujudnya harmoni di dalam bidang gambar. Harmoni menyebabkan terciptanya kesatuan (unity) sedangkan ritme, repetisi dan dominan merupakann faktor esensial untuk mencapai harmoni" (Arfial Arsad Hakim,2000 : 17).

d. Repetisi (pengulangan)

"Repetisi merupakan metode untuk menarik perhatian pengahayat secara terus- menerus terhadap unit-unit visual pada suatu pola; dan merupakan cara yang "Repetisi merupakan metode untuk menarik perhatian pengahayat secara terus- menerus terhadap unit-unit visual pada suatu pola; dan merupakan cara yang

e. Dominan

"Dominan adalah bagian tertentu yang mendominasi di dalam suatu bentuk ciptaan, akan menjadi titik perhatian yang menonjol. Kelayakan tingkat dominan dari unsur-unsur pendukung suatu desain akan mencapai harmoni, akhimya kesatuan hubungan" (Arfial Arsad Hakim,2000:18).

f.. Gradasi

"Gradasi adalah suatu derajat, tangga, dimana suatu kekontrasan telah dijembatani oleh suatu rangkaian dari semacam atau kesamaan, peralihan atau langkah yang selaras" (Arfial Arsad Hakim,2000:19)

g. Ritme

"Di dalam seni rupa ritme berarti suatu susunan teratur yang ditimbulkan dari pengulangan sebuah atau beberapa unsur sehingga menimbulkan atau memberi kesan keterhubungan yang kontinyu serta kesan gerak" ( Arfial Arsad Hakim,2000 : 17). Ada beberapa tipe ritme yaitu:

1. Repetitif (pengulangan) "Ritme ditimbulkan dari pengulangan unsur-unsur yang sama atau hampir sama’’.

2. Alternatif (pergantian) "Ritme ditimbulkan dari pergantian (selang-seling) antara unsur-unsur yang bertentangan/kontras (misalnya hitam dengan putih, warna panas dengan wama dingin, shape berukuran besar dan kecil)" ( Arfial Arsad Hakim,2000 : 17).

3. Progresif "Ritme ditimbulkan dari pengulangan suatu elemen dengan perubahan pembesaran atau pengurangan ukuran" (Arfial Arsad Hakim,2000 : 17).

4. Flowing "Ritme ditimbulkan dari pengulangan teratur dari suaru perbedaan jarak ruang yang menerus, peralihan lembut dari suatu bentuk ke bentuk lainya yang selaras dalam gerak" (Arfial Arsad Hakim, 2000 : 18).

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA

Seorang pelukis atau seniman dalam berkarya, di samping menghadirkan karya seni itu sendiri juga menampilkan berbagai hal yang ada pada karya seni tersebut. Karya seni itu sendiri merupakan wujud pembabaran dari ide penulis atau seniman yang bisa berawal dari sebuah renungan terhadap pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seorang pelukis, pengalaman dalam pengertiannya dapat berarti pengalaman pendengaran, penglihatan, bahkan perasaan terhadap sesuatu yang terjadi di sekitarnya.

Ide itu tidak jatuh dari langit, inilah yang dibayangkan Rouseau ketika bukunya tentang masyarakat yang diawali dengan kalimat terkenal: “Pada awal mula, manusia hidup bebas, tak terikat oleh apapun. Tapi apa yang sekarang kita saksikan? Dari segala sudut ia terbelunggu.” Itu disebabkan karena lambat laun dan karena terpaksa oleh kebutuhan hidup manusia.

Manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya serta berusaha membentuk dan memiliki kemampuan serta berusaha membentuk dan memiliki kemampuan yang bermanfaat dalam menghadapi situasi berbagai perkembangan dan perubahan yang dialami manusia, maka tumbuhlah problema atau masalah yang kompleks yang menuntut kemajuan dan pemikiran yang berkembang pula.

Kejadian sehari-hari, setiap waktu yang dihadapi selalu menggelitik perasaan. Dalam proses menciptakan karya merupakan proses pengalaman pribadi Kejadian sehari-hari, setiap waktu yang dihadapi selalu menggelitik perasaan. Dalam proses menciptakan karya merupakan proses pengalaman pribadi

Kant dan banyak filsuf lainnya menandaskan bahwa pengalaman estetik itu bersifat “sepi ing pamrih”, manusia tidak mencari keuntungan, tidak terdorong oleh pertimbangan praktis. Seorang mahasiswa dari Fakultas Pertanian bila berhadapan dengan sebidang sawah, mungkin juga spontan mengarahkan perhatiannya kepada jenis padi yang ditanamkan. Sedangkan mahasiswa dari Fakultas Ekonomi akan berpikir tentang harga gabah dan sebagainya. Tetapi seorang mahasiswa yang peka terhadap lingkungan atau keindahan dan makna ataupun sebagainya (misalnya dari akademi seni rupa) tidak memikirkan hal-hal praktis itu. Ia hanya terpukau oleh keindahan alam, padi yang sedang menguning tersentuh oleh sinar matahari turun ke barat dan angin sejuk sehingga padi seolah- olah bergelombang.

Dalam hal ini pengalaman tentang keindahan yang begitu mengesankan, sehingga menggetarkan hati untuk mengabadikan dalam karya seni. Ketika mau makan berhadapan dengan semangkuk mie ayam di pinggir jalan, mie ayam yang dilihat mata dengan asapnya karena masih panas. Dipikirkan enak karena sudah dua bulan tidak makan mie ayam.

Saat itu memang dalam pikiran terpecah, makan pun masih memikirkan hal- hal lain entah itu pekerjaan, ataupun fantasi yang timbul, menatap semangkuk mie ayam, sambil mengunyah mie asin pedas, malah terpikirkan tentang keindahan sebuah mie ayam mengenai warna dan bentuk mie tersebut. Sampai makan selesai

sambil berjalan pulang masih terpikirkan keindahan mie ayam untuk dijadikan obyek dalam berkarya. Dari situ mulailah berpikir lanjut tentang keberadaan mie ayam yang biasanya dalam penyajiannya menggunakan mangkuk berwarna putih dengan gambar ayam. Mangkuk yang biasanya digunakan oleh para pedagang kaki lima di pinggir jalan, mengingatkan akan susah payahnya mereka menjajakan dagangannya yang kadang malah susah mencari tempat yang strategis. Karena aturan pemerintah yang kurang adil memikirkan mereka, seperti larangan- larangan yang kurang bijak, mementingkan kebersihan dan kenyamanan para kapital yang tak memperhatikan bagaimana berjalannya pemerataan yang terjadi sama sekali tidak seimbang. Rakyat kecil yang susah payah bekerja keras dengan tekun dalam kekurangannya harus kalah dengan mereka yang serakah bisa membeli lapangan kerja dengan kekayaannya, dan untuk memperkaya dirinya dan golongan. Kejanggalan-kejanggalan di atas dirasakan sangat menggelitik perhatian penulis dan mewujudkan dalam karya “Mie Ayam Numplak” yang letih karena lelah berjuang dengan kekurangan yang ada.

Sejalan dengan situasi dan kondisi penulis yang juga tinggal di lingkungan pedesaan, dalam keseharian tak ada renggangnya penulis melihat para petani yang beraktifitas mengolah lahan, bahkan penulis juga seorang yang tak lepas dari bertani. Tiap ada pekerjaan di sawah yang bisa penulis kerjakan di sawah. Penulis yang mengalami antara menjadi petani yang hidup di desa dan menjadi mahasiswa yang hidup di kota dengan sarana-prasarana yang lengkap. Yang sangat sering merasakan kerja keras menyuluh lahan di bawah sinar terik matahari. Berbeda

gaya hidup muda mahasiswa. Sangat terasa perbedaan yang kontras dari sisi kenyamanan saat bekerja di bawah terik matahari terasa sangat meletihkan bahkan kadang menjadi suatu hal yang mengganjal di hati, tapi tetap harus dikerjakan. Dalam hati berkata,”rekoso tenan dadi petani”. Tapi di balik itu ketika penulis melihat kiri-kanan, orang tua terlihat bekerja dengan damai tenteram gembira bekerja mengolah lahan demi masa depan, dan juga untuk menyekolahkan anak- anaknya. Tapi apa yang terjadi di balik itu semua itu penulis mengamati anak muda jaman sekarang. Mereka semua bersekolah mengejar ilmu sekolah agar pintar, sampai mereka pun lupa nenek moyangnya. Bagaimana masa depan pertanian dengan menghilangnya generasi muda dari profesi ini. Terwujud dalam karya “Thanks for Farmers”.

Dalam mengekspresikan pengalaman pribadi tidak selalu pengalaman yang berat dan luar biasa. Tetapi kadang yang kelihatannya sepele dan sering dijumpai setiap orang di sekitar kita justru menarik dan menggelitik imajinasi. Saat penulis melihat bermacam-macam mainan anak-anak dengan berbagai warna cerah dan alami, berawal dari iseng memotret dengan kamera terlihat benda-benda tersebut sangat menarik untuk dijadikan sebagai obyek karya seni. Bisa dilihat pada karya yang berjudul “Still Life” dengan warna-warna dan bentuk yang sekedar enak untuk dilihat kasat mata.

Dalam aktivitas sehari-hari di lingkungan kampus melihat para mahasiswa dan mahasiswi yang berpakaian rapi yang merupakan anjuran para pengajar, lengkap dengan busana yang tak pernah ketinggalan, dan kendaraan-kendaraan Dalam aktivitas sehari-hari di lingkungan kampus melihat para mahasiswa dan mahasiswi yang berpakaian rapi yang merupakan anjuran para pengajar, lengkap dengan busana yang tak pernah ketinggalan, dan kendaraan-kendaraan