6 barangnya saja yang dilakukan secara fidusia atau secara kepercayaan, yaitu
dalam pembuatan perjanjian fidusia PT. Semesta Finance Cabang Semarang, perjanjian akta tidak dibuat oleh Notaris dan tidak didaftarkan di kantor
pendaftaran fidusia, sehingga tidak memperoleh sertifikat jaminan fidusia.
2
Pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen tidak dapat terlepas dari berbagai hambatan dan masalah yang menyertainya, oleh karena itu pihak
PT. Semesta Finance Cabang Semarang telah menyiapkan berbagai upaya penyelesaian guna mengatasi masalah yang timbul.
3
Berdasarkan hal diatas sebagaimana diuraikan dalam latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul:“PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN RODA DUA PADA PT. SEMESTA FINANCE CABANG
SEMARANG”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan
bermotor roda dua pada PT. Semesta Finance Cabang Semarang ?
2
Wawancara, Pujo Sulistiyono, Kepala Cabang PT. Semesta Finance Cabang Semarang, tanggal 2 April 2008
3
Wawancara Susi Ayu Mawarni, Account Service Head, tanggal 2 April 2008
7 2.
Hambatan-hambatan yang ditimbulkan dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen dan cara mengatasinya pada PT. Semesta Finance
Cabang Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian pembiayaan kendaraan
bermotor roda dua pada PT. Semesta Finance Cabang Semarang.
2. Untuk mengetahui hambatan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian
pembiayaan konsumen dan cara mengatasinya pada PT. Semesta Finance Cabang Semarang?
D. Manfaat Penelitian 1.
Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan khasanah pengetahuan di bidang hukum tentang pelaksanaan perjanjian pembiayaan
kendaraan bermotor roda dua pada PT. Semesta Finance Cabang Semarang dan untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan
konsumen jika terjadi perselisihan dalam perjanjian pembiayaan.
2. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan tentang
pembiayaan konsumen kendaraan roda dua pada khususnya.
8
E. Sistematika Penulisan
Penyusunan tesis ini dibagi dalam beberapa bab yang satu dengan lainnya saling berhubungan dan berkaitan, sistematika tesis ini disusun
sebagai berikut: Bab I
: Bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisikan antara
lain latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistemetika penulisan.
Bab II :
Tinjauan pustaka di dalam bab ini akan berisi tentang Tinjauan umum tentang perjanjian, Lembaga Pembiayaan,
Lembaga Pembiayaan Konsumen, Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen
Bab III :
Metode penelitian, akan memaparkan metode yang menjadi landasan penulisan, yaitu metode pendekatan, spesifikasi
penelitian, populasi dan metode sampling dan analisa data. Bab IV
: Hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini akan
diuraikan hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan dan pembahasannya.
Bab V
: Di dalam bab ini merupakan penutup yang berisi
kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini. Dan akan diakhiri dengan lampiran-lampiran yang terkait dengan
hasil penelitian yang ditemukan di lapangan yang dipergunakan sebagai pembahasan atas hasil penelitian.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun Umum Terhadap Perjanjian
Di dalam tulisan ini disajikan sumber hukum perjanjian yang dianut oleh Indonesia yaitu Eropa Kontinental atau Civil Law atau Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata. Pada dasarnya sumber hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formil. Sumber
hukum materiil ialah tempat dari mana materi hukum itu diambil, dan merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan
sosial, kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, tradisi pandangan keagamaan dan kesusilaan, hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional dan
keadaan geografis.
4
Sumber hukum formal merupakan tempat memperoleh kekuatan hukum, yaitu berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan
hukum yang berlaku, misalnya undang-undang, perjanjian antarnegara, yurisprudensi dan kebiasaan. Keempat hukum formal ini juga merupakan
sumber hukum perjanjian atau kontrak.
4
Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hal. 37