17 Syarat-syarat tertentu dari perjanjian ini sebenarnya sebagai isi
perjanjian, karena dari syarat-syarat itulah dapat diketahui hak dan kewajiban para pihak. Syarat-syarat tersebut biasanya terdiri dari
syarat pokok yang akan menimbulkan hak dan kewajiban pokok, misalnya mengenai barangnya, harganya, dan juga syarat
pelengkap atau tambahan, misalnya mengenai cara pembayarannya, cara penyerahannya, dan sebagainya.
1.3. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian
Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, suatu perjanjian adalah sah apabila memenuhi empat syarat sebagai berikut:
1. Sepakat mereka mengikatkan dirinya
Sepakat dimaksudkan bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju mengenai hal-hal yang
pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, juga dikehendaki oleh orang lain
14
2. Kedua belah pihak harus cakap bertindak.
Cakap bertindak yaitu kecakapan atau kemampuan kedua belah pihak adalah orang dewasa berumur 21 tahun atau sudah
menikah,
15
sedangkan orang yang tidak berwenang melakukan perbuatan hukum menurut Pasal 1330 KUHPerdata, meliputi: anak
dibawah umur, orang dalam pengampuan, orang-orang perempuan
14
R. Subekti, Op.Cit, hal. 17
15
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 92
16
R. Subekti, Op.Cit, hal. 17
18 atau istri dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang telah
dilarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
16
Baik yang belum dewasa maupun yang ditaruh di bawah pengampuan apabila melakukan perbuatan hukum harus diwakili
oleh wali mereka. Ketentuan mengenai seorang perempuan bersuami atau istri yang dalam melakukan perbuatan hukum harus
mendapat ijin dari suaminya dinyatakan sudah tidak berlaku lagi dalam Pasal 108 dan Pasal 110 Surat Edaran Mahkamah Agung
Nomor 3 tahun 1963 yang diperkuat dengan Pasal 31 Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, sehingga tinggal
dua golongan yang tidak cakap membuat perjanjian yaitu anak yang belum dewasa dan orang yang berada dalam pengampuan.
3. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu yaitu merupakan objek perjanjian. Obyek perjanjian biasanya berupa barang atau benda
Sedangkan dalam Pasal 1332 KUHPerdata terdapat ketentuan bahwa barang-barang yang dapat dijadikan obyek perjanjian
hanyalah barang-barang yang dapat diperdagangkan, yaitu barang- barang yang dapat dipergunakan untuk kepentingan umum
4. Suatu sebab yang halal.
Pengertian sebab yang halal ialah bukan hal yang menyebabkan perjanjian, tetapi perjanjian itu sendiri.
15
19 Dalam Pasal 1320 KUHPerdata tidak dijelaskan pengertian
sebab yang halal, tetapi hanya disebutkan sebab yang terlarang Pasal 1337 KUHPerdata yaitu apabila bertentangan dengan
undang-undang dan kesusilaan, dan ketertiban umum. Butir 1 dan 2 diatas disebut syarat subyektif, karena
menyangkut subyeknya atau para pihak yang mengadakan perjanjian.
Butir 3 dan 4 disebut syarat obyektif, karena mengenai obyek dari perjanjian. Apabila syarat pertama dan syarat kedua
tidak terpenuhi maka perjanjian itu dapat dibatalkan, artinya bahwa salah satu pihak dapat mengajukan kepada pengadilan untuk
membatalkan perjanjian yang disepakati, tetapi apabila para pihak tidak ada yang keberatan maka perjanjian itu tetap dianggap sah.
Syarat ketiga dan syarat keempat tidak terpenuhi maka perjanjian itu dianggap batal demi hukum, artinya dari semula perjanjian itu
dianggap tidak perna ada.
1.4. Asas-asas Hukum Perjanjian