Uji Koefisien Determinasi (R )
1. 2 Uji Koefisien Determinasi (R )
Dalam penelitian ini, nilai R 2 sebesar 0.609 atau 60,9, maka dapat
dikatakan bahwa kemampuan variabel bebas dalam memberikan informasi terhadap variabel terikat cukup tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas seperti benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja mempunyai pengaruh sebesar 60,9 terhadap peningkatan atau penurunan produksi usahatani wortel, sedangkan sisanya 39,1 dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model karena tidak dapat di ukur secara kuantitatif. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada Lampiran 15.
2. Analisis Uji Keragaman (Uji F)
Uji F merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui keberartian nilai R2. Dari uji F melalui pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh
nilai F hitung sebesar 22,543 dan nilai signifikansinya 0,000. Nilai F tabel dengan
tingkat kepercayaan 99 (α = 0,01) untuk df N1 = 4 dan df N2 = 58 sebesar 3,66. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa nilai F hitung (22,543) > F tabel (3,36), sehingga seluruh variabel bebas yang meliputi benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu produksi usahatani wortel. Hasil dari uji F dapat dilihat pada Lampiran 15.
3. Uji t
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel, dengan tingkat kepercayaan 90 (α = 0.1) dan degree of freedom (df) dengan rumus n-1 sebesar 62, diperoleh nilai t tabel sebesar 1,67. Hasil analisis regresi variabel bebas yang berpengaruh terhadap produksi usahatani wortel dapat dilihat pada Tabel 19.
a. Benih
Nilai koefisien regresi pada benih mempunyai tanda positif dan besarnya adalah 0,094 dan nilai t hitung 1,720. Nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel yaitu 1,720 > 1,67. Secara statistik faktor benih berpengaruh nyata terhadap produksi wortel di daerah penelitian. Hal ini menunjukkan semakin banyak benih yang digunakan untuk usahatani wortel, maka produksi yang dihasilkan semakin besar. Dalam proses penjarangan tanaman wortel yang pertumbuhannya kurang maksimal, seperti daun yang layu, terkena hama dan penyakit atau tanamannya kerdil akan dicabut, sehingga semakin banyak benih yang digunakan, maka sisa tanaman wortel di lahan semakin banyak juga, sehingga dapat meningkatkan produksi wortel. Nilai koefisien regresi sebesar 0,094 menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan bibit sebesar 1 akan menaikkan produksi sebesar 0,094, demikian juga pengurangan penggunaan benih sebesar 1 akan menurunkan produksi sebesar 0,094.
b. Pupuk
Nilai koefisien regresi pada pupuk mempunyai tanda positif dan besarnya adalah 0,008 dan nilai t hitung 0,746. Nilai t hitung lebih kecil dari pada t tabel yaitu
0,746 < 1,67. Secara statistik faktor pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap produksi wortel di daerah penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk dalam jumlah yang berbeda kemungkinan besar memiliki hasil produksi wortel dalam jumlah yang sama dan penggunaan alokasi pupuk yang besar belum tentu menghasilkan produksi yang tinggi. Hal tersebut terjadi di karenakan petani responden dalam pemberian pupuk melebihi dosis anjuran dan jenis penggunannya tidak sesuai, sehingga berdampak pada produksi wortel dan ada juga sebagian yang menekan biaya untuk pupuk, sehingga lebih irit dalam penggunaannya.
Menurut Suwalan et al (2004) dalam Sahara dan Idris (2010) respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkat apabila pupuk yang digunakan tepat jenis, dosis, waktu dan cara pemberian. Sedangkan menurut Susila (2006), pupuk yang digunakan dalam usahatani wortel yaitu pupuk kandang 15.000 kgha, pupuk urea 100 kgha, SP 100 kgha, dan KCl 30 kgha. Di daerah penelitian, jenis pupuk yang digunakan antar petani berbeda-beda jenis dan dosisnya, rata-rata pupuk yang digunakan yaitu NPK 378 kgha, ZA 53,1 kgha, KCL 4,9 kgha, SP 69,1 kgha, urea 149,8 kgha dan jarang yang menggunakan pupuk kandang, hal ini tergantung dengan pengalaman petani dalam berusahatani wortel. Penambahan penggunaan pupuk tidak akan meningkatkan produksi wortel karena nilai elastisitasnya nol atau mencapai titik produksi maksimal.
c. Pestisida
Nilai koefisien regresi pada pestisida mempunyai tanda positif dan besarnya adalah 0,089 dan nilai t hitung 2.514. Nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel yaitu 2.514 > 1,67. Secara statistik faktor pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi wortel di daerah penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida bertujuan untuk mencegah atau membasmi hama penyakit yang mengganggu tanaman wortel. Jika petani tidak melalukan penyemprotan pestisida, maka produksi wortel akan rendah karena terserang oleh hama atau penyakit, Nilai koefisien regresi pada pestisida mempunyai tanda positif dan besarnya adalah 0,089 dan nilai t hitung 2.514. Nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel yaitu 2.514 > 1,67. Secara statistik faktor pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi wortel di daerah penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida bertujuan untuk mencegah atau membasmi hama penyakit yang mengganggu tanaman wortel. Jika petani tidak melalukan penyemprotan pestisida, maka produksi wortel akan rendah karena terserang oleh hama atau penyakit,
Menurut Djojosumarto (2008), pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan salah satunya untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian. Oleh sebab itu, petani di daerah penelitian intensif menggunakan pestisida untuk mendapatkan hasil produksi wortel yang bagus, sehingga penggunaan pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi wortel.
Nilai koefisien regresi sebesar 0,053 menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pestisida sebesar 1 akan meningkatkan produksi wortel sebesar 0,053, demikian juga pengurangan penggunaan pestisida sebesar 1 akan menurunkan produksi wortel sebesar 0,053.
d. Tenaga kerja
Nilai koefisien regresi pada tenaga kerja mempunyai tanda positif dan
besarnya adalah 0,313 dan nilai t hitung 5,353. Nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel yaitu 5,353 > 1,67. Secara statistik faktor tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi wortel di daerah penelitian. Tenaga kerja digunakan mulai dari pengolahan, penanaman, pemupukan, penjarangan dan penyiangan, penyemprotan sampai dengan panen, dimana hal itu akan berpengaruh terhadap produksi wortel. Kurangnya tenaga membuat proses produksi usahatani menjadi terhambat atau tidak maksimal, sehingga berdampak pada menurunnya produksi wortel. Sebagai contoh, kegiatan penjarangan bertujuan untuk mencabut tanaman wortel yang pertumbuhannya tidak maksimal seperti daunnya layu, terkena hama dan penyakit serta mencegah terjadinya persaingan dalam mengambil unsur hara dalam tanah. Untuk lahan 1 hektar rata-rata membutuhkan tenaga kerja sebanyak 123,3 HOK. Jika tenaga kerja yang digunakan kurang dari 123,3 HOK maka proses penjarangan yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak maksimal, dalam kata lain, mereka hanya mencabut tanaman wortel tanpa melihat kondisi tanaman wortel yang cocok untuk dicabut. Maka dari itu penggunaan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi wortel.
Nilai koefisien regresi sebesar 0,313 menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan tenaga kerja sebesar 1 akan meningkatkan produksi wortel sebesar 0,313, demikian juga pengurangan penggunaan tenaga kerja sebesar 1 akan menurunkan produksi wortel sebesar 0,313.