Latar Belakang Panduan Bimtek Dosen Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

1

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia masih tergolong negara muda, apabila dibandingkan antara lain dengan negara Amerika Serikat yang sudah berusia sekitar 240 tahun terhitung sejak tahun 1776, dan Perancis telah berusia sekitar 227 tahun terhitung sejak tahun 1789. Demikian pula apabila dibandingkan dengan umur dua negara nasional pada sejarah nasional Indonesia, negara nasional pertama yaitu Sriwijaya yang berusia sekitar 1000 tahun, sedangkan negara nasional kedua yaitu Majapahit yang berusia sekitar 250-an tahun. Terkait dengan eksistensi NKRI yang masih tergolong muda ini, setidak- tidaknya terdapat dua pertanyaan besar yang perlu mendapat jawaban dari para generasi muda khususnya mahasiswa sebagai penerus atau calon penerima tongkat estafet kepemimpinan baik di tingkat nasional, regional, maupun lokal. Kedua pertanyaan tersebut adalah 1 sampai kapankah negara bangsa ini akan tetap bertahan hidup survive ?; 2 kapankah bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia?; jawaban atas kedua pertanyaan tersebut adalah tergantung seberapa besar para generasi muda khususnya mahasiswa memahami dan menghayati Ideologi Pancasila, memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, disamping menguasai IPTEKS. Tantangan terhadap bertumbuhnya kesadaran ideologis, penguatan rasa kebangsaan dan cinta tanah air mendapat gempuran hebat dari kerasnya persaingan antar bangsa, antar elemen masyarakat, bahkan antar individu pada era pasar bebas dewasa ini. Pada era persaingan ini setiap orang khususnya dalam hal ini para mahasiswa dapat tergoda untuk menganut pragmatisme dan individualisme, suatu faham yang tidak selalu berdamai dengan rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Kondisi itu pada gilirannya dapat mengancam eksistensi negara bangsa sebagaimana pernah dikemukakan oleh Kenichi Ohmae 1995 yang tergambarkan dalam judul bukunya The End of the Nation State. Untuk mengantisipasi ancaman terhadap eksistensi negara bangsa yang dapat berawal dari kondisi memudarnya kesadaran terhadap Ideologi Pancasila, melemahnya rasa kebangsaan dan cinta tanah air, dan untuk merespon kondisi persaingan yang makin tajam sebagaimana dikemukakan pada uraian terdahulu, maka perlu optimalisasi implementasi Mata Kuliah Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Hal ini sejalan dengan amanat ketentuan dalam Pasal 35 ayat 3 UU RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang menetapkan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat Mata Kuliah a. Agama, b. Pancasila, c. Kewarganegaraan, dan d. Bahasa Indonesia. Lebih dari itu, urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education juga dikukuhkan melalui Pasal 9 ayat 2 UU RI Nomor 3 Tahun 2002 bahwa salah satu bentuk wujud keikutsertaan warga negara dalam bela negara adalah keikutsertaan warga negara dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan Perpres RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Capaian Pembelajaran umum bagi semua jenjang pendidikan sebagaimana termaktub dalam uraian deskripsi umum antara lain adalah berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia, menghargai keanekaragaman budaya, menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa dan masyarakat luas. Karakter tersebut harus dicapai oleh setiap lulusan dari setiap program studi semua perguruan tinggi, yang mana karakter tersebut merupakan tujuan substantif dari mata kuliah Pancasila . Hal ini sejalan dengan butir nomor 8 delapan dalam 9 sembilan 2 Agenda Prioritas atau NAWA CITA sebagaimana tercantum dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015- 2019 pada Buku I halaman 67-68 yaitu melakukan revolusi karakter bangsa. Melalui mata kuliah Pancasila diharapkan terwujud warga Negara yang baik yaitu sebagaimana dikemukakan oleh Cogan dan Derricott 1998: 4 yang menyatakan bahwa “a good citizen, by contrast, not only lives decently in his or her private life, but is also committed to participation in public life.”. Karakter warga negara pada abad 21, meskipun beragam karena tergantung pada sistem politik yang berlaku, menurut Cogan 1998: 2-3 terdapat 5 lima karakter warga Negara yaitu 1 a sense of identity, 2 the enjoyment of certain rights, 3 the fulfillment of corresponding obligations, 4 a degree of interest and involvement in public affairs, and 5 an acceptance of basic societal values. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kedudukan mata kuliah Pancasila amat strategis dalam membina dan mengembangkan karakter bangsa yang berideologi Pancasila, memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Di sisi lain karakter tersebut merupakan prasyarat bagi kelangsungan hidup bangsa dan terwujudnya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu perlu upaya yang sungguh-sungguh agar mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh para dosen yang profesional. Kenyataan di lapangan, para dosen pengampu mata kuliah Pancasila memiliki latar belakang akademik yang beragam, yang dalam banyak kasus latar belakang akademiknya tidak relevan untuk mengajar mata kuliah Pancasila . Padahal pembinaan kompetensi dosen seperti yang dilakukan Lemhannas dalam bentuk kursus calon dosen kewarganegaraan sudah sejak tahun 2000-an tidak dilakukan lagi, dan pelatihan dosen Pancasila oleh Ditjen Dikti pun sudah lama sekitar 10 tahun terakhir ini tidak diselenggarakan. Di sisi lain jumlah dosennya relatif tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tersebut, sebagai akibat dari banyaknya dosen yang pensiun sedangkan rekrutmen dosen muda tidak dilakukan secara sistemik. Lebih dari itu, konten kurikulum mata kuliah Pancasila dilihat dari konteks lingkungan yang semakin dinamis, dan perlunya memberikan penguatan spirit revolusi mental, maka perlu mereaktualisasi materi mata kuliah tersebut. Dengan demikian maka dipandang perlu dan termasuk kategori amat mendesak untuk diselenggarakan pendidikan dan pelatihan Dosen Pancasila .

B. Dasar Hukum