RENCANA TATA RUANG WILAYAH RTRW KABUPATEN NGAWI
Laporan Akhir
V - 44
5.2.2.8. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan permukiman pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni permukiman permukiman perdesaan dan perkotaan. Luas
kawasan permukiman di Kabupaten Ngawi secara keseluruhan adalah 16.655,51 ha. Kawasan permukiman di biagi atas kawasan permukiman
perdesaan dan kawasan permukiman perkotaan.
A. Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian,
tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada.
Secara fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Ngawi terletak di pergunungan dan dataran tinggi, dataran rendah. Setiap lokasi memiliki
karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai karakter masing- masing.
Kawasan permukiman
perdesaan yang
terletak pada
wilayah pegunungan dan dataran tinggi kegiatan, pengembangan permukiman
diarahkan pada pertanian tanaman keras, perkebunan dan sebagian hortikultura, dan pariwisata. Kawasan ini terdapat di Kecamatan Jogorogo,
Geneng, Karangannyar, Sine, Ngrambe dan Kendal. Pada kawasan ini perkembangan permukiman harus diarahkan membentuk cluster dengan
pembatasan pengembangan permukiman pada kawasan lindung. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah,
umumnya memiliki kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campur, termasuk peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman perdesaan yang
terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan kosong yang terletak pada tengah permukiman dan sepanjang jalan utama merupakan
kawasan yang rawan perubahan pengunaan lahan dari kawasan pertanian menjadi kaswasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan
pengembangan untruk kawasan terbangun. Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai
penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan.
Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk
sentra industri kecil. Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri
atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Kawasan agropolitan di Kabupaten
Ngawi adalah Kecamatan Karangannyar dengan ditunjang Kecamatan Geneng, Widodaren, mantingan, Kedunggalar dan Pitu. Luas kawasan permukiman
perdesaan di Kabupaten Ngawi kurang lebih 11.038,47 ha.
B. Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan
orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Ngawi merupakan bagian dari kawasan
perkotaan dengan perkembangan dan kondisi yang sangat beragam, dengan rencana pengembangan kawasan ini kurang lebih 6.559,17 ha dari luas wilayah
kabupaten. Terkait dengan permukiman perkotaan di Kabupaten Ngawi, rencana
penataan dan pengembangannya sebagai berikut : 1.
Seiring dengan pengembangan Perkotaan Ngawi sebagai ibukota Kabupaten, maka permukiman di perkotaan Ngawi ini akan meningkat
pesat, sehingga
perlu peningkatan
kualitas permukiman
melalui
RENCANA TATA RUANG WILAYAH RTRW KABUPATEN NGAWI
Laporan Akhir
V - 45
penyediaan infrastruktur yang memadai pada permukiman padat, penyediaan perumahan baru, dan penyediaan Kasiba-Lisiba Berdiri Sendiri.
Pada setiap kawasan permukiman disediakan berbagai fasilitas yang memadai sehingga menjadi permukiman yang layak dan nyaman untuk
dihuni; 2.
Pengembangannya adalah untuk permukiman dengan kepadatan rata-rata tinggi, dan sebagian kawasan dapat digunakan untuk kawasan siap bangun
yang sudah ditentukan lokasi dan luasannya yaitu di Kecamatan Ngawi seluas 80 Ha.
3. Permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan
pengembangannya adalah untuk perumahan dan fasilitas pelengkapnya sehingga menjadi permukiman yang nyaman dan layak huni;
4. Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas
lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan jalan setapak, saluran pembuangan air hujan, pengadaan sarana
lingkungan, pembangunan sarana MCK mandi, cuci, kakus dan pelayanan air bersih;
5. Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan
penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan jaringan drainase dan pematusan, pelayanan jaringan listrik, telepon, air bersih dan
sistem sanitasi yang baik. Kawasan opermukiman baru harus menghindari pola enclove; serta
6. Pada kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lamakuno,
bangunan tersebut harus dilestarikan dan dipelihara; Selanjutnya bangunan dapat dialihfungsikan asalkan tidak merusak bentuk dan kondisi
bangunannya. Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi :
1. Secara umum kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat
menjadikan sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana dan prasarana permukiman;
2. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan
dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai; 3.
Perkotaan besar dan menengah penyediaan permukiman selain disediakan oleh pengembang dan masyarakat, juga diarahkan pada penyediaan
KasibaLisiba Berdiri Sendiri, perbaikan kualitas permukiman dan pengembangan perumahan secara vertikal;
4. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan
dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;
5. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui
pembentukan pusat pelayanan kecamatan; 6.
Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;
7. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan
dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha;
8. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan
dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil. 9.
Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis pengembangannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat,
serta pengolahan hasil pertanian. Selanjutnya perdesaan di kawasan pesisir dikembangkan pada basis ekonomi perikanan dan pengolahan hasil ikan;
5.2.2.9. Kawasan Peruntukan Lainnya