Penegasan Penonjolan Keterpelajaran Faktor-faktor Penyebab Campur Kode

memberikan contoh nyata bahwa yang bersalah harus lengser. SM, 1-8-2001, XV. Pada data 8 - 10 terdapat kata keslomot ‘terkena dampaknya, rasanan ‘gunjingan t dan lengser turunmundur’ yang menunjukkan bahwa penutur sudah terbiasa melakukan campur kode dalam bahasa Jawa. Demikian puia pada data 11 - 13 berikut. 11 Entah itu serius, gojegan atau cengengesan, tetapi kami menganggap proyek pembangunan kembali balai kota sangat rentan terhadap suap. SM, 10-12-2001, XVIII. 12 Jika tidak benar-benar kepepet masyarakat enggan berobat ke puskesmas. SM, 20-9-2001, XVII. 13 Bagi pemerhati seni, kesenian khas itu tidak akan mboseni. SM, 30-4-2001 ,X Vll. Dalam data 11 - 13 terdapat kata gojegan, cengengesan, kepepet, dan mboseni yang berasal dari bahasa Jawa. Penggunaan kata gojegan cengengesan bergurau’, kepepet terpaksa ’ , dan kepepet ‘membosankan’ menunjukkan bahwa penutur sudah terbiasa melakukan pencampuran kode dari bahasa Jawa ketika bertutur dalam bahasa Indonesia.

3. Penegasan

Keinginan seorang penutur untuk menegaskan pernyataan yang telah diucapkan sebelumnya dengan menggunakan kode yang berbeda tidak jarang juga dapat menyebabkan terjadinya fenomena campur kode. Seandainya kode tersebut diganti dengan kode dari bahasa Indonesia, sebenarnya tidak mengurangi ketegasan yang diinginkan. Hanya saja, dalam hal seperti ini penutur ingin menegaskan pernyataan yang telah diucapkan sebelumnya dengan menggunakan kode yang berbeda. Adanya faktor penegasan dapat diiihat pada data berikut. 14 Pemkot tampaknya terlalu serius dalam menanggapi persoalan yang sebenarnya tak perlu diseriuskan. Jadi overacting. SM, 30-9-2001, 15 Warga Arcawinangun ini mengungkapkan, ia memilih mangkal atau magrok di alun-alun semata-mata karena pertimbangan hemat, baik dari segi biaya maupun tenaga. SM, 1-11-2001, XX. Pada data 14 muncul kata overacting yang merupakan kata dari bahasa Inggris. Kemunculan kata tersebut merupakan penegasan dari kata-kata sebelumnya yaitu terlalu serius dalam menanggapi persoalan yang sebenarnya tak perlu diseriuskan ’ . Demikian pula kemunculan kata magrok yang berasal dari bahasa Jawa pada data 15. Kata tersebut merupakan penegasan dari kata sebelumnya, yaitu kata ‘mangkal’.

4. Penonjolan Keterpelajaran

Dalam wacana berita daerah Harian Suara Merdeka, penyebab munculnya campur kode dapat juga karena faktor unt.uk memunjukkan penutur adalah orang yang ‘terpelajar’. Hal ini diketahui dari cara bertutur mereka yang sering menggunakan kata-kata dari bahasa asing terutama bahasa Inggris. Pemakaian kata-kata dari bahasa asing dapat juga berkaitan dengan gengsi. Mereka merasa lebih bergengsi menggunakan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Penyebab campur kode berupa penonjolan rasa terpelajar tampak pada data 16 - 21 berikut. 259 16 Sesuai dengan agreement kami beberapa waktu lalu, terhadap persoalan ini harus dilihat kelayakan antara besar PAD dan persentase untukDewan. SM, 1-6-2001, XV. 17 Menurut Agung. meski performance anak tunanetra agak terlambat, kemampuan verbalnya lebih menonjol dibandingkan dengan anak normal. SM, 20-8-2001, XIII. 18 Untuk memperkuat penyidikan, kami juga memeriksa urine keempat tersangka. SM10-10-2001, XVTII. 19 Proyek itu bersifat integrated di seluruh wilayah kota dan untuk efisiensi. SM 5 10-8-2001, XIII. 20 Kalau sekarang ini mereka kemudian disuruh pindah begitu saja, bisa dianggap sebagai tindakan tidak manusiawi, apalagi bila lokasi yang baru itu kurang marketable SM 5 1-9-2001, XVI. 21 Hasil sharing dilaporkan ke panitia untuk diputuskan lewat rapat paripurna. SM, 10-3-2001, Xlll. Kata-kata agreement, performance, urine, integrated, marketable, dan sharing pada data 16 — 21 adalah kata-kata yang lazim diucapkan oleh kalangan terpelajarterdidik dan mempunyai pengetahuan yang luas. Selain itu, penutur juga merasa lebih bergengsi menggunakan kata-kata tersebut.

5. Penonjolan Warna Daerah