Ketiadaan Kata yang Tepat

B. Rumusan Masalah

Masalah utama yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa campur kode dalam wacana berita daerah harian Suara Merdeka.

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan masalah yang dibahas adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi sebab munculnya peristiwa campur kode dalam wacana berita daerah harian Suara Merdeka.

D. Faktor-faktor Penyebab Campur Kode

Campur kode dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. Antara faktor penyebab yang satu dengan faktor penyebab lainnya tentu berbeda-beda, Begitu pula yang terjadi dalam wacana berita daerah harian Suara Merdeka. Berdasarkan penelitian yang penulils lakukan, secara garis besar campur kode yang terjadi dalam wacana berita daerah harian Suara Merdeka disebabkan faktor-faktor berikut: ketiadaan kata yang tepat dalam bahasa yang dipakai, kebiasaan, penegasan, penonjolan keterpelajaran, penonjolan warna daerah, penyitiran pendapat, dan untuk penghormatan orang yang dibicarakan. Berikut uraian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode dalam wacana berita daerah harian Suara Merdeka.

1. Ketiadaan Kata yang Tepat

Dalam bertutur seseorang seringkali menyisipkan kata dari bahasa lain ke dalam tuturannya. Misalnya saja, seseorang yang sedang bertutur dalam bahasa Indonesia, tetapi dia tidak menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan, gagasan, maupun idenya, maka dia akan mencari kata-kata dari bahasa lain yang dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan, gagasan, maupun idenya tersebut. Ketiadaan kata yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai dapat dilihat pada data berikut. 1 Kromokarso penduduk Kedungrejo Kecamatan Jatipurno, kunduran truk pengangkut bambu yang dikemudikan Surahman. SM, 10-6-2001,111. 2 Para pedagang yang akan mrema pada Pesta Kupatan itu ratusan. SM, 20-12-2001, XIX. 3 Puluhan warga mulai aiiak-anak, remaja, hiiigga dewasa menyaksikan hiburan gratis dengan antusias dan sumringah SM, 20-10-2001, XIV. 4 Koordinator aksi Ali Shawi mengatakan, pada 17 April ratusan nelayan dari berbagai kola di Jateng akan nglurug ke Kantor Puskud Mina Baruna. SM, 10-4-2001, XIll. Data 1 - 4 menunjukkan kemunculan campur kode yang disebabkan ketiadaan padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Kata kunduran pada data 1 digunakan untuk mengungkapkan konsep tertabrak oleh truk yang sedang mundur’. Kata kunduran tersebut dalam bahasa Indonesia tidak mempunyai padanan kata yang tepat benar dengan konsep yang 257 dimaksud. Demikian juga dengan kata mrema, sumringah, dan nglurug pada data 2 - 4 sangat sulit dicari padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Kata mrema pada konteks data 2 sama artinya dengan berjualan tidak pada waktutempat yang biasa digunakan untuk berjualan dan biasanya berkaitan dengan adanya suatu kerarnaianperistiwa ’ . Kata sumringah pada data 3 mempunyai makna yang sama dengan ‘berseri-seri’ atau ‘penuh semangat, ceria, optimis, dan perasaan lain yang terkumpul menjadi satu ’ . Kata nglurug 4 memuat konsep menyempatkan datang ke suatu tempat secara bersama-sarnaberombongan untuk suatu keperluan berkaitan dengan suatu kasusmasalah’. Selain data 1 - 4 di atas, masih ada data lain yang menunjukkan sebab terjadinya campur kode karena ketidakadaan kata yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai seperti terlihat pada data berikut. 5 Rombongan pekerja yang nglajo juga turut andil memacetkan jalur pantura di Jalan Raya Kaligawe. SM, 10-11-2001, XV. 6 Ini karena masih ada beberapa orang yang nyelelek, setelah SM, 10-11- 2001, XV. 7 Yang paling baik, pernberantasan dilakukan secara gropyokan sehingga lalat tak menyebar ke lahan lain. SM, 20-7-2001, XIX. Pada data 5 terdapat kata nglajo yang bermakna berangkat dan pulang kerja setiap hari dengan jarak tempuh rumah dengan tepat kerja yang cukup jauh ’ . Kata nyelelek pada data 6 mempunyai kandungan makna bertindaberlaku tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Kata gropyokan pada data 7 mengandung makna melakukan tindakan penangkapan secara bersama-sarna. Ketiga kata ini tidak mempunyai padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia,

2. Kebiasaan