PEDOMAN PERTANYAAN TOKOH ADAT MASYARAKAT PEMERINTAH DESA (Tim Forum Peduli Adat Tingkat Desa)

Transkrip Wawancara

  HariTanggal

  : kamis 28 Januari 2016 Pukul 19 Wita

  Tempat

  : Ramuk, kec.Pinupahar, Sumba Timur

  Sumber Informasi

  : Yusak Domu Ndjuruhapa

  Posisi dalam Forum

  : Tokoh adatwunang (Tim Forum peduli adat tingkat desa yang di bentuk oleh FPA Pangadangu mahamu)

  Perannya

  1. Membantu dan mendampingi Tim FPA Pangadangu mahamu dalam melakukan sosialisasi penyederhanaan adat di masyaarakat

  2. Tim sosialisasi didesa (berperan untuk mengajak, memberitahu masyarakat tentang penyederhanaan adat kemtian. Dan aktor ini juga berperan untuk mengajak masyarakat untuk ikut sosialisasi dan deklarasi penyederhanaan adat kematian di desa ramuk)

  3. Penanggung jawab forum tingkat desa sebagai pengontrol masyarakat dalam melakukan penyederhanaan adat kematian (mengontrol, mengamati, dan mendampingi).

  P

  : apa makna adat kematian menurut bapak?

  N

  : sebenarnya adat kematian ini sudah ada dari jaman dulu, jadi kita ini jalankan terus ini tradisi karena dari nenek moyang kita dulu sudah ada acara seperti ini. Kalau maknanya sebenarnya untuk melanjutkan warisan budaya leluhur sebagai bentuk terima kasih kita kepada leluhur karena ini kan masih ada kaitannya dengan budaya marapu. jadi biar bagaimana pun kita harus jalankan ini budaya adat kematian. Kalau budaya adat kematian di desa ramuk ini masih sangat aktif sekali sampai sekarang ini karena ini berpengaruh pada masyarakat terutama kabihu-kabihu yang ada di sin ini satu sama lain sangat berkaitan. P

  : Bagaimana sejarah adat singkat adat kematian yang bapak pahami ?

  N

  : kalau adat kematian ini sudah ada dari jaman dulu dan tradisinya itu dilakukan terus sampai sekarang ini karena ini kan merupakan warisan budaya yang harus dilakukan oleh siapapun karena ini sudah wajib dilakukan oleh orang sumba itu sendiri nah. Dari jaman sebelum saya lahir pun ini tradisi adat kematian sudah ada jadi waktu saya lahir dari tahun 60-an itu budaya ini sudah ada. Adat kematian ini kan sebenarnya merupakan upacara yang harus dilakukan karena sebagai bentuk penghargaan kita kepada orang sudah meninggal. P

  : apa tujuan adat kematian baik dari segi sosial, ekonomi, politik maupun agama ?

  N

  : Tujuan adat kematian ini sebenarnya untuk memberikan penghargaan kepada orang yang sudah meninggal ya. Kita sama-sama saudara bersaudara untuk menghakimi dan ini sebagai bentuk terima kasih kita kepada leluhur kan sebenarnya. Tujuan adat kematian dari segi sosial sebanarnya ini kan lebih kepada kekeluargaan ya memperkokoh hubungan keluargalah begitu apalagi kita di sini ini di ramuk hubungan kekeluargaannya sangat kuat. P

  : Bagaimana pelaksanaan adat kematian yang dilakukan di sumba timur ?

  N

  : jadi pelakasanaan adat kematian yang sering dilakukan ini ketika pertama kali begitu dia meninggal keluarga pergi kasih tau saja dulu lah begitu jadi dia pergi kasih tau mati saja dulu dia meninggal jam sekian hari sekian di tempat ini paling begitu saja dulu setelah itu baru kummpul semua keluarga untuk musyawarah unntuuk masukkan dalam peti lagi setelah itu baru dilakukan lagi musyawarah untuk menentukkan hari penguburannya yang sering dilakukan di ramuk ini kan seperti itu. Dalam acara ini kan masih berlaku yang cara undang ana kawaini cara undang yera kan masih berlaku disini : jadi pelakasanaan adat kematian yang sering dilakukan ini ketika pertama kali begitu dia meninggal keluarga pergi kasih tau saja dulu lah begitu jadi dia pergi kasih tau mati saja dulu dia meninggal jam sekian hari sekian di tempat ini paling begitu saja dulu setelah itu baru kummpul semua keluarga untuk musyawarah unntuuk masukkan dalam peti lagi setelah itu baru dilakukan lagi musyawarah untuk menentukkan hari penguburannya yang sering dilakukan di ramuk ini kan seperti itu. Dalam acara ini kan masih berlaku yang cara undang ana kawaini cara undang yera kan masih berlaku disini

  : Bagaimana dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi, politik dan agama

  : sebenarnya ini kalau kita lihat dari sesi ekonomi sebenarnya merugikan sekali yah banyak menyita waktu, tenaga, materi dan lain-lain tapi mau tidak mau budaya ini. Biar bagaimana pun tetap dilakukan karena ini merupaakan warisan budaya juga. Ini juga berdampak pada kehidupan masyarakat adanya pencurian ternak, kehilangan barang berharga, hutang kira kanan sudah to untuk lakukan ini pesta adat nah itu juga menjadi kendala kita biarpun sudah miskin tetapi kita selalu berusaha untuk melakukan pesta adat ini. P

  : Bagaimana latar belakang munculnya kebijakan penyederhanan adat kematian ?

  N

  : penyederhanaan adat muncul ini pada tahun 2013 yang lalu itu ada acara WVI waktu itu pedes (pesta desa)…nahh itu WVI dan tokoh-tokoh forum adat sumba mengumpulkan semua tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh adat yang ada di ramuk untuk melakukan sosialisasi tentang penyederhanaan adat ini tetapi waktu itu belum di tanggapi serius oleh masyarakat karena kaget juga waktu itu kan. P

  : Bagaimana proses terbentuknya wacana kebijakan penyederhanaan adat kematian? N

  : Wah kalau itu saya tidak tau lagi karena ini kan yang pertama adakan ide ini WVI dengan tokoh forum adat sumba timur jadi mereka mungkin lebih tau tentang proses terbentuknya ini hehehe. Ya kalau tidak salah ya mungkin mereka melihat pelaksanaan adat kematian ini yang mengeluarkan biaya yang banyak dan memberatkan masyarakat ya jadi mereka berinisiatif begitu. P

  : bagaimana bentuk kebijakan penyederhanaan adat kematian itu pak ?

  N

  : mereka ini melakukan sosialisasi disini dengan membawa isi kebijakan ini yang sudah tertulis dalam kertas mereka melakukan sosialisasi. Nah dari isi kebijakan ini tidak semua di sepakati oleh maasyarakat waktu itu jadi mereka ini merubah lagi kebijakan yang mereka sudah buat tadi setelah itu nanti di sosialisasikan lagi. Itu pada pertemuan pertama setelah itu mereka rubah lagi itu kebijakan yang mereka sudah buat dan sesuaikan dengan permintaan kami begitu. P

  : apa saja isi dari kebijakan penyederhanaan adat ini ?

  N

  : ya yang merka sosialisasikan ini yaitu lama penyimpanan mayat maksimal 8 hari, cara undangnya juga, cara pakameting juga (itu cara makan minum dan pemberian kameti), aspek pembawaan yera dan anakawini dan cara membalasnya, dan pembatasan kain yubuhu untuk palumburungngu (kain kafan) ya itu yang di sosialisasikan di sini kemarin. P

  : bagaimana proses implementasi kebijakannya ?

  N

  : kalau di ramuk sini ini awalnya dulu belum karena masyarakat belum paham ini maksud penyederhanaan adat. Tetapi setelah di sosialisasikan ulang berkali-kali sudah tiga kali sosialisasi ini baru masyarakat mulai mengerti sudah ada benarnya juga ini penyederhanaan adat mereka bilang begitu sudah nah mulai dari itu setiap ada kematian sudah mulai pakai sudah cara-cara yang disosialisasikan tadi sampai sekarang. Awalnya memang dulu banyak yang tidak setuju tetapi lama-lama masyarakat juga setuju dengan ini. P

  : bagaimana respon masyarakat terhadap kebijakan penyederhanaan adat kematian ini ? N

  : seperti yang saya bilang tadi itu awalnya masyarakat masih pro dan kontra terhadap kebijakan ini tetapi lama makin lama banyak juga yang setuju jadi menurut saya ini respon yang luar biasa dari masyarak.

  P

  : bagaimana peran lembaga agama pak ?

  N

  : kalau peran lembaga agama saya kira sangat respon apalagi pada setiap sosialisasi ini majelis maupun pendeta selalu hadir. P

  : bagaimana peran pemerintah dalam menanggapi ini pak ?

  N

  : peran pemerintah desa saya kira harus turut terlibat dalam melihat masyarakat ini karena kita tau sendirikan masyarakat kita ini banyak yang hanya petani jadi menurut saya ada bagusnya kalau kita di ramuk ini lakukan penyederhanaan adat ya melihat kondisi ekonomi kita juga ini kan coba nyumu lihat sendiri kan di sini itu seperti apa. P

  : Maaf bapa, kalau boleh tau apa bapak punya posisi di ini desa?

  N

  : Ndia na umbu, saya hanya masyarakat biasa saja, kalau ada urusan adat, saya sebagai wunang (juru bicara). Ya tugas saya sebagai wunang saja, saya sebagai tokoh adat ya saya melakukan tugas saya sebagai wunang ya melihat masyarakat untuk membantu menjalankan adat kematian itu saja. P

  : Maaf bapa, kemarin saya dengar disini ada pertemuan juga sosialisasi tentang penyerderhanaan adat kematian, bisa bapak ceritakan prosesnya? N

  : O betul umbu, kemarin memang ada pertemuan di sini, saya sempat ikut sebagai tokoh adat. Jadi pas ada pertemuan pertama kalau tidak salah tahun lalu 2013. Ada orang- orang WVI dengan tokoh-tokoh peduli adat Sumba Timur. Kami tokoh pemerintah, masyarakat, dan tokoh adat diminta untuk kumpul dan diskusi dengan kami WVI dan tokoh-tokoh forum peduli adat itu. Pas pertemua pertama mereka mulai bahas soal adat kematian. Jadi, mereka bilang waktu itu adat ini perlu disederhanakan dengan alasan mereka bilang karena adat ini terlalu boros dan memberatkan masyarakat, terutama adat kematian. Wah kami semua sempat kaget, bagaimana bisa sederhanakan adat. Tapi dorang jelaskan sudah proses penyerderhanaan adat itu. Ternyata setelah dijelaskan dan saya pikir memang betul adatnya kita orang Sumba ini memberatkan. Jadi memang perlu disederhanakan tapi maknanya tetap. Akhirnya kami tokoh pemerintah, tokoh adat, tokoh masyarakat yang ikut sepakat untuk ajak masyarakat untuk diskusi dan sosialisasi dengan tim forum peduli adat begitu umbu. P

  : Bagaimana respon awal masyarakat waktu bapak ajak mereka diskusi dan sosialisi? N

  : Ada yang pro, ada juga yang kontra waktu itu umbu, karena pertimbangan dari mereka yang kontra mereka bilang ini bisa rubah nilai adat. Jadi, mereka menolak penyerderhanaan adat ini. Kalau mereka yang pro, mereka malah senang waktu kami sampaikan hasil diskusi dengan tokoh forum peduli adat. Mereka punya pemikiran yang sama dengan saya. Jadi mereka bilang wah bagus juga ini ide penyerderhanaan adat, karena meringankan kita juga mereka bilang begitu. P

  : bagaimana dengan orang-orang yang kontra? Bagaimana cara bapak membujuk mereka untuk mau terima penyerderhanaan adat? N

  : Memang susah bujuk mereka ini. Jadi saya punya cara lain untuk bisa bujuk mereka. Nah, kebetulan saya wunang (juru bicara) kalau setiap ada adat baik adat kematian atau adat perkawinan saya selalu omong tentang penyederhanaan adat. Saya kan wunang jadi mereka mau dengar saya karena saya yang sering jadi kunci adat. Ya, mau tidak mau harus ikut sudah, hehehehehe. P

  : Kira-kira berapa lama waktu untuk yakinkan masyarakat supaya sederhanakan

  adat? N

  : Jadi, ini tidak pakai waktu kalau menurut saya. Karena saya ini setiap adat selalu omong dan juga sekarang ini saya lihat sudah banyak yang berbalik yang dulunya kontra sekarang sudah mulai pro. Ya, kira-kira 1-2 tahun lah begitu. Makanya setiap kali ada adat kematian saya selalu ada untuk kasih pemahaman. P

  : Di desa ini ada berapa kali diadakan sosialisasi atau pertemuan?

  N

  : Kalau untuk pertemuan baru satu kali saja, itu yang pertama, yang kami hanya tooh-tokoh yang ada di desa dengan tokoh-tokoh forum penyederhanaan adat. Trus kalau sosialisasi baru satu kali saja, tahun 2014 pas saat sinode di Ramuk. Sosialisasi yang terakhir itu kalau tidak salah sekalian dengan deklarasi nanti. P

  : Setelah sosialisasi terakhir tahun 2014, bagaimana respon masyarakat?

  N

  : Ya responnya luar biasa waktu itu. Yang saya lihat yang awalnya kontra akhirnya pro juga. Habis sosialisasi waktu itu, semua masyarakat langsung minta buat deklarasi atau perjanjian adat supaya penyederhanaan adat itu langsung dijalankan dan tidak boleh dilanggar. P

  : Sebagai tokoh adat, bagaimana tanggapan bapak tentang penyerderhanaan adat?

  N

  : Kalau menurut saya, ada bagusnya juga forum ini punya ide untuk sederhanakan adat. Ya, saya berpikir bahwa apa yang disampaikan forum tentang persoalan adat memang seringkali memberatkan masyarakat sampai-sampai bikin miskin, hutang kiri- kanan karena adat, apalagi kalau adat kematian karena sifatnya tidak direncanakan. Saya tau ini karena saya wunang, apa-apa yang dibutuhkan saat adat saya tahu semua, baik itu bentuk pelaksanaannya sampai apa saja yang dibutuhkan. Memang memberatkan apalagi bagi masyarakat yang kurang mampu. Misalnya saja saat ada kematian walaupun tidak punya apa-apa mulai sudah pinjam kiri-kanan, minta kiri-kanan untuk bisa tetap laksanakan adat. Di desa Ramuk banyak orang yang suka simpan mayat berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun karena alasan belum punya dana yang cukup untuk undang keluarga yang jauh dan untuk keperluan adat. Memang saya juga sudah pernah rasa susahnya. P

  : Bagaimana bapak bisa cepat kasih respon positif terhadap penyederhanaan adat kematian ? N

  : Ya, saya cepat kasih respon karena saya sadar betul-betul kalau adat ini memberatkan jadi perlu disederhanakan. Saya sendiri juga lihat orang-orang yang punya gagasan awal, orang-orang yang berpengaruh macam pak Lapoe Mokoe inikan mantan bupati, macam pak Paulus Taralandu juga salah satu tokoh adat yang berpengaru di Kambera sana. Jadi, dorang ini saya jadi patokan dan contoh buat saya, karena saya pikir mereka saja ini mau sederhanakan adat. Kenapa kita tidak Kan begitu. P

  : apa tujuan pribadi dari bapak untuk turut serta dalam proses ini ?

  N

  : ya mungkin dengan ikutnya saya sebagai wunang mungkin masyarakat bisa melihat dan sadar kali ya pentingnya penyederhanaan adat ini. apalagi saya ini wunang (juru bicara adat) jadi apa yang saya omong pasti di dengar oleh masyarakat. P

  : selain ikut sosialisasi penyederhanaan adat ini, apakah bapak punya pengalaman

  lain? N

  : jelas banyak sudah umbu apalagi saya wunang ini saya selalu mengikuti acara- acara kematian dan perkawinan juga jadi saya bisa tau adat sumba ini seperti apa. Itulah dari awal saya melihat ini gagasan yang di sampaikan oleh Tim FPA bagus sekali karena memang saya betul-betul merasakan ini persoalan adat.

Transkrip Wawancara

  HariTanggal

  : Minggu 31 Januari 2016, Pukul 19 Wita

  Tempat

  : Ramuk, kec.Pinupahar, Sumba Timur

  Sumber Informasi

  : Yonathan. P. Ratundima

  Posisi dalam Forum

  : Tokoh Masyarakatadat (Tim Forum peduli adat tingkat desa yang di bentuk oleh FPA Pangadangu mahamu)

  Perannya

  1. Membantu Tim FPA Pangadangu mahamu dalam melakukan sosialisasi adat kematian di masyarakat

  2. Tim sosialisasi didesa (berperan untuk mengajak, memberitahu masyarakat tentang penyederhanaan adat kemtian)

  3. Penanggung jawab forum tingkat desa sebagai pengontrol

  masyarakat

  dalam melakukan

  penyederhanaan

  adat

  kematian (mengontrol,

  mengamati, dan mendampingi).

  P

  : Apa makna dan bagaimana sejarah adat kematian di sumba timur ?

  N

  : nagunnana wamu hena ya nuna ndu njaka ningu mameti lakeluarganda, lakalembinda kita melakukan pesta adat untuk penghargaan untuk na tau meti dengan kita melakukan pesta adat kematian to umbu (gunanya yaitu kalau ada keluarga yang meninggal kita melakukan pesta adat untuk penghargaan pada orang mati dengan melakukan pesta adat kematian to umbu). na tau nama meti kan nyutu harus ta tembi mayaka mbani unna hamana mbani luripa lapinu tana na kapercayaan aslinda nyuta yena kan masih marapu dulunya jadi adat kematian ini kita harus lakukan terus karena merupakan warisan leluhur (orang yang sudah meninggal kita harus hargai sama seperti dia waktu masih hidup di bumi, kepercayaan aslinya kita kan marapu dulunya jadi adat ini harus kita lakukan terus karena merupakan warisan leluhur). P

  : Mengapa kita harus melakukan pesta adat kematian ini ?

  N

  : ini kan sudah tradisi umbu nyutu tau luri tapalakuya yena na budaya wamu kan (kita orang yang hidup kita jalankan ini budaya kan) sudah warisan secara temurun- temurun dari dulu tiap ada yang meninggal ini kita lakukan terus-menerus…tapalakuya yena na tradisi kan dalam huri marapu sebagai bentuk ucupan syukur dan trimakasih nda nyuta hangganya namurutau ndu (kita lakukan ini tradisi kan dalam kepercayaan marapu sebagai bentuk ucupan trimakasih kita kepada yang maha kuasa). Tapi perlu umbu ketahui di ramuk ini sudah Kristen semua loh tapi budayanya ini yang masih kental sekali dengan tradisi budaya marapu ini adat kematian. P

  : Bagaimana sejarah adat kematian ?

  N

  : adat kematian ini sudah ada dari dulu dari jaman nenek moyang kita ini sudah ada. inikan sebenarnya tradisi warisan nenek moyang yang tidak boleh di langgar oleh siapapun jadi na tau nama meti lapinu tana yena nameti hanya pandi na pangia welingu lapinu tana la awang paraingu marapu (orang mati ini dia hanya pindah tempat dari dunia ini ke dunia dunia marapu) jadi kagiki na nyuta hita palaku manuya yena na tradisi meti kan (jadi kenapa kita lakukan ini tradisi meti) sebagai penghargaan nda nyuta (kita) terhadap leluhur dan oang yang mati jadi kita perlakukan dia ini sama seperti waktu dia masih hidup di dunia ini. P

  : Apa tujuan adat kematian baik dari (social, ekonomi, politik, agama) ?

  N

  : itu tadi yang saya bilang tujuannya itu hanya melakukan mandat atau apa namanya warisan buadaya yang sudah ada sejak nenek moyang kita dari dulu-dulu sampai sekarang.

  P

  : Kalau tujuan adat kematian dari segi sosial apa ?

  N

  : tujuannya ya kita melakukan pesta adat ini kan supaya hubungan kita dengan leluhur tidak putus. Disisi lain juga mmpererat kekeluargaan kita njaka pas ningu mapamuhungu, mapalumungu atau nama dapa tanda lakalembi na lai nu bisa nama pandami dangu napatada (mempererat kekelurgaan kita jika ada yang bermusuhan, berkelahi, tidak saling kenal di situ bisa berdamai dan saling kenal). njama ndi hiwana li meti nama pandamita wana ni jadi njaka ningu mapamuhungu la li meti jea napa ngia papadamina (makanya ada yang bilang tempat kematian adalah tempat berdamainya bagi orang yang bermusuhan). P

  : kalau dari segi ekonomi, politik atau agama begitu pak ?

  N

  : kalau dari ekonomi politik saya rasa tidak, kalau dari segi agama itu tadi warisan kepercayaan leluhur dulu kan sebelum masuknya kristen dari nenek moyang kita ini marapu loh. Jadi tradisi yang kita jalankan ini merupakan tata cara kepercayaan marapu yang dilakukan oleh nenek-moyang kita yang sudah meninggall dan ini berjalan terus sampai sekarang. Walaupun kita di ramuk ini sudah Kristen semua tapi budaya adat kematian ini dalam tata pelaksanaannya masih budaya marapu. P

  : Bagaimana pelaksanaan adat kematian yang dilakukan (bentuk pelaksanaan, susunan, aturan, waktu, jumlah) ? N

  : yang sering kita lakukan di ramuk ini pelaksanaan adat kematian begitu ada yang meninggal pertama kali kita kasih tau dulu keluarga terdekat begitu bahwa telah meninggal ini jam sekian, disini (tempat dia meninggal), pada hari sekian ya begitu dulu sesudah itu baru di kasih tau di ligkungan terdekat itu kita kasih tau wunang tokoh-tokoh dan juga majelis. Tapi sekarang la yehu la ramuk yena njaka ningu mameti haatu tau laku parenggang nanyaka pa beli mbahi la karenja (disini di ramuk ini kalau begitu ada yang meninggal satu orang akan cepat pukul gongbel di geraja). sesudah itu na tau mini himbu naka aii punggunaka pa mbolananyaka njaka na tau kawini manahu wangunanyaka pahappa tayi (sesudah itu yang laki-laki dia cari kayu dia potong dia pahat sudah kalau yang perempuan ada yang masak ada yang kasih pahappa setiap orang yang datang) kalau kayu peti ini sudah habis di pahat mayatnya akan di masukan dalam meti dan bungkus dengan kain sumba. Sesudah itu keluarga dan tokoh-tokoh akan berkumpul dan bermusyawarah tentukan hari penguburannya dulu sesudah itu kita tentukan mana yang di undang dengan cara adat dan yang tidak macam udang yera anakawini dengan kawuku tera (keluarga paman dari ibu dan keluarga saudara perempuan dari bapak). yang ketiga sebelum hari penguburan ada namanya pamatu maling di rumah duka sebelum harinya penguburan. P

  : pamatu maling itu seperti apa pak ?

  N

  : ya itu pamatu maling semua kabihu-kabihu, tamu-tamu yang diundang akan berkumpul semua di rumah duka dengan berbagai macam pembawaannya. P

  :Bagaimana dengan dampak terhadap kehidupan social, ekonomi, politik dan budaya ? N

  : tidak ada dampak karena ini kan kita lakukan sudah warisan budaya loh. Kita lakukan pesta adat ini kan sebagai bentuk ucapan syukur kita terhadap leluhur. Tetapi dari segi ekonomi memang sangat berpengaruh karena disitu mengeluarkan biaya yang begitu banyak. Misalnya saja kita menyiapkan dana untuk kematian dari proses dia meninggal sampai pada penguburannya itu membutuhkan biaya yang sangat besar dan banyak, biaya makan minum tamukarabat yang datang itu tidak gampan. Kita siapkan hewan yang di potong juga kan. kalau dari sosial saya rasa tidak berpengaruh malah disitu adat kematian ini lebih mempererat hubungan kita dengan leluhur, hubugan kita dengan keluarga atau kerabat.

  P

  : Bagaimana latar belakang munculnya kebijakann penyederhanaan adat kematian ? N

  : dulu tahun tahun 2013 itu lembaga WVI ( Wahana Visi Indonesia ) mereka ini mengadakan pertemuan di desa ramuk dengan beberapa tokoh dari kabupaten mereka sosialisasikan maksud penyederhanaan adat kematian ini itu disini. mereka ini bersama dengan tokoh mantan pejabat juga macam pak paulus pak marius itu umbu. Jadi saya tahu adanya kebijakan penyederhanaan adat kematian ini dari mereka dulunya di ramuk ini mereka sudah dua kali sosialisasi itu pada tahun 2013 dan 2014 kemarin pada saat sinode. P

  : Bagaimana proses terbentuknya wacana kebijakan penyederhanaan adat kematian ? (insiatif sapa ? mengapa mereka mempunyai pemikiran seperti itu ?. apa tujuannya ?) N

  : wahh njaka nuna hena daku pihamu anyapa umbu (wahhh kalau itu saya kurang tahu umbu). nappa pingu nggu nuna aka nukawai welingu la WVI ndama ngandiya lai yehu (yang saya tahu itu cuman itu tadi WVI yang membawa itu disini). WVI ini mereka lebih melihat dari pendidikan anak jadi mereka bilang hewan atau biaya yang digunakan saat adat kematian itu bisa dimanfaatkan untuk menabung untuk anak sebagai modal anak untuk pendidikan begitu na. Jadi mereka ini mensosialisasikan ini gagasan di masyarakat karena mereka juga melihat kemiskinan mungkin ya, macam di ramuk ini ekonomi masih lama misalnya penghasilan rendah sekali ini dan juga pendidikan masih rendah belum terlalu banyak sekolah sampai di SMP, SMA apalagi yang serjana jadi paling banyak disini Tamat SD bahkan banyak juga yang tidak tamat begitu. P

  : Bagaimana bentuk kebijakan penyederhanaan adat kematian ?

  N

  : bentuknya ini mereka kan ini WVI dengan tokoh-tokoh forum peduli adat yang datang sosialisasi disini, jadi mereka ini menyampaikan gagasan penyederhanaan adat kematian di ramuk. jadi waktu itu kami pertemuan dengan mereka membahas persoalan adat kematian yang terjadi di ramuuk ini P

  : apa saja isi kebijakannya ?

  N

  : isinya itu yang di sosialisasikan lamanya mayat itu di batasi 8 hari kalau tidak salah, pembawaan yera-anakawini juga disitu di batasi, cara undangnya dan apalagi ya cara pakametingnya juga itu umbu di batasi. Jadi mereka tawarkan itu supaya tidak membebani saat kematian. P

  : bagaimana proses implementasi kebijakanpenyederhanaan adat kematian di desa ini? N

  : untuk sejauh ini sudah banyak yang jalankan ini penyederhanaan adat kematian. memang pada pertemuan awal dulu itu wacana belum di tanggapi dengan serius oleh masyarakat. tetapi pada sosialisasi pada tahun 2014 itu wahh itu respon masyarakat sudah terima ini penyederhanaan adat kematian. Sampai mereka waktu itu minta untuk lakukan deklarasi umbu. P

  : bagaiamana respon masyarakat terhadapa wacana kebijakan penyederhanaan adat kematian ini ? N

  : responnya luar biasa, sejauh ini masyarakat sudah menerapkan itu penyederhanaan adat meskipun belum deklarasi, contoh saja bulan lalu itu ada kematian di keluarga umaladjik itu proses pelaksanaannya itu sudah pakai cara penyederhanaan adat kematian yang sudah di sampaikan oleh Tim FPA waktu sosialisasi. semua tata cara pelaksanaannya itu sudah pakai konsep yang sudah di kasih oleh FPA P

  : Maaf bapa, kalau boleh tau bapak posisi sebagai apa di desa sini?

  N

  : Iya umbu, saya di desa sini sebagai tokoh masyakarat dan adat juga.yah kalau di dalam adat saya termasuk juga tua-tua adat lah disitu. P

  : Maaf bapa, kemarin kalau tidak salah disini ada pertemuan atau sosialisasi tentang penyerderhanaan adat kematian, bisa bapa ceritakan prosesnya?

  N

  : Ya memang ada umbu, itu yang diadakan oleh WVI waktu acara pesta desa yang dibuat WVI. Waktu itu, WVI kasih tau kalau ada pertemuan dengan tokoh-tokoh adat dari lembaga peduli adat Sumba Timur. Jadi, prosesnya waktu itu kami diajak untuk diskusi bahas soal adat kematian. Kami yang ikut diskusi waktu itu ada pemerintahdesa, tokoh adat, dan tokoh masyarakat. Jadi, pertama mereka omong tentang persoalan adat kematian ini perlu disederhanakan begitu. Mereka bilang ada beberapa poin yang perlu dikurangi atau disederhanakan dalam pelaksanaan adat kematian. Menurut mereka pelaksanaan adat kematian sering memberatkan dan merugikan masyarakat karena adat yang terlalu berlebihan mereka bilang begitu umbu. P

  : bagaimana respontanggapan bapak terkait wacana penyederhanaan adat ini ?

  N

  : Ya, awalnya saya sendiri juga kaget, karena mereka langsung omong begitu. Jadi saya awalnya berpikir negatif. Saya bilang jangan-jangan mereka mau datang untuk rubah adat ini. Tapi, setelah mereka jelaskan akhirnya saya bisa terima mereka punya ide, setelah mereka jelaskan maksud dan tujuan penyederhaan adat juga poin-poin yang perlu disederhanakan seperti masalah penyimpanan mayat yang terlalu lama, masalah makan- minum atau pakameting terus masalah balasan untuk pihak yera (paman) dan anakawini (pihak saudara perempuan dari ayah). Jadi saya langsung kasih positif sudah waktu mereka sampaikan maksud dan tujuannya. Saya berpikir, betul juga yang disampai oleh mereka ini, bahwa adat itu memberatkan kita. Nah itu saya lihat sendiri kondisi pelaksanaan adat kematian yang sering dilakukan selama ini disini dan itu memang betul memberatkan, saya sendiri rasa beratnya adat seperti apa. Jadi saya bilang wah bagus juga kalau ada ide seperti ini. Setelah pertemuan pertama dengan tokoh-tokoh forum peduli adat ini kami diajak untuk kasih tau masyarakat tentang penyederhanaan adat dan kami juga diminta untuk tentukan waktu untuk sosialisasi ditingkat desa. Jadi, kami mulai ajak masyarakat juga kabihu-kabihu yang ada disini untuk hadir di sosialisasi tigkat desa. P

  : Saat sosialisasi bapak berperan sebagai apa?

  N

  : saya berperan sebagai tokoh masyarakat waktu itu.

  P

  : bagaimana peran bapak dalam forum ini ?

  N

  : peran saya sebagai pengontrol masyarakat saja di sini. Ini kan kami di kasih tugas oleh Forum peduli adat pangadangu mahamu untuk mengontrol pelaksanaan kematian di masyarakat desa ramuk. P

  : Bagaimana respon masyarakat waktu bapak ajak mereka untuk ikut sosialisasi?

  N

  : Jadi, waktu itu sebelum saya ajak mereka ikut sosialisasi saya jelaskan dulu hasil diskusi pertama dengan tokoh-tokoh forum saya bilang mereka itu punya maksud baik dan saya juga kasih tau kalau tokoh-tokoh forum tokoh-tokoh penting di Sumba Timur. Seperti pak Lapoe Mokoe inikan mantan bupati. Masyarakat waktu itu ada yang kasih respon positif ada juga yang kasih respon negatif. P

  : bagaimana dengan orang-orang yang kasih respon negatif? Bagaimana cara bapak bujuk mereka supaya mau ikut sosialisasi penyederhanaan adat? N

  : Memang susah, tapi saya punya cara sendiri untuk ajak mereka ikut sosialisasi. Saya bilang sama masyarakat ini tokoh ini mantan bupati Sumba Timur, ada juga mantan camat dan tokoh pemerintah daerah juga yang lain. Jadi mereka ini orang-orang besar saya bilang sama mereka. Waktu saya omong seperti itu, masyarakat yang awalnya kasih respon negatif akhinya kasih respon positif. Jadi mereka ikut sudah toh. Saya bilang begini di mereka ini saja orang-orang besar mau melakukan ini penyederhanaan adat kematian mengapa kita tidak lakukan begitu to akhirnya masyarakat ini bisa berpikir sudah to. Dengan saya omong begitu juga mereka ini mau dengar saya omong juga kan. P

  : Di desa Ramuk berapa kali pertemuan atau sosialisasi?

  N

  : Hmmmmmmm hanya dua kali dengan sosialisasi yang pertama itu pertemuan dengan tokoh-tokoh pemerintah, adat, dan tokoh masyarakat yang ada di desa. Yang kedua itu baru ada sosialisasi dengan semua masyarakat. P

  : Setelah sosialisasi dengan masyarakat, bagaimana respon mereka?

  N

  : Yang saya lihat masyarakat reponnya luar biasa setelah mereka ikut sosialisasi sampai waktu itu mereka minta untuk langsung adakan deklarasi. Bukti kalau masyarakat sudah bisa terima pelaksanaan penyederhanaan adat di desa Ramuk. P

  : Setelah selesai sosialisasi kira-kira berapa lama waktu masyarakat mulai sederhanakan adat? N

  : Jadi, setelah sosialisasi waktu itu masyarakat mau terima dan laksakan penyederhaan adat. Waktu itu juga banyak masyarakat yang langsung minta untuk bikin deklarasi. Awalnya memang belum semua masyarakat terima itu tapi setelah ikut sosialisasi masyarakat langsung kasih respon positif karena masyarakat rasa kalau adat itu memang memberatkan dan perlu untuk disederhanakan.

  Surat ijin penelitian