EKPLOITASI KAPITALISME TERHADAP PEREMPUAN 4

Jaring-jaring Kekuasaan Laki-laki.

Tampaknya masih diperlukan suatu uraian tentang kedudukan dan peran perempuan dalam masyarakat. Uraian tentang perempuan masih selalu menarik perhatian, lebih-lebih kenyataannya sampai saat ini masih ada pro-kontra tentang pembicaraan masalah wacana perempuan.

Mengutip apa yang dikatakan oleh John Naisbitt dan Patricia Abudene dalam bukunya Megatrends 2000 bahwa pada dasa warsa 1990-an dan menjelang memasuki abad ke 21 merupakan dasa warsa yang sangat penting bagi kehidupan perempuan. Peranan perempuan akan semakin menonjol dan dibutuhkan, baik sebagai sumber daya manusia, pemikir, maupun sebagai pengambil keputusan, turut meningkatkan perhatian masyarakat terhadap masalah tersebut.

Walaupun menurut ajaran agama Islam jelas-jelas mengajarkan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai kedudukan yang sama. Kedua-duanya mendapat tugas dan kewajiban yang sama terhadap Tuhan penciptanya, terhadap sesama manusia dalam masyarakat, serta sama-sama mendapat hak dan wewenang sesuai dengan amal perbuatan dan kedudukannya. Namun apa yang kita lihat selama berabad-abad ?

Telah terjadi diskriminasi gender antara laki-laki dan perempuan, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara, pada berbagai aspek kehidupan. Konstruksi sosial-budaya yang diciptakan oleh manusia telah menelorkan suatu teori yang berkaitan dengan Telah terjadi diskriminasi gender antara laki-laki dan perempuan, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara, pada berbagai aspek kehidupan. Konstruksi sosial-budaya yang diciptakan oleh manusia telah menelorkan suatu teori yang berkaitan dengan

Pemberian "citra baku" oleh masyarakat bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah-lembut, terlalu berperasaan, dan perlu diperhatikan dengan hati-hati seringkali menimbulkan streotip bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah. Berdasarkan "citra baku" ini, ditambah pula dengan berbagai rekayasa sosial, perempuan ditempatkan pada posisi yang subordinatif, yakni sebagai pihak yang dikuasai. Kaum laki-laki yang menyibukkan dirinya dengan kekuasaan dan kompetisi pasar membutuhkan juga dukungan emosional, pengurus rumah tangga, serta pasangan seksual. Konsekuensinya, perempuan diharuskan untuk memenuhi peran tersebut. Terjadilah pembagian tugas "di dalam" keluarga (domestic) dan "di luar" keluarga (public). Perempuan mendapatkan peran domestik dan laki-laki mendapatkan peran publik.

Pembagian peran ini sangat besar pengaruhnya terhadap keterlibatan perempuan dalam pengambilan Pembagian peran ini sangat besar pengaruhnya terhadap keterlibatan perempuan dalam pengambilan

Adrianne Rich berpendapat bahwa pembagian peran secara seksual dan subordinasi perempuan memiliki asal muasal sejak masa lampau dan pra- kapitalis, yakni pada perasaan iri, ter- pesona, dan ketakutan laki-laki terhadap kapasitas perempuan untuk menciptakan hidup. Selanjutnya, ia berpendapat bahwa kecemburuan ini akhirnya mengarah kepada pengingkaran aspek-aspek lain dari kreativitas perempuan (Budiman, 1992). Dengan demikian, perempuan menjadi semakin terkungkung pada alam ketidakberdayaan.

Di sini saya tidak akan mempersoalkan teori mana yang lebih mendekati kebenaran. Yang jelas, kenyataanya telah menunjukkan bahwa ketimpangan peran secara seksual memang terdapat di dalam masyarakat. Tidak jauh berbeda dengan pengamatan saya, Mustafa Ismail dan Irawati Idrus (Serambi Indonesia, 1996) telah menunjukkan ketimpangan posisi peran dan posisi perempuan tidak saja terjadi dalam tradisi sosial namun juga dalam kondisi nyata masyarakat. Untuk bagian Aceh tertentu ada suatu Di sini saya tidak akan mempersoalkan teori mana yang lebih mendekati kebenaran. Yang jelas, kenyataanya telah menunjukkan bahwa ketimpangan peran secara seksual memang terdapat di dalam masyarakat. Tidak jauh berbeda dengan pengamatan saya, Mustafa Ismail dan Irawati Idrus (Serambi Indonesia, 1996) telah menunjukkan ketimpangan posisi peran dan posisi perempuan tidak saja terjadi dalam tradisi sosial namun juga dalam kondisi nyata masyarakat. Untuk bagian Aceh tertentu ada suatu

Pemberdayaan Perempuan

Pada tahun 1879 lahirlah seorang perempuan dari kalangan bangsawan di Jepara. Kelahiran ini menjadi istimewa karena perempuan ini kemudian menjadi salah seorang pelopor pemberdayaan perempuan. Perempuan ini berusaha mendobrak tradisi puritan yang telah ada. Saat itu, perempuan hanya dianggap sebagai kanca wingking . Perempuan yang bercita-cita demikian, kemudian kita kenal dengan nama R. A. Kartini. Selain R. A. Kartini masih banyak perempuan lain di belahan Nusantara yang mencoba mendobrak tradisi puritan tersebut, seperti Dewi Sartika di daerah Sunda, Maria Walanda Maramis di Manado, Martha Christina di Maluku. Sedangkan di daerah Minangkabau diketemukan tokoh Rangkayo Rasuna Said. Bagaimana dengan Aceh ?

Aceh yang merupakan salah satu daerah yang mengalami pertempuran terlama, terdahsyat, termahal Aceh yang merupakan salah satu daerah yang mengalami pertempuran terlama, terdahsyat, termahal

Namun demikian, memang tidak mudah bagi perempuan Aceh khususnya dan Indonesia umumnya untuk memasuki wilayah-wilayah yang secara tradisi biasa dimasuki oleh laki-laki sebelumnya. Namun hal itu bukan suatu kemustahilan. Mengapa tidak ? Hal itu dapat menjadi suatu kenyataan apabila ada suatu tindakan yang nyata dan berkesinambungan. Tidak hanya didasari oleh sikap reaksioner semata dan tindakan ritual bahwa perempuan dapat berdiri sejajar dengan laki-laki.

Pengakuan legal dan politik dari pemerintah dan perubahan kultural amat diperlukan untuk menjawab masalah ini. Pengakuan legal dan politik diperlukan untuk melindungi hak-hak perempuan di mata hukum Pengakuan legal dan politik dari pemerintah dan perubahan kultural amat diperlukan untuk menjawab masalah ini. Pengakuan legal dan politik diperlukan untuk melindungi hak-hak perempuan di mata hukum

Sejak Pelita III dan berdasarkan Tap MPR tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) perempuan Indonesia mempunyai hak dan kewajiban, dan kesempatan yang sama dengan pria dalam pembangunan, bukan saja sebagai objek tetapi juga sebagai subjek. Wujud pelaksanaan GBHN ini, maka diangkatlah seorang menteri muda urusan peranan wanita dan kemudian ditingkatkan menjadi menteri negara urusan peranan wanita. Dan, pada beberapa tahun belakangan ini, pada beberapa universitas telah dibentuk pusat studi wanita. Yang bertugas mengkaji dan menganalisis persoalan dan kebutuhan perempuan.

Sebagai tindak lanjut pelaksanaan GBHN ini pemerintah harus juga memperlihatkan komitmennya untuk menjadikan perempuan sebagai mitra pembangunan dengan memberlakukan undang-undang upah yang sama untuk pekerjaan yang sama dengan nilai yang sama, undang-undang yang memberlakukan persamaan perempuan dalam perkawinan, ide cuti hamil, dan sebagainya. Pemberlakuan hukum yang sama antara laki-laki dengan perempuan tidak hanya dikalangan pemerintah, tetapi hendaknya diberlakukan pula pada kalangan swasta. Pada kalangan swasta Sebagai tindak lanjut pelaksanaan GBHN ini pemerintah harus juga memperlihatkan komitmennya untuk menjadikan perempuan sebagai mitra pembangunan dengan memberlakukan undang-undang upah yang sama untuk pekerjaan yang sama dengan nilai yang sama, undang-undang yang memberlakukan persamaan perempuan dalam perkawinan, ide cuti hamil, dan sebagainya. Pemberlakuan hukum yang sama antara laki-laki dengan perempuan tidak hanya dikalangan pemerintah, tetapi hendaknya diberlakukan pula pada kalangan swasta. Pada kalangan swasta

Walaupun secara legalitas dan politis pemerintah telah mengakui persamaan derajat antara perempuan dan laki-laki, namun masih ada kendala yang menghadang. Oleh karena itu, asas legalitas dan politis harus diikuti dengan perubahan kultural.

Hal ini sejalan dengan perubahan-perubahan kehidupan sosial budaya yang tengah berlangsung dengan cepat. Dari kehidupan yang diatur oleh adat dan agama masing-masing masyarakat daerah beralih ke pengaturan tata kehidupan yang baru sebagai akibat tuntutan ekonomi, politik, dan hukum yang baru. Karenanya, menuntut perubahan yang mendasar pula di bidang sosial budaya. Tanpa ini akan terjadi ketimpangan. Perempuan yang merupakan aset bangsa tidak akan termanifestasikan suara dan potensinya dalam pembangunan.

Memang diakui agak sulit mengadakan perubahan kultural suatu masyarakat. Namun karena budaya juga merupakan suatu keadaan atau tatanan hidup yang berasal dan diciptakan oleh manusia, maka masih dapat dimungkinkan untuk dirubah, lebih-lebih apabila tatanan hidup ini merendahkan atau cenderung menciptakan masyarakat yang tidak adil. Tradisi ketidak- berdayaan dan ketergantungan perempuan tidak akan berakhir apabila tidak terjadi perubahan yang bersifat revolusioner, yaitu perubahan pandangan. Perubahan pandangan ini sangat dibutuhkan untuk Memang diakui agak sulit mengadakan perubahan kultural suatu masyarakat. Namun karena budaya juga merupakan suatu keadaan atau tatanan hidup yang berasal dan diciptakan oleh manusia, maka masih dapat dimungkinkan untuk dirubah, lebih-lebih apabila tatanan hidup ini merendahkan atau cenderung menciptakan masyarakat yang tidak adil. Tradisi ketidak- berdayaan dan ketergantungan perempuan tidak akan berakhir apabila tidak terjadi perubahan yang bersifat revolusioner, yaitu perubahan pandangan. Perubahan pandangan ini sangat dibutuhkan untuk

Perubahan kultural ini dapat dimulai dari unit terkecil, yaitu keluarga inti. Di Aceh, sistem sosial masyarakatnya berpokok pangkal pangkal pada keluarga inti. Karenanya, setiap kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh sebuah keluarga inti akan memberi pengaruh pada keluarga lainnya. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan kultural pada sebuah keluarga ini maka ia mendivusi pada keluarga yang lainnya. Dari beberapa keluarga inti diharapkan akan berkembang pada masyarakat.

sudah seharusnya ditumbuhkembangkan secara pelan tetapi mantap sikap bahwa perempuan dapat memainkan peran sebagai makhluk sosial yang berhubungan mesra dengan sesama, suami, anak, dan masyarakat luas. Perempuan adalah mitra sejajar dalam pembangunan sosial ekonomi keluarga. Kalau selama ini ada pola "keluarga tradisional" yakni suami pencari nafkah dan ibu di rumah, maka harus ditumbuhkembang- kan sikap menerima perempuan bekerja di luar rumah dengan baik. Perempuan juga merupakan teman hidup,

Dewasa

ini, ini,

Adanya sikap tersebut, mau tidak mau, harus ditumbuh- kembangkan pula sikap jiwa besar dari laki- laki bahwa suatu hari istri mempunyai jabatan yang lebih tinggi darinya. Dan, perempuan menjadi bagian dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Selain itu, laki-laki dan perempuan merupakan rekan sejawat dan mitra kerja, baik dalam kehidupan profesional maupun kehidupan pribadi, harus menjadi suatu gambaran umum masyarakat sehari-hari.

Kemampuan anggota masyarakat, termasuk perempuan, untuk memperoleh pengetahuan dan pendidikan harus kian ditambah. Usaha peningkatan pendidikan perempuan merupakan usaha membantu kaum perempuan agar mempunyai bargaining power dalam pengambilan keputusan. Menurut Daud Joesoef, besar kecilnya kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan sendiri menentukan secara langsung derajat kebebasannya. Artinya, usaha pendidikan perempuan membuat perempuan mendapat keahlian yang membuatnya mampu untuk mandiri (Tilaar, 1991).

Namun usaha pemberdayaan tersebut di atas masih perlu dipertanyakan, bagaimana perempuan dapat berhasil melaksanakannya ? Tidak ada jawaban yang sederhana karena banyak tergantung pada sikap masyarakat dan perempuan itu sendiri. Perempuan Namun usaha pemberdayaan tersebut di atas masih perlu dipertanyakan, bagaimana perempuan dapat berhasil melaksanakannya ? Tidak ada jawaban yang sederhana karena banyak tergantung pada sikap masyarakat dan perempuan itu sendiri. Perempuan

Kesiapan Remaja dalam Pelaksanaan Syariat Islam (Studi Perilaku Gaya Busana Muslimah di Kalangan

Remaja Kota Sabang) 6 Agus Budi Wibowo

Studi ini ingin menjelaskan beberapa aspek tentang perilaku gaya berbusana muslimah di kalangan remaja Kota Sabang. Dengan kata lain, studi ini ingin mencari ide dasar tentang busana yang berkenaan dengan gaya/penampilan di kalangan mereka. Berdasarkan observasi mendalam di lapangan penampilan gaya busana muslimah di kalangan remaja Kota Sabang menunjukkan belum menampilkan busana muslimah yang kaffah.

Padahal Provinsi Nanggore Aceh Darussalam dikenal dengan Islam yang kental. Sejarah menunjukkan bahwa di Indonesia pertama kali ajaran agama Islam masuk di daerah ini. Kemudian dari daerah ini ajaran Islam menyebar ke seluruh pelosok Nusantara. Selain

6 Disampaikan pada seminar hasil penelitian di Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya Unsyiah Darussalam-Banda Aceh pada tanggal 2 -3

November 2001.

itu, ajaran Islam sudah mendarahdaging dalam kehidupan sehari-hari dan adat istiadat. Pada tahun 1999 ditetapkan tentang UU No. 22 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Berdasarkan kedua undang-undang ini kemudian Pemda menetapkan Perda Propinsi Daerah Istimewa Aceh No. 5 tahun 2000 tentang penyelenggaraan syariat Islam di Aceh, yang salah satunya mengatur tentang tata cara berpakaian.

Pertanyaan pokok yang timbul adalah bagaimana perilaku gaya berbusana muslimah di kalangan remaja Kota Sabang, bagaimana persepsi dan sikap remaja terhadap busana muslimah, serta aspek apa saja yang mempengaruhi perilaku remaja dalam gaya berbusana muslimah. Pertanyaan itu yang akan dijawab dalam studi ini.

Kota Sabang dipilih sebagai lokasi penelitian. Pilihan daerah penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kota Sabang adalah kota yang bersifat heterogen dan sebagai tempat tujuan wisata. Kondisi akan mempengaruhi kehidupan masyarakat di daerah tersebut.

Data diperoleh dengan melakukan observasi mendalam terhadap perilaku gaya berbusana. Selain itu dilakukan pula wawancara terbuka dengan para remaja dan nara sumber. Bahan-bahan yang dipublikasikan merupakan data sekunder dan data bandingan.

Penelitian ini bersifat eksploratif dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan grounded research. Pembahasan data dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Analisis data dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis data di lapangan dan analasis data setelah proses pengumpulan data selesai.

Dengan demikian, studi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin melihat realitas pelaksanaan syariat Islam, khususnya dalam hal berbusana muslimah, sebagai bahan pengambilan keputusan dan untuk pengembangan studi ilmu-ilmu sosial (agama).