Gambaran Perusahaan
A. Gambaran Perusahaan
1. Gambaran Perusahaan yang Melakukan Pemecahan Saham
Selama periode pengamatan penelitian, yaitu antara tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, jumlah perusahaan yang melakukan corporate action berupa stock split adalah sebanyak 30 perusahaan. Setelah data populasi tersebut terkumpul, diambil 10 perusahaan sebagai sampel yang akan diteliti.
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock split
Ratio Publikasi
BBRI
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
11 Januari 2011
ACES Ace Hardware Indonesia Tbk
2 November 2012
KLBF Kalbe Farma Tbk
Indospring Tbk
19 Juni 2012
IMAS Indomobil Sukses International Tbk
7 Juni 2012
SMRA Summarecon Agung Tbk
27 Juni 2013
TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk
22 Juli 2013
AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
Jaya Real Properti Tbk
1 Agustus 2013
TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
28 Agustus 2013
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) (BBRI) didirikan 16 Desember 1895. Kantor pusat BBRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210. Pada saat ini BBRI memiliki 18 kantor wilayah, 1 kantor inspeksi pusat, 17 kantor inspeksi wilayah, 449 kantor cabang domestik, 1 kantor cabang khusus, 565 kantor cabang pembantu, 950 kantor kas, 5.144 BRI unit, dan 2.212 teras.
Bank juga memiliki 1 kantor cabang luar negeri yang berlokasi di Cayman Islands dan 2 kantor perwakilan yang berlokasi di New York dan Hong Kong, serta memiliki 3 Anak Usaha yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO), PT Bank BRISyariah, dan BRI Remittance Co. Ltd. Hong Kong.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BBRI adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dengan melakukan usaha di bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan operasi sesuai dengan prinsip syariah.
Pada tanggal 31 Oktober 2003, BBRI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.811.765.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp875,- per saham. Selanjutnya, opsi pemesanan Pada tanggal 31 Oktober 2003, BBRI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.811.765.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp875,- per saham. Selanjutnya, opsi pemesanan
b. PT Ace Hardware Indonesia Tbk
PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) didirikan awalnya bernama PT Kawan Lama Home Center tanggal 3 Pebruari 1995 dan mulai beroperasi secara komersial sejak tanggal 22 Desember 1995. Kantor ACES terletak di Gedung Kawan Lama Lt.5, Jl. Puri Kencana No.1, Meruya-Kembangan, Jakarta 11610, Indonesia. Saat ini, ACES memiliki 95 gerai ritel yang terletak di sejumlah kota besar di Indonesia.
Pada tanggal 28 Oktober 1997, nama Perusahaan diubah menjadi PT Ace Indoritel Perkakas, dan kemudian tanggal 28 Agustus 2001 nama Perusahaan selanjutnya diubah menjadi PT Ace Hardware Indonesia.
Pemegang saham mayoritas dari Perusahaan adalah PT Kawan Lama Sejahtera, merupakan perusahaan yang 99,99 sahamnya dimiliki oleh PT Kawan Lama Internusa.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ACES meliputi usaha perdagangan umum termasuk kegiatan ekspor impor serta menjalankan usaha sebagai agen dan distributor. Saat ini kegiatan usaha ACES terutama adalah penjualan eceran (ritel) barang-barang untuk kebutuhan rumah tangga dan lifestyle.
Pada tanggal 30 Oktober 2007, ACES memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ACES kepada masyarakat sebanyak 515.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp820,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 06 Nopember 2007.
c. PT Kalbe Farma Tbk
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September 1966 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat KLBF berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Pemegang saham yang memiliki 5 atau lebih saham Kalbe adalah PT Gira Sole Prima (10.17), PT Santa Seha Sanadi (9.70), PT Diptanala Bahana (9.50), PT Lucasta Murni Cemerlang (9.47), PT Ladang Ira Panen (9.21) dan PT Bina Arta Charisma (8.66).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan farmasi, produk obat-obatan, nutrisi, suplemen, makanan dan minuman kesehatan hingga alat-alat kesehatan termasuk pelayanan kesehatan primer.
Kalbe memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT).
Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) KLBF kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1991.
d. Indospring Tbk
Indospring Tbk (INDS) didirikan tanggal 05 Mei 1978 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1979. Kantor Indospring Tbk (INDS) didirikan tanggal 05 Mei 1978 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1979. Kantor
Pemegang saham mayoritas INDS adalah PT Indoprima Gemilang (88,11), yang didirikan di Surabaya – Indonesia dengan nama PT Indokalmo.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDS bergerak dalam bidang industri spare parts kendaraan bermotor khususnya pegas, yang berupa leaf spring (pegas daun) dan coil spring (pegas spiral).
Pada tanggal 26 Juni 1990, INDS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INDS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp9.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Agustus 1990.
e. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) didirikan tanggal 06 Nopember 1997 berdasarkan hasil penggabungan usaha antara PT Indomulti Inti Industri Tbk (IMII) dan PT Indomobil Investment Corporation (IIC) di mana IMII adalah perusahaan yang melanjutkan usaha. IMII didirikan pada tanggal 20 Maret 1987 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) didirikan tanggal 06 Nopember 1997 berdasarkan hasil penggabungan usaha antara PT Indomulti Inti Industri Tbk (IMII) dan PT Indomobil Investment Corporation (IIC) di mana IMII adalah perusahaan yang melanjutkan usaha. IMII didirikan pada tanggal 20 Maret 1987 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor
Induk usaha dan induk usaha terakhir IMAS adalah Gallant Venture Ltd., yang berkedudukan di Singapura.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan IMAS melakukan penyertaan saham dalam perusahaan- perusahaan atau kegiatan lainnya yang terkait dengan industri otomotif. Saat ini, IMAS dan anak usaha bergerak dalam bidang perakitan dan distribusi kendaraan bermotor roda empat, bis dan truk, serta alat berat dengan merek “Suzuki”, “Nissan”, “Volvo”, “Volkswagen (VW)”, “SsangYong”, “AUDI”, “Hino”, “Renault”, “Manitou”, “Kalmar”, “Foton”, “Great Wall” dan “Mack” danatau kendaraan bermotor roda dua beserta suku cadangnya, perbengkelan, alat-alat berat, jasa keuangan, pembiayaan konsumen, penyewaan dan jual beli kendaraan bekas pakai.
Saat ini, IMAS memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS).
Pada tahun 1993, IMAS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham IMAS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 6.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp3.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Nopember 1993.
f. PT Summarecon Agung Tbk
PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) didirikan tanggal 26 November 1975 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1976. Kantor pusat SMRA berkedudukan di Plaza Summarecon, Jl. Perintis Kemerdekaan Kav. No. 42, Jakarta.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SMRA bergerak dalam bidang pengembangan real estate, penyewaan properti dan pengelolaan fasilitas rekreasi dan restoran.
Pada tanggal 1 Maret 1990, SMRA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana SMRA kepada masyarakat sebanyak 6.667.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dan harga penawaran Rp6.800 per saham.
Pada tanggal 7 Juli 2007, Perusahaan Memperoleh Pernyataan Efektif dari BAPEPAM-LK dalam rangka melaksanakan Penawaran Umum Terbatas I (PUT I Right Issue I) kepada Pemegang Saham dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) untuk
membeli saham baru (Rasio PUT I : setiap pemegang 6 saham lama
berhak atas 1 HMETD untuk membeli 1 saham baru, dimana pada setiap 2 Saham baru melekat 1 Waran Seri I yang diberikan oleh Perusahaan secara cuma-cuma) dengan nilai nominal sebesar Rp100 per saham yang akan ditawarkan dengan Harga Pelaksanaan Rp900 per saham. Jumlah Waran Seri I yang diterbitkan sebagai insentif berhak atas 1 HMETD untuk membeli 1 saham baru, dimana pada setiap 2 Saham baru melekat 1 Waran Seri I yang diberikan oleh Perusahaan secara cuma-cuma) dengan nilai nominal sebesar Rp100 per saham yang akan ditawarkan dengan Harga Pelaksanaan Rp900 per saham. Jumlah Waran Seri I yang diterbitkan sebagai insentif
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada tanggal 25 April 2008, para pemegang saham menyetujui pembagian saham bonus melalui kapitalisasi tambahan modal disetor sebesar Rp321.789.380.000, dengan ketentuan untuk setiap saham yang ada akan mendapatkan 1 (satu) saham bonus. Sehubungan dengan pembagian saham bonus tersebut, maka harga pelaksanaan Waran Seri I disesuaikan dari Rp1.100 per saham menjadi Rp550 per saham dan jumlah sisa Waran Seri I dari 224.714.603 lembar menjadi 449.429.206 lembar.
g. Sarana Menara Nusantara Tbk
Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) didirikan tanggal 2 Juni 2008 dan memulai operasional secara komersial pada tanggal 2 Juni 2008. Kantor pusat TOWR berlokasi di Jl. Ahmad Yani No. 19A, Kudus, Jawa Tengah dan kantor cabangnya berlokasi di Menara BCA, lantai 55, Jl. M.H. Thamrin No.1, Jakarta 10310, Indonesia.
Pemegang saham pengendali TOWR adalah PT Tricipta Mandhala Gumilang dan PT Caturguwiratna Sumapala.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup usaha TOWR adalah berusaha dalam bidang jasa kecuali jasa di bidang hukum dan pajak dan melakukan investasi pada perusahaan lain. Bidang usaha utama TOWR dan Anak Usaha adalah penyewaan menara dan pemancar. Saat ini, investasi utama TOWR adalah kepemilikan 99,999 atas saham yang beredar dari PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (“Protelindo”), sehingga sebagian besar kegiatan usaha TOWR dijalankan oleh Protelindo.
Pada tanggal 25 Februari 2010, TOWR memperoleh Pernyataan Efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TOWR (IPO) kepada masyarakat sebanyak 112.232.500 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran sebesar Rp1.050,- per saham. Pada tanggal 8 Maret 2010, seluruh saham tersebut telah dicatat di Bursa Efek Indonesia.
h. Sumber Alfaria Trijaya Tbk
Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) didirikan tanggal 22 Februari 1989 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1989. Kantor pusat AMRT berdomisili di Jl. M.H. Thamrin No. 9, Tangerang, Indonesia.
Induk usaha dari AMRT adalah PT Sigmantara Alfindo (memiliki 54,02 saham AMRT), sedangkan Induk usaha terakhir AMRT adalah PT Cipta Selaras Agung, yang didirikan di Indonesia.
Saat ini, AMRT memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni Midi Utama Indonesia Tbk ( MIDI ), dimana 86,72 saham MIDI dimiliki oleh AMRT.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan AMRT meliputi usaha dalam bidang perdagangan eceran untuk produk konsumen.
Kegiatan usaha AMRT dimulai pada tahun 1989 bergerak dalam bidang perdagangan terutama rokok. Sejak tahun 2002, AMRT bergerak dalam kegiatan usaha perdagangan eceran untuk produk konsumen dengan mengoperasikan jaringan minimarket dengan nama Alfamart yang berlokasi di beberapa tempat di Jakarta, Cileungsi, Tangerang, Cikarang, Bandung, Sidoarjo, Cirebon, Cilacap, Semarang, Lampung, Malang, Bali, Klaten, Makassar, Balaraja, Palembang, Bogor, Jember, Medan, Banjarmasin, Jambi, Pekanbaru, Lombok dan Pontianak.
Saat ini, Perusahaan memiliki 8.557 jaringan minimarket yang terdiri dari minimarket milik sendiri sebanyak 6.700 unit dan minimarket bentuk kerjasama waralaba sebanyak 2.787.
Pada tanggal 31 Desember 2008, AMRT memperoleh pernyataan efektif BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham AMRT kepada masyarakat sebanyak 343.177.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan Harga Penawaran Perdana sebesar Rp395,- per saham. Pada tanggal
15 Januari 2009, seluruh saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.
i. PT Jaya Real Property Tbk
PT Jaya Real Property Tbk (JRPT) didirikan tanggal 25 Mei 1979 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1980. Kantor pusat JRPT terletak di CBD Emerald Blok CEA No. 1, Boulevard Bintaro Jaya Tangerang – 15227, Banten dan proyek berlokasi di Jakarta dan Tangerang.
Pemegang saham yang memiliki 5 atau lebih saham JRPT adalah PT Pembangunan Jaya (63,59) dan Citiview Properties Limited, Hongkong (12,36).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan JRPT pengembangan kota (urban development) yang meliputi pengembangan kawasan perumahan dan industri, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum, penyediaan jasa-jasa pendukung, serta melakukan investasi, baik langsung dan tidak langsung melalui anak usaha maupun patungan dengan pihak-pihak lain.
Saat ini kegiatan JRPT terutama adalah pembangunan perumahan dan pengelolaan usaha properti, meliputi pembebasan Saat ini kegiatan JRPT terutama adalah pembangunan perumahan dan pengelolaan usaha properti, meliputi pembebasan
Pada tanggal 02 Juni 1994, JRPT memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham JRPT (IPO) kepada masyarakat sebanyak 35.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp5.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 29 Juni 1994.
j. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) (TLKM) pada mulanya merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Telkom diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (“Persero”). Kantor pusat Telkom berlokasi di Jalan Japati No. 1, Bandung, Jawa Barat.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Telkom adalah menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi, informatika, serta optimalisasi sumber daya perusahaan, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, TLKM menjalankan kegiatan yang meliputi: (a) Usaha Utama: Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan, memasarkan atau menjual, menyewakan, dan memelihara jaringan telekomunikasi dan informatika (b) Usaha Penunjang: 1). Menyediakan jasa transaksi pembayaran dan pengiriman uang melalui jaringan telekomunikasi dan informatika. 2). Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya yang dimiliki perusahaan, yang antara lain meliputi pemanfaatan aktiva tetap dan aktiva bergerak, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan, dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan.
Jumlah saham TLKM sesaat sebelum penawaran umum perdana (Initial Public Offering atau IPO) adalah 8.400.000.000, yang terdiri dari 8.399.999.999 saham Seri B dan 1 saham Seri A Dwiwarna yang seluruhnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 14 November 1995, Pemerintah menjual saham Telkom yang terdiri dari 933.333.000 saham baru Seri B dan 233.334.000 saham Seri B milik Pemerintah kepada masyarakat melalui IPO di Bursa Efek Indonesia (“BEI”) (dahulu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya), dan penawaran dan pencatatan di Bursa Efek New York (“NYSE”) dan Bursa Efek London (“LSE”) atas 700.000.000 saham Seri B milik Pemerintah dalam bentuk American Depositary
Shares (“ADS”). Terdapat 35.000.000 ADS dan masing-masing ADS mewakili 20 saham Seri B pada saat itu.
Telkom hanya menerbitkan 1 saham Seri A Dwiwarna yang dimiliki oleh Pemerintah dan tidak dapat dialihkan kepada siapapun, dan mempunyai hak veto dalam RUPS Telkom berkaitan dengan pengangkatan dan penggantian Dewan Komisaris dan Direksi, penerbitan saham baru, serta perubahan Anggaran Dasar Perusahaan.
2. Deskripsi Statistik
Uji deskripsi statistik dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari variabel-variabel yang diteliti. Dalam deskripsi statistik ditunjukkan angka minimum, maksismum, rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel.
Analisis deskripsi statistik untuk variabel harga saham, abnormal return, dan harga saham sebelum dan sesudah tanggal pengumuman pemecahan saham disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik
Standar
n Minimum Maximum Mean
Deviation
Harga Sebelum 10 2.100
Harga Sesudah
TVA Sebelum
TVA Sesudah
AAR Sebelum
AAR Sesudah
Sumber : Data yang diolah, 2015
Dari tabel 4.2, dapat diketahui bahwa :
1. Pada variabel harga saham, nilai harga saham terendah pada
periode sebelum peristiwa adalah sebesar Rp. 2100, dan maksimum adalah sebesar Rp. 28000, mean sebesar 9423,83 dengan standar deviasi sebesar 7621,705. Sedangkan pada periode setelah peristiwa, dapat diketahui nilai minimum harga saham adalah sebesar Rp 630, dan maksimum adalah sebesar Rp. 7950, mean sebesar 2469,33, dengan standar deviasi sebesar 2201,31. Rata-rata harga saham sebelum peristiwa yang lebih kecil dibandingkan standar deviasinya menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan dari nilai rata- ratanya. Sedang rata-rata harga saham sesudah peristiwa yang lebih besar dari standar deviasinya menunjukkan semakin kecil periode sebelum peristiwa adalah sebesar Rp. 2100, dan maksimum adalah sebesar Rp. 28000, mean sebesar 9423,83 dengan standar deviasi sebesar 7621,705. Sedangkan pada periode setelah peristiwa, dapat diketahui nilai minimum harga saham adalah sebesar Rp 630, dan maksimum adalah sebesar Rp. 7950, mean sebesar 2469,33, dengan standar deviasi sebesar 2201,31. Rata-rata harga saham sebelum peristiwa yang lebih kecil dibandingkan standar deviasinya menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan dari nilai rata- ratanya. Sedang rata-rata harga saham sesudah peristiwa yang lebih besar dari standar deviasinya menunjukkan semakin kecil
2. Pada variabel TVA, nilai minimum pada periode sebelum
peristiwa adalah sebesar 0, dan maksimum adalah sebsar 0,0149, mean sebesar 0,0030 dengan standar deviasi sebesar 0,0021. Sedangkan pada periode setelah peristiwa, dapat diketahui nilai minimum TVA adalah sebesar 0, dan maksimum adalah sebesar 0,0059, mean sebesar 0,0010 dengan standar deviasi sebesar 0,00086. Rata-rata variabel TVA, baik sebelum dan sesudah peristiwa, yang lebih besar daripada standar deviasinya menunjukkan semakin kecil penyimpangan nilai terhadap rata-ratanya, atau dapat dikatakan telah terdistribusi dengan baik.
3. Pada variabel AAR, nilai minimum AAR pada periode
sebelum peristiwa adalah sebesar -0,0073, dan maksimum adalah sebesar 0,0099, mean sebesar 0,0013 dengan standar deviasi sebesar 0,00527. Sedangkan pada periode setelah peristiwa, dapat diketahui nilai minimum AAR adalah sebesar -0,0169, dan maksimum adalah sebesar 0,0085, mean sebesar - 0,0036 dengan standar deviasi sebesar 0,0083. Analisis pada variabel AAR juga menunjukkan terdapatnya penyimpangan terhadap rata-rata, sebab nilai dari standar deviasi lebih besar daripada rata-ratanya.