Konsep Dasar
2. Pasar Modal dan Fungsinya
Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional yang selama ini kita kenal, dimana ada pedagang, pembeli dan juga tawar menawar harga. Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional.
Pertumbuhan suatu pasar modal sangat tergantung dari kinerja perusahaan efek. Untuk mengkoordinasikan modal, dukungan teknis, dan sumber daya manusia dalam pengembangan Pasar Modal diperlukan suatu kepemimpinan yang efektif. Perusahaan-perusahaan harus menjalin kerja sama yang erat untuk menciptakan pasar yang mampu menyediakan berbagai jenis produk dan alternatif investasi bagi masyarakat. Di pasar modal terdapat berbagai macam informasi, seperti laporan keuangan, kebijakan manajemen, rumor di pasar modal, prospektus, saran dari broker, dan informasi lainnya.
Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, ”Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, ”Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang
Pengertian pasar modal menurut Fakhruddin (2001, 1), “Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang atau pun modal sendiri.”
3. Saham
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang pemegang sahamnya memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Saham umumnya terbagi atas dua jenis, yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis paling populer di pasar modal. Keuntungan yang dapat diperoleh dari saham biasa ini antara lain dividen dan capital gain (selisih dari harga jual dengan harga beli). Sementara saham preferen merupakan saham yang memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dari saham biasa, antara lain pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap, hak klaim lebih dahulu dibanding saham biasa jika perusahaan dilikuidasi , dan dapat dikonversi menjadi saham biasa. Jenis saham yang mayoritas diperdagangkan di pasar modal adalah saham biasa (common stock).
Selain pembagian bedasarkan jenisnya, saham juga dikategorikan berdasarkan kinerja perdagangannya, yaitu:
a. Blue Chip Stock, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang
memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar deviden;
b. Income Stock, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki
kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya;
c. Growth Stock, yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki
pertumbuhan pendapatan yang tinggi atau sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi;
d. Speculative Stock, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak
bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang, meskipun belum pasti;
e. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh
oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi karena emitennya mampu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
4. Stock Split
Pemecahan saham atau stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham sehingga harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1n dari harga sebelumnya. Pemecahan saham juga diartikan sebagai tindakan memecah nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil dan jumlah lembar saham yang beredar menjadi banyak sesuai dengan faktor pemecahan (split factor). Jika sebelum pemecahan saham harga saham di pasar Rp 1.000 per lembar, maka setelah adanya pemecahan saham harga saham baru yang berlaku di pasar menjadi Rp 500 per lembar.
Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dilakukan, yaitu stock split-up dan stock split-down :
a. Stock split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham
yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya stock split dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, dan 4:1. Stock split dengan faktor pemecahan 2:1 maksudnya adalah dua lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar dengan satu lembar saham lama (lembar sebelum stock split). Stock split dengan faktor pemecahan 3:1 maksudnya adalah tiga lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar dengan satu lembar saham lama (lembar sebelum stock split) dan seterusnya.
b. Stock split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar
saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya
pemecahan turun dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3, 1:4. Stock split dengan faktor pemecahan 1:2 maksudnya adalah satu lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar dengan dua lembar saham lama (lembar sebelum stock split). Stock split dengan faktor pemecahan 1:3 maksudnya adalah satu lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar dengan tiga lembar saham lama (lembar sebelum stock split) dan seterusnya. Para emiten sampai sampai saat ini hanya melakukan stock split. naik (stock splits-up). Dan jarang terjadi kasus reverse stock (stock split-down)
Stock split (Split-up) biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai sudah terlalu tinggi sehingga mengakibatkan daya beli investor berkurang. Oleh karena itu, pemecahan saham dilakukan karena diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain (Scott, Martin, Petty, Keown, 1999) :
a. Agar saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan
jumlah pemegang saham dan menigkatkan likuiditas perdagangan saham.
b. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata
saham kepada kisaran yang telah ditargetkan.
c. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi
yang berupa peningkatan laba dan deviden kas.
Perlu diketahui bahwa pemecahan saham hanya mengakibatkan penambahan jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah jumlah modal
ditempatkan dan modal disetor (paid in capital), sehingga ada yang berpendapat bahwa pemecahan saham hanya merupakan corporate action yang sifatnya kosmetik dan administratif yaitu upaya memoles saham agar tampak lebih menarik di mata investor, dimana tindakan ini hanya menyebabkan perubahan jumlah saham beredar dan tidak berpengaruh terhadap arus kas (cash flow) perusahaan, dan tidak juga menambah nilai ekuitas secara agregat (Aswath Damodaran, 2001). Tindakan pemecahan saham menimbulkan efek fatamorgana saja dimana investor seolah-olah menjadi lebih makmur karena memegang lembar saham dalam jumlah yang lebih banyak, padahal penambahan lembar saham yang dimiliki juga dibarengi dengan penurunan nilai per lembar saham (Weston, 1996). Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis. Meski demikian, banyaknya peristiwa pemecahan saham yang terjadi tetap mengindikasikan bahwa pemecahan saham merupakan salah satu instrumen penting yang dipakai perusahaan di pasar modal.
Aksi korporasi stock split dapat berperan sebagai salah satu upaya mencapai pemberdayaan. Stock split dapat menjadikan harga saham secara absolut lebih rendah. Investor yang semula tak dapat menjangkau harga saham, melalui stock split menjadi terjangkau. Stock split merupakan perwujudan pemerataan untuk para investor untuk membeli dan memiliki saham. Melalui stock split, frekuensi perdagangan saham cenderung meningkat atau lebih likuid. Perdagangan saham yang likuid akan cenderung meningkatkan harga sahamnya.
Mekanisme dan informasi mengenai kebijakan stock split akan diberitahukan oleh Dewan Direksi berdasarkan dengan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sebagai contoh nilai nominal saham yang semula sebesar Rp 500,- (lima ratus rupiah) menjadi sebesar Rp 250,- (dua ratus lima puluh rupiah) per saham. Jika dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memutuskan adanya perubahan anggaran dasar, keputusan tersebut dibuat dihadapan notaris yang ditunjuk oleh Dewan Direksi. Perubahan anggaran dasar tersebut harus diterima dan dicatat oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum serta didaftarkan dalam daftar perusahaan pada kantor pendaftaran perusahaan daerah setempat. Sehubungan dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengenai persetujuan untuk melakukan konversi sahamnya menjadi catatan elektronik (tanpa warkat) dalam rekening efek perusahaan efek atau bank kustodian dimana pemegang saham membuka rekening efeknya (konversi saham) dan pemecahan nilai nominal saham dari Rp 500,- (lima ratus rupiah) per saham menjadi sebesar Rp 250,- (dua ratus lima puluh rupiah) per saham, Dewan Direksi akan memberitahukan tata cara konversi saham dan pemecahan nilai nominal saham.
Para ahli keuangan melakukan penelitian terhadap beberapa manajer perusahaan yang melakukan stock split. Dari hasil penelitian mereka, dapat disimpulkan berbagai alasan para manajer perusahaan dalam melakukan stock split adalah sebagai berikut: Para ahli keuangan melakukan penelitian terhadap beberapa manajer perusahaan yang melakukan stock split. Dari hasil penelitian mereka, dapat disimpulkan berbagai alasan para manajer perusahaan dalam melakukan stock split adalah sebagai berikut:
percaya bahwa stock split akan mengembalikan harga saham pada kisaran perdagangan yang optimal yang selanjutnya dapat menambah daya tarik investor untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham likuid untuk diperdagangkan.
b. Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan
melakukan stock split serta efek yang ditimbulkannya tertuang dalam beberapa hipotesis yakni hipotesis signaling dan liquidity. Penjelasan ini didukung oleh adanya pandangan bahwa perusahaan yang melakukan stock split akan menambah daya tarik investor akibat semakin rendahnya harga saham.
c. Harga saham yang semakin rendah akan menambah kemampuan
saham tersebut untuk diperjualbelikan setiap saat dan akan meningkatkan efisiensi pasar.
Selain keuntungan yang diperoleh dari stock split, terdapat kerugian antara lain:
a. Manfaat yang illusionistis dari stock split yang dilakukan bagi
para pemodal adalah biaya surat saham akan naik karena kepemilikan yang tadinya cukup diwakili selembar saham kemudian menjadi 2 lembar saham, biaya back office di perusahaan efek, biaya kliring dan biaya kustodian dipengaruhi oleh jumlah fisik surat saham yang dikelola.
b. Adanya biaya pemecahan, yang termasuk didalamnya biaya
transfer agen untuk proses sertifikat dan biaya lainnya dapat transfer agen untuk proses sertifikat dan biaya lainnya dapat
Salah satu studi tentang stock split telah dilakukan oleh Fama, Fisher, Jensen, dan Roll (1969) dalam Hartono (2009). Peneliti mempelajari 940 stock split yang terjadi diantara Januari 1927 sampai dengan Desember 1959. Peneliti menghitung cumulative abnormal return mulai bulan -30 sampai dengan bulan +30. Peneliti menemukan adanya abnormal return 30 bulan sebelum pengumuman stock split dilakukan. Pada waktu stock split diumumkan, abnormal return tidak terjadi pada hari pengumuman dan hari-hari setelah hari pengumuman.
Hasil ini mendukung pasar NYSE yang efisien bentuk setengah kuat, karena tidak adanya reaksi pasar dari stock split. Hasil dari studi peneliti tersebut yang menemukan abnormal return mulai dari bulan -30 sulit untuk dipercaya bahwa investor sudah mengantisipasi stock split jauh 30 bulan sebelum diumumkan. Abnormal return yang positif ini kemungkinan terjadi karena perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang sebelumnya sudah mempunyai kinerja yang baik.
Hasil berbeda ditemukan dalam penelitian Laksmi Pertiwi (2006). Penelitian ini berjudul tentang analisis dampak stock split terhadap risiko sistematis dan abnormal return. Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah; data harian harga saham penutupan (closing price),
IHSG, Alpha Koreksi (α) dan Beta Koreksi (β) selama periode tahun 2003-2004. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata risiko
sistematis sebelum stock split lebih besar dibanding rata-rata risiko sistematis setelah peristiwa stock split. Rata-rata abnormal return setelah pengumuman stock split lebih besar dari rata-rata abnormal return sebelum pengumuman stock split.
5. Signalling Theory
Prinsip dari signalling theory adalah bahwa setiap tindakan mengandung informasi karena adanya asymetric infomation. Asymetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. (Pramastuti, 2007)
Informasi yang diterima tersebut dapat direspon secara berbeda oleh investor. Disini perusahaan yang memiliki kondisi fundamental yang terpercaya dapat dibedakan dari perusahaan yang memiliki kondisi fundamental kurang terpercaya dengan mengirimkan sinyal ke pasar modal. Sinyal dari perusahaan yang kondisi fundamentalnya terpercaya tentu akan direspon oleh investor, sehingga sinyal tersebut menjadi berkualitas. Sedangkan sinyal yang dikirim oleh perusahaan yang berkondisi fundamental kurang terpercaya tentu tidak akan dapat menyamai sinyal yang dikirim oleh perusahaan yang kondisi fundamentalnya terpercaya. (Bhattacharya Dittmar, 2001).
Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai kondisi perusahaan kepada masyarakat luas karena melalui penyampaian informasi tersebut dapat meyakinkan masyarakat untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Pihak luar tentunya hanya memiliki informasi yang minimal mengenai kebenaran dari informasi yang disampaikan tersebut. Jika manajer dapat memberikan sinyal yang meyakinkan kepada publik (tentunya harus didukung oleh data-data yang mendasarinya), maka publik juga akan merespon secara positif.
Peristiwa pemecahan saham merupakan contoh penyampaian informasi melalui signalling. Berdasarkan signalling theory, manajer melakukan pemecahan saham untuk memberikan sinyal yang baik atau ekspektasi optimis kepada publik. Sinyal positif ini menginterpretasikan bahwa manajer perusahaan akan menyampaikan prospek yang baik sehingga dapat dianggap mampu untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Pemecahan saham seharusnya menunjukkan sinyal yang valid karena tidak semua perusahaan dapat melakukannya. Hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik saja yang dapat melakukannya, karena ditimbulkan dari peristiwa tersebut, padahal pemecahan saham tidak mempengaruhi modal dan cash flow perusahaan (Winarso, 2005). Breman Hughes, 1991 dalam Winarso, 2005 menyatakan bahwa pemecahan saham mengandung biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan yang melakukannya, misalnya : biaya penerbitan saham, biaya percetakan saham, biaya perijinan, dan lain sebagainya
6. Trading Range Theory
Menurut trading range theory, pemecahan saham digunakan sebagai alat untuk mengatur kembali harga saham pada kisaran harga yang diinginkan sehingga semakin memungkinkan bagi investor untuk membeli dengan jumlah yang banyak. Jika harga pada pre-split tinggi, maka pemecahan saham semakin menguatkan kebenaran akan motif tersebut (Leung, et al, 2005).
Copeland (1979) dalam Khomsiyah, et al (2001) menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham adalah untuk mencapai “optimal range” harga saham sehingga dapat menciptakan pasar yang lebih luas. Pernyataan dari Copeland tersebut didukung oleh McNicolas, et al, 1990 dan Angel, 1997 dalam Khomsiyah, et al, 2001 yang menyatakan bahwa pemecahan saham mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipan pasar akan terlibat dalam perdagangan dan akan meningkatkan likuiditas saham di bursa.
Dengan demikian berdasarkan teori ini, harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan kurang aktifnya perdagangan saham sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Dengan melakukan pemecahan saham, diharapkan semakin banyak investor yang melakukan transaksi, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemahalan saham merupakan motivasi untuk melakukan pemecahan saham.
7. Harga Saham
Saham merupakan suatu tanda bukti kepemilikan perusahaan. Dengan memiliki saham, secara otomatis si pemilik ikut serta dalam kepemilikan perusahaan tersebut dan berhak untuk ikut menikmati keuntungan dari perusahaan melalui deviden yang dibagikan. Dengan demikian, pemilikan saham dari perusahaan yang mempunyai prospek bagus dalam menghasilkan laba merupakan investasi yang menjanjikan, karena disamping akan memperoleh keuntungan berupa deviden, para investor juga mengharapkan harga saham naik sehingga nilai investasi yang ditanamkannya juga akan naik.
Harga saham di pasar modal (pasar sekunder) setiap saat bisa mengalami perubahan, sehingga para investor atau calon investor harus jeli dalam pemilikan saham. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham :
1. Harapan investor terhadap tingkat pendapatan deviden di masa
yang akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan deviden stabil, maka harga saham juga akan cenderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan dan deviden berfluktuasi karena faktor internal, maka harga tersebut cenderung berfluktuasi juga.
2. Tingkat pendapatan perusahaan. Apabila tingkat pendapatan
perusahaan besar, maka akan semakin meningkat pula harga saham karena para investor bersikap optimis.
3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian di masa yang
akan datang selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi perekenomian saat ini stabil, maka para investor juga akan optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang, sehingga harga saham akan cenderung stabil (demikian pula sebaliknya).
Melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham, jelas terlihat bahwa informasi adalah sesuatu yang vital bagi investor untuk memilih saham mana saja yang akan dijadikan sebagai alat investasinya. Hal ini sangat berkaitan dengan sinyal yang diterima oleh investor dan bisa saja diterima secara berbeda oleh masing-masing investor. Oleh karena itu manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai kondisi perusahaan agar dapat meyakinkan investor terhadap kondisi perusahaan tersebut. Pihak luar yang tentunya hanya memiliki informasi yang terbatas mengenai kebenaran dari informasi tersebut hanya mampu memprediksinya. Jika manajer dapat memberikan sinyal yang meyakinkan kepada publik (tentunya harus didukung oleh data-data yang mendasarinya), maka publik juga akan merespon secara positif.
8. Abnormal Return
Abnormal Return atau excess return merupakan kelebihan dari actual return (return yang sesungguhnya terjadi) terhadap normal return, dimana normal return merupakan expected return (return yang diharapkan investor), dengan demikian return yang tidak normal
(abnormal return) adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi (Jogiyanto, 2000).
Penelitian Brown dan Warner (1985) menyatakan bahwa expected return merupakan return yang harus diestimasi. Menurut Brown dan Warner (1985), expected return dapat dicari dengan menggunakan tiga model, yaitu :
a. Mean-adjusted model
Mean-adjusted model menganggap expected return bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi.
∑ ()=
Dimana : E(Rit) = expected return sekuritas ke-i pada waktu t Rit
= actual return sekuritas ke-i pada waktu t
t
= periode estimasi
b. Market model
Market model dalam menghitung expected return dilakukan dengan dua thap, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi expected return di periode jendela.
Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan:
Dimana : E(Rit) = expected return sekuritas ke-i pada periode estimasi t
αi
= intercept, independen terhadap Rmt
βi
= slope, resiko sistemastis, dependen terhadap Rmt
Rmt
= return pasar, yang dihitung dengan rumus :
= kesalahan residu sekuritas i pada periode estimasi
ke r
c. Market Adjusted Model
Market Adjusted Model menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi sama dengan return indeks pasar. Berikut adalah rumus menghitung Market Adjusted Model :
= −
Dimana : ARit
= Abnormal Return saham i pada hari ke t
Rit
= Actual Return saham i pada hari ke t
Rmt
= Return pasar, yang dihitung dengan rumus:
9. Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu (Suad Husnan dkk, 2005). Jumlah saham yang diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat perusahaan tersebut melakukan emisi saham.
Perkembangan volume perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara penawaran dan permintaan yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor. Naiknya volume perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual-beli para investor di bursa. Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Dan semakin meningkatnya volume perdagangan saham menunjukkan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga atau return saham.
Pendekatan volume perdagangan saham dapat digunakan sebagai proksi reaksi pasar. Argumen yang dikemukakan adalah bahwa volume perdagangan saham lebih merefleksikan aktivitas investor karena adanya suatu informasi baru melalui penjumlahan saham yang diperdagangkan.
10. Event Study
Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar setengah kuat (Jogiyanto, 2000).
Menurut Peterson (1989) daam jurnal Marwan dan Faizal (1998), event study tentang saham adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari peristiwa tersebut. Sedangkan menurut Kritzman (1994) dalam jurnal Marwan dan Faizal (1998), event study bertujuan mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi surat berharga dan return dari surat berharga tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas tampak bahwa event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar atas suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Wismar’ien, 2004).
Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan- Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan-
Dalam pemecahan saham, informasi yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar adalah pengumuman pemecahan saham (Sri Fatmawati dan Marwan Asri, 1999). Pengumuman pemecahan saham sebagai informasi yang diberikan kepada pasar merupakan t0 dalam event study pada penelitian ini.