Kajian Potensi Produksi Padi pada Daerah Irigasi Persaguan Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun

41

Lampiran 1.Flowchart Pelaksanaan Penelitian
Mulai
Ditentukan
Lokasi Penelitian
Dikumpulkan
Data

Data
Primer:

Data
Sekunder:
Dianalisis Data

Deskriptif

Kuantitatif
Dihitung lama waktu
pertumbuhan atau waktu

pengisian bulir padi
hingga Panein

Digambarkan kondisi
luasan lahan sawah,
luasan lahan irigasi,
luas Panein dan
produktivitas lahan

Dihitung rerata radiasi
matahari
Dihitung perkembangan
lahan irigasi dan nisbah
antara luas Panein dengan
luas lahan irigasi

Dikaji keandalan jaringan
Ditentukan nilai potensi produksi padi
dalam aras pencapaian maksimal
Dibuat Kesimpulan

Selesai

Universitas Sumatera Utara

42

Lampiran 2. Perhitungan Rerata Radiasi Matahari
Rataan 2010 =

189+209+209+216+221+227+223+189+202+215+189+209 Kal /cm 2 ,hari
2498 kal /cm 2 ,hari

12

=
12
= 208,1kal/cm2, hari
Rataan 2011 =

198+185+199+195+207+218+214+203+199+199+209+182 kal /cm 2 ,hari

2408 kal /cm 2 ,hari

12

=
12
= 200,6 kal/cm2, hari
Rataan 2012 =

200+193+221+221+230+234+221+209+218+203+208+205 kal /cm 2 ,hari
2563 kal /cm 2 ,hari

12

=
12
= 213,5kal/cm2, hari
Rataan 2013 =

191+217+215+223+208+221+206+189+187+181+174+182 kal /cm 2 ,hari

2394 kal /cm 2 ,hari

12

=
12
= 199,5 kal/cm2, hari
Rataan 2014 =

178+204+220+209+201+227+209+194+203+202+175+184 kal /cm 2 ,hari
2406 kal /cm 2 ,hari

12

=
12
= 202,5kal/cm2, hari

Universitas Sumatera Utara


43

Lampiran 3. Perhitungan Potensi Produksi PadiPer Satuan Luas Lahan
Tahun 2010
W=

Eu x T x Rs 4
10 g/m2
K

Dimana:

Eu = 0,025
T = 30 hari
Rs = 208,1kal/cm2, hari
K = 4000 kal/g
0,025 x 30 x 208,1
W =
104 g/m2
4000

= 3901 kg/ha
= 3,90ton/ha
= 7,80 ton/ha padi kering giling

Tahun 2011
W=

Eu x T x Rs 4
10 g/m2
K

Dimana:

Eu = 0,025
T = 30 hari
Rs = 200,6 kal/cm2, hari
K = 4000 kal/g
0,025 x 30 x 200,6
W =
104 g/m2

4000
= 3.761 kg/ha
= 3,76 ton/ha
= 7,52ton/ha padi kering giling

Tahun 2012
W=

Eu x T x Rs 4
10 g/m2
K

Dimana:

Eu = 0,025
T = 30 hari
Rs = 213,5kal/cm2, hari
K = 4000 kal/g
0,025 x 30 x 213,5
W =

4000
= 4000kg/ha
= 4,00ton/ha
= 8,00ton/ha padi kering giling

104 g/m2

Tahun 2013
W=
Dimana:

Eu x T x Rs 4
10 g/m2
K

Eu = 0,025
T = 30 hari
Rs =199,5 kal/cm2, hari
K = 4000 kal/g


Universitas Sumatera Utara

44

W =

0,025 x 30 x 241,86
104 g/m2
4000

= 3740kg/ha
= 3,74ton/ha
= 7,48ton/ha padi kering giling
Tahun 2014
W=
Dimana:

Eu x T x Rs 4
10 g/m2
K


Eu = 0,025
T = 30 hari
Rs = 202,5kal/cm2, hari
K = 4000 kal/g
0,025 x 30 x 238,97 4
W =
10 g/m2
4000
= 3790 kg/ha
= 3,79ton/ha
= 7,58 ton/ha padi kering giling

Universitas Sumatera Utara

45

Lampiran 4.Perhitungan Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan
Beririgasi
Tahun 2010

luas lahan Panen
luas lahan beririgasi
4.090 ha
=
2.099 ha
= 2,34

=

Tahun 2011
luas lahan Panen
luas lahan beririgasi
4.090 ha
=
2.099 ha
= 2,34

=

Tahun 2012
luas lahan Panen
luas lahan beririgasi
3.634 ha
=
2.140 ha
= 1,69

=

Tahun 2013
luas lahan Panen
luas lahan beririgasi
4.581 ha
=
2.140ha
= 2,14

=

Tahun 2014
luas lahan Panen
luas lahan beririgasi
4.581 ha
=
2.140 ha
= 2,14

=

Universitas Sumatera Utara

46

Lampiran 5. Perhitungan Aras Pencapaian Produksi Padi
Tahun 2010
produktivitas padi (ton /ha )
= potensi produksi padi (ton /ha ) x 100%
5,35 ton/ha
=
x 100 %
7,80 ton/ha
= 68,58%
Tahun 2011
produktivitas padi (ton /ha )
= potensi produksi padi (ton /ha ) x 100%
=

5,35 ton/ha
x 100 %
7,52 ton/ha

= 71,14%
Tahun 2012
produktivitas padi (ton /ha )
= potensi produksi padi (ton /ha ) x 100%
5,37 ton/ha
=
x 100 %
8,00 ton/ha
= 67,12%
Tahun 2013
produktivitas padi (ton /ha )
= potensi produksi padi (ton /ha ) x 100%
=

5,55 ton/ha
x 100 %
7,48 ton/ha

= 74,19%
Tahun 2014
produktivitas padi (ton /ha )
= potensi produksi padi (ton /ha ) x 100%
5,55 ton/ha
=
x 100 %
7,58 ton/ha
= 73,21%

Universitas Sumatera Utara

47

Lampiran 6. Nilai Radiasi Matahari (Rs, kalori/cm2 hari) untuk wilayah Kecamatan PaneiKabupaten Simalungun
Bulan
Rataan
Jumlah
Tahun
(kal/cm2 hari)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2010
189 209 209 216 221 227 223 189 202 215 189 209
2498
208,1
2011
198 185 199 195 207 218 214 203 199 199 209 182
2408
200,6
2012
200 193 221 221 230 234 221 209 218 203 208 205
2563
213,5
2013
1919 217 215 223 208 221 206 189 187 181 174 182
2394
199,5
2014
178 204 220 209 201 227 209 194 203 202 175 184
2406
202,5
Sumber: BBMKG Wilayah I Medan dan SPMK Kebun Marjandi PTPN IV Kecamatan Panei Kab Simalungun (2014)
Nama Stasiun
Koordinat

: SPMK Kebun Marjandi
: 2.60-3.30 LU 98.533-99.5833 BT

Elevasi
Kabupaten / Kota
Kecamatan

: 700 mdpl
: Simalungun
: Panei

Universitas Sumatera Utara

48

Lampiran 7. Luas Lahan Beririgasi di Daerah Irigasi Persaguan Kecamatan
Panei Kabupaten Simalungun

Tahun
2010
2011
2012
2013
2014

Irigasi
Teknis
1.186
1.186
2.140
2.140
2.140

Berpengairan (Ha)
Irigasi ½
Irigasi
Teknis
Sederhana
913
913
-

Jumlah
2.099
2.099
2.140
2.140
2.140

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun (2014).

Universitas Sumatera Utara

49

Lampiran 8. Data Kerusakan Areal Panen (Puso), Produktivitas dan Luas
Panen Padi Sawah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014

Puso
(Ha)
0
0
0
0
0

Luas Panen *
(Ha)
4.909
4.909
3.634
4.581
4.581

Produksi **
(Ton)
26288
26288
19515
25468
25468

Produktivitas
(Ton/Ha)
5,35
5,35
5,37
5,55
5,55

Sumber: *Dinas PertanianKabupaten Kabupaten Simalungun (2014)
**Badan Pusat Statistik (2014)

Universitas Sumatera Utara

50

Lampiran 9. Daftar Wawancara Petani
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Nama
D. Panjaitan
A. Damanik
D. Purba
J. Sijabat
Rustam Saragih ST
L. Manik
Jones sinaga
DT Simarmata
R. Butar-Butar
J. Simbolon
M. br. Tampubolon
Lince br. Manihuruk
Amri Sidabutar
Fauzi Sidabutar
Fahmi Sidabutar
B. Manullang
D.Siboro
R. br. Regar
Medy Sinambela
H.S Napitu
Pitu Siallagan
St. Roberdo Sinaga Spd
K. Hutagaol
K. Turnip

Varietas
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang

Desa
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan

Nilai T
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari

Permasalahan Air Irigasi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi

Musim Tanam
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun

Universitas Sumatera Utara

51

25.
26.
27.
28
29.
30

Sittong Sihotang
Benget Do
Sujono
Parlindungan Purba
P. Sipahutar
R. br hotang

Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang

Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan
Parsaguan

30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari

Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi

2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun

Universitas Sumatera Utara

52

Lampiran 10. Daftar Wawancara Dinas Pertanian Kecamatan Panei
No
Nama
Jabatan
Keterangan
1
Hotman P, SP
Kepala Koordinator
- Dinas Pertanian selalu mengadakan Pertemuan di tiap minggu
Badan Penyuluhan
nya,tepatnya pada hari selasa dengan kelompok Tani di Kecamatan
Pertanian Perikanan
Panei.Pertemuan ini merupakan sarana pelaporan dari petani apabila ada
Kehutanan dan
permasalahan di lahan petani tersebut, kemudian disampaikan ke Dinas.
Ketahanan Pangan
- Dinas selalu menyediakan benih bersubsidi, tapi apabila ada pihak
(BP3K KP)
swasta yang ingin mengadakan kerja sama petani akan mendapatkan
bibit secara gratis, dan petani mendapatkan potongan harga dari harga
jual dipasar. Petani setempat belum tentu mendapatkan benih tersebut
tergantung anggaran yang diberikan dari pusat dan adanya kerja sama
dengan pihak lain.
- Dinas pertanian selalu menyediakan persediaan Pemberantasan Hama
setiap tahun. Pemberantasan ini diberikan secara gratis apabila ada
pelaporan dari Petugas Penyuluh Pertanian (PPL).Penyaluran
pemberantasan hama di lapangan akan dilakukan oleh petugas PPL
bersama Gabungan kelompok petani(GAPOKTAN) setiap pekan nya.
2
Ir. Ramli Saragih
Petugas Penyuluh
- Dinas Pertanian tidak menyediakan atau memberikan pupuk secara
Lapangan Kecamatan
gratis kepada petani setempat setiap waktunya,akan tetapi apabila ada
Panei desa Parsaguan
pihak swasta yang mau bekerjasama maka setiap kelompok Tani akan
kami ajukan ke pihak swasta tersebut untuk bekeja sama. Dinas
pertanian juga melakukan pengawasan kepada distributor-distributor
dalam penjualan pupuk bersubsidi ke petani.
- Dinas sedang membuat program Obat-obat pemberantasan Hama dan
Penyakit dengan bahan alami. Pemberantasan ini akan diberikan kepada
petani secara gratis apabila ada pelaporan dari Petugas Penyuluhan
Pertanian. Kemudian pemberantasan ini akan diberikan melalui ketua
Gapoktan tergantung jenis penyakit yang dilaporkan.

Universitas Sumatera Utara

53

Lampiran 11. Gambar Daerah Irigasi Persaguan Kecamatan Panei
Kabupaten Simalungun
A.Bendungan Irigasi

Universitas Sumatera Utara

54

Universitas Sumatera Utara

55

B.Bangunan Bagi

Universitas Sumatera Utara

56

C.Saluran Irigasi Primer

Universitas Sumatera Utara

57

D.Saluran Irigasi Sekunder

Universitas Sumatera Utara

58

E. Saluran Irigasi Tersier

Universitas Sumatera Utara

59

Universitas Sumatera Utara

60

Universitas Sumatera Utara

61

Lampiran 12.Gambar Lahan Padi Percontohan yang Bekerjasama dengan
Pihak Perusahaan Swasta dan Dinas Setempat

Universitas Sumatera Utara

62

Universitas Sumatera Utara

63

Universitas Sumatera Utara

64

Laampiran 13. Gambar Wawancara Petani Desa Persaguan Kecamatan
Panei

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta.
AAK. 1992. Budidaya Tanaman Padi. Kanisus, Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009. Pengelolaan Air Pada Padi
Sawah Irigasi. http://litbang.deptan.go.id [Diakses pada 15 Februari 2015].
Badan Pusat Statistika Kabupaten Simalungun. 2013. Statistik Pertanian
Kabupaten Simalungun 2013. http://simalungunkab.bps.go.id/?hal=publik
asi_detil&id=78 [diakses pada tanggal 15 Februari 2015].
Badan Pusat Statistika Kabupaten Simalungun . 2014. Statistik Daerah Kecamatan
Paneii
2014.
Katalog
BPS
:
1101002.1209090.
http://simalungunkab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=78 [diakses pada
tanggal 15 Februari 2015].
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2011. Inovasi Teknologi Padi Penas KTNA
XIII-2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kutai
Kartenegara.
Doorenbos, J., and W. O. Pruit. 1984. Guidelines For Predicting Crop Water
Requitmen. FAO, Rome.
Ginting, S. A. S. 2013. Kajian Saluran Irigasi Tersier Di Desa Sei Beras
SekataDaerah Irigasi Sei Krio Kecamatan Sunggal Kebupaten Deli
Serdang. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hansen, V. E., Israelsen, O. W., and Stringham, G. E. 1992.Dasar-Dasar Dan
Praktek Irigasi Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta.
Kartasapoetra, A.G., dan M. M. Sutedjo.1990. Teknologi Pengairan dan Pertanian
Irigasi. Bumi Aksara, Jakarta.
Kepala Dinas Pertanian Sumatera Utara. 2014.HARIAN ANALISA, Tanggal 29
Desember 2014.
Kompas. 27 Desember 2014, hlm. 1 kol. 6 dan 7.
Mawardi, E. 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Alfabeta, Bandung.
Pasandaran, E. dan Taylor, D. C. 1984.Irigasi Perencanaan dan Pengelolaan.
Gramedia, Jakarta.

39
Universitas Sumatera Utara

40

Pusposutardjo, S. 1991.Analisis Tinjau (Reconaissance Analysis) Potensi Sistem
Irigasi Indonesia Untuk Mendukung Swasembada Beras. Jurnal Teknik
Pertanian hal: 10-27. Perhimpunan Teknik Pertanian, Bogor.
Rusydatulhal, 2004.Analisis Keragaan Teknis dan Ekonomis Irigasi Gravitasi
Padi Sawah Pada Jaringan Irigasi Ramonia Kabupaten Deli Serdang
Sumatera Utara. USU, Medan.
Saragih, D. N. S. 2014. Kajian Potensi Produksi Padi PadaLahan Sawah Irigasi
Dikabupaten Deli Serdang. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Jakarta.
Sumono, 2012. Meningkatkan Daya Dukung Irigasi Dan Pemahaman Aktivitas
Biologis Periodek Tanaman Padi Sawah Menuju Pertanian Presisi Dalam
Upaya Memantapkan Swasembada Beras, Dalam Pemikiran Guru Besar
USU Dalam Pembangunan Nasional Dewan Guru Besar USU, USU Pess,
Medan.
Sutedjo, M. M., dan Kartasapoetra, A. G.1988. Budidaya Tanaman Padi. Bina
Aksara, Jakarta.
Suprayono dan A. Setyono, 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Varley, R. C. G. 1995. Masalah dan Kebijakan Irigasi Pengalaman Indonesia. PT.
Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.
Wahyunto, 2009. Bercocok Tanam Padi Sawah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2015 di Daerah
Irigasi Parsaguan Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian yaitu data jaringan irigasi
pada daerah irigasiParsaguan Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun, data
produksipadi, data luas irigasi, data luas Panen, data rerata radiasi matahari yang
sampai ke permukaan bumi, data lamanya waktu pertumbuhan padi yang
diperoleh dari petani dengan metode wawancara, alat tulis, kamera dan komputer.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodeobservasi lapang dengan menggunakan
data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani
sebanyak 30 orang.
Data sekunder diperoleh dari dinas/ lembaga pemerintah terkait antara lain
Badan

Penyuluhan

Pertanian,

Perikanan,

Kehutanan

dan

Ketahanan

Pangan(BP3K) Kecamatan Panei, Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun dan
Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Sumatera Utara.

19
Universitas Sumatera Utara

20

Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, data primer diperoleh di lapangan melalui
wawancara

dan

pengukuran

di

lapangan,

dan

data

sekunder

melalui

literature,Selanjutnya data tersebut diolah untuk mendapatkan :
1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan
Dihitung dengan menggunakan Persamaan (1).
2. Lama Waktu Pertumbuhan
Lama waktu pertumbuhan yaitu lamanya waktu bulir padi terisi sampai padi
siap Panein, ditentukan dengan metode wawancara dengan petani sebanyak
30 orang, dan data sekunder dari literatur berkenaan dengan varietasnya.
3. Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Dipermukaan Bumi
Dihitung dengan menggunakan Persamaan (2).
4. Koefisien Konversi Energi Surya
Yoshida dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa koefisien konversi
energi surya untuk kawasan tropis sebesar 0,025.
5. Luas Lahan Beririgasi
Luas lahan beririgasi diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Parsaguan Dinas
PSDA Provinsi Sumatera Utara.
6. Luas Lahan Panen
Luas lahan Panen merupakan perkalian antara luas lahan beririgasi dengan
frekuensi waktu Panen.
7. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir

Universitas Sumatera Utara

21

Perkembangan luas lahan beririgasi 5 tahun terakhir diperoleh dari Unit
Pelaksana Teknis ParsaguanDinas PSDA Provinsi Sumatera Utara dan
dihitung dengan Persamaan (3).
8. Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi
9. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah
berdasarkan perkembangan kerusakan areal Panen minimal dalam 5 tahun
terakhir
10. Aras Produksi Padi
Dibandingkan antara potensi produksi padi dengan hasil pengukuran/ data
dilapangan.
Selain data diatas untuk memahami tentang permasalahan dilapangan
dilakukan wawancara dengan petani, BP3K dan Dinas Pertanian setempat
mengenai keterangan tentang pengelolaan air irigasi di petak tersier, masa tanam,
benih, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit.
Parameter Penelitian
Adapun parameter penelitian ini yaitu:
1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan (kg/ha)
2. Lama Waktu Pertumbuhan (hari)
3. Rata-Rata Radiasi Matahari (kal/cm2 hari)
4. Koefisien Konversi Energi Surya (%)
5. Luas Lahan Sawah (ha)
6. Luas Lahan Irigasi (ha)
7. Luas Lahan Panen (ha/tahun)
8. Produktivitas Total (kw/ha/tahun)

Universitas Sumatera Utara

Hasil Dan Pembahasan

Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten yang berada di
provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Simalungun berada pada .
Kabupaten simalungun menempati areal seluas 438.660 ha yang terdiri dari 31
kecamatan, 345 desa/nagori dan 22 kelurahan. Wilayah Kabupaten Simalungun
di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Serdang
Bedagai,di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir,di
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan di sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Asahan (Badan Pusat Statistik,2014)
Kecamatan Paneimerupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Simalungun yang memiliki luas 77,96 Km2, Secara geografis Kecamatan Panei
berada 020 36 - 030 18’ LU dan 980 32’- 990 35’BT Dengan letak geografis
sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sidamanik, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Raya, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Panombean Panei, dan sebelah Timur berbatasan dengan kota Pematangsiantar.
Desa-desa di kecamatan Panei berada di dataran sedang dengan ketinggian 5011000 meter di atas permukaan laut,berdasarkan topografinya daerah ini 63,14%
berada pada ketinggian 501-750 m diatas permukaan laut,dan hanya 4,84% yang
berada pada ketinggian 401-500 m di atas permukaan laut. Kecamatan Panei
memiliki16 desa dan 1 kelurahan dengan jumlah penduduk 25.550 jiwa.
Parsaguan adalah salah satu desa yang memiliki lahan

irigasi dan areal

persawahan di kecamatan Panei (Badan Pusat Statistik,2014).

22
Universitas Sumatera Utara

23

Kecamatan Panei memiliki luas lahan sawah beririgasi 2.099 ha pada
tahun 2010 – 2011 dan memiliki luas lahan beririgasi 2.140 ha pada tahun 2012 2014. Produksi padi di Kecamatan Panei cenderung stabil sejak tahun 2010 yang
dikarenakan banyaknya program pemerintah kabupaten simalungun yang
berkosentrasi di kecamatan Panei terutama pada tanaman padi, di kecamatan
Panei produksi padi sawah mencapai 26.288 ton.
Rerata Radiasi Matahari
Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun terletak antara 020 36 - 030 18’
LU dan 980 32’- 990 35’BT, berdasarkan energi matahari yang masuk dan lama
penyinarannya memiliki nilai data radiasi matahari (Rs) yang diperoleh dari
Stasiun Sampali Medan dan SPMK Marjandi yang Menggunakan alat Campbell
Stokes yang berada di Kebun Marjandi PTPN IV (Tabel 1.) yang dianggap
mewakili Daerah Irigasi Persaguan Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.
Nilai Rs digunakan untuk mengetahui nilai produksi beras bersih atau nilai
potensi produksi padi per satuan luas lahan. Hal ini menunjukan bahwa radiasi
surya sangat mempengaruhi hasil produksi tanaman padi.
Tabel 1. Nilai Rerata Matahari di Kec. Panei Kabupaten Simalungun
Tahun
Rerata radiasi matahari (kal/cm2hari)
2010
208,1
2011
200,6
2012
212,5
2013
199,5
2014
202,5
Rata-rata
204,6
Sumber: BMKG Sampali Medan dan SPMK Kebun Marjandi (2014)
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rata-rata radiasi matahari pada 5 tahun terakhir memiliki nilai yang
berbeda-beda, hal ini disebabkan karena energi surya yang diterima dipuncak
atmosfer dan persen lama penyinaran yang berbeda-beda setiap tahunnya. Nilai Rs
tertinggi berada pada tahun 2012 dan nilai Rs terendah berada pada tahun 2013.

Universitas Sumatera Utara

24

Nilai Rs sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi
sawah,karena radiasi matahari sangat penting dalam tahap pemasakan biji,
pengisian gabah dan pembungaan tanaman padi. Hal ini sesuai dengan literatur
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2009) yang menyatakan bahwa
tanaman padi sawah menghendaki tempat yang terbuka yang selalu disinari
matahari penuh tanpa naungan dan memerlukan angin yang tidak terlalu kencang
untuk mempermudah dalam penyerbukan dan pembuahan.
Selain nilai Rs, jenis varietas padi yang digunakan merupakan sebagai
salah satu faktor dalam peningkatan produksi padi pada suatu daerah tertentu,
karena semakin unggul jenis varietas yang digunakan maka semakin besar
produksi padi yang akan dihasilkan. Petani di Kecamatan Panei daerah irigasi
Persaguan semenjak tahun 2010 dikarenakan adanya kerja sama Kelompok Tani
dengan Pihak Swasta atas rekomendasi Dinas Pertanian telah diseragamkan
menggunakan verietas ciherang sebagai bibit yang akan ditanam, karena dianggap
bahwa varietas ciherang merupakan salah satu varietas unggul yang menghasilkan
padi lebih banyak dan memiliki pertumbuhan yang tidak terlalu lama. Menurut
Badan Besar Penelitian Tanaman Padi (2011) bahwa varietas padi ciherang ini
memiliki morfologi tanaman tegak, mempunyai tinggi tanaman sekitar 107 – 115
cm dengan jumlah anakan produktif mencapai 14 – 17 batang per rumpun. Umur
tanaman mencapai 116 – 125 hari, baik ditanam pada lahan sawah dataran rendah
sampai ketinggian 500 m dpl. Ciherang termasuk jenis padi dengan tingkat
kerebahan dan kerontokannya sedang. Bentuk gabah panjang ramping dan
berwarna kuning bersih. Bobot 1000 butirnya mencapai 27 – 28 gram. Rata – rata
hasil mencapai 6,0 ton/ha dengan potensi hasil mencapai 8,5 ton/ha.

Universitas Sumatera Utara

25

Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan
Potensi produksi padi yang bisa dicapai pada suatu daerah ditentukan
berdasarkan sifat atau karakter yang dimiliki oleh komoditi tersebut.Secara kasar
produksi maksimum padi ditentukan oleh faktor pembatas energi surya yang
sampai ke permukaan bumi (Rs), nilai Eu (dengan kemampuan konversi energi
surya dari tanaman padi tengahan sampai tinggi seperti varietas unggul sebesar
0,025 (2,5%), K = 4000 kal/g dan lama waktu pengisian bulir sampai masak (T) di
Kecamatan Panei = 30 hari. Berdasarkan rumus yang diperkenalkan Yosida 1983
dalam Pusposutardjo 1991 maka potensi produksi padi persatuan luas lahan di
kecamatan Panei Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 2. dan
Gambar 1.
Tabel 2. Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan 5 Tahun Terakhir Kec.
Panei (tahun 2010-2014)
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Rata-rata

Nilai W (ton/ha)
3,90
3,76
4,00
3,74

Potensi Produksi Padi/ha (ton/ha)
7,80
7,52
8,00
7,48

3,79

7,58
7,53

3,67

Pada Tabel 2 disajikan nilai produksi padi yang dicapai di
Kecamatan Panei selama 5 tahun terakhir. Nilai W merupakan nilai karbohidrat
(hasil fotosintesis) bersih yang dihasilkan. Apabila nilai W dianggap merupakan
berat beras, maka dengan menggunakan konversi 0,50 dari gabah kering giling ke
beras maka akan diperoleh potensi produksi padi kering giling per ha.

Universitas Sumatera Utara

26

8,2

Potensi Produksi Padi
(ton/ha)

8
7,8
7,6
7,4
7,2
7
6,8
6,6
2010

2011

2012

2013

2014

Tahun
Gambar 1. Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan Kecamatan Panei

Dari Tabel 2 Gambar 1 dapat dilihat bahwa potensi produksi padi tertinggi
diperoleh pada tahun 2012 dengan potensi 8,00 ton/ha dan potensi produksi padi
terendah diperoleh pada tahun 2013 dengan potensi sebesar 7,48 ton/ha, dengan
rata-rata 7,53 ton/ha. Data tersebut menunjukan bahwa potensi di Kecamatan
Panei masih dibawah potensi hasil yang ditunjukan dari Badan Besar Penelitian
Tanaman Padi (2011) bahwa varietas Ciherang memiliki potensi hasil 8,5 ton/ha.
Perbedaan yang terjadi salah satu faktor adalah karena adanya penurunan dan
peningkatan radiasi matahari sangat berpengaruh terhadap potensi produksi padi
yang akan dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1 bahwa nilai Rs yang
sampai kepermukaan bumi setiap tahun nya selalu berbeda-beda, nilai Rs tertinggi
berada pada tahun 2012 sebesar 213,5 kal/cm2, hari dan nilai Rs terendah berada
pada tahun 2013 sebesar 199,5 kal/cm2,hari. Hal ini sesuai dengan literatur
Pusposutardjo (1991) yang menyatakan bahwa energi surya yang sampai
kepermukaan bumi merupakan faktor penentu nilai batas produktivitas lahan pada

Universitas Sumatera Utara

27

budidaya sawah. Selain nilai Rs, penurunan dan peningkatan potensi produksi
padi dapat disebabkan oleh berapa lama pengisian bulir padi hingga Panen.
Bahwa semakin lama pengisian bulir padi semakin besar pertambahan berat
kering tumbuhan tersebut.
Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi
Perkembangan luas lahan irigasi pada daerah irigasi Persaguan 5
tahun terakhir di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun secara keseluruhan
dicantumkan dalam Tabel 3 dan Gambar 2 dan rincian perkembangan luas lahan
irigasi menurut kelas irigasinya dicantumkan pada Tabel 4 dan Gambar 3.
Tabel 3. Luas Lahan Beririgasi Dan Produksi Padi Sawah 5 Tahun Terakhir
Kecamatan Panei(Tahun 2010-2014)
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tahun
Produktivitas * (Ton/Ha)
2010
5,35
2011
5,35
2012
5,37
2013
5,55
2014
5,55
Rata-rata
5,43
Sumber: * Badan Pusat Statistik (2014)
** Dinas Pertanian Kec. Panei (2014)

Luas Lahan Beririgasi** (Ha)
2.099
2.099
2.140
2.140
2.140
2.123,6

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 - 2011 luas lahan
beririgasi tetap dan pada tahun 2012 -2014 mengalami peningkatan atau terjadi
perluasan lahan sawah beririgasi di Kecamatan Panei dan pada tahun tersebut.
Akan tetapi produktifitas pada tahun 2012 lebih kecil dibandingkan tahun 20132014 sedangkan luas lahan beririgasi sama. Hal ini terjadi karena pembangunan
perluasan layanan jaringan irigasi yang belum selesai sepenuhnya dan belum
berfungsi secara optimal yang menyebabkan pada tahun tersebut beberapa lahan
beralih fungsi menjadi tanaman palawija untuk sementara waktu. Sehingga luas
panen dan produksi lebih rendah pada tahun tersebut

Universitas Sumatera Utara

28

5,6

Produktivitas (ton/ha)

5,55
5,5
5,45
5,4
5,35
5,3
5,25
2010

2011

2012

2013

2014

Tahun
Gambar 2. Luas Lahan Beririgasi Kecamatan Panei
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa Produktivitas padi di Kecamatan Panei
terendah pada tahun 2010 dan 2011, sedangkan produktivitas padi tertinggi berada
pada tahun 2013 dan 2014. Tahun 2012 – 2014 produktivitas padi cenderung
meningkat setiap tahunnya, meskipun luas lahan sawah beririgasi pada tahun
tersebut cenderung tetap (Tabel 3). Hal ini menunjukan bahwa lahan sawah
didaerah irigasi Persaguan dapat berproduksi dengan baik. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (2013) bahwa produktivitas padi rata-rata Nasional pada
tahun 2013 sebesar 5,15 ton/ha sedangkan produktivitas padi di Kecamatan Panei
yaitu sebesar 5,55 ton/ha, hal ini menunjukan bahwa produktivitas padi di
Kecamatan Panei lebih tinggi dari pada produktivitas padi di Nasional, meskipun
demikian produktivitas tersebut masih belum mendekati potensinya, yaitu ratarata 7,67 ton/ha. Berdasarkan data primer yang didapatkan melalui wawancara
kepada petani bahwa penyediaan air irigasi untuk pertumbuhan padi di Kecamatan
Panei daerah irigasi persaguan sudah mulai terpenuhi akan tetapi penyakit padi di
persaguan masih belum bisa di atasi secara optimal seperti mengeringnya batang

Universitas Sumatera Utara

29

padi dan bulir yang kosong. Meskipun demikian petani di Kecamatan Panei selalu
mencari solusi untuk meningkatkan produktivitas padi yaitu dengan cara
menerapkan pola tanam legowo, pemupukan sesuai anjuran dan memilih varietas
unggul yang didapatkan oleh tim penyuluhan dari Dinas Ketahanan Pangan
maupun pihak swasta yang melakukan kerja sama. Hal ini sesuai dengan literatur
Sumono (2012) yang menyatakan bahwa faktor lain dalam meningkatkan
produksi padi disamping air irigasi sebagai sarana produksi, juga perlu diimbangi
dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, pestisida dan zat perangsang
tumbuh.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari Dinas Pertanian, Selain
petani di Kecamatan Panei yang berusaha mencari solusi dalam peningkatan
produksi padi, Dinas pertanian juga selalu memberikan bimbingan kepada petani
melalui Tim penyuluh pertanian dari Dinas Badan Penyuluhan Pertanian
Perikanan Kehutanan dan Ketahanan pangan (BP3KKP). Seorang penyuluh
menjadi pembimbing 2 kelompok Tani, dimana pertemuan dilakukan setiap
minggunya. Penyuluh ini bertugas sebagai pembimbing atau sebagai sumber
perlaporan petani atau Ketua Kelompok tani apabila terjadi masalah dilapangan.
Selain memberikan tim penyuluh sebagai pembimbing, Dinas Pertanian juga
memberikan benih dan pupuk bersubsidi kepada petani setempat baik bantuan dari
pusat maupun pihak swasta sebagai solusi untuk meningkatkan kesejahteraan
petani dan memperkenalkan benih unggul,dan sistem tanam legowo kepada petani
setempat. Selain itu Dinas Pertanian selalu menyediakan persediaan obat - obatan
pemberantasan hama dan penyakit setiap tahunnya, yang akan direkomendasikan

Universitas Sumatera Utara

30

oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) kepada petani berdasarkan hasil temuan
penyakit di lahan masing-masing petani.
Perkembangan luas lahan irigasi berdasarkan kelas irigasinya pada daerah
irigasi Persaguan 5 tahun terakhir di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun
yang meliputi irigasi teknis dan irigasi setengah teknis dicantumkan dalam Tabel
4 dan Gambar 3
Tabel 4 . Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir Kecamatan
Panei(Tahun 2010-2014)
No

Tahun

Irigasi
Teknis
(Ha)

Irigasi ½
Teknis (Ha)

Irigasi
Sederhana
(Ha)

Total
Luas
Lahan
Beririgasi
(Ha)

Nisbah Lahan
Irigasi Teknis
dengan Semi
Teknis +
Sederhana
hingga tahun
2011
1
2010
1.186
913
2.099
1,29
2
2011
1.186
913
2.099
1,29
3
2012
2.140
2.140
4
2013
2.140
2.140
5
2014
2.140
2.140
Catatan : Nisbah lahan irigasi teknis dengan irigasi semi teknis + sederhana hanya
dipergunakan apabila dalam sistem irigasi terdapat paling tidak 2 tipe irigasi

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa Nisbah luas lahan irigasi teknis dengan
irigasi semi teknis + irigasi sederhana 2010 – 2011 sebesar 1,29. Pada tahun 2012
– 2014 secara keseluruhan tipe irigasi di kecamatan panei sudah menjadi irigasi
teknis. Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa pertambahan luas lahan irigasi
teknis ternyata diikuti dengan menurunnya luas lahan irigasi semi teknis dan
irigasi sederhana, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan jaringan irigasi
pada tahun 2011 – 2014 di Kecamatan Panei lebih bersifat dalam peningkatan
mutu kemampuan pelayanan (pengelolaan air) dibandingkan dengan bertambah
luasnya kemampuan pelayanan.

Universitas Sumatera Utara

Luas Lahan Irigasi (Ha)

31

2.500
2.000
1.500
Irigasi 1/2 Teknis

1.000

Irigasi Teknis
500
0
2010

2011

2012

2013

2014

Tahun

Gambar 3. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi Kecamatan Panei
Nisbah Antara Luas Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi
Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa nisbah antara luas panen dengan
luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pelayanan
jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi di lahan sawah. Perkembangan
kemampuan pelayanan jaringan irigasi secara umum dinilai atas perkembangan
luas panen yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4.
Tabel 5. Nisbah Antara Luas Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun
Terakhir Kecamatan Panei(Tahun 2010-2014)
Luas Panen
Padi Sawah
(Ha)

Luas Panen/ Luas
Irigasi

No

Tahun

Luas Irigasi
(Ha)

1
2
3
4
5

2010
2011
2012
2013
2014

2.099
2.099
2.140
2.140
2.140

4.909
4.909
3.634
4.581
4.581

2,34
2,34
1,69
2,14
2,14

Rata-rata

2,123,6

4522,8

2,13

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Panei (2014)

Universitas Sumatera Utara

Nisbah Luas Panen/Luas Irigasi

32

2,5
2
1,5
1
0,5
0
2010

2011

2012

2013

2014

Tahun

Gambar 4. Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Irigasi Kec Panei
Pada Tabel 5 dan Gambar 4 dapat dilihat bahwa nisbah luas panen
dengan luas irigasi pada Daerah Irigasi Persaguan Kecamatan Panei dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir yang tertinggi berada pada tahun 2010 dan 2011 yaitu
2,34. Sedangkan nisbah luas panen dengan luas lahan irigasi pada tahun 2012
yaitu dibawah 2. Hal ini menunjukan bahwa sasaran 2 kali tanam bisa diperoleh
hampir pada tiap tahunnya. Pada tahun 2012 diperoleh nisbah dibawah 2 karena
terjadinya penambahan luas lahan beririgasi dari tahun sebelumnya akan tetapi
semua lahan yang beririgasi tidak ditanami padi sawah, melainkan dalam masa
peralihan tersebut sebagian lahan ditanami tanaman palawija oleh petani di daerah
irigasi persaguan Kecamatan Panei (Tabel 3). Penyediaan air irigasi di daerah
irigasi persaguan Kecamatan panei sudah terpenuhi untuk mengairi semua lahan
sawah beririgasi, dimana pemberian air irigasi dilakukan secara merata sehingga
pemerataan dalam penanaman padi bisa dicapai setiap tahunnya. Oleh karena itu
sasaran 2 kali tanam padi per tahun di lahan sawah beririgasi Kecamatan Panei
sudah tercapai. Hal ini sesuai dengan literatur Pusposutardjo (1991) yang
menyatakan bahwa apabila nilai nisbah rata-rata luas panen dengan luas lahan

Universitas Sumatera Utara

33

beririgasi mencapai 2, maka hal ini menunjukan bahwa penanaman padi dapat
dilakukan 2 kali setahun.
Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah
Keandalan jaringan irigasi berdasarkan angka kerusakan areal panen
(Puso) 5 tahun terakhir di Daerah Irigasi Persaguan Kecamatan Panei dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Kerusakan Areal Panen (puso) 5 Tahun Terakhir Kecamatan
Panei(Tahun 2010-2014)
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tahun
2010
2011
2012
2013
2014

Produktivitas (Ton/Ha)
5,35
5,35
5,37
5,55
5,55

Puso (ha)
0
0
0
0
0

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa kerusakan areal panen (puso) hampir
tidak ada ditemukan di kecamatan panei, dan pada Tabel 3 dapat dilihat
produktivitas padi cenderung meningkat setiap tahunnya,dengan produktivitas
rata-rata yang didapat dalam kurun 5 tahun terakhir sebesar 5,43 ton/ha.
Berdasarkan data primer yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung
kepada petani bahwa lahan sawah di Kecamatan Panei walaupun sering terserang
hama penyakit yaitu berupa hama ulat dan hama tikus, hal tersebut tidak terlalu
berpengaruh dengan kerusakan areal tanaman (puso) dikarenakan Pihak dinas
dengan petani rutin melakukan pertemuan dan adanya bantuan dari pihak
perusahaan swasta, ditambah lagi dengan adanya sawah petani sebagai sawah
percontohan yang bekerja sama dengan pihak perusahaan swasta,hal ini membuat
produktifitas di daerah irigasi persaguan kecamatan panei terus meningkat setiap
tahunnya.

Universitas Sumatera Utara

34

Berdasarkan angka produktivitas padi yang cenderung naik setiap
tahunnya, hal ini menunjukan bahwa jaringan irigasi di Kecamatan Panei sudah
mulai mampu mengatasi masalah musim kemarau dan berdasarkan nisbah luasan
lahan irigasi teknis dengan irigasi semi teknis + irigasi sederhana pada Tabel 4
dapat dilihat bahwa keandalan jaringan irigasi di Kecamatan Panei sudah cukup
baik. Hal ini dikarenakan berbagai program pemerintah daerah yang terus
melakukan perbaikan sistem irigasi di daerah irigasi persaguan sehingga pada
tahun 2012 irigasi di persaguan secara menyeluruh telah memakai sistem irigasi
teknis. Debit air mencukupi untuk mengairi semua lahan sawah yang ada di
Kecamatan Panei. Hal ini sesuai dengan literatur Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (2009) yang menyatakan bahwa pengairan padi sawah
juga merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap produksi padi.
Menurut literatur Pusposutardjo (1991) bahwa keandalan jaringan irigasi
untuk stabilisasi produksi padi sawah dapat ditentukan melalui fluktuasi luas
panen per satuan luas lahan irigasi. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa luas panen
selama kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung stabil. Berdasarkan nisbah luas
panen dengan luas lahan irigasi pada Tabel 5 bahwa penanaman padi sawah
hampir setiap tahunnya bisa dilakukan dengan 2 kali tanam. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa keandalan jaringan irigasi memang mutlak diperlukan
menunjang stabilisasi padi sawah. Hal ini sesuai dengan literatur Pusposutardjo
(1991) yang menyatakan bahwa keandalan jaringan irigasi untuk stabilisasi
produksi padi secara menyeluruh juga dapat diperlihatkan dengan menyajikan
angka perubahan luas lahan sawah yang dapat dibudidayakan sekali dan 2 kali
setahun.

Universitas Sumatera Utara

35

Aras Pencapaian Produksi Padi
Aras pencapaian produksi padi di Daerah Irigasi Persaguan Kecamatan
Panei selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 5. Dengan
membandingkan nilai produktivitas lahan yang didapat dari data sekunder dengan
nilai W (nilai teoritis) atau potensi produksi padi yang didapat dengan
menggunakan rumus Yoshida (1983) maka akan didapat aras pencapaian produksi
padi 5 tahun terakhir seperti dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 5 .
Tabel 7. Aras Pencapaian Padi Kecamatan Panei (Tahun 2010-2014)
Potensi Produksi
Produktivitas (Ton/Ha)
No
Tahun
Padi (Ton/ha)
1
2010
7,80
5,35
2
2011
7,52
5,35
3
2012
8,00
5,37
4
2013
7,48
5,55
5
2014
7,58
5,55
Rata-rata
7,53
5,43
Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

Aras (%)
68,58
71,14
67,12
74,19
73,21
70,84

Aras pencapaian produksi padi merupakan target pencapaian produksi padi
untuk menunjukan tingkat produksi padi dan efisiensi penerapan teknologi
(manajemen irigasi). Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa aras pencapaian produksi
padi dalam 5 tahun terakhir di Kecamatan Panei belum maksimal dicapai masih
lebih kecil dari 90%. Hal ini terjadi karena adanya proses peralihan pada lahan di
daerah irigasi persaguan, secara keseluruhan lahan di daerah irigasi persaguan
belum menerapkan Pemberian Pupuk Tepat Terhadap Tanaman (P2T3),
pemberian pupuk belum sesuai anjuran (dosis, jenis, waktu), dan terjadi serangan
hama kresek dan blas. Hal ini sesuai dengan literatur Pusposutardjo (2009) yang
menyatakan bahwa Jika aras pencapaian produksi padi mencapai
≥ 90% maka
berarti nilai produksi padi sangat tinggi dan penerapan teknologi sangat efisien.
Namun, dengan nilai produksi
≥ 90 % dari nilai potensial padi akan sulit

Universitas Sumatera Utara

36

menaikkan produktivitas lahan per satuan luas tanpa merubah set teknologi yang
ada guna memperoleh pasokan energi surya yang lebih banyak lagi, seperti
penggunaan varietas baru yang mampu memasok energi surya lebih banyak.
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa aras pencapaian produksi padi di
Kecamatan Panei tertinggi berada pada tahun 2013 sebesar 74,19% sedangkan
nilai aras terendah berada pada tahun 2012 sebesar 67,12%.Angka produktivitas
pada tahun tersebut kecil sedangkan nilai angka potensi produksi padi yang bisa
dicapai besar. Hal ini disebabkan oleh adanya masa peralihan yaitu sebagian lahan
di daerah irigasi persaguan ditanami tanaman palawija oleh petani,walaupun
semua lahan telah beririgasi. Potensi produksi padi yang bisa dicapai pada suatu
daerah berkaitan erat dengan radiasi matahari yang masuk ke permukaan bumi
karena nilai Rs berperan untuk mempermudah dalam penyerbukan dan
pembuahan. Hal ini sesuai dengan literatur Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (2009) yang menyatakan bahwa tanaman padi sawah menghendaki
tempat yang terbuka yang selalu disinari matahari penuh tanpa naungan dan
memerlukan angin yang tidak terlalu kencang untuk mempermudah dalam

Aras (%)

penyerbukan dan pembuahan.
76
74
72
70
68
66
64
62
2010

2011

2012

2013

2014

Tahun
Gambar 5. Aras Pencapaian Produksi Padi Kecamatan Panei

Universitas Sumatera Utara

37

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai aras pencapaian produksi
padi yang di dapatkan berdasarkan angka di lapangan masih 70,84% dari nilai
potensi yang seharusnya bisa dicapai pada daerah tersebut. Berdasarkan data
primer dan sekunder yang diperoleh, faktor yang menyebabkan produktivitas padi
pada daerah irigasi persaguan di kecamatan panei masih dibawah 90% adalah
Penggunaan pupuk yang belum sesuai anjuran (jenis, dosis, dan waktu), serta
belum menggunakan bagan hijau daun (BWD) dan Perangkat uji tanah sawah
(PTUS), terjadi serangan hama penyakit (terutama kresek dan blas). Hal tersebut
merupakan beberapa faktor yang menyebabkan produktivitas padi di daerah
irigasi persaguan kecamatan panei masih kurang maksimal atau aras pencapaian
produksi masih dibawah 90%. Untuk meningkatkan nilai produktivitas padi agar
dapat mencapai potensinya, serta meningkatakan nilai aras pencapaian produksi
pada daerah ini yaitu masih dapat ditingkatkan lagi dengan menerapkan sistem
tanam legowo (4:1), pemberian pupuk tepat terhadap tanaman (P2T3),
menggunakan perangkat uji tanah sawah (PTUS), dan penggunaaan bagan hijau
daun (BWS) secara menyeluruh dalam proses pemupukan. Hal ini sesuai dengan
literatur Sumono (2012) yang menyatakan bahwa peningkatan produksi padi
disamping air irigasi sebagai sarana produksi, juga diimbangi dengan sarana
produksi lainnya seperti pupuk, pestisida dan zat perangsang tumbuh serta
pemakaian tenaga penyuluh sebagai pembimbing petani dalam kegiatan
bertaninya.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Potensi produksi padi tertinggi berada pada tahun 2012 sebesar 8,00 ton/ha
dan terendah pada tahun 2013 sebesar 7,48 ton/ha.

2.

Nisbah antara irigasi teknis dengan irigasi semi teknis dan sederhana tertinggi
berada pada tahun 2010 – 2011 sebesar 1,29.

3.

Nisbah antara luas panen dengan luas beririgasi tertinggi berada pada tahun
2010-2011 sebesar 2,34 dan terendah berada pada tahun 2012 sebesar 1,69.

4.

Tidak ditemukan Kerusakan areal panen (Puso) pada 5 tahun terakhir
terhitung mulai dari 2010-2014.

5.

Aras pencapaian produksi padi di Kecamatan Panei tertinggi berada pada
tahun 2013 sebesar 74,19% dan terendah berada pada tahun 2012 sebesar
67,12%.

Saran
1.

Perlu dilakukan pengukuran nilai rerata radiasi matahari yang sampai ke
permukaan bumi (Rs) pada tempat penelitian secara langsung agar hasil yang
didapatkan lebih akurat.

2.

Perlu pendataan jenis varietas padi yang digunakan setiap tahun.

3.

Perlu dilakukan pendataan penetapan nilai T (lama pengisian bulir) yang
sesuai dengan varietas padi.

38
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Irigasi
Salah satu faktor dari pada usaha peningkatan produksi pangan khususnya
padi adalah tersedianya air irigasi di sawah-sawah sesuai dengan kebutuhan.Jika
penyediaan air irigasi dilakukan dengan tepat dan benar maka dapat menunjang
peningkatan produksi padi sehingga kebutuhan pangan nasional dapat
terpenuhi.Untuk itu jaringan irigasi, baik saluran pembawa maupun saluran
pembuang dan bangunan irigasinya harusdapat beroperasi dengan baik (Mawardi,
2007).
Metode irigasi bervariasi dalam berbagai bagian dunia dan pada berbagai
tanah pertanian dalam suatu lingkungan karena perbedaan pada tanah, topografi,
persediaan air, tanaan dan kebiasaan.Metode irigasi penggenangan maupun
metode galengan dan pengolaman cocok untuk tanaman makanan ternak maupun
padi.Tanaman yang berderet diberi air dengan alur.Setiap atau kombinasi
beberapa metode bisa baik sekali diterapkan pada satu tanah pertanian
(Hansen, dkk., 1992).
Dari segi konstruksi jaringan irigasinya, Pasandaran dan Taylor (1984)
mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi empat jenis yaitu :
1. Irigasi sederhana
adalah sistem irigasi yang sistem konstruksinya dilakukan dengan
sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengatur dan alat pengukur
sehingga air irigasinya tidak teratur dan efisiensinya rendah.

8
Universitas Sumatera Utara

9

2. Irigasi setengah teknis
adalah suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu pengatur dan alat
pengukur pada bangunan pengambilan saja dengan demikian efisiensinya
sedang.
3. Irigasi teknis
adalah suatu sistem irigasi yang dilengkapi alat pengatur dan pengukur air
pada bangunan pengembalian, bangunan bagi dan bangunan sadap
sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap sehingga
diharapkan efisiensinya tinggi.
4. Irigasi teknis maju
adalah suatu sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan terukur pada
seluruh jaringan dan diharapkan efisiensinya tinggi sekali.
Tanaman Padi
Siregar (1981) menyatakan bahwa tumbuhan padi adalah tumbuhan yang
tergolong tanaman air (waterplant). Sebagai tanaman air bukanlah berarti bahwa
tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi
air, baik penggenangan itu terjadi secara alamiah sebagai terjadi pada tanah rawarawa, maupun penggenangan itu disengaja sebagai terjadi pada tanah-tanah
sawah. Dengan megahnya juga tanaman padi itu dapat tumbuh di tanah daratan
atau tanah kering, asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air.
Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan dengan klasifikasi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

10

Kingdom : Plantae
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae
Kelas

: Monotyledonae

Famili

: Gramineae (Poaceae)

Genus

: Oryza

Spesies

: Oryza sp. (ada 25 spesies), diantaranya:

Oryza sativa L.
Oryza glabirena Steund
Sedangkan subspesies Oryza sativa L., dua diantaranya:
Indica (padi bulu)
Sinica (padi cere) atau Japonica
(AAK, 1990).
Alternatif untuk pengembangan lingkungan pertanaman padi adalah
dengan mengubah hidrologi pada tanah di daerah itu. Setelah dibuatkan tanggul,
selanjutnya penggenangan dengan air tawar, baik yang berasal dari sungai pasang,
ataupun air tawar yang disalurkan melalui saluran irigasi-irigasi, memungkinkan
tanaman padi tumbuh dengan baik,dengan hasil yang lebih memuaskan
(Sutedjo dan Kartasapoetra, 1988).
Budidaya Tanaman Padi
Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman-tanaman anakberanak. Demikianlah umpamanya: Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan
dalam waktu yang sangat singkat telah dapat membentuk satu dapuran, dimana

Universitas Sumatera Utara

11

terdapat 20-30 atau lebih anakan/tunas-tunas baru. Kecepatan anak-beranak yang
begitu pesat bisa menimbulkan kesulitan untuk mengetahui manakah di antara
sejumlah batang-batangnya dalam satu rumpun itu yang merupakan batang
utamanya, dan mana yang merupakan batang-batang dari anak/tunas baru
(Siregar, 1981).
Padi dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis maupun subtropis.Untuk
padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman
sangat penting.Oleh karena air menggenang terus-menerus maka tanah sawah
harus

memiliki

kemampuan

menahan

air

yang

tinggi,

seperti

tanah

lempung.Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang
besar kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau).Dari waduk ini
kemudian air akandialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah (Suprayono
dan Setyono, 1997).
Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan
Di dalam suatu set sistem produksi terdapat suatu nilai batas maksimum
produktifitas yang tidak dapat dilampaui tanpa merubah set sistem produksi
itusendiri. Sampai dengan satu dasawarsa yang akan datang (sampai dengan tahun
2000) secara pasti dapat ditetapkan bahwa energi surya yang dapat sampai ke
permukaan bumi akan merupakan faktor penentu batas produktifitas lahan akan
budidaya padi sawah. Yoshida (1983) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan
bahwa secara kasar produksi maksimum padi yang ditentukan oleh faktor
pembatas energi radiasi surya yang sampai di bumi dapat dihitung dengan rumus :
W=

Eu×T×Rs
K

×104 gm/m2 …………………………………………………(1)

dengan

Universitas Sumatera Utara

12

W = pertambahan berat kering tumbuhan (kg/ha)
T = lama waktu pengisian bulir padi sampai masak (hari)
Rs = rerata radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi (kal/cm2 hari)
K = tetapan (4000kal/gr)
Eu = koefisien konversi energi surya (untuk kawasan tropis 0,025)
Hansen, dkk (1980) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa Nilai
Rsdapatdihitungdengan memakairumusempiris Hargreaves
Rs=0,10 Rso (S)1/2 kal/cm2 hari…………………………………………(2)
Dengan
Rso = energi surya yang diterima dipuncak atmosfir (kal/cm2hari)
S

= persen lama penyinaran

Untuk daerah yang mempunyai Badan Meteorologi dan Geofisika salah
satu unsur iklim yang penting dan di ukur adalah nilai RS.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Padi
AAK (1992) menyatakan bahwa tanaman padi dapat hidup dengan baik di
daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Dengan kata lain,
padi dapat hidup baik di daerah beriklim panas yang lembab. Pengertian ini
menyangkut curah hujan, suhu, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan
musim.
1. Curah Hujan
Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200
mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan
yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm. Curah hujan yang baik

Universitas Sumatera Utara

13

akanmembawa dampak positif dalam pengairan, sehingga penggenangan air yang
diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi.
2. Suhu
Suhu mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman.Suhu yang
panas merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi, misalnya daerah
tropika yang dilalui garis khatulistiwa seperti negara kita ini.Tanaman padi dapat
tumbuh dengan baik pada suhu 230C ke atas, sedangkan negara di Indonesia
pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang
tahun.Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu kehampaan
pada biji.
3. Tinggi tempat
Menurut Junghun dalam AAK (1992), hubungan antara tinggi tempat
dengan tanaman padi adalah sebagai berikut :
a. Daerah antara 0-650 meter dengan suhu antara 26,50C-22,50C
termasuk 96% dari luas tanah di Jawa, cocok untuk tanaman padi.
b. Daerah antara 650-1500 meter dengan suhu antara 22,50C-18,70C
masih cocok untuk tanaman padi.
4. Sinar matahari
Tanaman padi memerlukan sinar matahari.Hal ini sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup di daerah berhawa panas. Di
samping