Kajian Potensi Produksi Padi Di Daerah Irigasi Sungai Ular Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia tercatat sebagai negara pengimpor beras pada tahun 1960-an dan
sampai tahun 1990 masih dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri melalui
kegiatan intensifikasi dan perluasan areal. Namun, mulai tahun 1991 sampai 2007
kebutuhan beras mulai tidak terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan beras secara
nasional melalui Departemen pertanian melakukan upaya pencapaian swasembada
beras. Mulai tahun 2007 sampai 2009 pemerintah memberikan subsidi pupuk
yang cukup tinggi, benih secara cuma-cuma dan kemudahan lainnya untuk
meningkatkan produktivitas beras dalam mencapai swasembada beras. Namun,
upaya ini belum menghasilkan produksi yang maksimal karena jumlah penduduk
yang terus meningkat dan kurangnya pemanfaatan teknologi serta pengetahuan
modren yang efisien (Gaybita, 2009).
Selain faktor jumlah penduduk yang terus meningkat dan kurangnya
pemanfaatan teknologi

serta pengetahuan modren yang efisien faktor lain

penghambat pencapaian swasembada beras adalah faktor air irigasi. Menurut
Asnawi dalam Varley (1995) salah satu faktor penghambat utama dalam

pencapaian swasembada beras adalah faktor tersedianya air irigasi secara cukup
yang dikendalikan pada waktu yang tepat di sawah-sawah petani. Untuk
mewujudkan tercapainya swasembada beras pemerintah orde baru selama Pelita I
(1969-1974) sampai dengan Pelita IV (1984-1989) telah dilakukan perbaikan
irigasi seluas 2,445 juta hektar sedangkan perluasan irigasi seluas 1,493 juta

1
Universitas Sumatera Utara

hektar. Dengan usaha tersebut, pada awal Pelita IV (1984) Indonesia berhasil
mencapai swasembada beras dengan produksi sebesar 24,06 juta ton beras.
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan sebagai
sumber energi yang umumnya dikonsumsi masyarakat Indonesia. Hampir separuh
penduduk dunia, terutama di Asia menggantungkan hidupnya dari tanaman
padi. Begitu

pentingnya

arti padi sehingga kegagalan panen dapat


mengakibatkan gejolak sosial luas. Upaya peningkatan produksi tanaman pangan
dihadapkan pada berbagai kendala dan masalah, antara lain kekeringan dan
banjir (Supartha, dkk, 2012).
Krisis ekonomi yang menimpa negara kita akhir-akhir ini yang diikuti
dengan terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap nilai dollar menyebabkan harga
bahan pangan impor menjadi lebih mahal. Untuk menanggulangi masalah tersebut
perlu dilakukan peningkatan produksi pangan di dalam negeri. Program-program
yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian terutama bahan pangan
beras telah dirumuskan oleh pemerintah dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara,
program-program tersebut meliputi: intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi, dan
dever-sifikasi. Akan

tetapi

di dalam

pelaksanaan

intensifikasi dan


ekstensifikasi pertanian kita dapatkan perbedaan antara hasil nyata yang diperoleh
petani dengan hasil potensial yang bisa dicapai oleh petani atau disebut dengan
yield gap (Mahananto, 2009).
Menurut Mandal and Jana (2000) mengatakan salah satu cara untuk
meningkatkan potensi produksi pertanian adalah dengan menggunakan irigasi
yang efisien. Sumber air dan lahan yang menguntungkan dalam irigasi pertanian
merupakan salah satu faktor yang penting dalam memajukan pertanian. Dengan

2
Universitas Sumatera Utara

3

menggunakan metode irigasi yang layak dan tepat pelaksanaanya, waktu dan
pengaplikasian air yang benar dan pengangkutan air irigasi yang tepat sehingga
meminimalkan air terbuang, sehingga dengan cara ini dapat membuat produksi
pertanian meningkat.
Tanah dalam kondisi alamiah selalu mengandung air. Tanaman dapat
tumbuh dengan mengabsorbsi air itu. Supaya tanaman dapat bertumbuh dengan
baik, maka di samping air, pemberian pupuk dan penanaman, tanah itu harus

berada dalam kondisi baik (menguntungkan). Pemberian air yang cukup adalah
yang paling utama yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman. Setiap
tanaman mencoba mengabsorbsi kadar air secukupnya dari tanah untuk
pertumbuhan. Jadi yang terpenting untuk tanaman itu ialah bahwa air dalam tanah
itu berada dalam keadaan yang mudah diabsorbsi (Sosrodarsono, 2003).
Dumairy (1992) menyatakan bahwa irigasi adalah usaha pengadaan dan
pengaturan air secara buatan, baik air tanah maupun air permukaan, untuk
menunjang pertanian. Ruang lingkup atau bidang tugas irigasi meliputi empat
pekerjaan pokok sebagai berikut :
1. Pengadaan/pengembangan

sumber-sumber

air

alamiah

dan

penggunaannya

2. Pengaliran air dari daerah sumber ke areal pertanian yang membutuhkan
3. Pemberian dan pembagian air areal pertanian sampai ke tingkat usaha tani
4. Pembuangan kelebihan air dari areal pertanian secara teratur dan
terkendali (drainasi).
Kebutuhan irigasi telah memaksa menarik perhatian para petani di seluruh
dunia karena menderita kekeringan yang banyak berpengaruh pada daerah-daerah

Universitas Sumatera Utara

4

pertanian. Meskipun curah hujan mungkin tersedia untuk pertumbuhan tanaman
pada tahun-tahun yang normal, telah diketahui melalui berbagai pengalaman yang
mahal bahwa waktu yang pendek tanpa curah hujan telah merusak tanam-tanaman
yang akhirnya merugikan petani (Hansen, 1992).
Menurut Sosrodarsono (2003) irigasi adalah penambahan kadar air tanah
secara buatan yakni dengan memberikan air secara sistematis pada tanah yang
diolah. Sebaliknya pemberian air yang berlebihan pada tanah yang diolah akan
merusakkan tanaman. Irigasi adalah menyalurkan air yang perlu untuk
pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan mendistribusikannya secara

sistematis. Perancangan irigasi disusun terutama berdasarkan kondisi-kondisi
meteorologi di daerah bersangkutan dan kadar air yang diperlukan untuk
pertumbuhan

tanaman.

Kondisi-kondisi

meteorologi

yang

sangat

erat

bersangkutan dengan perancangan irigasi adalah suhu udara/atmosfer dan curah
hujan. Oleh suhu udara yang tinggi, evapotranspirasi dari tanah yang diolah dan
dari daun-daunan meningkat, sehingga tanaman memerlukan air yang banyak.
Jika curah hujan itu banyak, maka keperluan irigasi sedikit. Akan tetapi, jika

distribusi curah hujan selama periode pertumbuhan tanaman tidak merata, maka
meskipun curah hujan tahunan itu banyak, akan dibutuhkan juga irigasi selama
periode kekurangan air.
Kabupaten Serdang Bedagai sebagai salah satu kabupaten yang
terdapat

di Propinsi Sumatera Utara yang termasuk sebagai lumbung beras

nasional. Daerah Irigasi Sungai Ular yang terletak di Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara merupakan sumber air

Universitas Sumatera Utara

5

irigasi untuk kawasan pertanian di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang
Bedagai.
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022
Ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan. Ibu kota Kabupaten
Serdang Bedagai adalah Sei Rampah. Salah satu dari 17 kecamatan itu adalah

kecamatan Pegajahan yang merupakan penghasil beras yang cukup banyak di
Kabupaten Serdang Bedagai. Namun sampai saat ini belum diketahui apakah
potensi produksi padi pada Kecamatan Pegajahan sudah mencapai produktivitas
padi yang tinggi.
Tujuan Penelitian
Penelitan ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi pada daerah
irigasi Sungai Ular Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Diharapkan

penelitian

ini

dapat

memberikan

masukan


dalam

pengembangan dan peningkatan produksi padi bagi masyarakat.
2. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi pendukung bagi

mahaasiswa yang melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kajian
produksi padi.
3. Sebagai bahan untuk dapat melakukan penelitian yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertanian pada
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara