7 undang-undang tersebut adalah Kecamatan Malifut merupakan bagian wilayah
administratif pemerintah Kabupaten Halmahera Utara, dengan demikian enam desa yang merupakan bagian dari Kecamatan Malifut harus menjadi bagian dari
wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Utara. Pada konteks itu, maka masyarakat enam desa terus menyuarakan bahwa mereka tetap menolak
bergabung atau digabungkan dengan Kecamatan Malifut. Penolakan masyarakat enam desa ini didasari bahwa sejak awal mereka telah menolak bergabung dengan
Kecamatan Malifut dan tetap menjadi bagian dari Kecamatan Jailolo, sehingga masyarakat menganggap bahwa sangat realistis jika enam desa menjadi bagian
dari Kabupaten Halmahera Barat. Dengan dasar tersebut, maka pemerintah Kabupaten Halmaherah Barat memberikan pelayanan kepada masyarakat enam
desa. Disinilah titik awal konflik perebutan wilayah enam desa.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian
ini dapat dirumuskan:
1 Bagaimana terjadinya konflik tapal batas dalam proses pemekaran
daerah di Halmahera Barat sebagai induk dan Halmahera Utara sebagai Daerah Otonom Baru Provinsi Maluku Utara?
2 Bagaimana langkah-langkah yang terjadi oleh kedua belah pihak dalam
penyelesaian konflik Resolusi konflik ?
3
Hasyim, Aziz et.al.Analisis Konflik Perebutan Wilayah di Provinsi Maluku Utara.
8
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pada dasarnya memiliki tujuan penelitian yang ingin dicapai adapun tujuan penelitian ini adalah :
a Untuk mengetahui hasil pemekaran wilayah daerah Kabupaten Halmahera
Barat sebagai induk dan Halmahera Utara sebagai Daerah Otonom Baru di Provinsi Maluku Utara.
b Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan oleh kedua belah pihak
dalam penyelesaian konflik Resolusi konflik.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian pada umumnya diharapkan dapat memiliki manfaat dan kegunaan baik bagi penulis maupun orang lain yang membacanya. Dengan
demikian, maka manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Akademis
a. Agar bisa mengetahui apa tapal batas dalam konflik pemekaran
wilayah. b.
Dapat memberikan manfaat bagi perguruan tinggi dan masyarakat bagaimana pemekaran wilayah tersebut.
c. Sebagai bahan literatur dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi semua kalangan.
9 2.
Secara Praktis a.
Diharapakan bisa menyesaikan konfik tapal batas antara pemerintah dengan masyarakat dengan baik.
b. Sebagai bahan bacaan penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan.
c. Memberikan gambaran tentang yang menjadi subjek penelitian.
E. Definisi Konseptual
Dengan mengacu pada judul “Konflik Tapal Batas di Daerah Otonom Baru Studi Pada Enam Desa Dalam Penyelesaian Tapal Batas di Halmahera Barat dan
Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara, maka dijelaskan secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Menurut Wese Becker, konflik merupakan proses sosial dimana orang atau
kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain yang di sertai dengan ancaman atau kekerasan. Dalam Bukunya International
10 Politik
, K.J Holsti mengemukakan bahwa Konflik yang menimbulkan kekerasan yang terorganisir muncul dari suatu kombinasi khusus para pihak, pandangan
yang berlawanan mengenai suatu isu, sikap bermusuhan, dan tipe tipe tindakan diplomatik dan militer tertentu
4
. Bentuk konflik biasanya teridentifikasikan oleh suatu kondisi oleh sekelompok manusia, yang di dalamnya terdiri dari suku, etnis,
budaya, agama, ekonomi, politik, sosial, yang berbeda beda. Sumber konflik sendiri terletak pada hubungan antara sistem-sistem
negara-negara kebangsaan yang dilandasi oleh konsep ”egosentrisme”, yaitu aspirasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan serta kedudukan
Negaradaerah dalam hubungannya dengan Negaradaerah lain. Bila suatu negara terlalu berpegang teguh kepada pengakuan universal atas kemerdekaan politiknya
dan kebebasan memilih serta bertindak, ia akan menemui dilema karena ia pun harus menghormati kebebasan dan kemerdekaan yang sama dari setiap
Negaradaerah lain. Akan tetapi sebenarnya tidak ada negara satu pun yang bisa mempercayai Negaradaerah lain, artinya keselamatan negara tergantung kepada
usaha-usaha sendiri, karena itu setiap negara harus bersikap hati-hati dalam memelihara hubungan dengan negara lain.
2. Pemekaran Daerah
Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru di
tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum
4
Wese Becker dalam Soejono Soekanto, Sosiologi : Suatu Pengantar, 1990, Hal. 107
11 terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Faktor Terjadinya Pemekaran Daerah : Pertama, instrumen peraturan perundang-undangan yang terlalu
longgar, khususnya di bawah UU 221999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP 1292000
tentang Persyaratan
Pembentukan dan
Kriteria Pemekaran,
Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Syarat teknis dalam PP 1292000 bersifat
kuantitatif sehingga
tidak menggambarkan
kondisi kualitatif
sesungguhnya. Indikator yang digunakan memberikan peluang untuk direkayasa dan disesuaikan dengan kepentingan politik.
Kedua, pertimbangan politis cenderung lebih dominan ketimbang aspek teknis pemerintahan, seperti ketersediaan aparat pemerintahan dan legislatif dan
kapasitas. Ketiga, terbatasnya kapasitas pemerintah dalam melakukan pembinaan
terhadap daerah otonom baru DOB. Sementara itu, proses pendampingan absen mengantarkan DOB menuju daerah mandiri dan mampu melakukan
pemerintahannya. Adanya proses pembiaran ini menyebabkan sebagian besar DOB bermasalah dan gagal memenuhi syarat esensi maksud didirikannya
pemerintahan daerah baru.manajemen pemerintah. Demikian juga dengan aspek sarana dan prasarana.
12
F. Definisi Operasional