Image Clasification Klasifikasi Citra Identifikasi Lahan dan Training Area Validasi Data Training Dengan Objek Sebenarnya

Kombinasi kanal dilakukan dengan pembuatan citra komposit dengan tiga filter warna yaitu merah red, hijau green dan biru blue, sebelum dilakukan training area untuk proses pengklasifikasian. Masing-masing warna dilakukan untuk mengamati obyek-obyek yang terdapat pada citra dan membantu dalam penentuan training area.

4. Image Clasification Klasifikasi Citra

Klasifikasi merupakan suatu proses pengelompokan nilai reflektansi dari setiap obyek kedalam kelas-kelas tertentu sehingga mudah dikenali. Klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi terbimbing. Citra tahun rekaman 2000,2005 dan 2013 diolah secara digital dengan menggunakan metode klasifikasi terbimbing Supervised Classification. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode peluang maksimum Maximum likelihood classifier. Pada metode ini terdapat pertimbangan berbagai faktor, diantaranya adalah peluang dari suatu piksel untuk dikelaskan kedalam kelas atau kategori tertentu.

5. Identifikasi Lahan dan Training Area

Menentukan lokasi yang akan diambil sebagai sampel dan yang akan diambil koordinatnya. Training area adalah suatu teknik pemisahanpenggolongan penutup suatu lahan land cover di atas citra, berdasarkan keseragaman atau kemiripan antara nilai piksel citra lokasi sampel dengan lokasi yang lain.

6. Validasi Data Training Dengan Objek Sebenarnya

Validasi data merupakan cara untuk mengetahui akurasi citra dalam mengelompokkan obyek yang teridentifikasi sebagai jenis penutupan lahan. Prosedur melakukan validasi data training adalah sebagai berikut: 1. Mencatat koordinat-koordinat lokasi yang diidentifikasi oleh citra 2. Mengecek lokasi yang diidentifikasi oleh citra 3. Mencatat jumlah lokasi yang diidentifikasi 4. Menghitung tingkat akurasi. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : • Prosedur menghitung User Accuracy Keterangan: nfakta = Jumlah kordinat validasi z = Jumlah koordinat yang terbukti pada validasi. • Prosedur menghitung Prosedur Accuracy Keterangan : nCitra = Jumlah koordinat setelah validasi z = Jumlah koordinat yang terbukti pada validasi • Prosedur menghitung Overal Accurasy Keterangan : N = Jumlah sampel matriks X = Jumlah diagonal matriks HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Garis Pantai Berdasarkan Citra Satelit Landsat 5 Tahun 2000, Tahun 2005, dan Citra Lansat 8 Tahun 2013 Perubahan garis pantai menghasilkan perubahan luas pantai. Perubahan garis pantai disebabkan karena adanya proses abrasi dan akresi. Citra satelit lansat tahun perekaman 2000, 2005, dan citra tahun 2013 dijadikan sebagai referensi dalam memperoleh luas perubahan garis pantai yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Perubahan Garis Pantai Citra Satelit Tahun 2000, 2005, dan 2013 No Keterangan Tahun 2000-2005 Tahun 2005-2013 Tahun 2000-2013 Ha Ha Ha 1 Abrasi 34.24 11.56 45.81 2 Akresi 8.82 28.17 36.99 3 PenambahanPengurangan Wilayah Pantai -25.43 16.61 -8.82 Sumber : Data Primer Berdasarkan hasil overlay antara citra satelit landsat 5 tahun 2000, tahun 2005, dan citra lansat tahun 2013, menunjukkan perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasi sepanjang tahun 2000 sd 2005 dengan luas 34.24 Ha. Pada periodik sepanjang tahun 2005 sd 2013 mengalami perubahan garis pantai akibat abrasi pantai adalah 11.56 Ha. Perubahan garis pantai akibat abrasi dalam 13 tahun terakhir antara tahun 2000 sd 2013 adalah 45.81 Ha. Abrasi membuat garis pantai menjadi semakin mengalami pergeseran ke arah darat. Abrasi terjadi di sekitar pesisir pantai sepanjang jalan yang tidak memiliki hutan mangrove, karena hutan mangrove mampu mengurangi abrasi. Adapun vegetasi yang terdapat di sekitar Pantai Lhoknga adalah hutan cemara laut Casuarina equisetifolia. Mangrove merupakan jenis tanaman dengan sistem perakaran yang komplek dan rapat serta lebat sehingga mampu memerangkap sisa-sisa bahan organik, dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi abrasi seperti, penanaman dan pelestarian kawasan hutan bakau, tidak melakukan penambangan pasir secara berlebihan, membuat tambak secara bijak dan berwawasan lingkungan, dan tidak membuang sampah ke sungai dan wilayah pesisir pantai. Sebaran akresi daerah Kecamatan Lhoknga berdasarkan hasil overlay antara citra satelit landsat 5 tahun 2000, tahun 2005, dan citra lansat 8 tahun 2013, diperoleh hasil perubahan garis pantai. Perubahan garis pantai akibat akresi antara tahun 2000 sd 2005 memiliki luas 8.82 Ha. Pada periodik sepanjang tahun 2005 sd 2013 memiliki luas akresi sebesar 28.17 Ha. Dengan demikian perubahan garis pantai yang berupa akresi dalam 13 tahun terakhir antara tahun 2000 sd 2013 adalah 36.99 Ha . Garis pantai mengalami pergeseran kearah laut karena adanya akresi secara terus menerus. Akresi menunjukkan akibat adanya pengendapan material-material. Proses pengendapan material yang diangkut oleh air sungai dan laut menyebabkan terjadinya pendangkalan dan tanah timbul di sepanjang pesisir pantai. Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui adanya perubahan garis pantai pada periodik tahun 2000 – 2005. Perubahan garis pantai mengurangi luas wilayah pantai sebesar 25.43 Ha. Pada periodik tahun 2005 - 2013 terjadi penambahan luas wilayah pantai sebesar 16.61 Ha. Dengan demikian dalam kurun waktu 13 tahun terakhir ini yaitu sepanjang tahun 2000 – 2013 terjadi pengurangan luas wilayah pantai sebesar 8.82 Ha. Berdasarkan hasil overlay antara garis pantai 2000, 2005, dan 2013. Perubahan garis pantai diilustrasikan pada peta abrasi dan akresi yang ditunjukkan pada gambar 3 dan gambar 4. Gambar 3. Peta Abrasi dan Akresi Tahun 2000 dan 2005 Gambar 4. Peta Abrasi dan Akresi Tahun 2005-2013 Analisis Tutupan Lahan Berdasarkan Citra Tahun 2000, 2005 dan 2013. Citra landsat 5 dan landsat 8 OLI diklasifikasi berdasarkan hasil interpretasi citra melalui rona, bentuk dan tekstur citra. Masing-masing citra landsat dianalisis dengan klasifikasi terbimbing seperti pada skema alur analisis perubahan penutupan lahan pada Gambar 1. Hasil klasifikasi tutupan lahan citra berdasarkan citra lansat 5 dan lansat 8 mengalami perubahan luas tutupan lahan. Luas tutupan lahan berdasarkan citra satelit lansat 5 dan lansat 6 tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Perubahan Tutupan Lahan Citra Lansat 5 Tahun 2000, dan 2005 dan Citra Lansat 8 Tahun 2013. Berdasarkan Tabel 3 diketahui tutupan lahan yang diidentifikasi yaitu berupa hutan, tubuh air, semak belukar, lahan terbuka, pemukiman, dan sawah. Faktor-faktor penyebab penggunaan lahan antara lain: 1 Besarnya tingkat urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan di pedesaan, 2 Meningkatnya jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah hingga atas di wilayah No Tutupan Lahan Luas Tutupan Lahan Tahun 2000 Ha Luas Tutupan Lahan Tahun 2005 Ha Luas Tutupan Lahan Tahun 2013 Ha Perubahan Luas Tahun 2000-2005 Ha Perubahan Luas Tahun 2005-2013 Ha 1 Hutan 5466.61 5974.36 5305.48 507.75 -669 2 Tubuh Air 165.90 102.09 20.10 -63.81 -82 3 Semak Belukar 762.64 792.11 650.48 29.48 -142 4 Lahan Terbuka 1624.46 967.92 1052.73 -656.54 85 5 Pemukiman 575.68 845.62 1342.91 269.94 497 6 Sawah 170.11 56.84 382.62 -113.26 326 perkotaan yang berakibat tingginya permintaan terhadappemukiman komplek- komplek perumahan, 3 Terjadinya transformasi di dalam struktur perekonomian yang pada gilirannya akan menggeser kegiatan pertanian lahan hijau khususnya di perkotaan, 4 Terjadinya fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usaha dengan ukuran secara ekonomi tidak efisien Haryani, 2011. Data menunujukkan bahwa hasil interpretasi luas tutupan lahan yang paling besar tahun 2000, 2005 dan 2013 adalah hutan. Luas hutan di tahun 2000 adalah 5466.61 Ha. Pada tahun 2005 tutupan lahan hutan memiliki luas sebesar 5974.36 Ha, sedangkan di tahun 2013 tutupan lahan hutan adalah 5305.48 Ha. Luas tutupan lahan yang paling sedikit adalah tubuh air. Luas wilayah tubuh air di tahun 2000 adalah 165.90 Ha, sedangkan pada tahun 2005 dan 2013 memiliki luas sebesar 102.09 Ha dan 20.10 Ha. Luas tutupan lahan mengalami perubahan yang signifikan hal ini diketahui dari kurun waktu 13 tahun terakhir ini, yakni dari tahun 2000 sd 2013. Berdasarkan Tabel 3 pada periodik tahun 2000 sd 2005 tutupan lahan yang dominan mengalami penurunan luas wilayah adalah lahan terbuka sebesar 656.54 Ha. Sedangkan penambahan luas wilayah tutupan lahan yang terbesar sepanjang tahun 2000 sd 2005 adalah hutan sebesar 507.75 Ha. Perubahan luas tutupan lahan yang dominan mengalami penurunan luas wilayah periodik tahun 2005 sd 2013 adalah hutan sebesar 669 Ha. Penambahan luas perubahan tutupan lahan yang paling besar sepanjang tahun 2005 sd 2013 adalah pemukiman sebesar 497 Ha. Hal ini dapat terjadi dikarenakan luas lahan terbuka yang mengalami penambahn luas paling sedikit sebesar 85 Ha. Luas lahan terbuka diusahakan untuk penggunaan lahan lain yang semakin luas, seperti pembangunan industri, pertanian, pemukiman,dll. Tanah merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi penyebaran penggunaan lahan. Sehubungan dengan fungsinya sebagai sumber hara, tanah merupakan faktor fisik lahan yang paling sering dimodifikasi agar penggunaan lahan yang diterapkan mendapatkan hasil yang maksimal Hardjowigeno, 1993. Setelah hutan, yang mengalami penambahan luas tutupan lahan adalah sawah. Sawah memiliki luas penambahan wilayah tutupan lahan sebesar 326 Ha. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunus 2002 yang menyatakan perubahan penggunaan lahan dewasa initelah terjadi isu global tidak saja di negara berkembang yang pertaniannya masih menjadi sektor dominan tetapi juga negara- negara maju. Gambar 5. Peta Tutupan Lahan Tahun 2000 Gambar 6. Peta Tutupan Lahan Tahun 2005 Gambar 7. Peta Tutupan Lahan Tahun 2013 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perubahan garis pantai yang disebabkan abrasi sepanjang tahun 2005 sd 2013 adalah 11.56 Ha. Perubahan garis pantai sepanjang tahun 2005 sd 2013 memiliki luas akresi sebesar 28.17 Ha. 2. Tutupan lahan yang diidentifikasi yaitu berupa hutan, tubuh air, semak belukar, lahan terbuka, pemukiman, dan sawah. Periodik tahun 2000 sd 2005 tutupan lahan yang dominan mengalami penurunan luas wilayah adalah lahan terbuka sebesar 656.54 Ha. Penambahan luas wilayah tutupan lahan yang terbesar sepanjang tahun 2000 sd 2005 adalah hutan sebesar 507.75 Ha. Perubahan luas tutupan lahan yang dominan mengalami penurunan luas wilayah periodik tahun 2005 sd 2013 adalah hutan sebesar 669 Ha. Sedangkan penambahan luas perubahan tutupan lahan yang paling besar sepanjang tahun 2005 sd 2013 adalah pemukiman sebesar 497 Ha. Saran Disarankan agar dilakukan perencanaan mencegah abrasi di Kecamatan Lhoknga, dan diperlukan penelitian lanjutan untuk perubahan garis pantai dan tutupan lahan di Kecamatan Lhoknga DAFTAR PUSTAKA Aronoff, S. 1989. Geographic Information System: A management perspective. WDL Publications. Ottawa. Canada. Budianto, E. 2002. System Informasi Geografis Menggunakan Arc View GIS. Penerbit Andi. Diposaptono, S. dan Budiman. 2005. Tsunami. Penerbit Buku Ilmiah Populer. Jakarta. 222 h. Diposaptono, S. dan Budiman. 2008. Hidup Arab dengan Gempa dan Tsunami. Bogor: PT.Sarana Komunikasi Utama. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah danPedogenesis.Akapres. Jakarta Hendrawan, D. 2003. Monitoring Perubahan Penutupan Lahan MenggunakanCitra Landsat TM di DAS Citarik Kabupaten Bandung Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Jaya, N. 2010.Analisis Citra Digital :Perspektif Penginderaan Jarak Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. IPB. Bogor Jaya, I. N. S. 2006. Penginderaan Jauh Satelit untuk Kehutanan. Laboratorium Inventarsisasi Hutan, Jurusan Manjemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Kawata, Y. 2000. Tsunami generation mechanism. Disaster Prevention Research Institute Kyoto University. Jepang. Komar, P.D. 1983. CRC Handbook of Coastal Processes and Erosion. CRC Press. Inc Boca Raton : Florida Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta Prahasta, E. 2002. Konsep-konsep dasar sistem informasi geografis. Penerbit informatika. Bandung. 334 h. Purwadhi, S.H. 1990. Penginderaan jauh dan aplikasinya. Diktat kuliah Penginderaan Jauh di Jurusan Geografi-MIPA Universitas Indonesia. Depok. Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi citra digital. Grasindo. Jakarta. 360 h. Sarwidi, 2005. Bencana Gempa: Mengirangi Korban dan Kehancuran Akibat Goncangan Tsunami. httpwwww.acehmediacenter.or.id Sukojo, B. M danSusilowati, D. 2003. Penerapan Metode Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Analisa Perubahan Penggunaan Lahan Studi Kasus: Wilayah Kali Surabaya. Jurnal Makara Teknologi Vol 7: No 1. Susilo, S.B. dan J.L. Gaol. 2008. Dasar-dasar penginderaan jauh kelautan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertania Bogor. Bogor. Sutowijoyo, A. P. 2005. Tsunami, karakteristiknya dan pencegahannya. Inovasi 3XVII. Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Ofset. Yogyakarta http:www.bmg.go.id diakses pada 28 Desember 2014 LAMPIRAN

1. Gambaran Kondisi Penutupan Lahan di Lapangan Tahun 2015