BAB II KERANGKA TEORI
A. Upaya Orang Tua 1. Pengertian upaya
“Upaya adalah usaha; akal; ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar.”
8
Upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan.
Sedangkan arti upaya menurut kamus umum bahasa indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta yaitu: usaha; ikhtiar untuk mencapai
suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb; daya upaya: -- menegakkan keamanan patut dibanggakan; ber·u·pa·ya v
mencari upaya akal; berusaha; berikhtiar: ia harus ~ meningkatkan prestasinya;
meng·u·pa·ya·kan v
mengusahakan; mengikhtiarkan; melakukan sesuatu untuk mencari akal jalan keluar dsb: Amerika Serikat
bersedia ~ perundingan untuk perdamaian dunia; ter·u·pa·ya v dapat diupayakan: tidak ~ , tidak sanggup; peng·u·pa·ya·an n proses, cara,
perbuatan mengupayakan; se·u·pa·ya-u·pa·ya, se·u·pa·ya-u·pa·ya·nya adv sedapat-dapatnya; sebisanya.
9
Upaya yang dimaksud penulis disini adalah bentuk upaya orang tua untuk mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian upaya orang tua adalah usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. h. 1250.
9
Kamus Umum Bahasa IndonesiaSusunan W.J.S Poerwadarminta diolah kembali oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Edisi III, Cetakan ke-7. Jakarta: Balai Pustaka.
2010. h. 1345.
2. Pengertian dan Peran orang tua Dalam penggunaan Bahasa Inggris, istilah orang tua dikenal dengan
sebutan “parent”.
10
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah orang tua diartikan:
a. Ayah dan ibu kandung b. Orang-orang tua atau orang yang dianggap tua cerdik, pandai, ahli, dan
sebagainya c. Orang-orang yang dihormati disegani.
Sedangkan dalam Bahasa Arab, istilah orang tua dikenal dengan sebutan “
” al-waalidaen.
11
Orang tua adalah pria dan wanita yang berjanji dihadapan Allah SWT dalam pernikahan untuk hidup sebagai suami istri dan siap
sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Ini berarti bahwa pria dan wanita yang terikat dalam pernikahan
siap sedia untuk menjadi orang tua. Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya “Ilmu JiwaAgama”,
menyebutkan bahwa orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur
pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak.
Orang tua adalah menjadi kepala keluarga; keluarga adalah sebagai persekutuan hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas. Pangkal
ketentraman dan kedamaian hidup adalah terletak dalam keluarga. Keluarga harus mendapat pimpinan ayah dan ibu sebagai kepala dwitunggal yang mempunyai
tanggung jawab, atas demikian juga Islam memerintahkan kepada orang tua untuk berlaku sebagai kepala dan pemimpin kekeluarganya.
10
Adi Gunawan. Kamus Lengkap Inggris-Indonesia. Surabaya: Kartika, 2002. h.274
11
J Milton Cowan. Hans Wehr. .London: Librairie du Liban, 1980. h.1098
Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa orang tua adalah sepasang suami istri yang terkait secara pernikahan kemudian mempunyai beberapa
keturunan anak, untuk selanjutnya disebut sebagai pemimpin bagi anak- anaknya, serta melaksanakan tugas untuk memberi pengarahan sampai mereka
dewasa dan hidup mandiri. Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting, mengasuh dan
membimbing anak-anak mereka untuk mencapai tahapan tertentu.
12
Peran orang tua adalah sebagai penyelamat anak dunia dan akhirat, khususnya dalam
menumbuhkan niat agar anak sadar akan betapa pentingnya shalat bukan tugas yang ringan.
Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan tiga peranan orang tua dalam mendidik anak, yaitu:
a. Peran orang tua sebagai suri tauladan Seringkali anak cenderung memandang orang tua sebagai model dalam
melakukan peran sebagai orang tua, sebagai suami atau istri, atau model hidup sebagai anggota masyarakat, oleh sebab itu untuk membawa anak kepada
kedewasaan, orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak suka meniru apa yang dilakukan orang tua.
13
Orang tua yang shaleh merupakan contoh suri tauladan yang baik bagi perkembangan anak, jiwa, pribadi, maupun pembentukan perilaku anak.
Apabila orang tua membiasakan diri untuk berperilaku dan berakhlak baik, taat kepada Allah, menjalankan syariat agama, serta memiliki jiwa sosial,
maka dalam diri anak akan timbul dan berbentuk sifat yang ada pada orang tuanya, karena ia akan meniru dan mencontoh apa yang ia lihat dalam
kehidupan sehari-hari dari tingkah laku orang tuanya.
12
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat...h 19
13
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat...h 23
b. Peran orang tua sebagai pendidik Orang tua juga berperan dalam mendidik anak dan mengembangkan
kepribadiannya, karena pada dasarnya pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua, namun pengaruh dan akibatnya amat besar terutama pada tahun-
tahun pertama dari kehidupan anak atau pada masa balita di bawah lima tahun. Pada umur tersebut pertumbuhan kecerdasan anak masih terkait
kepada panca inderanya dan belum bertumbuh pikiran logis atau maknawi abstrak, atau dapat dikatakan bahwa anak masih berpikir inderawi.
Model pendidikan agama dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan menampilkan penghayatan atau perilaku keagamaan
yang sungguh-sungguh. Kedua, pengadaan sarana ibadah. Ketiga, hubungan sosial yang baik antara anggota keluarga dan lembaga keagamaan.
Dalam hal mendidik anak, orang tua perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, jika anak dididik dengan semangat maka ia akan belajar percaya diri.
Kedua, jika anak dididik dengan toleransi maka ia akan belajar kesabaran. Ketiga, jika anak dididik dengan pujian maka ia akan belajar mengapresiasi.
14
c. Peran orang tua sebagai motivator Motivasi merupakan dasar tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.
Motivasi adalah unsur penting dalam tarbiyah dan tidak boleh disepelekan. Memberi dorongan kepada anak memainkan peranan penting dalam jiwa,
memicu gerak positif konstruktif dan mengungkap potensi dan jati dirinya yang terpendam. Sebagaimana ia dapat meningkatkan kontinuitas kerja dan
mendorongnya untuk terus maju ke arah yang benar. Motivasi memiliki peran besar bagi anak kecil sehingga akan terus
menerus dilakukan, membantu selalu mengetahui hobi anak-anak, kemampuan dan kekuatan mereka, diantara motivasi yang bermanfaat adalah
14
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat...h 18
memberi semangat kepada anak untuk melakukan hal-hal yang baik yang baik dalam mengarahkan kepada komitmen dan berpegang teguh kepada nilai
ajaran agama, seperti memberi buku-buku islami, mengajak hadir ke majlis ulama, khutbah dan seminar.
Untuk menuntun anak supaya senang shalat, hendaknya orang tua terlebih dahulu berusaha menjadi orang yang juga senang melaksanakan shalat.
Bagaimana mungkin kita akan sukses memotivasi anak supaya senang shalat, tapi kita sendiri sebenarnya benci shalat, alias menjadikan shalat sebagai kewajiban
yang amat memberatkan.
15
Sebagai orang tua, hendaknya kita menyadari kedudukan shalat dalam islam. Dengan menyadari kedudukan shalat ini, kita pun memiliki perhatian
kepada pelaksanaan shalat. Kedudukan shalat dalam islam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Shalat merupakan rukun islam yang kedua. 2. Shalat sebagai Tiang agama, Apabila islam diibaratkan sebagai
bangunan, maka shalat merupakan tiang bagi bangunan tersebut. Apa jadinya sebuah bangunan, apabila tiangnya lemah, apalagi sampai
roboh? Tentu saja bangunan itu pun akan ikut roboh, dan hancur berantakan.Sebaliknya, apabila seseorang itu malas melaksanakan
shalat, maka agamanya dalam keadaan lemah. Disadari maupun tidak, diakui maupun tidak, sesungguhnya orang seperti ini relatif susah
untuk diajak berbuat baik secara ikhlas. Inilah tanda utama adanya sifat munafik pada diri seseorang.
3. Shalat merupakan amal yang pertama kali akan diperhitungkan pada hari kiamat.
4. Shalat merupakan amal yang paling dicintai Allah.
15
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat...h 47
5. Shalat itu memiliki manfaat untuk menghilangkan dosa-dosa kita, sebagaimana air menghilangkan kotoran yang melekat pada diri kita.
6. Shalat merupakan kunci surga.
16
Setelah menyadari akan kedudukan shalat dalam islam, sebagai orang tua hendaknya menindaklanjuti kesadaran ini dengan mempelajari tata cara shalat
yang benar. Hal ini memdesak untuk kita lakukan, mengingat orang tua merupakan guru pertama bagi anak-anak, khususnya sebelum mereka masuk
sekolah. Ada orang tua yang memiliki harapan besar, anak-anaknya bisa rajin
shalat, tetapi dia sendiri malas mendirikan shalat.“Orang tua adalah sosok yang sangat berpengaruh terhadap sifat dan kebiasaan seorang anak. Jika orang tua
berakhlak dengan perilaku yang baik, maka anak akan meniru sifat-sifat positif tersebut. Namun jika perilaku orang tua buruk, misalnya tidak konsisten antara
ucapan dengan perbuatan, maka hal tersebut akan memberikan dampak yang negatif bagi sang anak.”
17
Orang tua memiliki pengaruh yang amat luar biasa dalam jiwa anak-anak. Sampai-sampai Rasulullah SAW pun menjelaskan bahwa orang tua merupakan
pribadi yang menentukan agama seorang anak. Dari Abu Hurairoh r.a, Rasulullah SAW bersabda:
.
16
Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat, Cepat Hafal Al-Qur’an, dan Berbakti kepada Orang Tua. Surakarta: Ahad Books, 2013. h. 41.
17
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat...h 9
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: tidak ada seorang anakpun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. kedua
orang tua nyalah yang akan menjadikan yahudi, nasrani, dan majusi sebagaimana binatang melahirkan binatang dalam keadaan sempurna.”HR.
Bukhari dan Muslim. “Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita sebagai orang tua memiliki
perhatian yang lebih kepada pendidikan anak-anak, sehingga mereka menjadi anak-anak yang mencintai shalat, dan berbakti kepada orang tua.”
18
Agar dapat memperoleh jaminan bahwa anak-anak kita merupakan pribadi yang diridhai oleh Allah SWT adalah mereka memperoleh ridha orang tuanya.
Rasulullah SAW bersabda:
:
,
Artinya: Dari Abdullah bin Amr beliau berkata; Rasulullah SAW bersabda; “ridha Allah bersama ridha kedua orang tua dan murka Allah bersama
murka kedua orang tua.”HR. Baihaqi Sabda Rasulullah SAW tersebut juga bermaksud bahwa sebagai orang tua
memiliki tanggung jawab penuh untuk mengarahkan anak-anak untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Berbaktinya seorang anak kepada orang tua,
merupakan salah satu tanda keberhasilan orang tua dalam mendidik anak- anaknya. Sebaliknya, tidak berbaktinya seorang anak kepada orang tua merupakan
salah satu tanda kegagalan orang tua dalam melaksanakan tugasnya. “Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita memiliki tanggung jawab untuk
memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak, sehingga mereka menjadi
18
Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat, Cepat Hafal Al-Qur’an, dan Berbakti kepada Orang Tua. Surakarta: Ahad Books, 2013. h. 14.
anak-anak yang berbakti. Hendaknya kita melaksanakan tugas ini dengan baik lebih dulu, sebelum menuntut hak bakti dari anak-anak kita.”
19
3. Tugas dan kewajiban orang tua terhadap anak Tugas dan tanggung jawab orang tua untuk mengasuh dan mendidik anak
sejak masa bayi bukanlah suatu usaha yang mudah. Orang tualah yang bertanggung jawab membentuk masa depan anak-anak mereka. Hal tersebut
bukanlah soal kecil, karena berhasil atau gagal dalam tanggung jawab ini berarti membawa pengaruh yang luas, baik dalam lingkungan keluarga itu sendiri
maupun kepada masyarakat dan bangsa. “Peran orang tua dalam pendidikan keluarga adalah menumbuhkan
suasana kondusif untuk tumbuh kembang anak atas kebebasannya, mewujudkan sosialisasi mencapai kemandirian. Situasi pendidikan diwarnai oleh adanya sikap
pendidikan yang melindungi anak dalam permasalahan secara emosional, mental, dan fisik”.
20
Anak adalah amanah Allah SWT, maka orang tua wajib menjaga keselamatan lahir dan kesucian batinnya. Orang tua pun wajib mengupayakan
biaya yang cukup untuk keperluan jasmani anak-anaknya, tetapi yang lebih penting adalah berusaha mencerdaskan anak dan memperbaiki budi pekertinya.
Dengan kata lain, pola pendidikan orang tua terhadap anak-anak adalah keserasian antara pemenuhan kepentingan dan kebutuhan jasmani dengan pendidikan
keagamaan serta keluhuran budi pekertinya. Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurnaan dari
pembinaan akidah. Karena semakin tinggi nilai ibadah yang ia miliki, akan semakin tinggi pula keimanannya.
Masa kecil anak bukanlah masa pembebanan atau pemberian kewajiban, tetapi merupakan masa persiapan, latihan dan pembiasaan, sehingga ketika
19
Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat..., h. 16
20
Conny Semiawan. Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: PT Indeks,2008 h.58
mereka sudah memasuki masa dewasa, yaitu pada saat mereka mendapatkan kewajiban dalam beribadah, segala jenis ibadah yang Allah wajibkan dapat
mereka lakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, karena sebelumnya mereka sudah terbiasa melakukan ibadah-ibadah tersebut.
Teknis mengajarkan shalat kepada anak bisa dilakukan dengan cara: a. Mengajak anak shalat bersama-sama ketika mereka masih kecil
sekitar umur dua sampai empat tahun b. Mengajarkan bacaan dan tata cara shalat yang benar, ketika mereka
berumur sekitar lima tahun sampai tujuh tahun. c. Mengecek dan memantau bacaan serta tata cara shalat yang dilakukan
anak. d. Mengingatkan anak untuk senantiasa mendirikan shalat kapan pun, di
mana pun dan bagaimana pun keadaannya e. Membiasakan mereka untuk melaksanakan shalat berjama’ah, baik di
rumah maupun di masjid f.
Selain shalat, orang tua juga harus mengajarkan, melatih dan membiasakan melaksanakan ibadah-ibadah lain dalam islam, seperti
puasa, zikir, doa dan lain-lain. “Wahai ayah ibu, anda bertanggung jawab atas pembentukan sebuah
keluarga muslim. Kewajiban pertama yang harus dilakukan adalah mengubah rumah menjadi rumah muslim yang taat kepada Allah, Rabb semesta alam. Betapa
bahagia hidup di dalam rumah yang semua penghuninya bersujud kepada Allah SWT, Rabb semesta alam.”
21
Orang tua adalah sosok yang sangat berpengaruh terhadap sifat dan kebiasaan seorang anak. Jika orang tua berakhlak dengan perilaku yang baik,
21
Mustafa Abul Muathi. Ingin Anak Anda Rajin Shalat?. Jogjakarta: PT. Aqwam Media Profetika, 2012 h. 27
maka anak akan meniru sifat-sifat positif tersebut. Namun jika peran orang tua buruk, maka hal tersebut juga akan memberikan dampak yang negatif bagi sang
anak. Sebagai kewajiban paling utama dalam islam, shalat benar-benar
memperoleh perhatian yang istimewa. Bukan hanya orang tua, anak-anak pun sudah harus dibiasakan shalat secara tertib. Hal ini memberikan
isyarat akan bahaya yang serius atas pengabaian shalat, meskipun yang mengabaikan shalat ini masih anak-anak. Dengan kata lain, orang tua
hendaknya jangan sampai melalaikan tugas untuk memantau perhatian anak terhadap rukun islam yang kedua ini.
22
“Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik, mengasuh, dan membimbing anak-anak mereka untuk mencapai tahapan tertentu.
Selain itu orang tua juga bertanggung jawab dalam menyiapkan anak mereka agar dapat hidup bermasyarakat.”
23
Disiplin dalam keluarga sebenarnya berkenaan dengan perumusan anggota keluarga tentang yang benar dan tidak benar, yang terkait dengan peraturan dan
harapan yang telah ditentukan berhubungan dengan situasi dan tingkah laku tertentu. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga menuntut dapat diterimanya
peraturan itu dengan akal sehat dan perasaan yang ikhlas sesuai dengan norma yang berlaku di dalam lingkungannya.
Sebagaimana kita maklumi, Rasulullah SAW merupakan sosok yang amat penuh kasih. Namun, ketika berhadapan dengan kewajiban shalat, beliau
menunjukkan sikap yang amat tegas. Beliau memberikan batas waktu paling lambat bagi orang tua untuk mengajari anak shalat adalah pada usia tujuh tahun.
Bahkan bila anak enggan shalat, atau bermalas-malasan shalat, beliau memberikan perintah kepada orang tua untuk memukulnya. Semua itu
menunjukan betapa serius Rasulullah SAW memberikan perhatian kepada shalat, termasuk pendidikan shalat untuk anak.
22
Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat..., h. 27
23
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat. Jogjakarta: Diva Press, 2011, hlm. 19
Mengajari anak-anak untuk senang melaksanakan shalat berarti kita telah mengajari mereka untuk selalu dekat kepada Allah SWT. Karna, hakikat shalat
adalah menghadapkan kepada-NYA. Bahkan Allah pun menghadapkan wajahnya kepada orang yang melaksanakan shalat.
“Dengan demikian, anak-anak yang senang melaksanakan shalat merupakan anak-anak yang selalu dekat kepada Allah SWT. Bila tela demikian
adanya, kita sebagai orang tua pun akan senantiasa dalam suasana hati yang nyaman dan tenang, bahwa mereka senantiasa dalam bimbingan Allah SWT,
menuju kebahagian dan keselamatan, baik didunia maupun diakhirat.”
24
Cara untuk membiasakan anak agar senantiasa melaksanakan shalat saat berada di luar pengawasan orang tua adalah tidak jauh berbeda dengan langkah-
langkah yang telah disebutkan sebelumnya. Berikan penyadaran kepada sang anak bahwa kapan dan di mana pun Allah SWT selalu bersama dan mengawasi kita.
“Jika anak-anak keluar rumah, sarankan agar mereka membawa perlengkapan shalat. Untuk anak perempuan, bawalah mukena, dan untuk anak
laki-laki membawa kopiah maupun kain sarung.”
25
Jika mereka merasa keberatan atau tidak memungkinkan membawa perlengkapan shalat, ingatkan agar selalu
mengenakan pakaian yang suci dari najis. Sehingga ketika waktu shalat tiba, mereka tidak kesulitan dalam melaksanakan shalat dan terhindar dari hal-hal yang
meragukan kesucian pakaian yang dikenakan. “Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara
langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dalam perkembangan anak. Disiplin dalam keluarga berorientasi pada kewajiban orang tua dalam
mendidik anak dengan menanamkan disiplin pribadi sejak dini, yaitu taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.”
26
24
Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat..., h. 18.
25
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat. h. 114
26
Conny Semiawan. Penerapan Pembelajaran Pada Anak..., h.27
Pendidikan keluarga secara potensial berakar dari pergaulan, khususnya antara orang tua dan anak. Jadi, setiap pergaulan tersebut adalah suatu lapangan
persiapan untuk berubah menjadi situasi pendidikan dimana kegiatan mendidik dilandasi oleh nilai moral tertentu. Dalam proses pendidikan setiap orang tua
wajib mengembangkan potensi anak. Bila orang tua dalam upaya menjadikan anak sesuai dengan apa
yang dipersyaratkan dengan sengaja, maka seringkali anak berbuat sebaliknya dan tidak mengikuti apa yang sudah dipersyaratkan oleh orang
tua. Ini karena anak merupakan individu yang ingin menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang tua dalam strateginya harus tidak terlalu
menonjolkan kemauannya, melainkan merencanakan hal yang ingin dicapai.
27
“Bila orang tua mengabaikan kewajiban untuk memantau perhatian anak- anak terhadap shalat, maka akan timbul beberapa pengaruh negatif kepada anak-
anak, diantaranya: anak mengabaikan hubungannya dengan sang khalik dan anak terbiasa mengabaikan kewajiban.”
28
Selama masih hidup kita memiliki kesempatan untuk memperbanyak amal kebajikan sebagai sarana untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya. Namun
bila telah mati, kesempatan tersebut akan tinggal kenangan belaka. “Anak merupakan salah satu lahan amal kebajikan yang bepotensi untuk
terus-menerus memberikan pahala kepada orang tuanya, meskipun orang tua tersebut telah meninggal dunia. Anak yang saleh, bila rajin mendoakan orang
tuanya, maka dia akan menjadi lahan yang akan terus-menerus mengalirkan pahala.”
29
27
Conny Semiawan. Penerapan Pembelajaran Pada Anak..., h.58
28
Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat..., h. 27-28
29
Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat..., h. 16-17
B. Mensukseskan Pelaksanaan Salat 5 Waktu 1. Pengertian sukses
“Sukses adalah suatu kata yang mengandung makna keberhasilan dalam melaksanakan sesuatu. Kata sukses mampu membuat seseorang bahagia, ceria,
dan penuh kebanggaan. Orang yang sukses dalam studi selalu menjauhkan sikap ragu dari dalam dirinya. Mereka percaya pada diri mereka sendiri.”
30
2. Pengertian shalat Shalat menurut pengertian bahasa adalah doa. Pengertian ini antara lain
terlihat dari firman Allah:
... :
Artinya: ... dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi merekaQS At-
Taubah9:103. “Shalat menurut pengertian istilah ialah suatu ibadah yang mengandung
perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. Shalat disyari’atkan pada malam Isra’ Mi’raj. Hukumnya adalah fardhu’ain
bagi setiap orang muslim yang mukallaf, yang ditetapkan dengan dalil Alquran, sunnah dan ijma.”
31
Salah satu nilai shalat yang dapat diaplikasikan untuk mencapai kesuksesan dalam bekerja adalah penetapan waktu-waktunya. Sebab Allah SWT
telah menetapkan waktu-waktu shalat, dan telah membimbing Nabi Muhammad
30
Syaiful Bahri Djamarah. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. h. 8
31
Rahman ritonga,dkk. Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2002. h. 87
SAW dalam pelaksanaannya. Setelah shalat menjadi kewajiban umat islam sehari- hari Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad SAW untuk memberi bimbingan
tentang batas-batas waktunya.
32
Shalat selalu dikaitkan dengan zikir ingat kepada Allah, kesucian diri dan dengan ibadah-ibadah lainnya. shalat juga merupakan hal terakhir yang
lenyap dari agama, dengan hilangnya shalat berarti hilang pulalah agama secara keseluruhan.
33
Shalat dalam ajaran islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, terlihat dari pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Quran dan sunnah, yang
antara lain sebagai berikut : 1. Shalat dinilai sebagai tiang agama sunnah nabi
2. Shalat merupakan kewajiban yang paling pertama diturnkan kepada nabi isra’ mi’raj
3. Shalat merupakan kewajiban universal, yang telah diwajibkan kepada nabi-nabi sebelum nabi muhammad SAW
4. Shalat merupakan wasiat terakhir nabi muhammad SAW 5. Shalat merupakan ciri penting dari orang yang taqwa
6. Shalat merupakan ciri dari orang yang berbahagia 7. Shalat merupakan peranan untuk menjauhkan diri dari pekerjaan jahat
dan munkar “Kesempurnaan shalat merupakan rukun Islam yang ke dua. Shalat dapat
dinilai apabila memenuhi semua syarat dan rukun-rukunnya.”
34
Kewajiban
32
Jefri Noer, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Bermoral Melalui Shalat yang Benar, Jakarta: Kencana, 2006, hlm.17-18.
33
Dr. Hj. Zurinal, z dan DRS Aminuddin, M.Ag, Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, hlm. 67
34
Zakiyah daradjat,dkk. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1983. h.198-200
melaksanakan shalat sebagaimana halnya dengan melaksankan kewajiban lainnya, menurut syariat islam ditentukan bagi seseorang yang telah dapat dipandang
sebagai subyek hukum atau mukallaf kewajiban untuk melaksanakan peraturan- peraturan Allah yaitu apabila:
1. ajaran islam sudah sampai kepadanya; 2. berakal sehat, tidak gila atau dalam keadaan tidak sadar;
3. baligh yang cirinya antara lain sudah berumur 15 tahun, pernah mimpi bersetubuh, sudah menikah dan menstruasi bagi wanita.
Beberapa materi yan harus diajarkan kepada anak-anak berkaitan dengan shalat adalah sebagai berikut:
35
1. syarat sahnya shalat serta rukun, wajib, dan sunah-sunahnya. 2. Tata carapelaksanaan shalat, mulai dari takburatul ihram hingga salam.
3. Sifat gerakan dalam shalat, sperti sifat tangan dan jari-jari ketika takbiratul ihram.
4. Sifat bacaan dalam shalat, materi ini meliputi terang atau tidaknya bacaan shalat, serta panjang pendeknya gerakan dan bacaan.
5. Nama-nama shalat, waktu, serta bilangan rakaatnya. 6. Tata cara berpakaian yang benar dalam shalat.
7. Menanamkan akidah keyakinan bahwa orang yang melaksanakan shalat itu sedang menghadap kepada Allah SWT.
8. Thaharah dan berwudhu. 9. Tata cara adzan dan iqamat.
10. Batas-batas aurat dalam shalat.
35
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat...h 92
“Shalat adalah ibadah jasmani yang bersifat harian, yang mesti dilakukan lima kali dalam sehari. Jika ibadah dimaksudkan antara lain untuk memelihara
dan menyuburkan iman, maka dalam jarak 24 jam, seorang mukmin mesti menghubungkan dirinya dengan yang diimaninya sekurang-kurangnya 5 kali agar
hubungan antara keduanya tidak putus malah semakin erat dan semakin dekat.”
36
Shalat mempunyai
keistimewaan yang
tidak terbilang
dibandingkan dengan ibadah wajib yang lain. Allah sendiri yang mewajibkan shalat disebabkan keagungannya. Rasulullah SAW sendiri
menerima perintah shalat langsung dari Allah tanpa perantara pada malam Isra’ Mi’raj. Salat memang hadiah dari Allah yang diberikan kepada Nabi
SAW sekaligus kekasihnya pada malam Isra’ Mi’raj sebagai jaminan atas peribadahan yang tulus dan tidak ada bandingannya.
37
Shalat menjadi sarana bagi manusia untuk memperoleh sandaran dan mendekatkan diri kepada Allah. Ketika rasa takut, cemas, lemah, dan lain
sebagainya menghampiri dirinya, maka Allah menjadi sandaran bagi manusia yang membutuhkan kedamaian dan kenyamanan. Hal ini bukan berarti salat
sebagai pelarian dari aktualitas persoalan, kemudian mencari tempat untuk meluapkan emosi. Dalam salat manusia memperoleh sandaran yang kuat,
sehingga merasa nyaman dan damai. “Dimensi lain dalam shalat adalah terciptanya kepribadian yang teguh.
Shalat yang dilakukan secara rutin berdasarkan waktu yang telah ditentukan syariat, akan membentuk pribadi yang teguh dan disiplin, terutama dalam hal
disiplin waktu dan kerja.”
38
“Shalat lima waktu hukumnya adalah wajib atau fardhu ain bagi setiap orang islam baik laki-laki maupun perempuan yang sudah mukhallaf. Yang
dimaksud dengan mukhallaf ialah setiap orang yang sudah memperoleh beban
36
M. Ardani. Fikih Ibadah Praktis. h.20
37
Muhammad bin Ahmad bin Ismail Al-Muqaddim. Masihkah Engkau Berani Meninggalkan Shalat. Solo: Kafilah Publishing. 2013.h. 62
38
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat. Jogjakarta: Diva Press, 2011, hlm. 28
hukum syara’ untuk melaksanakan suatu ibadah dengan ditandai usia baligh dewasa. “
39
Sedangkan anak yang sudah mumayyiz, yaitu anak yang sudah dapat membedakan yang baik dan yang buruk, antara yang bermanfaat dan
yang tidak bermanfaat, jika ia mengerjakan salat sudah dipandang sah, meskipun ia belum diwajibkan untuk mengerjakannya. Karena pada dasar
nya perbuatan hukum anak yang sudah mumayyiz yang mendatangkan manfaat atau kebaikan pada dirinya hukumnya adalah sah. Karena itu
kepada orang tua atau walinya diperintahkan mendidik mereka agar mereka membiasakan diri mengerjakan shalat.
40
Hukum orang yang tidak mengerjakan shalat secara syar’i diancam hukuman mati. Adapun orang yang meremehkan shalat, masuk dalam
kategori fasik. 3. Proses pendidikan shalat bagi anak
“Cara mudah mendidik anak dengan nilai-nilai yang baik antara lain orang tua harus terlebih dahulu mempraktikkannya sebelum nilai tersebut ditransfer
kepada anak. Orang tua harus menjamin lingkungan anak sesuai dengan ajaran islam. Selain itu orang tua harus menjalankan fungsinya masing-masing.”
41
Shalat merupakan aktivitas yang kita lakukan setiap hari. Aktifitas ini tidak akan hilang meskipun kita dalam keadaan sakit maupun perjalanan jauh
musafir. Oleh karena itu, bisa dibilang bahwa shalat merupakan kewajiban yang paling berat diantara kewajiban-kewajiban yang lain.
Namun, bila kita perhatikan dari sisi yang lain, shalat juga merupakan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan orang yang beriman. Hal itu
39
Nursyamsudin. Fiqih. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI. 2009. h. 220
40
Nursyamsudin. Fiqih..., h. 213-214
41
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat. Jogjakarta: Diva Press, 2011, hlm. 46
karena shalat merupakan satu-satunya sarana bagi orang yang beriman untuk berkomunikasi secara langsung dengan sang Maha Pencipta.
Mengingat demikian berat sekaligus penting arti shalat bagi orang yang beriman, sudah sepantasnya sebagai orang tua, kita berusaha untuk mengenalkan
kewajiban sekaligus memberitahu pentingnya arti shalat ini kepada anak-anak sejak dini.
Untuk menuntun anak supaya senang shalat, hendaknya orang tua terlebih dahulu berusaha menjadi orang yang juga senang melaksanakan shalat.
Bagaimana mungkin kita akan sukses memotivasi anak supaya senang shalat, tapi kita sendiri sebenarnya benci shalat, alias menjadikan shalat sebagai kewajiban
yang amat memberatkan. Secara tegas, Allah SWT menghubungkan antara kesalehan orang
tua dan kesejahteraan anak-anaknya. Apabila kita khawatir dengan masa depan anak-anak, cara mengatasinya bukanlah dengan menumpuk harta
dan memberikan pendidikan formal yang setinggi-tingginya. Yang lebih penting adalah bagaimana kita juga berusaha untuk selalu menjaga dan
meningkatkan takwa kepada Allah SWT. Dengan takwa Allah sendiri yang akan menjaga nasib anak-anak di masa depan.
42
Pendidikan shalat lima waktu kepada anak melalui proses sebagai berikut:
1. Latihan pembiasaan mengenalkan anak pada mesjid. Mesjid identik dengan shalat, karena shalat merupakan kegiatan utama yang dilaksanakan
di mesjid. Mengenalkan anak kepada mesjid berarti dengan sendirinya juga mengenalkan shalat kepada anak.
2. Latihan gerakan dengan mengecek bacaan dan gerakan shalat anak, pada umumnya anak-anak telah memperoleh pelajaran agama yang cukup baik
di sekolah, termasuk tentang bacaan dan gerakan shalat. Namun boleh jadi
42
Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat..., h. 33-34
karena jumlah murid dalam kelas cukup banyak guru tidak sempat mengecek bacaan dan gerakan shalat anak secara sempurna. Pada kondisi
seperti ini, justru menjadi tugas orang tua melakukan penyempurnaan kepada bacaan dan gerakan shalat anak.
3. Menerangkan arti bacaan shalat, sebagaimana kita ketahui bacaan shalat memang berbahasa Arab. Kita tidak diperkenankan untuk mengubah
bacaan shalat, baik dengan sinonim katanya maupun dengan terjemahannya. Sebagai orang tua, sudah menjadi tugasnya untuk
menjelaskan arti bacaan shalat kepada anak. 4. Menerangkan makna gerakan shalat, selain arti bacaan shalat, hendaknya
juga berusaha menerangkan gerakan shalat kepada anak. Misalnya, mengapa ketika salat menghadap kiblat, yaitu ka’bah? Mengapa dalam
bertakbiratul ihram mengangkat kedua tangan sampai pundak?atau apa makna gerakan rukuk, sujud, duduk hingga salam? Ketika anak
memperoleh keterangan tentang makna gerakan shalat, dia akan mengerti bahwa setiap gerakan shalat itu ada hikmahnya. Setiap gerakan shalat itu
bukanlah gerakan sia-sia yang tanpa guna. Dengan pengetahuan dan kesadaran tersebut anak pun akan memiliki perhatian yang lebih baik
kepada setiap gerakan shalat. Dia pun akan menjiwai setiap gerakan tersebut.
43
C. Kerangka Berfikir Setiap siswa selalu berada diantara tiga lingkungan, yaitu: keluarga,
sekolah dan masyarakat. Ia mengadakan interaksi dengan ketiga lingkungan. Karena itu anak selalu dipengaruhi secara positif maupun negatif, secara sengaja
atau tidak sengaja oleh ketiga lingkunganya itu.
43
Ahda Bina. Jurus Jitu agar Anak Rajin Shalat..., h. 49
Pengaruh yang baik cenderung membawa anak berakhlak mulia. Sedangkan pengaruh yang buruk dalam arti bertentangan dengan ajaran islam
cenderung membawa anak berkepribadian jauh dari ajaran islam. “Keluarga dalam hal ini orang tua memiliki peran utama dalam mendidik
anak-anaknya. Dan proses pendidikan tersebut tidak hanya berlangsung ketika seorang anak terlahir kedunia tapi sejak dalam kandungan ibunya proses itu harus
sudah dimulai. Oleh karena itu, orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar untuk membentuk dan mengarahkan anak menjadi anak yang saleh dan
salehah.”
44
Untuk membentuk karakter anak jadi lebih baik, orang tua harus fokus pada pendidikan agama khususnya pendidikan shalat. Keberhasilan pendidikan
shalat amat dipengaruhi latar belakang sosial ekonomi dan budaya keluarga itu sendiri. Oleh karena itu orang tua berperan penting menciptakan lingkungan
keluarga yang agamis. Budaya di dalam keluarga yang agamis merupakan materi pendidikan yang penting bagi anak-anak yang berlangsung sejak anak berada di
tengah-tengah keluarga. Proses pendidikan shalat yang baik di dalam lingkungan keluarga, akan
sangat berarti apabila anak-anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
Usaha orang tua dalam mendidik anak tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Orang tua harus memiliki kesabaran dan kreativitas yang tinggi.
Secara umum ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh para orang tua muslim dalam mendidik anak. Berikut beberapa langkah tersebut:
1. Memahami tentang konsep dan tujuan pendidikan anak. 2. Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
3. Memahami kiat mendidik anak secara praktis.
44
Conny Semiawan. Penerapan Pembelajaran pada Anak..., h.79
Orang tua harus mempraktikkan terlebih dahulu nilai-nilai yang baik dalam kehidupan sehari-hari sebelum ditransfer kepada sang anak. Sebab, anak-
anak yang cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang-orang terdekat mereka.
45
Dengan demikian, setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat. Selain itu, orang tua harus menjaga lingkungan si
anak agar sesuai dengan ajaran agama islam. Dan, yang tidak kalah pentingnya juga, orang tua hendaknyaberperan sesuai dengan fungsi masing-masing.
Beberapa hal lainnya yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah sebagai berikut:
1. Rutin dan konsisten dalam melaksanakan shalat. Hal ini sangat
penting agar anak terbiasa dan menjadikan shalat sebagai bagian dari kegiatan sehari-harinya.
2. Ajarkan bacaan shalat secara bertahap, mulai dari yang pendek hingga
bacaan yang panjang. Mengajari anak bacaan shalat tidak harus dilakukan ketika shalat. Tapi, kapan pun kita boleh mengajari anak
melaksanakan shalat. 3.
Beri penghargaan atau reward bila anak sudah shalat, bisa berupa pujian, pelukan, dan lain sebagainya.
4. Kalau anak melakukan kesalahan dalam shalat baik gerakan atau
bacaan jangan ditegur dengan keras, namun perbaikilah kesalahan itu dengan lembut dan tegas. Tapi, jangan sampai kesalahan itu tidak
diperbaiki sama sekali, sehingga anak memiliki kebiasaan yang tidak benar.
45
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat...h 46
5. Biasakan anak senantiasa berada di lingkungan orang-orang yang rajin
shalat, seperti orang tuanya, saudara-saudaranya, maupun teman- temannya.
46
D. Hasil Penelitian Yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang banyak mengangkat materi tentang
upaya pelaksanaan pendidikan, baik tentang shalat maupun kecerdasan spiritual. Adapun penelitian yang penulis jadikan perbandingan adalah penelitian yang
dilakukan oleh Dini Agustin dengan judul “Peranan Orang Tua dalam Menumbuhkan Jiwa Keagamaan Anak Usia Dini Studi Kasus Kelurahan Rawa
Badak Rt 06 Rw 09 – Jakarta Utara”, dan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Mursidi dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Fiqihpokok Bahasan Shalat Melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas III MI Al-Hikmah Kalibata”. Demikian dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
dengan judul “Upaya Orang Tua dalam Mensukseskan Pelaksanaan Shalat 5 Waktu Di Sdn Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat”, maka dari penelitian
tersebut dapat disimpulkan beberapa persamaan dan perbedaannya antara lain: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Dini Agustin lebih menekankan kepada peran orang tua dalam menumbuhkan jiwa keagamaannya karena dari
agama lah seseorang itu ditentukan oleh pendidikan agama yang didapatkan dilingkungan keluarga dan dilakukan oleh orang tua,
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Mursidi lebih berorientasi kepada upaya untuk meningkatkan prestasi belajar fiqih
dengan memilih pokok bahasan shalat. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih menitik beratkan kepada upaya apa saja yang
dilakukan orang tua dalam mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu. 2.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Dini Agustin adalah untuk mengetahui peranan orang tua dalam menumbuhkan jiwa keagamaan
anak usia dini di lingkungan kelurahan rawa badak utara rt 06 rw 09
46
Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat...h 98
jakarta utara, sedangkan tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Mursidi adalah untuk mengetahui prestasi belajar siswa, untuk
memotivasi siswa, dan untuk meningkatkan prestasi belajar. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui
upaya orang tua dalam mensukseskan pelaksanaan shalat 5 waktu di sdn meruya selatan 01 pagi jakarta barat.
3. Persamaan dari penelitian yang dilakukan dengan Dini Agustin,
Muhamad Mursidi dan penulis adalah masing-masing mengangkat tentang keagamaan terutama dalam pokok bahasan tentang shalat.
Dimana dalam penelitian-penelitian tersebut yang pada intinya adalah Pendidikan Agama Islam berkontribusi dalam membentuk
serta meningkatkan pelaksanaan shalat.
4. Metodologi yang digunakan oleh Dini Agustin adalah metode deskriptif
analisis dengan pendekatan kualitatif melalui penelitian kepustakaan, digunakan untuk mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan judul.
sedangkan Muhamad Mursidi dalam melakukan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk mengetahui permasalahan
yang muncul di dalam kelas, kemudian metode penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah metode penelitian yang hampir sama dengan Dini
Agustin, hanya saja dalam penelitian yang penulis lakukan metode deskriftif analisisnya dengan mengupulkan data, mendeskripsikan data,
dan menganalisa data mengenai berbagai upaya orang tua terhadap pendidikan shalat yang diterapkan kepada anak..
5. Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dini Agustin adalah
bahwasanya peranan orang tuadalam menumbuhkan jiwa keagamaan anak usia dini kurang baik, hal tersebut disebabkan karena kurangnya
kesadaran orang tua akan pentingnya menanamkan agama pada anak sejak dini, sedangkan kesimpulan yang didapat dari penelitian yang
dilakukan oleh Muhamad Mursidi adalah menghasilkan pelaksanaan fiqih dengan metode problem solving dapat membuat anak tertarik
khususnya pada materi shalat rawatib. Dan kesimpulan dari hasil
penelitian penulis adalah menunjukkan upaya-upaya orangtua dalam pelaksanaan shalat bagi anak, diantaranya membimbing anak sejak usia
dini, mengingatkan dan menegur anak pada waktu shalat serta pujian bagi anak yang sudah melaksanakan shalat, menujukkan hasil yang positif. Hal
tersebut menunjukkan bahwa orangtua sangat berperan dalam pelaksanaan shalat anak-anaknya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN