Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V SDN 05 Pagi Mampang Prapatan Jakarta Selatan

(1)

MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SISWA KELAS V SDN 05 PAGI MAMPANG PRAPATAN

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

NUSAIBAH

NIM. 1112018300011

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/ 1438 H


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V SDN 05 Pagi Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada pendidikan kewarganegaraan. Penelitian menggunakan metode korelasi non-eksperimen dan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 05 Pagi Jakarta Selatan yang berjumlah 28 orang yang diambil menggunakan sampel quota sampling. Variabel penelitiannya adalah perhatian orang tua dan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang sedang atau cukup antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa di SDN 05 Pagi Jakarta. Hal tersebut dibuktikan pada hasil skor angket yang di bagikan kepada siswa kelas V dengan perhitungan korelasi

product moment. Adapun hasil korelasi product moment yaitu 0,664 yang besarnya berkisar antara 0,41 – 0,70 berarti “Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang cukup”. Dengan demikian, “Hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan tergolong cukup”.

Kata kunci : Perhatian Orang Tua. Motivasi belajar siswa. Pendidikan Kewarganegaraan.


(7)

ii

Nusaibah. NIM 1112018300011. Attention Relationship Between Motivation Parents With Citizenship Education Student Class V SDN 05 Pagi Mampang Prapatan South Jakarta. Government Elementary School Teacher Education Programs. Tarbiyah and Teaching Faculty, State Islamic University of Jakarta.

The purpose of this study was to determine the relationship of parent's attention to the motivation of students in civic education. The study used a non-experimental correlation method and using questionnaire and interview as data collection techniques. The subjects were fifth grade students of SDN 05 Pagi South Jakarta totaling 28 people who were taken using a sample quota sampling. Research variables are the concern of parents and students' motivation. The results of this study is that a relationship is or quite the attention of parents with students' motivation in SDN 05 Pagi Jakarta. This is evidenced in the results of questionnaire scores were distributed to students of class V with product moment correlation calculations. The results of product moment correlation is 0.664 which amounts ranging from 0.41 to 0.70 means "Between the variables X and Y are enough correlation". Thus, "The relationship between parents 'attention to the students' motivation on the subjects of civic education is quite".


(8)

iii

ridho-Nya, serta memanjatkan untaian syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat dan karunianya kepada penulis, sehingga mempermudah dalam menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).

Teriring pula shalawat serta salam kepada junjungan Baginda Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri tauladan bagi seluruh manusia, beserta keluarga, sahabat, dan ummatnya hingga akhir zaman.

Setelah bimbingan dan mendapat beberapa revisi oleh dosen, akhirnya penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa” (Studi Penelitian di kelas V SDN 05 PG) telah selesai disusun dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak terlepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Allah SWT membalas jasa dan pengorbanan mereka yang telah membantu menyelesaian skripsi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Khalimi, M.Ag.

3. Asep Ediana Latip, M.Pd., Dosen Pembimbing sekaligus Dosen Penasehat Akademik yang senantiasa sabar, memberikan arahan, semangat, dukungan, masukan, serta memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik.


(9)

iv

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Hj. Latifah, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN 05 Pagi Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

6. Nur Silah, S.Pd., selaku Guru Kelas V SDN 05 Pagi Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan dan bersedia bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian.

7. Seluruh staf guru dan karyawan Sekolah SDN 05 Pagi Jakarta Selatan yang selalu membantu dan memberikan arahan selama penulis melakukan penelitian.

8. Teruntuk Abiku Muhammad Sahal dan ibuku tersayang Fauziah, ku

persembahkan gelar ini untuk kalian. Terima kasih karena kalian sudah menjadi penguatku, terima kasih atas do’a yang tiada henti kalian panjatkan demi kebahagiaan serta kesuksesanku, terima kasih atas semangat serta fasilitas yang kalian berikan untukku.

9. Teruntuk Kakakku Abdullah Azzam, S.Pd.I, yang telah membantu

meluangkan waktunya dalam membimbing penulis dalam penyusunan skripsi. Dan adik-adikku tercinta terima kasih atas do’a yang tiada henti kalian panjatkan dan bantuan kalian selama penulis menyelesaikan skripsi. 10. Teruntuk suamiku tercinta Muhammad Rusdi, SE., yang selalu menemani

serta membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

11. Teruntuk sahabatku Uswatun Hasanah, Ilma Amaliya, Rahmawati, Roayati Maftuhatul Jannah, Irniyanti, dan sahabat-sahabat PGMI A 2012, terimakasih atas motivasi, semangat, hiburan dan bantuan kecil hingga bantuan besar kalian selama penulis menyelesaikan skripsi.

12. Teruntuk teman seperjuangan PGMI 2012, terima kasih atas kenangan-kenangan terindah selama masih berada di bangku perkuliahan.

13. Serta semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

v

kebaikan. Amin. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amiin ya Rabbal ‘Alamin.

Jakarta, 14 Oktober 2016


(11)

vi

Halaman

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 7

D.Perumusan Masalah ... 8

E.Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Landasan teoritis ... 9

1. Definisi Perhatian Orang Tua ... 9

a) Pengertian Perhatian ... 9

b) Macam-macam Perhatian ... 10

c) Bentuk Perhatian Orang Tua Dalam Pendidikan Anak... 13

d) Peranan Orang Tua Terhadap Anak ... 14

2. Definisi Motivasi Belajar ... 15

a) Pengertian Motivasi ... 15

b) Pengertian Belajar ... 18

c) Jenis-Jenis Motivasi Belajar ... 20

d) Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 21


(12)

vii

c) Materi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V Semester 2 ... 25

B.Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

C.Kerangka Berpikir ... 29

D.Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 32

B.Metode Penelitian ... 32

C.Populasi Dan Sampel ... 33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 33

D.Teknik Pengumpulan Data ... 34

E.Teknik Analisa Data ... 35

1. Validitas ... 38

2. Reliabilitas ... 38

F. Hipotesis Statistik ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi data ... 41

B.Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 42

1. Uji Validitas ... 42

2. Uji Reliabilitas ... 44

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 45

1. Perhatian Orang Tua ... 45

2. Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa ... 49

3. Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa... 56


(13)

viii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 61 B.Implikasi ... 61 C.Saran ... 61


(14)

ix

Tabel 3.2 Bobot Skor Kuisioner Skala Likert ... 35

Tabel 3.3 Interpretasi “r” Product Moment ... 36

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Uji Coba ... 37

Tabel 3.5 Indeks Reliabilitas ... 39

Tabel 4.1 Hasil Persentase Tabulasi Angket ... 41

Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Perhatian Orang Tua (X) ... 43

Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Belajar (Y) ... 44

Tabel 4.4 Koefisien Reliabilitas ... 44

Tabel 4.5 Orang tua memberikan contoh hidup disiplin. ... 45

Tabel 4.6 Orang tua mengajarkan berkata bohong. ... 46

Tabel 4.7 Orang tua mengajak saya terlibat dalam setiap kegiatan keluarga dan masyarakat. ... 46

Tabel 4.8 Orang tua memberikan makanan menyehatkan dirumah. ... 47

Tabel 4.9 Orang tua mengantarkan saya ke sekolah. ... 47

Tabel 4.10 Orang tua membiarkan saya pergi ke sekolah sendiri. ... 48

Tabel 4.11 Orang tua menghargai perkataan saya. ... 48


(15)

x

pada pelajaran PKn. ... 49

Tabel 4.14 Orang tua membentak saya jika banyak bertanya. ... 50

Tabel 4.15 Saya mendapat sarapan pagi yang menyehatkan dari orang tua. ... 50

Tabel 4.16 Saya tidur larut setiap harinya. ... 51

Tabel 4.17 Saya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan berani ... 52

Tabel 4.18 Saya takut pergi ke sekolah sendiri.. ... 52

Tabel 4.19 Saya giat belajar PKn karena mendapat dorongan dari teman-teman. .. 53

Tabel 4.20 Saya malu maju ke depan kelas jika disuruh oleh guru. ... 53

Tabel 4.21 Saya belajar lebih giat jika memperoleh pujian dari orang lain. ... 54

Tabel 4.22 Guru mengabaikan keberhasilan saya pada pelajaran PKn.. ... 54

Tabel 4.23 Saya menjawab pertanyaan dari guru PKn dengan baik ... 55

Tabel 4.24 Saya lebih banyak diam ketika pembelajaran berlangsung. ... 55


(16)

xi Lampiran 1 : Profil Sekolah

Lampiran 2 : Wawancara dengan Kepala Sekolah

Lampiran 3 : Hasil Skor Uji Coba Variabel X

Lampiran 4 : Hasil Skor Uji Coba Variabel Y

Lampiran 5 : Hasil Uji Validitas X

Lampiran 6 : Hasil Uji Validitas Y

Lampiran 7 : Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 8 : Kisi – Kisi Instrumen Penelitian

Lampiran 9 : Angket Perhatian Orang tua

Lampiran 10 : Angket Motivasi Belajar

Lampiran 11 : Hasil Tabulasi Skor Angket Penelitian di Kelas V

Lampiran 12 : Rekapitulasi Data Penelitian Variabel X dan Variabel Y

Lampiran 13 : Wawancara Orang Tua Siswa

Lampiran 14 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 15 : Surat Izin Penelitian


(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kita menghadapi situasi dilema yang sangat luar biasa. Dimana pendidikan kita seperti terjajah oleh situasi atau keadaan yang sangat kompleks. Gempuran-gempuran ini menjadi paradox bagi dunia pendidikan kita. Seperti halnya teknologi informasi yang mebutuhkan kemampuan daya saring yang pada akhirnya akan memberikan efek positif bagi dunia pendidikan. Hal ini memerlukan peranan kerjasama seluruh komponen terutama pemerintah. Agar proses penyerapan pendidikan menjadi sempurna.

Memberikan perhatian khusus terhadap dunia pendidikan. Kemudian memperhatikan kebutuhan dari setiap klasifikasi yang harus diberikan secara proporsional akan memberikan dampak positif.

Seluruh komponen masyarakat yang berperan seperti orang tua, guru, media, serta lainnya. Baik secara langsung ataupun tidak haruslah menyadari batapa komponen-komponen ini akan sangat mempengaruhi dunia pendidikan kita. Dengan harapan, kita dapat bersinergi sehingga seluruh prosesnya berjalan dengan sangat baik.

Perhatian orang tua menjadi salah satu peran yang sangat penting. Untuk memberikan pendidikan yang sangat dibutuhkan bagi anak-anak. Kesadaran, kemampuan internal pribadi orang tua tidak boleh dinafikkan. Sehingga orangtua secara khusus dapat dan ikut belajar sehinnga mampu untuk memberikan pengajaran bagi anak-anak.

Pendidikan dimulai dalam keluarga atas anak (infant) yang belum mandiri, kemudian diperluas di lingkungan tetangga atau komunitas sekitar (millieu), lembaga prasekolah, persekolahan formal dan lain-lain tempat anak-anak mulai dari kelompok kecil sampai rombongan relatif


(18)

besar (lingkup makro) dengan pendidikan dimulai dari guru rombongan/kelas yang mendidik secara mikro dan menjadi pengganti orang tua (Rasyidin, 2007:36)1

Tujuan pendidikan nasional kita yang berasal dari berbagai akar budaya bangsa Indonesia terdapat 1 dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU No. 29 Tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas No. 29 Tahun 2003 tersebut, dikatakan: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.”2

Sarlito Wirawan Sarwono dalam makalahnya Remaja dalam Era Industri dan Komunikasi menjelaskan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan perubahan nilai-nilai manusia. Perubahan ini semakin memudarkan nilai-nilai moral dalam masyarakat, yang pada gilirannya menuntut masyarakat menyesuaikan diri terhadap perubahan yang sedang berlangsung, atau tidak sama sekali. Untuk kemudian dilindas dan tertinggal (Sarlito Wirawan, 1988: 2)3

Pendidikan anak merupakan kewajiban serta tanggung jawab orang tua, dan bermula dari rumah. Setiap rumah tangga berbeda dengan yang lainnya, masing-masing mempunyai ciri khas, dan di setiap rumah tangga orang tua adalah pemimpin.4

Sebagai pemimpin, orang tua harus mampu menuntun, mengarahkan, mengawasi, mempengaruhi, dan menggerakkan si anak agar mau belajar dengan penuh gairah. Untuk memotivasi anak sebaiknya orang tua harus

1

Sukardjo dan Ukim Komaruddin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers,2009), h. 9.

2

Ibid., h. 14.

3

Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan

Berbasis Agama & Budaya Bangsa, (Bandung: Pustaka setia, 2013), h. 235.

4

Ali Samil H., Panduan Praktis Bagi Orang Tua Mendampingi Remaja Meraih


(19)

mampu berkomunikasi sehingga muncul kepercayaan timbal balik dengan anak.5

Memiliki kepribadian yang mantap dalam nuansa moralitas bagi orang tua (ayah dan ibu) dalam suatu rumah tangga, tampaknya bukan sesuatu hal yang mudah. Nilai-nilai yang terkandung dalam prinsip kemerdekaan, persamaan, dan saling terima tidak gampang diterapkan dalam cara berpikir dan bertindak pada suatu keluarga.6

Banyak orang tua yang melupakan bahwa hal yang paling penting bagi anak adalah perhatian orang tuanya. Anak ingin mendapat tanggapan, ingin dihargai, ingin mengutarakan isi hati. Menghargai anak sangatlah penting, karena bisa jadi nilai rendah pada saat ulangan adalah bentuk protes dirinya dan anak akan bersikap “Masa bodo”.

Masa kanak-kanak merupakan masa yang labil, naik-turun, tidak mantap dan mudah berubah. Sementara, masa ini diyakini sebagai masa yang sangat penting bagi warna hidup seseorang kelak. Para psikolog aliran Freudian berpandangan bahwa manusia ditentukan oleh masa lima tahun pertama dalam kehidupannya. Pepatah yang terkenal di dunia Islam mengatakan, “Belajar di waktu kecil bagai melukis di atas batu, sedangkan belajar di waktu besar bagai melukis di atas air.”7

Ibnul Jauzi mengatakan, “Pembentukan yang utama ialah pada masa kanak-kanak. Apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaannya, maka akan sukarlah untuk meluruskannya. Pendidikan budi pekerti anak wajib dimulai dari rumah dalam keluarga sejak masa kanak-kanak. Jangan dibiarkan anak-anak tanpa pendidikan. Jika anak dibiarkan saja tanpa diperhatikan dan tidak dibimbing, ia akan melakukan kebiasaan yang

5 Ibid. 6

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral, Intelektual, Emosional,

dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2006), cet. 1, h. 78-79.

7

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai


(20)

kurang baik, dan kelak akan sukar baginya meninggalkan kebiasaan buruk tersebut.8

Masa pendidikan di sekolah dasar, merupakan kesempatan pertama yang sangat baik, untuk membina pribadi anak setelah orang tua. Seandainya guru-guru (baik guru umum, maupun guru agama), di sekolah dasar itu memiliki persyaratan kepribadian dan kemampuan untuk membina pribadi anak, maka anak yang tadinya sudah mulai bertumbuh ke arah yang kurang baik, dapat segera diperbaiki. Dan anak yang dari semula telah mempunyai dasar yang baik dari rumah dapat dilanjutkan pembinaannya dengan cara yang leih sempurna lagi.9

Marvin Bekowitz dari University of Missouri-Louis, dalam buletin

Character Educator, yang diterbitkan Character Educator Partnership

menjelaskan bahwa ada peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya Emotional Intellegence and School Success drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.10

Dalam islam, konsep pendidikan adalah menyeluruh yang tercermin dari manusia yang holistik. Kepribadian yang holistik terimplementasi dari dari mendayaupayakan semua potensi yang telah dianugerahkan Allah SWT. Adapun potensi diri yang diberikan Allah kepada manusia adalah:

1. Potensi fisik 2. Potensi emosi 3. Potensi akademik 4. Potensi spiritual 5. Potensi kreatif

8

Ibid., h. 105.

9

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), cet. 17, h. 68.

10

Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan


(21)

6. Potensi sosial (Ahmad Fikri, 2010: 5)

Apabila semua potensi di atas diimplementasikan dalam kehidupan, karakter atau akhlak mulia pada anak didik akan terbentuk. Hal itu akan tercapai apabila orang tua di rumah, guru di sekolah, masyarakat di

lingkungan sosial mendidik dan mengarahkan anak untuk

mengembangkan potensi tersebut dalam kehidupan nyata. Apabila hal tersebut diabaikan, kepribadian anak akan terpecah.11

Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah “motivasi”.12

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.13

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi proses dan sisi hasil belajar. Proses belajar berkaitan dengan pola perilaku siswa dalam mempelajari bahan pelajaran; sedangkan hasil belajar berkaitan dengan perubahan perilaku yang diperoleh sebagai pengaruh dari proses belajar. Hasil belajar merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan proses belajar.14 Dengan kata lain, bagaimana seharusnya siswa belajar, akan sangat ditentukan oleh apa hasil yang ingin diperoleh oleh siswa. Manakala kriteria keberhasilan belajar siswa diukur dari seberapa banyak materi pelajaran dapat dikuasai siswa, akan berbeda proses belajar yang dilakukan dengan kriteria keberhasilan ditentukan oleh sejauh mana

11

Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Loc. Cit, h. 248-249.

12

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang

Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 4, h.1.

13 Ibid. 14


(22)

siswa dapat memanfaatkan potensi otaknya untuk memecahkan suatu persoalan.15

Setiap Orang tua dan Guru pasti menginginkan anak atau peserta didiknya memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Motivasi akan muncul jika adanya suatu dorongan. Dorongan yang paling kuat adalah dorongan dari keluarga sendiri terutama Orang tua. Motivasi yang didapati anak dari orang tuanya tidak selalu berupa perkataan ataupun nasihat. Namun bisa juga berupa pembiasaan yang selalu dicontohkan orang tua mereka terhadap dirinya.

Dari perhatian yang selalu dilakukan orang tua di rumah terhadap anaknya, akan tertanam pada jiwa anak rasa senang. Rasa senang itu menjadi motivasi bagi anak untuk belajar giat manakala orang tua menyuruhnya untuk belajar ataupun yang lainnya.

Fakta yang ditemukan dilapangan, dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas banyak siswa yang bergurau dengan teman sebangkunya tanpa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan kelas. Beberapa siswa ada yang izin kekamar mandi, tapi kenyataannya mereka berkeliaran diluar kelas bercanda dengan temannya. Dan ada juga siswa yang duduk dengan wajah bertopang tangan.

Kondisi ekonomi orang tua siswa di sekolah ini tergolong menengah kebawah. Sebagian rumah yang mereka huni terbilang sempit. Mayoritas latar belakang orang tua bekerja sebagai buruh, wiraswasta, satpam, dan karyawan. Banyak orang tua dari siswa di sekolah ini yang ibu dan ayahnya sama-sama bekerja untuk menambah pemasukan keluarga. Karena terlalu sibuknya mereka diluar, seorang anakpun kurang diperhatikan bagaimana nilai yang ia dapat di sekolah, bagaimana kondisi anaknya ketika di sekolah, berkelahikah dengan temannya atau terlalu pasifkah ia di kelas. Motivasi yang didapatkan dirumah sangat

15 Ibid.


(23)

minim sekali. Pemahaman orang tua terhadap pendidikan anak belum sepenuhnya dipahami.16

Dengan demikian, berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Antara

Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan

Kewarganegaraan Siswa(Studi penelitian di kelas V SDN 05 Pagi, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan-permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan, yaitu :

1. Perhatian Orang tua terhadap belajar anak masih rendah. 2. Siswa kurang mendapat motivasi belajar dari Orang tua.

3. Hanya sedikit siswa yang memiliki ketertarikan pada mata pelajaran pendidikan Kewarganegaraan.

4. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep pada pelajaran PKn.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada tiga poin :

1. Perhatian orang tua kepada anaknya.

2. Motivasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas V semester II di

SDN 05 Pagi, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Pendidikan kewarganegaraan dalam penelitian ini adalah penanaman jati diri ke dalam diri anak, yang menyangkut didalamnya menghargai, moral dan cinta tanah air yang kemudian ditanamkan dalam sikap dan

16

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah (Ibu Latifah) dan observasi langsung peneliti di SDN 05 PG, Kecamatan mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada tanggal 2 mei 2016.


(24)

perilaku hidupnya sehari-hari sehingga siswa menjadi senang dan mudah dalam memahami pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu : “Apakah Ada Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

F. Manfaat Penelitian

Tentunya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi guru, orang tua, siswa, maupun sekolah, manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi guru

Dapat menambah informasi serta wawasan guru agar mengajak dan terus menghimbau kepada orang tua untuk memberikan banyak perhatian kepada anak sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Bagi orang tua

Agar orang tua lebih banyak memeberikan perhatian kepada anaknya, sehingga anak selalu mendapatkan perhatian, arahan, wawasan, dan sebagainya.

3. Bagi siswa

Dapat mendorong siswa menerapkan kandungan dan lebih memahami nilai-nilai dari Pendidikan Kewarganegaraan .

4. Bagi sekolah


(25)

9

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Deskripsi Teoritik

1. Definisi Perhatian Orang tua a)Pengertian Perhatian

Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Jika seseorang sedang berjalan di jalan besar, ia sadar akan adanya lalu lintas di sekelilingnya, akan kendaraan dan orang-orang yang lewat, akan toko-toko yang ada di tepi jalan. Dalam keadaan seperti ini kita tidak mengatakan bahwa ia menaruh perhatian atau perhatiannya tertarik akan hal-hal di sekelilingnya. Tetapi jika kemudian kita lihat ia bertemu dengan seseorang yang dikenalnya dan kemudian bercakap-cakap dengannya, maka kita dapat mengatakan bahwa orang tersebut berada dalam keadaan sedang memperhatikan, yaitu ia mengarahkan indera atau sistem persepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu, dalam hal ini tentang orang yang dikenalnya itu, dalam tingkat yang lebih terinci.17

Perhatian merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Pentingnya perhatian dalam menyerap pelbagai informasi tertera dalam Q.S Qaf : 37

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”.

17

Slamento, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. 5, h. 105


(26)

Para pendidik harus mengupayakan agar peserta didiknya dapat menyerap, memahami dan mempelajari pelajaran yang diberikan. Salah satu metode yang digunakan Al-Qur’an untuk membangkitkan perhatian pada perintah, larangan dan anjuran adalah metode kisah. Selain itu, diantara hal-hal yang dapat membantu pemusatan perhatian dan memudahkan proses belajar dan pemahaman adalah penyampaian pengertian-pengertian yang abstrak dengan cara yang sederhana melalui perumpamaan yang riil dan dapat diindera (Najati dalam Fadhilah, 2005)18

b)Macam-macam Perhatian

Suryabrata menambahkan bahwa perhatian dapat dibagi menjadi:19 1)Atas dasar intensitasnya:

 Perhatian intensif

 Perhatian tidak intensif 2)Atas dasar timbulnya:

 Perhatian spontan (perhatian tak disengaja, perhatian sekehendak)

 Perhatian disengaja (perhatian sekehendak), perhatian reflektif 3)Atas dasar luasnya obyek:

 Perhatian terpencar (distributif)

 Perhatian terpusat (konsentratif)

Dari macam-macam perhatian diatas, orang yang paling banyak memberikan perhatiannya adalah orang tua. Orang tua terdiri dari Ayah dan Ibu. Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu disampingnya. Ibulah yang selalu memberikan makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada kepada anggota keluarga lainnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah orang tua diartikan dengan, 1) Ayah dan Ibu kandung 2) Orang tua 3) Orang yang dianggap

18

Fadhilah Suralaga, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. 1, h. 112.

19


(27)

tua (cerdik, pandai dan ahli dan sebagainya) 4) Orang yang dihormati (disegani) dikampung. 20

Di samping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi gengsinya atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak yang telah agak besar.21

Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.22 Berkenaan dengan hal tersebut, menurut John Locke bahwasanya ”manusia terlahir dalam keadaan bersih bagaikan secarik kertas kosong yang belum ditulisi apa-apa”.23 Kendatipun teori John Locke ini berbeda dalam implikasinya dengan konsep fitrah dalam Al-Quran, akan tetapi dari satu sisi memiliki kesamaan, yaitu bahwa manusia itu dapat dikembangkan baik ke arah positif maupun ke arah negatif.

ﻲﻠﻋ ﺪﻟﻮﯾ دﻮﻟﻮﻣ ﻞﻛ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻲﻠﺻ ﷲا لﻮﺳﺮﻟﺎﻗ لﺎﻗ ﮫﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر ةﺮﯾﺮھ ﻲﺑا ﻦﻋ ﮫﻧﺎﺴﺠﻤﯾ وا ﮫﻧاﺮﺼﻨﯾوا ﮫﻧادﻮﮭﯾ هاﻮﺑﺎﻓ ةﺮﻄﻔﻟا

)

ﻲﻘﺤﯿﺒﻟا هاور

(

Dari Abu Hurairah r.a berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: “Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fithrah beragama (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tualah yang menjadikan ia (anak tersebut) beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi “ (HR. Imam Baihaqi).

Hadis di atas menekankan bahwa fitrah yang dibawa sejak lahir oleh anak itu sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan. Fitrah itu sendiri tidak akan berkembang tanpa dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar yang

20

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 629.

21

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 20, h. 82.

22

Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), h. 67 23

Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Quran, (Bandung: Alfabeta), h. 47.


(28)

mungkin dapat dimodifikasikan atau dapat diubah secara drastis menakala lingkungannya tidak memungkinkan menjadikannya lebih baik.24

Manusia dalam proses pendidikan adalah inti utama sehingga pendidikan sangat berkepentingan mengarahkan manusia kepada tujuan tertentu. Seorang pendidik akan terbantu dalam profesinya jika ia memahami dan memiliki gagasan yang jelas tentang fitrah dasar manusia. Pendidikan bakal mengalami kegagalan, kecuali dibangun atas konsep yang jelas mengenai fitrah manusia, sebab kenyataannya hasil-hasil pendidikan banyak dipengaruhi konsep pendidik tentang fitrah manusia.25

Orang tua akan bersikap sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6:

ﻨﺋاﻮﻗاﻮﻨﻣاء ﻦﯾﺬﻟاﺎﮭﯾاﺎﯾ رﺎﻧ ﻢﻜﯿﻠھاو ﻢﻜﺴﻔ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (Q.S. At Tahrim: 6)

Pada ayat di atas mengandung makna, bahwa yang sangat berperan penting dalam mewujudkan anak yang beriman dan bertakwa adalah orang tua. Karena orang tua menjadi pelindung bagi anak-anaknya agar terhindar dari perbuatan dosa.

Menurut Cicih Sukaesih, perhatian orang tua adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu objek yang dilakukan oleh ayah dan ibu atau wali terhadap anaknya dalam suatu aktivitas.26

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa perhatian orang tua adalah segala bentuk energi psikis dan emosi

24

Abdurrahman Shaleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 62, cet. 2 25

Siti Nadirah, Anak Didik Perspektif Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi,

LenteraPendidikan Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Vol. 16, 2013, h. 191 26

Cicih Sukaesih, “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di Sdn Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h.11.


(29)

yang diberikan seorang pembiming baik orangtua atau wali kepada anak atau anak didik dalam aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu . Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik anak di antaranya sebagai berikut:27

1) Konsep pendidikan anak dan tujuannya.

2) Mencari informasi tentang pendidikan anak sebanyak-banyaknya. 3) Memahami kiat mendidik anak secara praktis, sehingga setiap gejala

perkembangan anak dapat ditanggapi secara cepat.

4) Tanamkan nilai pada diri sendiri dulu sebelum ditransfer pada anak-anak.

5) Mengajarkan pada anak untuk mengenal dan menghafal Al-Qur’an sejak sedini mungkin agar dasar Agama tertanam kokoh dalam diri anak.

6) Ciptakan lingkungan yang kondusif yang mendukung keberhasilan penanaman nilai kepada anak.

c) Bentuk Perhatian Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, menurut Zakiah Daradjat, sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai berikut: 28

1. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

2. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.

27

Bunda Pathi, Mendidik Anak dengan Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Qasis), h. 48. 28


(30)

3. Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

4. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.

Keteladanan orang tua menjadi sangat penting dalam perkembangan jiwa anak. Jika orang tua selalu memberikan contoh dalam pelaksanaan ibadah, baik dalam bentuk perkataan, maupun perbuatan orang tua dalam kehidupan sehari-hari, maka kelak anak akan memiliki akhlak mulia dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Sifat teladan bagaikan magnet yang dapat menarik anak mengikuti apa yang mereka lihat sendiri. Tidak ada yang meragukan betapa efektifnya sikap tauladan orang tua dalam mendidik anak.

Disinilah peran penting orang tua, mereka dituntut mampu memainkan peran edukatifnya dengan memberikan pendidikan terutama pendidikan keagamaan yang benar sekaligus sebagai figur identifikasi bagi anak-anaknya. Dalam lingkungan keluarga, anak pertama kali mendapatkan pendidikan mengenai agama, baik melalui contoh, perbuatan, perlakuan, kata-kata dan sebaginya. Segala yang anak lihat dan anak rasakan di dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya, akan menjadi contoh dan panutan bagi anak.

d)Peranan Orang Tua Terhadap Anak

Menurut ST. Vembriarto, keluarga sebagai kesatuan hidup bersama mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak; yaitu:29

1) Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya.

29


(31)

2) Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman)

3) Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.

4) Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat.

5) Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan.

6) Fungsi keagamaan; yaitu keluarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, di samping peran yang dilakukan institusi agama.

Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya.

2. Definisi Motivasi Belajar a)Pengertian Motivasi

Menurut Purwa Atmaja Prawira, motivasi memiliki akar kata dari bahasa Latin movere, yang berarti bergerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi dapat diartikan dengan memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang dimotivasi tersebut dapat bergerak.30

30

Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 319.


(32)

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.31

Pemberian motivasi adalah salah satu teknik yang dapat meningkatkan semangat dan keinginan belajar siswa. Manusia pada hakikatnya selalu ingin mengetahui sesuatu yang baru. Dorongan dan motivasi dari seorang guru terhadap siswanya akan dapat memompa semangat siswa untuk memiliki keinginan kuat guna mencari dan meneliti apa yang hendak diketahuinya.32

Menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc Donald yang dikemukakan mengandung 3 elemen penting.

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysilogical” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia tapi

31

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 19, h.73-75.

32

Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager”, (Jakarta : Tazkia Publishing, 2011), cet. 2, jilid. 6, h. 112.


(33)

kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.33

Abraham Maslow (1943; 1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkan dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid. Manusia memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan tersebut dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan psikologis yang kompleks yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.34

Aktualisasi Diri Penghargaan

Sosial Keamanan

Fisiologis

Gambar 11.1 kebutuhan pokok manusia menurut Maslow

Kebutuhan pokok tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :35 a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya); b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari

bahaya);

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki);

d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan);

33

SardimanA.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), cet. 23, h. 73-74.

34

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), cet. 1, h. 314.

35


(34)

e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya). Menurut beberapa ahli psikologi, pada diri seseorang terdapat penentuan tingkah laku. Yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku itu. Faktor penentu tersebut adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya, seseorang berkemauan keras atau kuat dalam belajar karena adanya harapan penghargaan atas prestasinya.

Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan ahli tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.36

b)Pengertian Belajar

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi.37

1) Hilgard dan Bower, dalam buku Theoris of Learning (1975) menyatakan bahwa : ‘Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).”

2) Gagne, The Conditions of Learning (1975) menyatakan bahwa : “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi

36

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 4, h. 8.

37


(35)

ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.” 3) Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978)

mengemukakan : “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

4) Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan : “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”

Perubahan yang dialami seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Jika tangan seseorang menjadi bengkok karena tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. Di samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut. Padahal jika kita renungkan, sesungguhnya belajar adalah merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar


(36)

yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik, khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya pembelajaran yang dicapai peserta didik.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 38

Sementara itu, menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, di sini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual. Lain lagi dengan pendapat para ahli pendidikan modern yang merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut :39

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan

c) Jenis-Jenis Motivasi Belajar

Menurut Winkel, “Dilihat dari sumbernya motivasi belajar ada dua jenis, yaitu: (1) motivasi intrinsik, dan (2) motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain”.40

Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik

38

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. 5, h. 2.

39

Abdul Rahman Shales, Psokologi, Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. 4, h. 206.

40


(37)

sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.

Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.41

d)Fungsi Motivasi dalam Belajar

Berkaitan dengan kegiatan belajar, motivasi dirasakan sangat penting peranannya. Motivasi diartikan penting tidak hanya bagi pelajar, tetapi juga bagi pendidik, dosen, maupun karyawan sekolah, karyawan perusahaan.42

Menurut Sardiman, dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang akan dikehendaki akan tercapai.43

Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.

Untuk jelasnya ketiga fungsi motivasi dalam belajar tersebut diatas, akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut:44

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan

41

John W. Santrock, “Psikologi Pendidikan”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. 2, h. 510.

42

Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 320.

43

Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), cet. 2, h. 156.

44

Syaiful Bahri Djamarah, “Psikologi Belajar”, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. 2, h. 156-157.


(38)

Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk nelajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar.

2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.

3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.

e) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:45

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. 2. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk

maju.

3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.

4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi. 5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman.

6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

Menurut Purwanto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:46 1) Faktor yang ada pada diri anak atau faktor individual yaitu

- Faktor kecerdasan - Faktor latihan - Faktor motivasi

45

Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), cet. 1, h. 187-188.

46

Munawaroh, “Hubungan antara Perhatian Orang Tua dengan Prestasi Belajar Agama Islam Siswa SMEA BudiMulia Ciledug Tangerang”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006)


(39)

- Faktor pribadi

2) Faktor yang ada di luar diri anak atau faktor lingkungan yaitu - Faktor keluarga

- Faktor guru dan cara mengerjakannya - Faktor lingkungan dan kesempatan - Faktor motivasi sosial

Kedua faktor tersebut sangat penting dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Jika faktor individual saja yang kita harapkan dalam menumbuhkan motivasi belajar tanpa dukungan faktor lingkungan seperti keluarga, teman dan guru maka motivasi itu tidak akan tumbuh sempurna. Karena manusia mempunyai rasa ingin dihargai oleh orang lain. Ia berusaha belajar semaksimal mungkin agar orang lain menghargai nilai yang telah diraih atas motivasinya itu.

3. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan a) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki ruang lingkup yang cukup banyak. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menguraikan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:47

1)Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, ketuhanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. 2)Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan

keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,

47

Wuri Wuryandani dan Fathurrohman, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar , (Yogyakarta: 2012, Ombak), h.10


(40)

peraturan-peraturan daerah, norma-norma dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3)Hak Asasi Manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4)Kebutuhan Warga Negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara.

5)Konstitusi Negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar Negara dengan konstitusi.

6)Kekuasaan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi. 7)Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dan

ideologi Negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

b)Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Seperti halnya mata pelajaran yang lain, PKn juga memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar dapat tumbuh menjadi warga Negara yang baik (good citizen). Sesuai dengan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi kepada siswa sebagai berikut:

1) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,


(41)

2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dnegan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.48

c) Materi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V SD

Materi Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SD pada semester genap yaitu49 :

Standar Kompetensi : Menghargai keputusan bersama

Kompetensi Dasar : 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama

Musyawarah artinya melakukan pertemuan yang melibatkan beberapa orang dalam suatu tempat dengan tujuan menyatukan pendapat atau menghasilkan keputusan bersama. Keputusan yang diambil dalam musyawarah didasarkan pada sikap saling menghormati dan menghargai setiap pendapat yang dikemukakan oleh peserta pertemuan. Dalam kehidupan sehari-hari, mencari kata mufakat melalui musyawarah sangat dianjurkan dan tepat sekali dilakukan. Sebagai sebuah negara yang berasaskan Demokrasi Pancasila, musyawarah merupakan cerminan sikap bangsa Indonesia. Oleh karena itu musyawarah harus selalu dilakukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Sebagai warga negara yang baik, kita harus menjadikan musyawarah sebagai jalan keluar dalam mengambil keputusan bersama. Membiasakan musyawarah dalam kehidupan sehari-hari bisa dimulai

48

Ibid, h. 9. 49

Opih Priyatna, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan untuk Siswa SD/MI Kelas V,


(42)

dari lingkungan keluarga, kemudian di lingkungan tempat tinggal atau di lingkungan sekolah, sampai di lingkungan yang lebih luas lagi.

DPR atau DPRD melakukan musyawarah agar UU atau Peraturan Daerah yang dibuat tidak merugikan kepentingan rakyat. Bahkan peraturan tersebut dimusyawarahkan tidak hanya dengan sesama anggota wakil rakyat, namun tokoh-tokoh masyarakat atau yang berkepentingan pun senantiasa diminta pendapatnya. Masih ingatkah pembuatan UU atau Perda yang melibatkan masyarakat? Dengan demikian UU atau Perda hakekatnya merupakan hasil keputusan rakyat, karena dibuat oleh wakil-wakil rakyat sekaligus rakyat sendiri. Di lingkungan desa atau kelurahan pun selalu diadakan musyawarah, minimal dalam pembuatan peraturan desa. Musyawarah yang dilakukan di desa disebut rapat desa atau rembug desa. Musyawarah yang dilakukannya terutama menyangkut peraturan desa atau persoalan yang menyangkut kepentingan umum. Selain oleh BPD dan kepala desa, tokoh-tokoh masyarakat pun pada saat musyawarah senantiasa diikutsertakan, seperti tokoh agama, pendidikan, adat, dan sebagainya. Mereka diberi kesempatan untuk memberikan saran dan masukan pada musyawarah tersebut, sehingga diharapkan keputusannya dapat sesuai dengan harapan semua warga masyarakat.

Prinsip-prinsip dan ciri musyawarah mufakat :

1. Prinsip persamaan yang berarti setiap orang memiliki hak yang sama dalam mengemukakan pendapat.

2. Prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban. Artinya, setiap orang memiliki hak yang sama dalam mengemukakan pendapat, dan harus diimbangi oleh kewajiban yang sama untuk menghargai pendapat orang lain.


(43)

3. Prinsip kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya, bebas dalam mengemukakan pendapat tersebut harus disertai kesediaan untuk mempertanggungjawabkan.

4. Prinsip persatuan. Artinya, sekalipun terdapat perbedaan pendapat tetapi tidak boleh terjadi perpecahan.

5. Bersifat kekeluargaan. Artinya, sekalipun di antara peserta musyawarah terjadi silang pendapat, akan tetapi suasana harus tetap akrab dan hati harus tetap dingin. Apabila setiap peserta musyawarah mematuhi prinsip-prinsip musyawarah seperti tersebut di atas, maka setiap persoalan yang dimusyawarahkan dapat dipecahkan dengan baik, tepat waktu, dan mampu menciptakan kerukunan, kerja sama yang harmonis, terhindar dari pertikaian fisik.

Setiap peserta musyawarah harus menjauhi sikap-sikap yang tidak baik dalam mengikuti kegiatan musyawarah, di antaranya:

1. Peserta pasif

Peserta pasif maksudnya anggota musyawarah bersikap acutak acuh atau tidak memperhatikan saat kegiatan musyawarah berlangsung. Ia tidak ambil pusing dalam mengambil keputusan atau bagaimana baiknya, dan tidak memiliki pendirian dalam mengambil keputusan bersama.

2. Peserta super aktif (over acting)

Peserta yang super aktif Maksudnya peserta yang mendominasi pembicaraan, memaksakan kehendak, kurang menghargai pendapat orang lain, teguh mempertahankan pendapatnya walaupun keliru. Ia memilih keluar (walk out) dari tempat musyawarah bila keputusan atau pendapatnya tidak sesuai dengan pendiriannya.

Musyawarah dalam keluarga biasanya dilakukan tidak dalam suasana formal (resmi), tetapi secara kekeluargaan seperti sedang mengorbrol biasa. Misalnya orang tua bertanya, “Siapa yang mau membersihkan lantai?” atau “Siapa yang mau memasak?”, dan sebagainya. Pertanyaan


(44)

tersebut merupakan sebuah usulan dari orang tua agar pekerjaan di rumah ada yang mengerjakan. Jika semua sepakat

akhirnya terbentuklah keputusan dalam pembagian tugas di rumah. Dengan demikian musyawarah pun telah terlaksana di keluarga kita. Masih banyak contoh musyawarah yang dilakukan dalam kehidupan, baik di keluarga, sekolah, masyarakat, maupun negara. Persoalan yang dimusyawarahkan biasanya menyangkut kepentingan umum (dua orang atau lebih). Di lingkungan RT dan RW, sering juga diadakan musyawarah. Dalam lingkungan RT atau RW yang biasa dimusyawarahkan antara lain pemilihan RT atau RW, pengaturan jadwal siskamling atau ronda malam, pemeliharaan kebersihan lingkungan, dan sebagainya.

B.Hasil Penelitian yang Relevan

Dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa orang tua sangat berperan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Cicih Sukaesih yang berjudul : “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di SDN Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor”, menyatakan bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa diperlukan adanya faktor-faktor yang mendukung motivasi belajar siswa salah satunya adalah perhatian orang tua di rumah. Jika orang tua memberikan perhatian yang baik kepada anak di rumah maka akan terbentuk motivasi belajar yang baik pula, jika demikian maka hasil belajar dan perilaku anak akan menjadi baik dalam keseharianannya.50

Menurut Munawaroh dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Agama Islam Siswa SMEA Budi Mulia Ciledug Tangerang” menyatakan bahwa tidak adanya korelasi yang

50

Cicih Sukaesih, “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di Sdn Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012)


(45)

signifikan namun data penelitian menunjukkan bahwa perhatian orang tua pada umumnya sedang dan prestasi belajar PAI tinggi.51

Penelitian yang telah dilakukan oleh Cicih Sukaesih menyangkut perhatian orang tua terhadap motivasi belajar pendidikan agama islam siswa di SDN 01 Limusnunggal Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. Dan penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh menyangkut perhatian orang tua terhadap prestasi belajar pendidikan agama islam di SMEA Budi Mulia Ciledug Tangerang. Sedangkan penelitian ini akan menyangkut perhatian orang tua terhadap motivasi belajar pendidikan kewarganegaraan di SDN 05 PG Jakarta Selatan.

C.Kerangka Berpikir

Orang tua adalah orang yang di tuakan dalam keluarga. Seorang anak memandang orang tua sebagai orang yang disegani tetapi juga tempat mereka mengadu, berkeluh kesah dan sebagainya. Menjadi orang tua tidak seenaknya melarang anak ini dan itu, tetapi justru harus mengarahkan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Seorang anak masih membutuhkan perhatian dari orang tua dalam kesehariannya. Namun beberapa orang tua ada yang memutuskan untuk bersama-sama berkarir, sehingga diantara mereka perlu saling memberi dukungan psikologis satu sama lain agar memperkuat, melengkapi dan menunjang karir masing-masing, tetapi kualitas hubungan dengan anak perlu dijaga dengan cara meningkatkan kepedulian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Empati perlu dipertajam sehingga orang tua bisa menempatkan pikiran dan perasaannya ke dalam pikiran dan perasaan anak dalam kondisi khusus misalnya si anak sedang belajar maka dibutuhkan lebih banyak perhatian dari orang tua. Pola hidup sibuk dapat menjadi model bagi anak untuk mengembangkan sikap dan perilaku produktif, motivasi tinggi untuk berprestasi, bertanggung jawab dan mandiri.

Setiap orang tua diharapkan mampu menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak dan seluruh anggota keluarga. Dari keluarga seharusnya anak

51

Munawaroh, “Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Agama Islam Siswa SMEA BudiMulia Ciledug Tangerang”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006)


(46)

memperoleh pendidikan, apa saja yang seharusnya boleh dilakukan dan apa saja yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Membiasakan anak hidup teratur, tertib, disiplin, sopan, santun baik dalam keluarga maupun dengan lingkungan diluar keluarga.

Jika pengaruh perhatian orang tua dilaksanakan di rumah secara efektif maka akan diperoleh motivasi belajar yang tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila pengaruh perhatian orang tua tidak dilaksanakan secara efektif di rumah, maka motivasi belajar siswa juga rendah.

D.Hipotesis Penelitian

Hipotesis ialah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, jumlah jawaban yang empiris. Dalam penelitian biasanya hipotesis dibedakan menjadi dua, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.

Hipotesis penelitian biasanya dirumuskan untuk menjawab rumusan masalah yang tidak mempergunakan sampel. Sedangkan hipotesis statistik adalah jawaban dan rumusan masalah yang mempergunakan sampel sebagai responden. Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Terdapat hubungan yang kuat antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa di SDN 05 PG, Jakarta Selatan”. Dengan kata lain diduga semakin besar perhatian yang diberikan orang tua semakin tinggi pula motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hipotesis adalah: ”Pernyataan tentatif yang merupakan dugaan/terkaan apa saja yang kita amati dalam usaha memahaminya.” Jadi hipotesis merupakan jawaban sementara, karena dugaan sementara itu bisa benar bisa juga salah, untuk itu diperlukan penelitian.


(47)

Hipotesa yang diajukan adalah untuk membuktikan seberapa besar hubungan perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah.

Ha : Ada hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Ho: Tidak ada hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi

belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah.


(48)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 05 Pagi Mampang Prapatan Jakarta Selatan pada kelas V, yang terletak di Jl. Mampang Prapatan II, Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan di semester genap yaitu pada bulan Mei - September 2016.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Bulan Kegiatan

Mei Juni Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Observasi

2 Penyebaran

kuesioner

3 Pengumpulan

data

4 Pengolahan

Data

5 Penyusunan

Laporan

B.Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan bersifat deskriptif, yaitu dimaksudkan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan atau masalah yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan atau terjadi pada situasi yang ada sekarang ini.


(49)

Penelitian ini mengkaji dua variabel. Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai, berupa kualitatif maupun kuantitatif yang dapat berubah-ubah nilainya.52

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, yaitu melihat bentuk hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Metode korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel-variabel yang lain. Metode ini diharapkan dapat menemukan hubungan antara dua variabel yaitu: Hubungan Perhatian Orang Tua ( X ) dengan Motivasi Belajar PKn ( Y ).

C.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu.53

Populasi penelitian adalah Seluruh siswa SDN 05 PG, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat

52

Syofian Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 110.

53

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2008), h.80.


(50)

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).54

Sedangkan sampel penelitian menggunakan quota sampling diambil dari siswa-siswi kelas V SDN 05 Pagi, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta selatan.

D.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sehubungan dengan penelitian non-tes ini, maka alat pengumpul data yang digunakan adalah angket, observasi dan wawancara: 1. Angket (kuisioner) adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang

harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat dengan jalan mengisi55. Metode angket ini digunakan karena sampel penelitian merupakan orang yang paling mengerti dirinya, jadi apa yang dikemukakan oleh responden adalah benar dan dapat dipercaya, sehingga dalam pengisian pernyataan dalam angket berdasarkan pengetahuan dan keyakinan masing-masing melalui pengalamannya. Angket ditujukan kepada siswa , dan data yang diambil adalah data tentang motivasi belajar siswa.

2. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung dalam rangka

memperoleh data sekolah, dan data-data faktual lainnya yang dapat mendukung penelitian, selain itu observasi dilakukan juga kepada siswa untuk memperoleh informasi tentang perilaku siswa dalam kesehariannya di lingkungan sekolah.

3. Interview (wawancara) adalah suatu cara mengumpulkan data yang sering kita gunakan dalam hal kita menginginkan mengorek suatu yang bila dengan cara angket atau cara lainnya belum bisa terungkapkan atau belum jelas.56 Adapula wawancara dilakukan kepada 2 orang tua dari siswa yang

54

Ibid., h.81.

55

Ruseffendi, Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya, (Bandung: TARSITO, 2010), cet. Ke-1, h. 193.

56


(51)

mendapatkan skor motivasi belajar rendah dan tinggi agar data yang telah diterima dari kuisioner (siswa) akurat. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada wawancara tidak berstruktur yaitu jawaban tidak perlu disiapkan sehingga orang tua bebas mengutarakan pendapatnya.

E. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah pengolahan dan interprestasi data untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk menarik kesimpulan. Adapun untuk analisis data metode yang diambil adalah metode analisis secara statistik dengan metode korelasi.

Setelah data kuantitatif diperoleh dengan alat pengumpul data diatas, maka selanjutnya diadakan pengolahan data dengan menggunakan Skala Likert adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Editing adalah memeriksa sedetail mungkin terhadap angket yang akan disebarkan kepada responden.

2. Cooding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban pada responden menurut macam-macamnya.

3. Scoring, setelah melalui tahapan editing, maka selanjutnya dengan memberikan skor terhadap pernyataan yang terdapat pada angket.

4. Tabulating adalah memindahkan jawaban dalam angket dan dikelompokkan

ke dalam tabel frekuensi.

Adapun bobot skor skala likert dapat dilihat pada tabel berikut:57

Tabel 3.2

Bobot Skor Kuisioner Skala Likert

No Pilihan Bobot Skor

Positif Negatif

1 SL ( Selalu ) 4 1

2 SR ( Sering ) 3 2

3 KD ( Kadang-Kadang ) 2 3

4 TP ( Tidak Pernah ) 1 4

57

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2008), h.93-94.


(52)

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan perhatian orang tua dengan motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa akan menggunakan analisis statistik korelasi product moment, dengan rumus sebagai berikut58:

rxy 

∑ −(∑ ) ( ∑ )

∑ −(∑ ) ∑ −(∑ )

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara x dan y

xy = Product dari x dan y

x2= Deviasi dari nilai pada variabel x dikuadratkan

y2= Deviasi dari nilai y dikuadratkan

Untuk mengetahui tinggi rendahnya korelasi ditentukan sesuai parameter sebagai berikut : 59

Tabel 3.3

Interpretasi “r” Product Moment

Besarnya “r” Product Moment

Interpretasi

0,00 – 0,20 Antara variabel x dan y terdapat

korelasi akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan dan dianggap tidak ada korelasi antara variabel x dan variabel y

0,21 – 0,40 Antara variabel x dan variabel y

terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,41 – 0,70 Antara variabel x dan variabel y

terdapat korelasi yang sedang atau cukup.

0,71 – 0,90 Antara variabel x dan variabel y

58

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2012), cet. 24, h. 206.

59


(53)

terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,91 – 1,00 Antara variabel x dan variabel y

terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuisioner, yang dibagikan pada siswa-siswi Kelas V SDN 05 PG, Jakarta Selatan. Angket yang akan digunakan dalam pengambilan data ialah angket motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa.

Tabel berikut akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penyebaran butir-butir item dari tiap-tiap variabel penelitian.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Uji Coba

Aspek Indikator No Item Jumlah

Positif Negatif

Perhatian Orang Tua Memelihara dan Membesarkan Anak

1, 2 3, 4 4

Melindungi dan Menjamin Keselamatan

5, 6, 7, 8

9 5

Memberi Pengajaran 10 11 2

Membahagiakan Anak 12, 13 14, 15 4

Motivasi Belajar Siswa

Fisiologis 1 2 2

Keamanan 3 4, 5 3

Sosial 6 7 2

Penghargaan 8, 9 10 3

Aktualisasi Diri 11, 12 13 3


(54)

Sebelum angket dibagikan secara keseluruhan, peneliti akan mengadakan uji coba terhadap 28 responden untuk mengetahui tingkat keterandalannya, karena alat ukur yang baik mempunyai aspek validitas dan aspek reliabilitas yang baik. Menurut Nana Sudjana suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan ketetapan atau keajegannya atau reliabilitasnya.60

1. Validitas

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.61 Salah satu cara untuk menentukan validitas alat ukur adalah dengan

menggunakan korelasi product moment dengan simpangan yang

dikemukakan oleh Person seperti berikut62 :

rxy = Σ (Σ 2) (Σ 2)

rxy =

Σ =

x2 = y2 =

koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, dua variabel lain yang dikorelasikan

jumlah perkalian antara x dengan y kuadrat dari x

kuadrat dari y

Dalam uji validasi ini peneliti menggunakan bantuan komputer SPSS 22.

2. Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas kemudian dilakukan pengujian reliabilitas yaitu untuk mengetahui ketetapan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang dinilainya. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan

60

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014), cet. 18, h. 12.

61

Ibid., h. 12.

62

Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes


(55)

konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur suatu gejala yang sama.63

Indeks reliabilitas diklasifikasikan sebagai berikut :64 Tabel 3.5 Indeks Reliabilitas

R Keterangan

< 0,20 Sangat Rendah

0,21 – 0,40 Rendah

0,41 – 0,70 Sedang

0,71 – 0,90 Tinggi

0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

F. Hipotesis Statistik

Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” product moment, prosedur yang harus dilalui di antaranya merumuskan hipotesis kerja atau alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (H0). Kemudian, menguji kebenaran atau

kepalsuan dari hipotesis yang diajukan, dengan jalan membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh melalui perhitungan dengan “r” yang tercantum dalam tabel (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebabsnya

(db) atau degrees of freedom (df) yang rumusnya65: df = N - nr Keterangan:

df : degress of freedom

N : Number of class

Nr : banyaknya variabel yang dikorelasikan

Dengan diperolehnya df atau db maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment pada taraf signifikansi 5%

63

Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 139-141.

64

Sapriya dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 62.

65


(56)

maupun pada taraf signifikansi 1%. Jika r0sama dengan atau lebih besar dari rt

maka Ha disetujui atau diterima. Jika sebaliknya, maka H0tidak disetujui atau

tidak diterima. Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap variabel Y maka digunakan rumus koefisien determinasi sebagai berikut:


(57)

41

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel bebas (Independent variable) dan variabel terikat (Dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan dilambangkan dengan X yaitu Perhatian Orang Tua. Adapun variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi dan dilambangkan dengan Y yaitu Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa.

Data variabel X dan Y dijaring dengan menggunakan instrumen berbentuk angket yang disebar kepada 28 responden yaitu siswa kelas V SDN 05 pagi Jakarta Selatan. Angket tersebut menggunakan skala Likert dengan skor yaitu SL (selalu) = 4, SR (sering) = 3, KD (kadang-kadang) = 2, TP (tidak pernah) = 1. Karena butir pernyataan tiap variabel berjumlah 10, jadi total keseluruhan pernyataan 20 maka rentang skor teoritik data penelitian variabel X dan Y tiap siswa adalah 20 – 80. Sedangkan skor teoritik data penelitian variabel X dan variabel Y berdasarkan indikator adalah 560 – 1120.

Adapun rata-rata persentase hasil tabulasi data penelitian keseluruhan variabel X dan variabel Y yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan angket adalah :

Tabel 4.1

Hasil Persentase Tabulasi

Aspek Indikator No

Butir

Data

Skor Persentase Rata-Rata Tabulasi

Persentase

Perhatian orang tua

Memelihara dan

membesarkan anak 1,2,3 277

871

82%

77% Melindungi dan

menjamin

keselamatan 4,5,6


(58)

Memberi

pengajaran 7,8 134 60%

Membahagiakan

anak 9,1 192 86%

Motivasi Belajar

Fisiologis 1,2 90

821

79%

73%

Keamanan 3,4 167 75%

Sosial 5,6 144 64%

Penghargaan 7,8 191 85%

aktualisasi diri 9,1 144 64%

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, rata-rata persentase hasil tabulasi aspek perhatian orang tua pada indikator memelihara dan membesarkan anak sebesar 82%, melindungi dan menjaga keselamatan 80%, memberi pengajaran 60%, membahagiakan anak 86%, sehingga didapatkan rata-rata persentase perhatian orang tua sebesar 77 %. Sedangkan persentase hasil tabulasi aspek motivasi belajar siswa pada indikator fisiologis sebesar 79%, keamanan 75%, sosial 64%, penghargaan 85%, dan aktualisasi diri 64% sehingga didapatkan rata-rata persentase motivasi belajar siswa sebesar 73%.

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis

Proses perhitungan uji validasi dan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer SPSS 22. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam menghitung skor sehingga penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

1. Uji Validitas

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh koefisien korelasi butir (r-hitung) untuk 15 butir instrumen (kuesioner) dengan sampel sebanyak 28 orang (n = 28 - 2 = 26), dengan = 0,05 didapat r tabel 0,388, artinya bila r hasil < r tabel, maka butir instrumen tersebut tidak valid dan apabila r hasil > r tabel, maka butir instrumen tersebut valid atau dapat digunakan.


(59)

Nilai-nilai koefisien korelasi untuk uji validitas instrumen setiap variabel, disajikan sebagai berikut :

a) Variabel Perhatian Orang tua (X)

Nilai koefisien korelasi dari hasil uji validitas untuk variabel perhatian orang tua dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Perhatian Orang tua (X)

No. Soal r-hasil Simbol r-tabel Keterangan Keterangan

1 0,772 > 0,388 Valid Dipakai

2 0,361 < 0,388 Tidak Valid Tidak Dipakai

3 0,748 > 0,388 Valid Dipakai

4 0,276 < 0,388 Tidak Valid Tidak Dipakai

5 0,629 > 0,388 Valid Dipakai

6 0,311 < 0,388 Tidak Valid Tidak Dipakai

7 0,388 > 0,388 Valid Dipakai

8 0,743 > 0,388 Valid Dipakai

9 0,794 > 0,388 Valid Dipakai

10 0,796 > 0,388 Valid Dipakai

11 0,506 > 0,388 Valid Dipakai

12 0,407 > 0,388 Valid Dipakai

13 0,367 < 0,388 Tidak Valid Tidak Dipakai

14 0,584 > 0,388 Valid Dipakai

15 0,371 < 0,388 Tidak Valid Tidak Dipakai

Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi untuk uji validitas instrumen variabel perhatian orang tua (X1) yang diperoleh 10 butir lebih besar dari “r” tabel atau dikatakan

valid. Sedangkan 5 butir lebih kecil dari “r” tabel atau dikatakan tidak valid. Jadi, 10 dari 15 butir instrumen yang valid dipakai untuk penelitian.

b) Variabel Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (Y)

Nilai koefisien korelasi dari hasil uji validitas untuk variabel motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan dapat dilihat pada tabel 4.3.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)