Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Shalat merupakan rukun Islam yang kedua. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan pendidikan shalat kepada anaknya sejak kecil agar dewasa nanti mereka dapat mengamalkannya sendiri dan dapat bertanggung jawab atas kewajibannya. “Shalat dalam Islam apabila ditelusuri dalam Alquran dan Hadist mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dibandingkan ibadah-ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama Islam. Islam tidak dapat tegak kecuali dengan shalat.” 1 Hal ini dijelaskan Rasullullah SAW, dalam hadis berikut ini: : Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Shalat merupakan tiang agama, barangsiapa yang mendirikannya, maka sungguh ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang menghancurkannya, maka ia telah menghancurkan agama”. HR. Bukhari dan Muslim. Cara mengajarkan anak untuk beribadah shalat sejak kecil memang gampang gampang susah. Apalagi jika kita adalah keluarga baru dan baru memiliki anak pertama. Selain faktor tersebut, fakta bahwa anak anak tidak bisa 1 Zurinal, dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, hlm. 66 dikerasi dan juga anak anak memang lebih suka bermain akan membuat proses mengajarkan beribadah menjadi sedikit lebih sulit. Sebagaimana peribahasa, buah jatuh memang tidak akan jauh dari pohonnya. Jadi jika orang tua mengajarkan yang baik baik serta memberikan contoh untuk beribadah dengan rajin dan taat. Maka tentulah hal tersebut akan dicontoh oleh sang anak sehingga anak kita juga akan mulai belajar untuk beribadah sejak dini. Namun, meskipun para orang tua sudah mengerti bagaimana cara mengajarkan anak untuk ibadah shalat sejak kecil. Terkadang hal ini tetap saja menjadi masalah dan kita akan mendapati fakta bahwa anak kita akan tetap susah diajak untuk beribadah shalat. Salah satu tugas penting orang tua adalah memperkenalkan kemukjizatan shalat terhadap anak sedini mungkin. Sehingga seorang anak betul-betul mengerti dan paham tentang manfaat dari shalat yang dikerjakan. Shalat merupakan aktifitas seorang muslim dalam rangka menghadapkan wajahnya kepada Allah, Dzat yang maha suci. Shalat yang dilakukan secara tekun dan konsisten dapat menjadi alat pendidikan rohani yang efektif dalam memperbarui dan memelihara jiwa manusia serta memupuk pertumbuhan kesadaran. Shalat menjadikan manusia bersikap disiplin, pandai menghargai waktu, dan teratur dalam menjalani hidup. Kewajiban shalat lima waktu dalam sehari semalam 24 jam akan membimbing manusia yang menjadi pribadi yang mampu menghargai dan menghormati waktu. Sehingga, ia tidak mudah menghamburkan waktu untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya. 2 Upaya membentuk kepribadian anak dalam naungan islam memang sering mengalami kendala. Perlu disadari, betapapun besar dan beratnya kendala yang terjadi, namun orang tua harus menghadapinya dengan sabar serta menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai tantangan dan ujian. 2 Subhan Husain Albari. Agar Anak Rajin Shalat. Jogjakarta: Diva Press, 2011, hlm. 27 Setidaknya, ada dua kendala dan tantangan dalam mendidik anak, yakni tantangan yang bersifat internal dan tantangan yang bersifat eksternal. Sumber tantangan internal yang utama adalah orang tua, misalnya ketidakcakapan orang tua dalam mendidik anak atau ketidakharmonisan suasana rumah tangga. Tantangan atau kendala eksternal bisa saja bersumber dari lingkungan rumah tangga, misalnya interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya, di samping itu peran media massa sangat berpengaruh terhadap perkembangan tingkah laku atau kepribadian anak. Adapun bahaya meninggalkan shalat yang harus orang tua tanamkan dalam diri anak yaitu dengan mengetahui bahaya apa saja yang akan terjadi bila meninggalkan shalat. Barang siapa yang sengaja meninggalkan solat fardhu lima waktu, diantaranya: Subuh Allah Ta’ala akan menenggelamkannya kedalam neraka Jahannam selama 60 tahun hitungan akhirat. 1 tahun diakhirat=1000 tahun didunia=60,000 tahun. Dhuhur -Dosa sama seperti membunuh 1000 orang muslim. Asar -Dosa seperti menghacurkan Ka’bah. Maghrib -Dosa seperti berzina dengan ibu-bapak sendiri. Isya’ -Allah Ta’ala akan berseru kepada mereka: “Hai orang yang meninggalkan sholat Isya’, bahwa Aku tidak lagi ridha’ engkau tinggal dibumiKu dan menggunakan nikmat-nikmatKu, segala yang digunakan dan dikerjakan adalah berdosa kepada Allah Ta’ala”. Meninggalkan shalat akan membuat hati menjadi gelap dan wajah pun tampak menjadi murung. Ketaatan yang melahirkan kedamaian dalam hati adalah cahaya. Kemaksiatan yang membuat hati tidak tentram adalah kegelapan. Jika hati semakin gelap, maka jiwa akan semakin terjerat dalam kegalauan. Pada akhirnya, seseorang yang meninggalkan shalat akan tersesat tanpa disadarinya. 3 3 Muhammad bin Ahmad bin Ismail Al-Muqaddim. Masihkah Engkau Berani Meninggalkan Shalat. Solo: Kafilah Publishing. 2013.h. 158 Akibatnya, dijauhi oleh sesama manusia. Segala keberkahan pun kemudian menjauh dari dirinya. Kepribadiannya pun semakin dekat dengan setan, karena telah menjauh dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Orang seperti itu menjadi lebih senang berdekatan dengan orang-orang yang mempunyai kepribadian yang kasar dan keras, serta pasti lalai untuk mengingat Allah. Hasilnya hanya menjadi orang-orang yang merugi. Jika seseorang berakal sehat, maka akan memilih cara hidup yang dipraktikkan oleh para Nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada’, dan orang- orang yang saleh. Sedangkan orang yang kurang akalnya, pasti akan memilih praktik hidup orang yang dimurkai dan dilaknat oleh Allah. Artinya, lebih memilih jalan ke neraka. Banyak sekali orang yang meninggalkan shalat tidak merasa bahwa mereka berdosa dan tidak menyadari bahwa siksaan Allah menanti mereka. Ketahuilah, bahwa siksaan yang paling dahsyat adalah yang dirahasiakan, siksaan ini disembunyikan dari orang yang akan disiksa. Orang yang seperti itu tidak akan menyadari karena bagaikan seorang yang sedang mabuk, sehingga tidak menyadari adanya bahaya yang mengancamnya. Oleh sebab itu, tidak merasa butuh untuk berusaha bebas dari siksaan. Orang yang berpaling dari Allah, maka diancam dengan penghidupan yang sempit. Barang siapa yang menyia-nyiakan shalat, maka Allah akan menyia- nyiakannya, menghinakannya, dan menjadikan setan dapat menguasai dirinya. Setan terus menguasainya dimana saja dia berada. Hatinya yang sakit menjadi tempat yang nyaman bagi setan. Oleh sebab itu, tidak akan memperoleh keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. 4 Orang tua mempunyai langkah-langkah dalam memerintahkan anak untuk shalat dengan memperkenalkan hal-hal yang menjadi kewajiban bagi setiap seorang muslim, menggunakan tangan untuk segera ke kamar mandi agar berwudu. Terkadang memerlukan tindakan pukulan 4 Muhammad bin Ahmad bin Ismail Al-Muqaddim. Masihkah Engkau Berani Meninggalkan Shalat. Solo: Kafilah Publishing. 2013.h. 174 yang mendidik, untuk anak yang berusia 10 sepuluh tahun. Sebagaimana langkah untuk tidak bicara kepada anak yang tidak mau shalat. Itu merupakan langkah efektif, khususnya untuk mereka yang memiliki kepribadian yang lembut. 5 Jika anak hidup di lingkungan yang baik dalam keluarga yang menegakkan shalat, maka dari itu kita akan memdapati bahwa anak tersebut menirukan kedua orang tuanya dalam shalat mereka berdua. Dimulai dari sinilah, masa pertama dalam pendidikan shalat pada anak dimulai, yaitu masa meniru. Masa meniru adalah masa yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak-anak. Berbagai perbuatan pada masa meniru ini akan tertanam dalam diri anak dan ia tumbuh dengannya. Masa itu bagaikan dasar dalam pendidikan shalat pada dirinya. Masa meniru ini dimulai dalam kehidupan anak, kira-kira ketika berumur dua tahun. Hal ini bisa diperhatikan dengan peniruan anak terhadap ayah atau ibunya pada saat shalat dan mempraktikkannya dengan gerakan-gerakan yang serupa dengan apa yang diperbuat oleh ayah dan ibunya. Ketika anak menjadi besar dan tumbuh lebih dewasa, peniruannya lebih sempurna hingga akhirnya memasuki fase selanjutnya, yaitu masa pengajaran. Masa pengajaran dimulai sejak anak berusia tujuh tahun. 6 Sang pendidik Rasulullah SAW telah menjelaskan hal ini. Beliau bersabda: : : , , . 5 Hanna binti Abdul Aziz ash-Shani’, Mendidik Anak Agar Terbiasa Shalat, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008, hlm. 67. 6 Mustafa Abul Muathi. Ingin Anak Anda Rajin Shalat?. Jogjakarta: PT. Aqwam Media Profetika, 2012 h. 58 Artinya: Dari ‘Amr bin Syu’aib dari Ayahnya dari Kakeknya berkata, Rasulullah saw bersabda : “perintahkanlah shalat kepada anak- anakmu pada usia tujuh tahun dan pukul mereka karena meninggalkan shalat pada usia sepuluh tahun.”HR. Abu Dawud “Pada taraf awal, tujuan pendidikan shalat bagi anak-anak adalah agar mereka terbiasa melaksanakan shalat. Oleh karena itu, pendidikan shalat mereka sejak kecil harus mendapat perhatian yang baik. Pepatah lama mengatakan: “belajar di waktu kecil ibarat melukis di atas batu. Belajar di waktu besar ibarat melukis di atas air.” 7 Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peranan orang tua sangat penting untuk membantu siswa dalam mempraktekkan dan mengamalkan shalat, karena waktu di rumah lebih banyak dari pada waktu di sekolah. Oleh sebab itu penulis terdorong untuk mengadakan penelitian secara ilmiah dan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul : “Upaya Orang Tua Dalam Mensukseskan Pelaksanaan Shalat 5 Waktu di SDN Meruya Selatan 01 Pagi Jakarta Barat”

B. Identifikasi Masalah