Analisis dan Evaluasi PEMBAHASAN

Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok biaya produksi, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Dengan rumus sebagai berikut: Gross Profit Margin = X 100 Tabel 3.1 Gross Profit Margin Komponen Laporan Keuangan 2012 2013 Gross Profit Rp. 2.408.723.019.264 Rp. 1.872.342.799.724 Sales Rp. 5.963.806.274.338 Rp. 5.732.517.940.181 Gross Profit Margin 2012 = X 100 = 40,39 Gross Profit Margin 2013 = X 100 = 32,66 Rasio laba kotor tahun 2012 sebesar 40,39, mencerminkan bahwa setiap Rp.100 hasil penjualan bersih mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp.40,39. Rasio laba kotor perusahaan ini cukup tinggi, rasio ini menunjukkan jumlah biaya produksi sekaligus kemampuan manajemen dalam menghemat biaya. Rasio laba kotor tahun 2013 sebesar 32,66, mencerminkan bahwa setiap Rp.100 hasil penjualan bersih mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp.32,66. Dibandingkan dengan tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 7,73 disebabkan kenaikan beban pokok penjualan. Penulis menilai bahwa kinerja perusahaan terhadap rasio ini cukup baik dan penurunan rasio ini menandakan bahwa perusahaan dan pimpinan perusahaan belum berhasil dalam menekan biaya produksi dan memperbesar jumlah penjualan. b. Operating Profit Margin Rasio Laba Operasi Rasio ini menunjukkan tingkat laba operasi dibandingkan dengan dengan volume penjualan. Dengan rumus sebagai berikut: Operating Profit Margin = X 100 Tabel 3.2 Operating Profit Margin Komponen Laporan Keuangan 2012 2013 EBIT Rp. 1.164.589.705.077 Rp. 601.187.720.762 Sales Rp. 5.963.806.274.338 Rp. 5.732.517.940.181 Operating Profit Margin 2012 = X 100 = 19,53 Operating Profit Margin 2013 = X 100 = 10,48 Rasio laba operasi pada tahun 2012 sebesar 19,53, mencerminkan bahwa setiap Rp.100 hasil penjualan bersih mampu menghasilkan laba operasi sebesar Rp.19,53. Rasio laba operasi pada tahun 2013 sebesar 10,48 mencerminkan bahwa setiap Rp.100 hasil penjualan bersih mampu mengahsilkan laba operasi sebesar Rp.10,48. Dibandingkan dengan tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 9,05 yang disebabkan oleh kenaikan biaya operasi. Penulis menilai bahwa rasio ini masih rendah, yang berarti bahwa kinerja perusahaan terhadap rasio ini kurang baik, karena kinerja penjualan bersih kurang mampu menghasilkan laba operasi yang optimal pada perusahaan untuk meningkatkan pendapatan. c. Net Profit Margin Rasio Laba Bersih Rasio ini digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Net Profit Margin = X 100 Tabel 3.3 Net Profit Margin Komponen Laporan Keuangan 2012 2013 Net Profit Rp. 820.946.134.178 Rp. 367.303.862.065 Sales Rp. 5.963.806.274.338 Rp. 5.732.517.940.181 Net Profit Margin 2012 = X 100 = 13,76 Net Profit Margin 2013 = X 100 = 6,41 Rasio laba bersih pada tahun 2012 sebesar 13,76, mencerminkan bahwa setiap Rp.100 hasil penjualan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 13,76. Rasio laba bersih pada tahun 2013 sebesar 6,41, mencerminkan bahwa setiap Rp.100 hasil penjualan mampu mengahsilkan laba bersih sebesar Rp.6,41. Dibandingkan dengan tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 7,35 yang disebabkan oleh penurunan laba bersih dan penurunan penjualan dari tahun 2012 ke tahun 2013. Penulis menilai bahwa kinerja perusahaan terhadap rasio ini kurang baik, karena kinerja penjualan bersih kurang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi pada perusahaan. d. Return on Investment – ROA Tingkat Pengembalian Investasi Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset yang dipergunakan. Dengan rumus sebagai berikut: Return on Investment ROA = X 100 Tabel 3.4 Return On Investment ROA Komponen Laporan Keuangan 2012 2013 Net Profit Rp. 820.946.134.178 Rp. 367.303.862.065 Total Asset Rp. 10.208.927.252.901 Rp. 11.016.568.914.045 Return on Investment ROA2012 = X 100 = 8,04 Return on Investment ROA2013 = X 100 = 3,33 Tingkat pengembalian investasi ROA pada tahun 2012 sebesar 8,04 mencerminkan bahwa setiap Rp.100 aktiva mampu menghasilkan laba bersih Rp.8,04. Tingkat pengembalian investasi ROA pada tahun 2013 sebesar 3,33 mencerminkan bahwa setiap Rp.100 aktiva mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp.3,33. Dibadindingkan dengan tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 4,71 yang disebabkan oleh kenaikan total aktiva dari tahun 2012 ke tahun 2013 sementara laba bersih menurun dari tahun 2012 ke tahun 2013. Dari hasil analisis, penulis menilai bahwa kinerja perusahaan terhadap rasio ini kurang baik, dimana kinerja aktiva tidak optimal karena semakin kurang efektif dalam menghasilkan laba bersih untuk meningkatkan pendapatan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan analisis dan evaluasi laporan laba rugi terhadap rasio profitabilitas PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan tahun 2013 dan 2012, maka penulis mengemukakan kesimpulan dan memberikan saran kepada pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan. Penulisi berharap kesimpulan dan saran ini dapat berguna untuk meningkatkan kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perubahan kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan yang dilihat dari laporan laba rugi melalui analisis Gross Profit Margin pada tahun 2012 ke tahun 2013, mengalami penurunan yaitu dari 40,39 menjadi 32,66 di tahun 2013. Maka dapat disimpulkan terjadi penurunan Gross Profit Margin sebesar 7,73 yang disebabkan oleh kenaikan beban pokok penjualan. 2. Perubahan kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan yang dilihat dari laporan laba rugi melalui analisis Operating Profit Margin pada tahun 2012 ke tahun 2013, mengalami penurunan yaitu dari 19,53 menjadi 10,48. Maka dapat disimpulkan terjadi penurunan Operating Profit Margin sebesar 9,05 yang disebabkan oleh kenaikan biaya operasi. 43 3. Perubahan kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan yang dilihat dari laporan laba rugi melalui analisis Net Profit Margin pada tahun 2012 ke tahun 2013, mengalami penurunan yaitu dari 13,76 menjadi 6,41. Maka dapat disimpulkan terjadi penurunan Net Profit Margin sebesar 7,35 yang disebabkan oleh penurunan laba bersih dan penurunan penjualan dari tahun 2012 ke tahun 2013. 4. Perubahan kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan yang dilihat dari laporan laba rugi melalui analisis Return On Investment ROA pada tahun 2012 ke tahun 2013, mengalami penurunan yaitu dari 8,04 menjadi 3,33. Maka dapat disimpulkan terjadi penurunan Return On Investment ROA sebesar 4,71 yang disebabkan oleh kenaikan total aktiva dari tahun 2012 ke tahun 2013 sementara laba bersih menurun dari tahun 2012 ke tahun 2013. 5. Perubahan kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan yang dilihat dari laporan laba rugi melalui semua analisis rasio profitabilitas yang di lakukan peniliti dapat disimpulkan bahwa profitabilitas perusahaan pada tahun 2013 lebih rendah dibandingkan tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh penurunan penjualan dibanding tahun sebelumnya dan menandakan bahwa semakin kurang baiknya kinerja rasio profitabilitas perusahaan.