Latar Belakang Perancangan Fitur Autocomplete pada Aplikasi Kamus Istilah Teknologi Informasi Menggunakan Algoritma Boyer-Moore

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kamus merupakan buku rujukan yang berisi penjelasan terkait dengan makna kata- kata. Secara fisik kamus memiliki dua jenis, yaitu kamus yang berbentuk buku dan kamus elektronik. Kedua kamus ini mempunyai fungsi yang sama, yakni untuk membantu pengguna untuk mencari makna kata yang dibutuhkan. Hanya saja dari segi efisien kamus ini sangat berbeda. Bentuk kamus yang besar dan cenderung tebal, menjadikan kamus tidak fleksibel. Penggunaan kamus buku ini membutuhkan waktu lebih lama dalam mencari kata yang diinginkan, ini dikarenakan kamus terdiri dari puluhan bahkan ratusan lembar kata-kata didalamnya Nurhapipah, 2011. Berbeda dengan kamus buku, kamus elektronik atau kamus digital merupakan sebuah fasilitas yang membantu pengguna untuk menemukan kata yang diinginkan hanya dengan mengetikkan kata pada kolom pencarian, maka mesin pencari akan menampilkan seluruh informasi yang berkaitan. Mesin pencari adalah program komputer yang dirancang untuk menemukan informasi yang dicari dari banyaknya kumpulan informasi yang tersedia Haryanto, 2011. Untuk menampilkan informasi tersebut, beberapa kamus elektronik menampilkan informasi setelah pengguna selesai mengetikkan satu kata pada mesin pencari. Tetapi ketika pengguna selesai mengetikkan kata pada mesin pencari, kata tersebut belum tentu ditemukan, hal ini menjadikan kamus elektronik kurang optimal dalam hal pemakaian waktu. Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis akan menambahkan sebuah fitur yang dapat membantu dalam memperoleh informasi, dimana fitur tersebut dapat mempersingkat waktu pengetikan sebuah kata yang diinginkan pengguna, dimana fitur tersebut dapat menampilkan prediksi kata seperti fitur autocomplete . Fitur autocomplete merupakan program yang dapat melakukan prediksi terhadap sebuah kata atau frasa yang pengguna ingin tulis tanpa harus Universitas Sumatera Utara menuliskan keseluruhan kata atau frasa secara lengkap pada kolom pencarian Kusuma, 2012. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan masalah ini diantaranya yaitu oleh Primadani 2014, pada penelitian tersebut Primadani menerapkan algoritma Levenshtein Distance untuk membangun fitur autocomplete pada aplikasi Katalog Perpustakaan. Kemudian sebelumnya penelitian mengenai autocomplete ini juga dilakukan oleh Kusuma 2012, pada penelitiannya Kusuma menggunakan algoritma pencocokan string , yaitu algoritma brute force untuk membangun fitur autocompletion pada text editor, dimana pada penelitian tersebut Kusuma menggantikan struktur data yang digunakan pada algoritma brute force dengan struktur data pohon tree . Pada penelitian ini, penulis akan menerapkan algoritma Boyer-Moore untuk membangun fitur autocomplete pada aplikasi kamus. Algoritma ini sering diimplementasikan dalam berbagai teks editor, misalnya untuk fungsi “ search ” dan “substitute”, di mana algoritma ini melakukan pencocokan karakter dimulai dari kanan ke kiri. Karakter pertama yang akan dicocokkan dengan teks adalah karakter paling kanan pada pattern Charras Lecroq, 2001. Sebuah penelitian yang dilakukan Prasetiyowati Sagita 2013, yaitu perbandingan terhadap implementasi algoritma Boyer Moore, Turbo Boyer-Moore, dan Tuned Boyer-Moore dalam pencarian string , algoritma Boyer-Moore memiliki waktu pencarian tercepat dari ketiga varian Boyer-Moore tersebut. Dalam penelitian yang mengimplementasikan algoritma KMP Knuth- Morris-Pratt dan Boyer-Moore dalam aplikasi search engine sederhana yang dilakukan Soleh 2011, menyimpulkan bahwa algoritma Boyer-Moore lebih cocok untuk pencarian string dengan alpabet banyak sedangkan KMP lebih cocok untuk pencarian string dengan alpabet sedikit seperti biner. Penelitian lain yang menggunakan algoritma Boyer-Moore yaitu oleh Kartawidjaja Vandika 2009, pada penelitian ini dilakukan proses pencarian kata secara paralel dengan menggunakan algoritma Boyer-Moore. Lingkup paralel diemulasikan menggunakan perangkat lunak PVM Parallel Vitual Machine . Algoritma Boyer-Moore juga digunakan untuk pencocokan DNA, di mana DNA dapat dianggap sebagai rangkaian string sehingga pencocokan DNA tersebut merupakan pencocokan string . Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah