Ciri utama unit ini adalah PKL yang berjualan menetap pada suatu tempat tertentu dengan sarana fisik berdagang berupa kios atau jongkoroda kereta
beratap. Berdasarkan pendapat diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa sarana usaha
yang dimiliki oleh pedagang kaki lima di sekitar Jalan Jawa Jember ini berupa warung semi permanen yang menggunakan gerobak atau kereta dorong. Mereka
digolongkan menjadi pedagang yang semi permanen dan kereta dorong karena mereka saat akan berjualan mereka membawamendorong gerobak mereka
kelokasinya dan memasang atap dari terpal dan menggelar karpet lesehan beserta menata meja-meja kecil. Apabila sudah selesai berdagangnya maka sarana untuk
berdagang seperti atap terpal dll tersebut dibawa pulang. Pedagang menyajikan produk menggunakan gerobak sehingga konsumen bisa melihat dan memilih
langsung menu yang mereka inginkan. Dengan pola penyebaran memanjang para pedagang berjualan disekitar Jalan Jawa Jember yang terkonsentrasi di trotoar
sepanjang jalan Jawa .
2.4. Sumber Modal dari Kredit
Dalam berwirausaha, dua modal yang harus dipenuhi yaitu modal fisik yang menurut Chandra dalam Royan 2004:24 berupa berani bermimpi, berani
mencoba, berani untuk gagal, dan berani untuk sukses. Sedangkan modal fisik adalah modal yang berupa uang. Dua modal ini adalah modal yang saling
melengkapi, modal non fisik adalah modal yang hanya dapat digali dari diri pebisnis, sebaliknya modal fisik adalah modal yang dapat digali dari berbagai
sumber selain modal non fisik, modal finansial sangat penting, hanya banyak sekali kendala yang disebabkan oleh kekurangtahuan pengusaha pemula untuk
memperoleh informasi dari mana saja modal diperoleh dengan cara mudah dan bunga yang ringan.
Menurut Royan 2004:25 Sumber dana bisa berasal dari: 1. Modal dana sendiri yang meliputi tabungan pribadi, warisan, uang
pesangon, dan sebagainya. 2. Modal dari kerja sama kongsi
3. Modal dana pinjaman yang meliputi pinjaman dari bank, rentenir, koperasi simpan pinjam, pinjaman dari perusahaan, dan pegadaian.
Ketika pedagang kaki lima ini pertama kali berusaha, modal usahanya bukan dari kredit baik dari lembaga keuangan formal maupun informal melainkan
berasal dari modal sendiri yakni dari uang tabungan pribadiwarisan keluarga. Mengapa mereka tidak mengambil kredit untuk memulai usaha, hal ini karena
ketidakmampuan mereka untuk memenuhi persyaratan bank dan juga memang kebutuhan dana mereka lumayan besar. Sehingga kebanyakan modal awal
berusaha jika tidak dari uang pribadi, maka dari warisan keluarga mereka. Kebanyakan usaha ini dikelola dengan anggota keluarga sendiri yakni tidak
menggunakan tenaga kerja orang lain. Hal ini dikarenakan akan mengurangi pendapatan yang diperoleh nantinya.
Untuk memenuhi modal usahanya pedagang kaki lima di sekitar Jalan Jawa Jember dalam meminjam kredit sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan
usahanya. Rata-rata dana yang dibutuhkan untuk berjualan tiap harinya adalah sebesar Rp.100.000,00 sampai Rp.500.000,00 harinya. Besarnya modal usaha
tiap harinya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan modal awal yang bisa mencapai lebih dari Rp 2.000.000,00. Hal ini dikarenakan adanya biaya peralatan
dan lain sebagainya. Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari
dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian antara kreditur dan debitur.
2.5 Pengertian Kredit